MM Ca Mammae
1. Definisi
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan
tidak terkendali. Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu penyakit
neoplasma yang ganas berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh Word Health
Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases
(ICD).
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk bejolan di payudara. Jika
benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar
(metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah
bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa
bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit.
2. Epidemiologi
Di seluruh dunia, kanker payudara adalah kanker paling umum pada wanita setelah
kanker kulit yang mewakili 16% dari semua kanker wanita. Angka ini lebih dari dua kali lipat
dari kanker kolorektal dan kanker leher rahim dan sekitar tiga kali lipat dari kanker paru-
paru. Kematian di seluruh dunia adalah 25% lebih besar dari kanker paru-paru pada wanita.
Insiden kanker payudara sangat bervariasi di seluruh dunia, yang lebih rendah di negara-
negara berkembang dan terbesar di negara-negara yang lebih maju.
Karsinoma payudara pada wanita menduduki tempat nomor 2 setelah karsinoma
servik uterus. Di Amerika Serikat, karsinoma payudara merupakan 28% pada wanita kulit
hitam.
Kurva insiden-usia bergerak naik terus sejak usia 30 tahun. Kanker ini jarang sekali
ditemukan pada wanita dibawah 20 tahun. Angka tertinggi terdapat pada usia 45-66 tahun.
Insisdens karsinoma mammae pada lelaki hanya 1% dari kejadian pada perempuan.
Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif tinggi,
yaitu 20% dari seluruh keganasan (Tjahjadi, 1995). Dari 600.000 kasus kanker payudara baru
yang yang didiagnosis setiap tahunnya, sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di negara
maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang (Moningkey, 2000). Di
Amerika Serikat, kira-kira 175.000 wanita didiagnosis menderita kanker payudara yang
mewakili 32% dari semua kanker yang menyerang wanita. Bahkan, disebutkan dari 150.000
penderita kanker payudara yang berobat ke rumah sakit, 44.000 orang di antaranya meninggal
setiap tahunnya (Oemiati, 1999). American Cancer Society memperkirakan kanker payudara
di Amerika akan mencapai 2 juta dan 460.000 di antaranya meninggal antara 1990-2000
(Moningkey, 2000).
Kanker payudara merupakan kanker kedua terbanyak sesudah kanker leher rahim di
Indonesia (Tjindarbumi, 1995). Sejak 1988 sampai 1992, keganasan tersering di Indonesia
tidak banyak berubah. Kanker leher rahim dan kanker payudara tetap menduduki tempat
teratas. Selain jumlah kasus yang banyak, lebih dari 70% penderita kanker payudara
ditemukan pada stadium lanjut (Moningkey, 2000). Data dari Direktorat Jenderal Pelayanan
Medik Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa Case Fatality Rate (CFR) akibat kanker
payudara menurut golongan penyebab penyakit menunjukkan peningkatan dari tahun 1992-
1993, yaitu dari 3,9 menjadi 7,8 (Ambarsari, 1998)
2. Jenis Kelamin
Risiko terkena ca mammae pada pria sangat rendah, namun prognosisnya lebih
buruk karena cenderung terlambat diagnosis.
3. Herediter
BRCA 1 dan BRCA 2 merupakan gen autosomal dominan yang berperan pada familial breast
cancer. Wanita yang mengalami mutasi BRCA berisiko 60%-80% terkena ca mammae. Pada
keluarga dengan riwayat kanker payudara yang kuat, banyak perempuan memiliki mutasi
dalam gen kanker payudara, yang disebut BRCA-1 (di kromosom 17q21.3).Pola keturunan
adalah dominan autosomal dan dapat diturunkan melaluigaris maternal maupun
paternal.Sindrom kankerpayudara familial lainnya berkaitan dengan gen pada kromosom 13,
yang disebut BRCA-2 (di kromosom 13q12-13). Kedua gen ini diperkirakan berperan penting
dalam perbaikan DNA. Keduanya bekerja sebagai gen penekan tumor, karena kanker muncul
jika kedua alel inaktif atau cacat pertama disebabkan oleh mutasi sel germinativum dan
kedua oleh sel somatic berikutnya.
4. Prior Cancer
Orang yang pernah didiagnosa dengan ca ovarium atau ca uterus memiliki risiko terkena ca
mammae lebih tinggi.
5. Faktor Makanan
a. Alkohol
Mengkonsumsi alkohol 1-2 gelas/hari memiliki risiko terkena ca mammae 150%
dibanding normal dan mengkonsumsi alkohol 6 gelas/hari memiliki risiko terkena ca
mammae 330% dibanding normal.
Alkohol dapat meningkatkan :
Kadar estrogen dan androgen
Kerentanan gen terhadap bahan carcinogenik
Kerusakan DNA mammae
Potensi metastase
Proses angiogenesis tumor
b. Intake Lemak
Tidak terdapat pengaruh signifikan pada ca mammae, namun berdasarkan statistik, orang
dengan diet rendah lemak memiliki risiko yang lebih rendah Penggunaan kontrasepsi
hormonal jangka panjang meningkatkan risiko terkena ca mammae daripada diet tinggi
lemak
Intake lemak yang tinggi kemungkinan hanya berpengaruh pada wanita premenopause
c. Iodine
Iodine dapat menurunkan sensitivitas reseptor estrogen, mengurangi pertumbuhan sel
tumor, dan menyebabkan apoptosis pada sel yang malignant.
6. Obesitas
Peningkatan berat badan setelah menopause dapat meningkatkan risiko terkena ca mammae.
7. Hormon
Peningkatan estrogen dan androgen darah yang persisten dapat meningkatkan risiko ca
mammae, namun peningkatkan progesteron dapat menurunkan risiko pada wanita
premenopause
a. Kehamilan dan menyusui
Umur saat melahirkan anak pertama (<24 tahun), memiliki anak (7%/anak), dan menyusui
(4,3%/tahun menyusui) dapat menurunkan risiko terkena ca mammae.
