Anda di halaman 1dari 17

BAB V

PREVALENSI DIABETES MELITUS PADA PASIEN STROKE AKUT


DI RUMAH SAKIT PUSAT OTAK NASIONAL JAKARTA TAHUN 2017
DITINJAU DARI SEGI AGAMA ISLAM

5.1 Diabetes Melitus dan Stroke menurut Pandangan Islam


Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian
secara global. Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang
terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua
pertiganya disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular seperti kanker,
penyakit kardiovaskular, dan diabetes (Kemenkes, 2012).
Diabetes melitus (DM) adalah suatu sindroma gangguan
metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat
suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari
insulin atau keduanya dan merupakan suatu penyakit degeneratif yang
angka kejadiannya cukup tinggi, di berbagai negara juga merupakan salah
satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat (World Health
Organization, 2006).
Salah satu komplikasi diabetes melitus dapat menyebabkan
terjadinya stroke (Thomas dkk, 2014). Stroke atau yang dikenal juga
dengan istilah Gangguan Peredaran darah Otak (GPDO), merupakan
suatu sindrom yang diakibatkan oleh adanya gangguan aliran darah pada
salah satu bagian otak yang menimbulkan gangguan fungsional otak
berupa defisit neurologik atau kelumpuhan saraf (Reno, 2011).
Penyakit stroke memiliki beberapa faktor risiko, diantaranya usia,
jenis kelamin, riwayat keluarga, diabetes melitus, dislipidemia,
hipertensi, serta konsumsi rokok dan alkohol. Dari beberapa faktor risiko
di atas, salah satu faktor yang risikonya paling tinggi adalah diabetes
melitus (Suryadi, 2014).

40
Diabetes melitus dan stroke adalah ujian dan musibah yang
merupakan takdir dari Allah swt. Takdir dapat dikategorikan menjadi dua
yaitu takdir mubram dan takdir muallaq (Ibnu, 2013).
Takdir Mubram yaitu takdir Allah yang tidak dapat diubah, tidak
dapat memilih serta tidak memiliki kemampuan untuk mengubahnya.
Takdir Mubram ini terdapat pada sunnatullah yang ada di alam raya ini.
Salah satu contohnya adalah kelahiran dan kematian manusia. (Ibnu,
2013).
Takdir Muallaq yaitu takdir yang dikatkan dengan sesuatu yang
lain. Takdir ini dapat diubah dan manusia diberi akal dan hati nurani untuk
memilihnya karena pada prinsipnya dalan kehidupan ini, ada sisi-sisi
positif dan negatif yang akan selalu mengikuti perjalanan panjang
manusia. Contoh dari takdir muallaq adalah kepandaian, kekayaan, dan
kepandaian, seperti apabila ada keinginan untuk mendapat sesuatu dalam
kehidupan, sebagai manusia harus berusaha sungguh-sungguh dan berdoa
agar mendapatkan hal tersebut. (Ibnu, 2013).
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kejadian
diabetes melitus dan stroke termasuk ke dalam takdir muallaq dikarenakan
faktor-faktor risiko penyakit diabetes melitus dan stroke masih dapat
dihindari apabila manusia memiliki pola hidup yang baik serta bertawakal
agar dihindari dari penyakit tersebut.

41
5.2 Penyebab dan Faktor Risiko Penyakit Diabetes Melitus dan Stroke
Menurut Pandangan Islam
Penyakit diabetes melitus dan stroke memiliki beberapa faktor risiko
yang dapat memicu terjadinya penyakit tersebut. Stroke dikaitkan dengan
beberapa faktor risiko, diantaranya diabetes melitus, dislipidemia,
hipertensi, obesitas, hingga kebiasaan tidak berolahraga (Suryadi, 2014).
Penyakit diabetes melitus yang dapat berkomplikasi sendiri termasuk ke
dalam ketentuan Allah yang masih dapat dicegah dengan menjalani pola
hidup yang sehat dan teratur (Ibnu, 2013).
Diabetes melitus dan stroke dapat dihindari dengan mengatur pola
makan dan berolahraga serta menghindari merokok dan alkohol. Allah
berfirman:

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya


bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka
tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain Dia.” (Ar-Ra’d (13) : 11).

Menurut tafsir Quraish Shihab, Allah tidak akan mengubah nasib


suatu bangsa dari susah menjadi bahagia, atau dari kuat menjadi lemah,
sebelum mereka sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka sesuai
dengan keadaan yang akan mereka jalani. Begitu pula dengan penyakit
diabetes dan stroke, manusia harus berusaha untuk menghindari penyakit
tersebut dengan menjalani pola hidup yang sehat dan berdoa agar terhindar
dari penyakit (Shihab, 2015).