Hamil pertama saat umur 30 tahun mengalamin peningkatan risiko terkena ca mammae
dua kali lipat dibanding pada umur <25 tahun. Tidak mempunyai anak meningkatkan
risiko terkena ca mammae sebesar tiga kali lipat
Wanita yang tidak memiliki anak atau memiliki anak pertama diatas usia 30 tahun
memiliki resiko terkena kanker payudara sedikit lebih tinggi dari pada yang bukan. Sering
hamil pada usia muda, menurunkan resiko terkena kanker payudara. Mengapa? Karena
kehamilan menurunkan jumlah total siklus menstruasi wanita dalamh idupnya, inilah
alasannya.
Beberapa studi menemukan bahwa menyusui anak dalam jangka panjang (1.5-2 tahun),
terutama dapat agak menurunkan resiko terkena kanker payudara.Penjelasan yang
mungkin adalah karena menyusui menurunkan jumlah total siklus menstruasi wanita
b. Kontrasepsi hormonal
Studi menemukan bahwa wanita yang menggunakan pil KB dalam jangka panjang memiliki
resiko agak lebih besar terkena kanker payudara dari pada yang bukan. Resiko ini
kelihatannya menurun ke normal ketika penggunaan Pil KB tersebut dihentikan.
Berolahraga dapat mengurangi resiko kanker payudara. Pertanyaannya adalah berapa banyak
latihan yang diperlukan? Dalam sebuah penelitian dari Women's Health Initiative (WHI),
sedikitnya jalancepat 1.25 -2.5 jam per minggu dapat mengurangi 18% resiko terkenakan
kerpayudara. Berjalan 10 jam seminggu dapat mengurangi lebih sedikit lagi resiko tersebut.
Olahraga fisik yang disarankan adalah selama 45-60 menit, minimum 5 hari dalam
seminggu.
Sampai saat ini, penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti. Penyebab kanker
payudara termasuk multifaktorial, yaitu banyak faktor yang terkait satu dengan yang lain.
Beberapa faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh besar dalam terjadinya kanker
payudara adalah riwayat keluarga, hormonal, dan faktor lain yang bersifat eksogen
(Soetrisno, 1988).
Bahan-bahan yang termasuk dalam kelompok karsinogen, yaitu :
1. Senyawa kimia, seperti aflatoxin B1, ethionine, saccharin, asbestos, nikel, chrom,
arsen, arang, tarr, asap rokok, dan oral kontrasepsi.
2. Faktor fisik, seperti radiasi matahari, sinar-x, nuklir, dan radionukleide.
3. Virus, seperti RNA virus (fam. retrovirus), DNA virus (papiloma virus, adeno virus,
herpes virus), EB virus.
4. Iritasi kronis dan inflamasi kronis dapat berkembang menjadi kanker.
5. Kelemahan genetic sel-sel pada tubuh, sehingga memudahkan munculnya kanker.
4. Klasifikasi
Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker payudara
1. Non-invasif
a. Non invasive ductal carcinoma
b. Lobular karsinoma in situ
2. Invasif
a. Karsinoma invasif duktal
b. Karsinoma invasif duktal dengan
komponen
Sistem TNM
TNM merupakan singkatan dari T yaitu tumor size atau ukuran tumor, N
yaitu node atau kelenjar getah bening regional dan M yaitu metastasis atau
penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara klinis sebelum
dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi
(PA). Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut :
1. Ukuran Tumor (T) :
Ukuran Tumor (T) Interpretasi
Tx Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak ada bukti adanya suatu tumor (Tidak terdapat
tumor primer)
Tis LCIS, DCIS, atau Pagets disease*
T1 Diameter tumor 2cm
T1a Tidak ada perlekatan ke fasia atau otot pektoralis
(Tumor 0,5 cm.)
Dengan perlekatan ke fasia atau otot pektoralis (Tumor
T1b
0,5 cm dan 1 cm.)
T2 Diameter tumor 2-5 cm
T2a Tidak ada perlekatan ke fasia atau otot pektoralis
T3 Diameter tumor 5 cm
T3a Tidak ada perlekatan ke fasia atau otot pektoralis
Keterangan * :
Tis : Karsinoma insitu
Tis (DCIS) : karsinoma in situ hanya ductal
Tis (LCIS) : karsinoma in situ hanya lobular
Tis (Paget) : penyakit Paget dari puting susu tanpa tumor (Catatan:
Paget penyakit yang terkait dengan tumor diklasifikasikan menurut
ukuran tumor)
2. Palpable Lymph Node (N):
Metastase Interpretasi
Mx Metastase jauh belum dapat dinilai
M0 Tidak ada metastase ke organ yang jauh
M1 Metastase ke organ jauh
Stadium klinis
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium I T1 N0 M0
Stadium II A T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium II B T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium III A T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Stadium III B T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
Stadium III C Semua T N3 M0
Stadium IV Semua T Semua N M1
(American Joint Committee on Cancer, 2002)
5. Patofisiologi
Kanker atau tumor ganas maigna berasal dari bahasa latin yang berartikan kepiting,
maksud dari kata kepiting ini adalah tumor melekat erat ke semua permukaan yang di
pijaknya, seperti seekor kepiting.
Secara umum proses yang menyebabkan tebentuknya suatu tumor baik jinak dan ganas
disebut karsinogenesis. Secara garis besar, pada kanker terdapat 3 tahapannya :
1. Fase inisiasi.
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel
menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang
disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar
matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen.
Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih
rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahun pun bisa membuat sel
menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
2. Fase promosi.
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel
yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu
diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan
suatu karsinogen).
3. Fase progressi
Suatu periode dimana banyak tumor menjadi lebi agresif dan semakin ganas. Ditingkat
molekular, progressi tumor kemungkinan besar terjadi akibat mutasi multipel yang
terakumulasi secara indenpenden pada sel yang berbeda-beda.
Namun meningkatnya literatur yang mendalami tentang dasar molekular, mengkaji secara
biomol sifat karsnogen. Prinsip secara mendasar mengenai biomolekular kanker adalah :
3. gen yang mengatur perbaikan DNA yang rusak. Gen yang memerbaiki DNA
memengaruhi proliferasi atau kelangsungan hidup sel secara tidak langsung dengan
memengaruhi kemampuan organisme memerbaiki kerusakan non letal di gen lain, termasuk
protoonkogen, gen penekan tumir,, dan gen yang mengendalikan poptosis. Kerusakan pada
gen yang memerbaiki DNA dapat memudahka terjadinya mutasi luas di genom dan
transformasi neoplastik.