42
Dalam Islam, tidak hanya berdoa, namun manusia juga diharuskan
untuk berikhtiar sebagai usaha untuk menghindari suatu penyakit
sebagaimana yang dijelaskan pada ayat berikut :

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum


mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri …” (QS. Ar-Ra’d (13) :11)

Adapun penyebab dan faktor risiko penyakit diabetes melitus dan


stroke adalah (Ummi, 2014):
1. Merokok dan Alkohol
Hukum merokok masih menjadi perdebatan di kalangan ulama.
Akan tetapi, rokok mengandung ribuan racun yang secara kedokteran telah
terbukti merusak dan membahayakan kesehatan. Bahkan membunuh
penggunanya secara perlahan, padahal Allah telah berfirman:

‫اَّللَ َكانَ بِ ُك ْم َر ِحي ًما‬ َ ُ‫َو ََل تَ ْقتُلُوا أ َ ْنف‬


َّ ‫س ُك ْم ِإ َّن‬

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah


Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisaa (4) : 29).

Sebagaimana yang dijelaskan oleh ayat di atas, manusia harus


menjauhi hal-hal yang dapat membahayakan diri, termasuk salah satunya
adalah rokok karena rokok mengandung zat-zat yang dapat membahayakan
tubuh kita serta dapat mengarahkan pada penyakit (Baits, 2013).
Selain rokok, hal yang harus dihindari adalah minuman beralkohol
atau minuman yang memabukkan. Zaman dahulu sesuatu yang
memabukkan disebut dengan khamar. Khamar merupakan sesuatu yang
memabukkan, membuat seseorang kehilangan akan, dan keluar dari
kesadaran. Segala sesuatu yang memabukkan adalah dilarang oleh Allah
swt., sebagaimana firman Allah :

43
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah
pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi
manusia. Tetapi dosanya lebih besar dari manfaatnya.” (Q. S. Al-
Baqarah (2) : 219).

Allah juga berfirman dalam ayat lainnya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras,


berjudi, (berkurban untuk) berhala, mengundi nasib dengan anak panah,
adalah termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan)
itu agar kamu beruntung.”(Q. S. Al-Ma’idah (5) : 90).

Berdasarkan ayat-ayat di atas, sudah cukup dijelaskan bahwa


hukum mengonsumsi alkohol adalah haram. Selain itu, minuman
beralkohol juga dapat memicu berbagai macam penyakit. Oleh karena
itu, kita sebagai umat muslim harus menjauhi alcohol (Tuasikal, 2010).
2. Adab Makan dalam Islam
Pola makan yang tidak sehat merupakan salah satu risiko terhadap
terjadinya diabetes melitus yang dapat berkomplikasi menjadi penyakit
stroke. Menerapkan pola makan yang sehat dan islami dapat menurunkan
risiko timbulnya penyakit diabetes melitus dan stroke (Tuasikal, 2010).
a. Mengucapkan Basmalah Sebelum Makan dan Hamdalah Setelah
Makan
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ِى أ َ ْن يَ ْذ ُك َر ا ْس َم‬ َّ ‫ِإذَا أ َ َك َل أ َ َحدُ ُك ْم فَ ْليَ ْذ ُك ِر ا ْس َم‬


َ ‫اَّللِ ت َ َعالَى فَإ ِ ْن نَس‬
ُ‫آخ َره‬ َّ ‫اَّللِ تَعَالَى فِى أ َ َّو ِل ِه فَ ْليَقُ ْل بِ ْس ِم‬
ِ ‫اَّللِ أ َ َّولَهُ َو‬ َّ

44
“Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka hendaknya
ia menyebut nama Allah Ta’ala. Jika ia lupa untuk menyebut nama
Allah Ta’ala di awal, hendaklah ia mengucapkan: “Bismillaahi
awwalahu wa aakhirohu (dengan nama Allah pada awal dan
akhirnya)” (HR. Abu Daud no. 3767 dan At Tirmidzi no. 185)