Namun secara fisiologis sel kanker memiliki 5 regulasi dalam melakukan karsinogenesis,
yakni :
3. menghindari apoptosis
5. angiogenesis berkelanjutan
Pada keadaan fisiologis, proliferasi sel dapat dengan mudah dibagi menjadi langkah-langkah
berikut :
- Aktivasi reseptor faktor pertumbuhan secara transien dan terbatas, yang kemudian
mengaktifkan beberapa protein transduksi-sinyal dalam membrn plasma
- Transmisi sinyal ditransduksi melintasi sitosol menuju inti sel melalui perantara kedua
- Induksi dan aktivasi faktor regulatorik inti sel yang memicu transkripsi DNA
- Sel masuk dalam dan mwngikuti siklus sel yang akhirnya menyebabkan sel
membelah.
Pada sel yang mengalami karsinogenesis terjadi disregulasi dari fisiologis diatas, seperti
beberapa proses berikut :
1. mampu menyintesis faktor pertumbuhan , seperti PDGF (platelet derived growth factor),
TGF-alpha (transforming growth factor-alpha)
3. mutasi yang mengakibatkan aktivasi secara kontinue pada protein penghantar sinyal seperti
pada gen BCR-ABL yang mengontrol aktivitas tirosen kinase , yang telah juga ditemukan
pengobatannya blokade BCR-ABL ( STI 571 ).
Mutasi juga dapat terjadi pada gen yang mengotrol RAS, serta penontaktivan RAS
(insensitivitasnya GTPase untuk menghidrolisis fofat GTP menjadi GDP untuk proses
nonaktiv pada RAS).
4. mutasi pada gen yang mengatur transkripsi didalam inti sel. Banyak gen yang menyandi
untuk proses transkrip DNA untuk sinyal proliferasi sel salah satunya MYC, MYB, JUN,
FOS, REL. Namun yang berperan penting dalam karsinogenesis adalah mutasi gen MYC
yang dimana protein MYC yang dihasilkannya, berlebih sehingga terjadi ikatan dengan DNA
yang menyebabkan proliferasi sel yang berlebih pula.
Gambar proliferasi sel dan kaitanya dengan mutasi pada sel kanker
5. setelah pengikatan protein dan DNA, aktivasi siklin yang akan berikatan dengan CDK
menyebabkan fosforilasi pada inti sel sehingga mampu untuk memulai proses proliferasi sel
(G1 S G2 M ) yang mengalahkan inhibitor CDK dalam penghambatan mitosis sel.
Adanya mutasi pada siklin, sehingga dia terekspressi berlebihan, menyebabkan pengikatan
CDK-siklin yang berlebih yang sudah barang tentu meningkatkan mutasi sel.
Faktor ini tidak begitu berperan pada kanker mammae, telah ada study yang memelihatkan
adanya keterkaitan proses ini pada kanker kolon.
Gambar peran APC sebagai antiproliferasi dan keterkaitan mutasinya
7. menghindar dri apoptosis dilakukan dengan perubahan mutasi pada gen-gen yang
menyandi apoptosis seperti pada BID, BAX, gangguan pelepasan sitokrom-c , ekspressi
berlebihan dri gen BCL-2 yang meningkatkan proliferasi.
8. secara noemal sel mampu menggandakan diri 60 sampai 70 kali. Setelah itu sel akan
mengalami kemampuan membelah dan masuk masa pensiun nonreplikatif. Hal ini
diperkirakan adanya kemampuan sel kanker yang mampu menyintesis enzim-enzim penting
dalam memertahankan panjangnya telomer, yang seharusnyaktor pertumbuhan kian
memendek.
9. neovaskularisasi sangat dibutuhkan sel kanker untuk menunjang aktivitas biologiknya yang
sangat tinggi. Jika jauh pada vascular segera pembentukan faktor vascularisasi terkativasi
seperti VEGF (vascular endothelial growth factor), basic fibroblast growth factor. Adanya
penemuan jalur vascularisasi ini juga berguna untuk terapi terkait pemutusan jalur
vascularisasi sehingga hipoksia dan kematian sel kanker yang diharapkan terjadi.
10. kemampuan metastasis adalah sikap akhir dari suatu kanker. Kemampuannya
bermetastasis beragam, dekat hingga jauh dari asalnya sel kanker itu sendiri. Proses invasi sel
kanker pada vascular, limfogen. Sekat antar sel kanker atau tight junction yang telah berubah
pada sel kanker menyebabkan kerenggangan satu dan lain, reseptor yang banyak pada sel
kanker menyebabkannya mampu berrikatan dengan membrana basalis dan stroma-stroma
menuju vascular atau limfonodus. Salah satu reseptor kuat yang telah diperlihatkan pada
kanker mammae adalah laminin, yang berkorelasi dengan metastasisnya pada limfogen. Sel
kanker mampu menghasilkan enzim proteolisis jaringan, seperti ketepsin D, kolagenase tipe
IV. Saat ini tengah diusahakan terpi anti katepsin D yang mencegah metastasis pada deteksi
kanker dini. Setelah masuknya kanker pada vascular atau limfogen sel kanker yang memiliki
banyak reseptornya ini akan migrasi dan melakukan ekstravasasi pada jaringan yang
disukainya.
6. Manifestasi Klinis
Pasien biasanya datang dengan keluhan benjolan atau massa di payudara, rasa sakit,
keluar cairan dari puting susu, timbulnya kelainan kulit (dimpling, kemerahan,
ulserasi, peau deorange), pembesaran kelenjar getah bening, atau tanda metastasis
jauh. Setiap kelainan pada payudara harus dipikirkan ganas sebelum dibuktikan tidak
. Perubahan pada kulit yang biasa terjadi adalah :
3. Nodul satelit kulit. Ketika sel kanker di dalam vasa limfatik subkutis masing-
masing membentuk nodul metastasis, di sekitar lesi primer dapat muncul banyak
nodul tersebar, secara klinis disebut tanda satelit
4. Invasi, ulserasi kulit. Ketika tumor menginvasi kulit, tampak perubahan berwrna
merah atau merah gelap. Bila tumor bertambah besar, lokasi itu dapat menjadi
iskemik, ulserasi membentuk bunga terbalik, ini disebut tanda kembang kol
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi pasien diminta duduk tegak, berbaring atau keduanya. Perhatikan bentuk kedua
payudara, warna kulit, tonjolan, lekukan, adanya kulit berbintik, seperti kulit jeruk, ulkus.
Dengan lengan terangkat lurus keatas, kelainan terlihat lebih jelas.
Palpasi lebih baik dilakukan pada pasien yang berbaring diatas bantal tipis dipunggung.
Telapak tangan digerakkan perlahan tanpa tekanan pada setiap kuadran payudara.
Pemeriksaan aksila lebih mudah pada posisi duduk tegak.
Dengan memijat halus puting susu dapat diketahui adanya pengeluaran cairan, nanah, atau
darah. Cairan yang keluar dari kedua puting harus dibandingkan.
Yang diperhatikan pada cairan dari puting payudara:
Sifat cairan (serous, hemoragik, susu)
Ada/tidaknya sel tumor
Unilateral atau bilateral
Dari satu atau dari beberapa duktus
Keluar spontan atau setelah dipijat
Keluar bila seluruh mamma dipijat atau dari segmen tertentu
Berhubungan dengan daur haid
Pramenopause/pascamenopause
Penggunaan obat hormon
Frekuensi lokasi Ca Mamae
(Dikutip dari
Current Medical Diagnosis
and Treatment 2009)
Algoritme Massa di Payudara
(Dikutip dari Harrisons, Principle of Internal
Medicine)
1. Posisi duduk
Lakukan inspeksi pada pasien dengan posisi tangan jatuh bebas ke samping dan pemeriksa
berdiri di depan dalam posisi lebih kurang sama tinggi. Perhatikan keadaan payudara kanan
dan kiri, simetris/tidak, adakah kelainan papila, letak dan bentuknya, retraksi puting susu,
kelainan kulit berupa peau deorange, dimpling, ulserasi, atau tanda-tanda radang. Lakukan
juga dalam keadaan kedua lengan diangkat ke atas untuk melihat apakah ada bayangan tumor
di bawah kulit yang ikut bergerak atau adakah bagian yang tertinggal, dimpling, dan lainnya.
2. Posisi berbaring
Penderita berbaring dan diusahakan payudara jatuh tersebar rata diatas lapangan dada, jika
perlubahu/punggung diganjal dengan bantal pada penderita-penderita yang payudaranya
besar. Palpasi ini dilakukan dengan menggunakan falang distal dan falang medial jari II,III,IV
dan dilakukan secara sistematis mulai dari cranial setinggi iga ke-2 samapai ke distal setinggi
iga ke-6; dan jangan dilupakan pemeriksaan daerah sentral subareolar dan papil. Terakhir
diadakan pemeriksaan jika ada cairan keluar dengan menekan daerah sekitar papil. Dengan
pemeriksaan rabaan yang halus akan lebih teliti dari pada dengan rabaan tekanan keras.
Rabaan halus dapat membedakan kepadatan massa payudara.
a. Lokasi tumor menurut kuadran di payudara atau terletak di daerah sentral (subareola
dan dibawah papil). Payudara dibagi atas empat kuadran yaitu kwadran lateral atas, lateral
bawah, medial atas dan bawah serta ditambah satu daerah sentral.
a. AksilaSebaiknya dalam posisi duduk, karena dalam posisi ini fossa aksila jatuh kebawah
sehingga mudah untuk diperiksa. Pemeriksaan aksila kanan, tangan kanan penderita
diletakkan lemas ditangan kanan/bahu pemeriksa dan aksila diperiksa dengan tangan kiri
pemeriksa.
Pada perabaan ditentukan besar, konsistensi, jumlah, apakah terfiksasi satu sama lain atau
tidak.
b. Supra dan infraklavikuler serta leher utama, bagian bawah dipalpasi dengan cermat dan
teliti.
5. Organ lain yang ikut diperiksa adalah hepar, lien untuk mencari metastasis jauh, juga
tulang-tulang utama, tulang belakang.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium meliputi:
o Morfologi sel darah
o Laju endap darah
o Tes faal hati
o Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau plasma
o Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang keluar
spontan dari puting payudara, cairan kista atau cairan yang keluar dari ekskoriasi.
Ada beberapa pemeriksaan penunjang. Namun secara umum terbagi dua yaitu
noninvasive dan invasive.
Non- 1 Mammo Dapat ditemukan benjolan yang kecil sekalipun.
Invasif grafi Prediksi malignansi dapat dipermudah dengan menerapkan kategori
BI-RADS (Breast Imaging Reporting and Data system). Adapun
kategori BI-RADS, yaitu :
1. Kategori 0 : diperlukan pemeriksaan tambahan
2. Kategori 1 : tidak tampak kelainan
3. Kategori 2 : lesi benigna
4. Kategori 3 : kemungkinan lesi benigna, diperlukan follow up 6
bulan
5. Kategori 4 : kemungkinan maligna
6. Kategori 5 : sangat dicurigai maligna atau maligna
Lesi ganas memperlihatkan gambaran stelata dan batas irreguler,
kelompok mikrokalsifikasi yang berspikula, distorsi parenkim
disekitar lesi. Lesi jinak mempunyai batas tegas dan bulat, bila ada
kalsifikasi berbentuk bulat dan jarang berkelompok.
Faktor yang mempengaruhi gambaran mammografi :
1. Usia
Bila usia < 30 tahun, struktur fibroglandular yang padat akan
memberikan gambaran densitas yang tinggi sehingga sulit
mendeteksi mikrokalsifikasi atau distorsi parenkim. Dengan
meningkatnya usia, struktur fibroglandular akan berkurang
kepadatannya sehingga gambaran mammografi lebih
lusen dan memudahkan untuk mendeteksi kelainan pada
payudara.
2. Siklus haid/laktasi
Kompresi pada payudara akan memberikan rasa tidak nyaman
bahkan nyeri pada payudara. Oleh karena itu pemeriksaan
mammografi dianjurkan dilakukan setelah haid dan sekaligus
memastikan tidak ada kehamilan.