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada hadist di atas,


salah satu adab makan dan minum adalah berdoa baik sebelum
maupun sesudahnya (Ummi, 2014).
b. Makanan Halal dan Baik
Makan dan minum yang masuk kedalam tubuh haruslah
yang baik dan halal. Makanan yang baik dapat mempengaruhi
pikiran dan aktivitas tubuh setiap hari nya. Begitu pula sebalik nya,
makanan yang haram akan berdampak negatif pada tubuh dan
pikiran. Allah SWT juga memberikan kebebasan kepada manusia
untuk menikmati makanan dan minuman yang ada di dunia ini
selama tidak ada larang syar’i yang melarang nya untuk dimakan
(Departemen Agama, 2016).
Firman Allah swt.:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa


yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu
melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang melampaui batas. (QS. Al-Maidah (5) : 87)

Dijelaskan pula dalam ayat lainnya :

45
“dan makanlah makanan yang halal lagi baik (thayib) dari apa
yang telah dirizkikan kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah dan
kamu beriman kepada-Nya (QS. Al-Maidah (5) : 88)

Dalam kedua ayat di atas, Allah memerintahkan manusia


untuk memakan makanan yang bukan cuma halal, tapi juga baik
(halalan thoyyiban) agar tidak membahayakan tubuh. Bahkan
perintah ini disejajarkan dengan bertaqwa kepada Allah sebagai
sebuah perintah yang sangat tegas dan jelas. (Ummi, 2010)
Dengan mengonsumsi makanan yang halal serta baik sudah
termasuk dalam menjaga kesehatan tubuh kita serta menjalankan
perintah Allah. Selain itu, mengonsumsi makanan halal dan baik
dapat menghindari kita dari penyakit seperti penyakit diabetes
melitus yang dapat berkomplikasi menjadi stroke (Ummi, 2010).
c. Tidak Berlebihan dalam Makanan dan Juga tidak Kekurangan
Rasulullah juga menasehati untuk bijak dalam segala hal,
termasuk dalam makanan. Setiap orang harus dapat mengira-ngira
seberapa banyak yang ia perlukan dalam makan supaya tidak terjadi
nya berlebihan dan tidak juga kekurangan. Rasulullah Shalallahu
‘alaihi Wasallam bersabda :

“Tidak ada bejana yang diisi oleh manusia yang lebih buruk dari
perutnya, cukuplah baginya memakan beberapa suapan sekedar
dapat menegakkan tulang punggungnya (memberikan tenaga), maka
jika tidak mau, maka ia dapat memenuhi perutnya dengan sepertiga
makanan, sepertiga minuman dan sepertiga lagi untuk nafasnya.
(HR. Muslim).

46
Adab makan dan minum lainnya adalah mengonsumsi
secukupnya, tidak berlebihan. Hal ini dapat dikaitkan dengan
kesehatan. Mengonsumsi makanan dan minuman secukupnya dapat
menghindari kita dari risiko penyakit seperti obesitas dan diabetes
melitus yang dapat berkomplikasi menjadi penyakit stroke (Zuhroni,
2006).

d. Tidak Tidur Setelah Makan


Anjuran untuk tidak tidur setelah makan terdapat pada
hadist Rasulullah saw yang artinya :
"Cairkan makanan kalian dengan berdzikir kepada Allah SWT dan
salat, serta janganlah kalian langsung tidur setelah makan, karena
dapat membuat hati kalian menjadi keras."(HR Abu Nu'aim dari
Aisyah r.a.).

Tidur setelah makan ternyata berbahaya bagi kesehatan


karena dapat menimbulkan pengosongan perut terhambat sehingga
mengakibatkan penumpukan lemak dalam perut yang dapat memicu
obesitas dan serangan jantung (Zul, 2017).

e. Berpuasa
Dari segi penelitian, telah dibuktikan bahwa puasa
mengandung banyak manfaat dalam kesehatan, terutama dalam
masalah pencernaan. Puasa mengistirahatkan organ-organ
pencernaan, meremajakan sel-sel yang sedang menua, juga dapat
mengatur emosi yang dapat berpengaruh pada sistem organ
khususnya kardiovaskular dan sistem saraf. Selain itu, depan puasa
juga dapat terhindar dari ancaman kegemukan (Zuhroni, dkk., 2003).
Terkait dengan puasa sendiri yangsangat terkait dengan
kesehatan tubuh, hal ini sebagaimana yang disabdakan oleh
Rasulullah saw :

47
“Puasalah kalian niscaya kalian akan sehat” (H.R. Ibnu Suny dan
Abu Nu’aim).