Indikasi mammografi :
Evaluasi benjolan yang diragukan atau perubahan samar
dipayudara
Mamma kontralateral jika (pernah) ada kanker payudara
Mencari karsinoma primer jika ada metastasis sedangkan
sumbernya tidak diketahui
Penapisan karsinoma mamma pada resiko tinggi
Penapisan sebelum tindak bedah plastik atau kosmetik
2 Ultrasou Untuk mengevaluasi densitas payudara dan dalam membedakan
nd antara kista dengan massa padat.
Tidak dapat divisualisasi untuk massa yang lebih kecil antara 5-10
mm
Massa pada jaringan lemak payudara sulit dievaluasi.
Keuntungannya adalah tidak ada radiasi dan tidak nyeri.
3 Comput Untuk mengevaluasi aksila, mediastinum dan area supraklavikula
ed untuk adenopati dan membantu dalam melakukan staging pada
Tomogr proses keganasan.
aphy Publikasi terkini menyatakan bahwa MRI dapat mengidentifikasi
dan secara tepat antara tumor primer atau residual dan secara akurat
Magneti memprediksi ekstensi penyakit pada pasien dengan diagnosis
c kanker payudara.
Resonan
nce
Imaging
Scans
Stadium kanker
Stadium T N M
Tis N0 MO
0
(LCIS/DCIS)
I T1 N0 M0
T1 N1 M0
IIA
T2 N0 M0
T2 N1 M0
IIB
T3 N0 M0
T1/T2 N2 M0
IIIA
T3 N1/N2 M0
IIIB T4 Semua N M0
III C Semua T N3 M0
IV Semua T Semua N M1
Keterangan
TX : Lokasi tumor ganas tidak dapat dinilai
Tis : Tumor in situ (pre invasive carcinoma) dan penyakit paget pada papilla tanpa
teraba tumor
T0 : Tidak ada bukti adanya tumot primer
T1 : Tumor diameter 2 cm
T1a : diameter tumor < 0,5 cm
T1b : diameter tumor 0,5-1cm
T1c : diameter tumor 1-2 cm
T2 : Tumor diameter lebih besar dari 2 cm tapi kurang dari 5 cm
T3 : Tumor diameter > 5 cm
T4 : setiap tumor yang diekstensi ke kulit atau dinding dada
T4a : ekstensi ke dinding dada
T4b : edema (peau dorange), ulserasi, satelit nodul pada payudara ipsilateral
T4c : kedua-duanya T4a dan T4b
T4d : mastitis karsinomatosa
Stadium 1 Stadium II A
Stadium II B Stadium III A
Stadium IV
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI merupakan alat deteksi kanker yang lebih sensitive dari mammografi, tetapi MRI
memiliki nilai positif palsu yang lebih tinggi, maksudnya sering muncul gambaran kelainan
payudara yang ternyata bukan kanker. Itu sebabnya MRI tidak direkomendasikan sebagai
alats krining untuk wanita tanpa risiko tinggi kanke rpayudara.
PET Scan
Ini adalah pemeriksaan terbaru yang dapat menggambarkan anatomi dan metabolism sel
kanker. Zat kontras disuntikkan lewat vena dan akan diserap oleh sel kanker. Derajat
penyerapan zat kontras oleh sel kanker dapat menggambarkan derajat histologist dan potensi
agresivitas tumor. PET Scan tidak direkomendasikan untuk skrining rutin kanker payudara.
Biopsi
Biopsi adalah pengambilan sampel jaringan yang akan diperiksa oleh dokter ahli Patologi
Anatomi. Jaringan akan dilihat di bawah mikroskop sehingga dapat ditentukan ada tidaknya
sel kanker.
Terdapatbeberapacarabiopsi :
2.Core Biopsy
3.BiopsiBedah
Biopsi aspirasi jarum halus atau Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) adalah merupakan
suatu metode atau tindakan pengambilan sebagian jaringan tubuh manusia dengan suatu alat
aspirator berupa jarum suntik yang bertujuan untuk membantu diagnosis berbagai penyakit
tumor. Tindakan biopsy aspirasi ditujukan pada tumor yang letaknya superficial dan papable
misalnya tumor kelenjar getah bening, tiroid, kelenjar liur, payudara, dan lain-lain.Sedangkan
untuk tumor pada organ dalam misalnya tumor pada paru, ginjal, hati, limpa dan lain-lain
dilakukan dengan bantuan CT Guided. Dengan metode FNAB diharapkan hasil pemeriksaan
patologis seorang pasien dapat segera ditegakkan sehingga pengobatan ataupun tindakan
operatif tidak membutuhkan waktu tunggu yang terlalu lama. Tindakan FNAB ini dapat
dilakukan oleh seorang dokter terlatih dan dapat dilakukan di ruang praktek sehingga ini
sangat bermanfaat bagi pasien rawat jalan. Untuk mendiagnosa limfomamaligna pada
kelenjar getah bening, ketepatannya tinggi pada lesi tumor yang derajat keganasannya high-
grade. Bila dilakukan padajaringan hati ketepatan diagnosisnya 67-100%.Rata-rata 80% lesi
keganasan di jaringan hati dapat didiagnosis secara tepat sehingga sesuai dengan dugaana
danya korelasi antara analisis sitologi dengan hasil pemeriksaan klinis yang baik.
Core Biopsy
Core Biopsy sangat mirip dengan Biopsi Jarum Halus tetapi menggunakan jarum yang lebih
besar. Dengan bius lokal, dibuat irisan kecil di kulit payudara dan sedikit jaringan payudara
diambil. Pemeriksaan ini dapat menimbulkan nyeri minimal.
Hasil core biopsy adalah jaringan payudara sehingga lebih mudah diidentifikasi adanya
kanker. Beberapa jenis benjolan lebih cocok untuk didiagnosis dengan core biopsy karena
bentuknya.
Hasil pemeriksaan Biopsi Jarum Halus dan Core Biopsy dapat berupa :
- Kemungkinan ada tanda kanker payudara, yaitu terdapat sel-sel yang mencurigakan tetapi
belum cukup jelas untuk menegakkan diagnosis. Hasil ini lebih baik dilanjutkan dengan
biopsy bedah untuk mencapai diagnosis akhir.
- Ditemukan sel kanker. Pada kasus ini, wanita akan menjalani biopsy bedah yang dapat
dilakukan dengan pengangkatan seluruh kanker payudara.
Biopsi Bedah
Bila seluruh pemeriksaan tidak menghasilkan diagnosis pasti kanker, maka wanita akan
dirujuk kedokter bedah Onkologi untuk menjalani biopsy bedah. Sebaliknya bila hasil
pemeriksaan sebelumnya menunjukkan tanda pasti kanker, biasanya tidak perlu dilakukan
biopsy bedah.
1. Biopsi eksisi, dengan mengangkat seluruh jaringan tumor beserta sedikit jaringan
sehat di sekitarnya, dilakukan bila ukuran atau diameter tumor < 2 cm
2. Biopsi insisi, dengan mengangkat sebagian jaringan tumor dan sedikit jaringan sehat,
dilakukan untuk tumor-tumor yang inoperabel atau lebih besar dari 2 cm (Anonim, 2009).
MAMMOGRAFI
Mammografi adalah salah satu cara yang dipilih untuk mendeteksi karsinoma
mammae, baik pada penderita yang klinis dicurigai karsinoma mammae ataupun pasien
dengan tumor kecil non-palpable (occult lession).
Skrining mamografi adalah pemeriksaan X-Ray pada payudara seorang wanita yang tidak ada
keluhan/gejala kanker payudara, target skrining adalah untuk mendeteksi adanya kanker
payudara dimana massa masih kecil untuk bisa diraba oleh pasien sendiri maupun oleh
klinisi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa deteksi adanya kanker payudara yang masih
dalam stadium awal, misal pada ductal karsinoma in situ maka keberhasilan terapi mencapai
100 %. The National Cancer Institute di Amerika merekomendasikan bahwa wanita-wanita
mulai menerima skrining mamografi pada usia 40 tahun setiap 1-2 tahun sekali dan usia > 50
tahun setiap setahun sekali. Pemeriksaan skrining mammografi dianjurkan pada wanita < 40
tahun kelompok resiko tinggi (riwayat keluarga positif atau terdapat gen mutasi BRCA
positif). Dilaksanakan dengan menggunakan sinar x dua proyeksi untuk setiap payudara,
yaitu :
untuk diagnostik ditambah dengan LM (Latero Medial view), ML (Medio Lateral view) atau
tangentsial view (Marijata, 2006).
Kanker payudara mungkin tidak terdiagnosis (non visualized) pada skrining
mammografi apabila kanker berukuran sangat kecil, letak di area yang tidak mudah dijangkau
image mammografi (di aksila atau di daerah bawah lengan) atau kanker tertutup oleh
bayangan lain.
Mammografi aman dan dapat mendeteksi kanker 1-2 tahun sebelum seorang dokter
dapat meraba adanya benjolan. Walaupun mammografi masih sebagai pegangan standar
dalam skrining dan diagnosis kanker payudara tetapi masih belum dapat membedakan
penyakit jinak dari keganansan payudara dan kurang akurat bagi pasien-pasien dengan
payudara yang padat. The American Medical Assosiation (AMA), The American College of
Radiology (ACR) dan American Cancer Society (ACS) merekomendasikan pemeriksaan
skeining mammografi pada wanita diatas 40 tahun dan menganjurkan CBE (Clinical Breast
Examination) dan BSE (Breast Self Examination) untuk usaha dini deteksi kanker payudara.
Mammografi dari wanita < 45 Tahun sering sukar untuk diinterpretasi sebab terjadi
densitas jaringan kelenjar payudara, tetapi pada wanita postmenopause kebanyakan lebih
mudah interpretasinya, sebab terjadi regresi jaringan kelenjar. Karena itu mammografi dapat
digunakan sebagai suatu metode deteksi dari suatu populasi program skrining untuk wanita
menopausal (Anonim, 2002).
Gambaran mammographs yang abnormal terdiri dari, tumor dengan batas tidak tegas
dan meluas (spikulae), mikrokalsifikasi (karsinoma intraduktal), dan penebalan kulit/papila.
Gambaran mammografi yang tak tampak kelainan, bukan garansi tidak ada karsinoma
mammae. Apabila ada suatu (bahkan kecil) kecurigaan klinik karsinoma mammae harus
selalu diikuti dengan pemeriksaan histopatologik.
(1) Fibroadenoma mammae (FAM), merupakan tumor jinak payudara yang biasa terdapat
pada usia muda (15-30 tahun), dengan konsistensi padat kenyal, batas tegas, tidak nyeri dan
mobile.
(2) Kelainan fibrokistik, merupakan tumor yang tidak berbatas tegas, konsistensi padat
kenyal atau kistik, terdapat nyeri terutama menjelang haid, ukuran membesar, biasanya
bilateral/multipel.
(3) Kistosarkoma filoides menyerupai FAM yang besar, berbentuk bulat lonjong, berbatas
tegas, mobile, dengan ukuran dapat mencapai 20-30 cm.
(4) Galaktokel, merupakan massa tumor kistik yang timbul akibat tersumbatnya
saluran/duktus laktiferus, terdapat pada ibu yang baru/sedang menyusui.
(5) Mastitis, yaitu infeksi pada payudara dengan tanda radang lengkap, bahkan dapat
berkembang menjadi abses, biasanya terdapat pada ibu yang menyusui.
(6) Lipoma, merupakan tumor pada jaringan lemak dengan batas tegas, lunak, tidak nyeri
tekan, dan dapat digerakkan.
(7) Nekrosis lemak, berbatas tegas, keras, kadang disertai dengan penarikan kulit.
Sekitar 75-80% dari seluruh penderita kanker yang mungkin sembuh. Harus ditangani secara
bedah untuk mengeluarkan seluruh kanker. Bedah kuratif mrupakan terapi lokoregional.
Penderita dapat sembuh jika kanker masih terbatas pada organ tempat tumbuhnya tumor
primer( local) dan pada kelenjar limf yang mengalir daerah atau organ ( regional). Pada
tingkat ini sedapat mungkin operasi dilakukan secara en bloc, artinya daerah atau alatyang
terangsang tumor di angkat sekaligusnya bersama dengan pembuluh dan kelenjar limf
regional. Contoh, mastektomi atau gastrectomi dengan limfadenektomi
Pada eksisi tumor tertentu. Organ tidak perlu dikeluarkan seluruhnya; operasi
dianggap cukup dengan eksisi luas saja diikuti dengan pengeluaran kelenjar limf regional.
Jarang ada penderita yang masih dapat sembuh jika penyebaran sudah di luar daerah
lokoregional. Masalahnya bergantung pada apakah kemoterapi dapat membasmi
mikrometastasis yang mungkin sudah ada ketika pembedahan dilakukan.
Pada dasawarsa terakhir, ada kecenderungan kuat untuk membatasi diri pada eksisi
luas ( artinya tanpa pengangkatan organ secara radikal) selain limfadenektomi. Perubahan
pendapat terjadi karena adanya kemampuan baru di bidang radioterapi yang menjamin
pembersihan sisa-sisa tumor tertentu di daerah tumor primer radiasi. Tanpa radioterapi
dengan alat canggih, pembedahan yang tidak radikal yang tidak menjamin pembersihan
tumor, akan mengakibatkan kekambuhan setempat.
Pembedahan paliatif
Pembedahan sekunder
jika setelah dilakukan operasi primer tanpa limfadenektomi ternyata ada metastasis di
kelenjar limf. Baru dilakukan limfadenektomi secara sekunder. Demikian juga juka terjadi
kekambuhan setempat di daerah perasi primer, dipertimbangkan untuk melakukan eksisi
tumor residif itu. Cara pembedahan sekunder lainnya adalah dengan melakukan eksisi
metastasis di paru hati.
Kini makin dibutuhkan operasi untuk membuat jalan masuk ke peredaran darah yang
menetap pada penderita untuk pemeriksaan darah rutin berkali-kali sehari maupun pemberian
kemoterapi intravaskuler terus menerus. Jaln masuk khusus ini di butuhkan karena pada
penderita tidak dapat dilakukan melaului bedah pintas arteriovena atau dengan pmasangan
kateter eksterna dan interna.
Jika dilakukan hubungan pintas antara arteri di lengan dan suatu vena subkutis, akan terjadi
pelebaran dan ekstesi system vena subkutis yang lebih mudah dipungsi. Kateter intravena
tetap merupakan metode lain. Kateter intra arteri menetap di arteri memberikan kemungkinan
kemoterapi pada suatu organ atau daerah terbatas. Kateter memetap intravena meupun intra
arteri dapat dihubungkan dengan suatu reservoir yang ditempatkan subkutis. Reservoir
ditutup dengan karet yang tebal yang tahan terhadap fungsi berulang tanpa penyulit
kebocoran.
Bedah laser
Pebedahan menggunakan sinar laser banyak digunakan untuk tumor kulit, terutama di
wajah dan karsinoma in situ di serviks, juga pembedahan melalui endoskopi di bronkus,
hidung, faring, laring, saluran cerna, dan bidang urologi
Bedah konservatif ini selalu ditambah diseksi kelenar aksila dan radioterapi pada (sisa)
payudara tersebut. Syarat mutlak untuk operasi ini adalah tumor merupakan tumor kecil dan
tersedia sarana radioterapi yang khusus untuk penyinaran. Penyinaran diperlukan untuk
mencegah kambuhnya tumor di payudara dari jaringan tumor yang tertinggal atau dari sarang
tumor lain.
b) Kemoterapi
Kemoterapi pra-operasi (neoadjuvan)
Terutama kemoterapi sistemik, bila perlu dapat dilakukan kemoterapi intra-arterial.
Kemoterapi adjuvant pasca operasi
Dewasa ini indikasi kemoterapi adjuvant pasca operasi relative luas, terhadap semua
pasien karsinoma invasif dengan diametr terbesar tumor lebih besar atau sama dengan 1
cm harus dipikirkan kemoterapi adjuvant.
Kemoterapi terhadap kanker mammae stadium lanjut atau rekuren dan metastatik
Kemoterapi adjuvant karsinoma mammae selain sebaian kecil masih memakai regimen
CMF, semakin banyak yang memakai kemoterapi kombinasi berbasis golongan
antrasiklin.
Terapi ini bersifat sistemik dan bekerja pada tingkat sel. Terutama diberikan pada kanker
payudara yang sudah lanjut, bersifat paliatif, tapi dapat pula diberikan pada kanker payudara
yang sudah dilakukan operasi mastektomi, yang bersifat adjuvant.
Kanker payudara stadium IV, pengobatan yang primer adalah bersifat sistemik. Terapi ini
berupa kemoterapi dan terapi hormonal. Radiasi kadang diperlukan untuk paliatif pada
daerah-daerah tulang yang mengandung metastasis.
Pilihan terapi sistemik dipengaruhi pula oleh terapi lokal yang dapat dilakukan, keadaan
umum pasien, reseptor hormon dan penilaian klinis. Karena terapi sistemik bersifat paliatif,
maka harus dipikirkan toksisitas yang potensial terjadi.
Kanker payudara dapat berespons terhadap agen kemoterapi, antara lain anthrasikin, agen
alkilasi, taxane, dan antimetabolit. Kombinasi dari agen tersebut dapat memperbaiki respon
namun hanya memilki efek yang sedikit untuk meningkatkan survival rate. Pemilihan
kombinasi agen kemoterapi tergantung pada kemoterapi adjuvant yang telah diberikan dan
jenisnya. Jika pasien telah mendapat kemoterapi adjuvant dengan agen Cyclophosphamide,
Methotrexat dan 5-Fluorouracil (CMF), maka pasien ini tidak mendapat agen yang sama
dengan yang didapat sebelumnya.
Untuk pasien dengan kanker payudara dapat diberikan kemoterapi intravena (IV). Cara
pemberian kemoterapi IV bervariasi, tergantung pada jenis obat.
o Indikasi
Terapi adjuvant, neoadjuvant maupun pada kanker payudara yang sudah metastasis.
- Pasien dengan usia di atas 60 tahun atau ada riwayat penyakit jantung, sebelum
kemoterapi harus dilakukan pemeriksaan echocardiogram atau multiple gated acquisition test
of cardiac output (MUGA) untuk menjamin bahwa fungsi ventrikel kiri masih baik.
- Periksa fungsi hati. Jika ada insufisiensi hati, maka dosis 5-FU di kurangi.
- Periksa fungsi ginjal. Jika ada insufisiensi ginjal, dosis epirubisin dikurangi.
- Periksa darah rutin lengkap. Jika netrofil < 1500/mm3, atau AT < 100.000/mm3, maka
kemoterapi ditunda.
o Dosis
o Cara Pemberian
- 5-FU dan siklofosfamid disuntikan secara IV pelan-pelan atau dilarutkan dalam NaCl
0,9% 100 ml dan diinfuskan dalam 10-20 menit.
- Jumlah siklus 6
o Efek Samping
- Mielosupresi
- Alopesia
- Mukositis
- Kardiomiopati
c) Terapi Hormon
Terapi hormonal diberikan pada kanker payudara stadium IV. Prinsip terapi ini
berdasarkan adanya reseptor hormon yang menjadi target dari agen terapi kanker. Ketika
berikatan dengan ligand, reseptor ini mengurangi transkripsi gen dan menginduksi apoptosis.
Jaringan payudara mengandung reseptor estrogen. Kanker payudara primer atau
metastasis juga mengandung reseptor tersebut. Tumor dengan reseptor estrogen tanpa ada
reseptor progesteron memiliki respon sebesar 30%, sedangkan jika memiliki reseptor
estrogen dan progesteron, respon terapi dapat mencapai 70%.
Pemilihan terapi endokrin atau hormonal berdasarkan toksisitas dan ketersediaan. Pada
banyak pasien, terapi endokrin inisial berupa inhibitor aromatase. Untuk wanita dengan
reseptor estrogen yang positif, respon terhadap inhibitor aromatase lebih besar dibandingkan
dengan tamoxifen.
Obat Antiesterogen
Tamoxifen paling sering digunakan sebagai terapi adjuvant pada perempuan dengan kanker
payudara yang telah di reseksi. Penggunaan tamoxifen harus diteruskan selama 5 tahun. Pada
pasien dengan kanker payudara yang telah metastasis, lebih sering digunakan inhibitor
aromatase. Namun, bagi pasien yang yang memburuk setelah mendapat inhibitor aromatase,
tamoxifen dapat memberikan manfaat. Selain itu, tamoxifen juga bermanfaat sebagai
kemopreventif kanker payudara.
Dosis standard tamoxifen adalah 20 mg, dengan pemberian 1 kali sehari karena waktu paruh
yang panjang. Efek samping yang dapat ditimbulkan antara lain hot flushes, kelainan sekresi
cairan vagina dan toksisitas retina, walaupun tidak mengancam penglihatan. Efek samping
yang harus diperhatikan adalah bahwa tamoxifen dapat menyebabkan penurunan densitas
tulang pada wanita premenopause dan kanker endometrium.
Inhibitor Aromatase
Menghambat kerja enzim aromatase, sehingga menghambat atau mengurangi atau mengurang
perubahan androgen menjadi esterogen.
Medroksiprogesterogen asetat dan megosterol. Mekanisme obat ini adalah melalui umpan
balik hormon progestin menyebabkan inhibisi aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal, andrgen
menurun, sehingga mengurangi sumber perubahan manjadi estrogen dengan hasil turunya
kadar estrogen.
Pencegahan
Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu
pencegahan pada lingkungan, pada pejamu, dan milestone. Hampir setiap epidemiolog
sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian penyakit tidak menular adalah
promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada kanker payudara, pencegahan yang
dilakukan antara lain berupa:
Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan
karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya menghindarkan diri dari
keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat. Pencagahan
primer ini juga bisa berupa pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang
dilakukan secara rutin sehingga bisa memperkecil faktor risiko terkena kanker payudara.
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker
payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan populasiat
risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini.
Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining
melaluimammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara,
tetapi keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan
salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi
tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain:
Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk
assessement survey.
Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia
50 tahun.
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada
wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dibandingkan
yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker payudara hanya 26%,
bila dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi
75%
Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker
payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan
dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier
ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit
dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak
berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh
bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu,
pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari
pengobatan alternatif.
9. Komplikasi
Adanya metastase ke jaringan sekitar secara limfogen dan hematogen merupakan komplikasi
pada carcinoma mamae. Metastase secara limfogen menyebar sampai ke paru, pelura, hati
dan tulang. Sedangkan metastase secara hematogen menyebar sampai ke otak.
10. Prognosis
Prognosis kanker payudara ditentukan oleh :
1. Stadium Kanker
0 99
I 98
II a 82
II b 65
III a 47
III b 44
IV 14
2. Tipe Histopatologi
CIS (Carsinoma In Situ) mempunyai prognosis yang lebih baik dibandingkan invasif.
3. Reseptor Hormon
Kanker yang mempunyai reseptor (+) dengan hormon memiliki prognosis lebih baik.
II. MM Bersikap Positif terhadap Penyakit dalam Islam
Tawakal
Makna Dan Hakekat Tawakal
Dari segi bahasa, tawakal berasal dari kata tawakala yang memiliki arti; menyerahkan,
mempercayakan dan mewakilkan. (Munawir, 1984 : 1687). Seseorang yang bertawakal
adalah seseorang yang menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan segala urusannya
hanya kepada Allah SWT.
Derajat Tawakal
1. Marifat kepada Allah SWT dengan segala sifat-sifat-Nya
2. Memiliki keyakinan akan keharusan melakukan usaha
3. Adanya ketetapan hati dalam mentauhidkan (mengesakan) Dzat yang ditawakali, yaitu
Allah SWT.
4. Menyandarkan hati sepenuhnya hanya kepada Allah SWT, dan menjadikan situasi
bahwa hati yang tenang hanyalah ketika mengingatkan diri kepada-Nya
5. Husnudzan (baca ; berbaik sangka) terhadap Allah SWT
6. Memasrahkan jiwa sepenuhya hanya kepada Allah SWT
7. Menyerahkan, mewakilkan, mengharapkan, dan memasrahkan segala sesuatu hanya
kepada Allah SWT.
Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan
hamba-hamba-Nya".