3. Kebiasaan Berolahraga
Olahraga dapat bertujuan untuk menjaga keseharan dengan
memelihara daya tahan tubuh dan fungsi organ tubuh, serta menjaga
kesemibangan emosional, Dalam pandangan fiqih, kebiasaan berolahraga
termasuk ijtihadiyat. Berolahraga hukumnnya mubah, namun dapat
bernilai ibadah bila diniatkan untuk agar mampu melakukan ibadah dengan
lebih sempurna dan dalam pelaksanaannya tidak bertentangan dengan
norma Islam (Zuhroni, dkk. , 2006). Allah swt. berfirman:

Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia
sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang
paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang
kuat lagi dapat dipercaya".(QS. Al-Qasas (28) : 26)

Sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan


bahwa terdapat beberapa faktor risiko diabetes melitus dan stroke seperti
kebiasaan makan, kebiasaan jarang berolahraga, serta konsumsi rokok dan
alkohol.

48
5.3 Tatalaksana Pengidap Penyakit Stroke dan Diabetes Mellitus
Dalam melakukan tatalaksana penyakit stroke dan diabetes melitus,
terdapat beberapa hal yang dilakukan seperti melakukan terapi
pengobatan, hingga memperbanyak ibadah dalam rangka mendekatkan
diri kepada Allah swt.Menurut Islam, berobat salah satu tindakan yang
dianjurkan. Dalam riwayat dijelaskan bahwa Nabi pernah berobat untuk
dirinya sendiri, serta pernah menyuruh keluarga dan sahabatnya untuk
berobat ketika sakit. Pengobatan yang dilakukan pada zaman Nabi adalah
cara-cara tertentu pada zaman tersebut. Berobat merupakan salah satu
bentuk ikhtiar demi kesembuhan penyakit. (Tuasikal, 2013). Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, demikian


pula Allah menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka
bertobatlah kalian dan janganlah berobat dengan yang haram.” (H.R
Abu Daud dari Abud Darda’ radhiallahu ‘anhu).

Menurut bunyi hadist di atas, kita sebagai umat muslim dianjurkan


untuk berobat demi kesembuhan penyakit, dengan syarat kita berobat
dengan sesuatu yang halalan thoyyiban serta menjauhi sesuatu yang haram
(Tuasikal, 2013).
Namun, hukum berobat menjadi wajib apabila bersifat darurat serta
dapat mengancam nyawa, contohnya seperti penyakit diabetes melitus dan
stroke. Adapun beberapa kondisi sifat berobat dapat menjadi wajib adalah
(Ali, 2012):
a. Jika penyakit tersebut diduga kuat mengakibatkan kematian, maka
menyelamatkan jiwa adalah wajib.
b. Jika penyakit itu menjadikan penderitanya meninggalkan perkara
wajib padahal dia mampu berobat, dan diduga kuat penyakitnya

49
bisa sembuh, berobat semacam ini adalah untuk perkara wajib,
sehingga dihukumi wajib.
c. Jika penyakit itu menular kepada yang lain, mengobati penyakit
menular adalah wajib untuk mewujudkan kemaslahatan bersama.
d. Jika penyakit diduga kuat mengakibatkan kelumpuhan total,
atau memperburuk penderitanya, dan tidak akan sembuh jika
dibiarkan, lalu mudhorot yang timbul lebih banyak daripada
maslahatnya seperti berakibat tidak bisa mencari nafkah untuk diri
dan keluarga, atau membebani orang lain dalam perawatan dan
biayanya, maka dia wajib berobat untuk kemaslahatan diri dan
orang lain.
Dalam kondisi ini, sifat berobat berubah menjadi wajib karena
penyakit diabetes melitus dan stroke apabila tidak ditangani dengan segera
dapat mengakibatkan kelumpuhan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Selain itu, masih bisa dilakukan tatalaksana sesegera mungkin supaya
mencegah penyakit tidak menimbulkan komplikasi (Ali, 2012).
Namun, kita juga harus tetap bertawakal serta selalu berdoa kepada
Allah swt karena sesungguhnya kesehatan serta kesembuhan adalah milik
Allah swt. sebagaimana yang dijelaskan pada ayat berikut ini (Badri,
2012):

Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku (Al-Syua’ra (42)
: 80)

Jika pengobatan penyakit yang tidak ada harapan untuk


disembuhkan, merupakan konsekuensi aqidah muslim untuk meyakini
bahwa kesembuhan datangnya dari Allah. Sementara berobat merupakan
salah satu bentuk usaha dan ikhtiar serta meyakini bahwa seorang muslim
menaruh harapan kuat untuk sembuh dengan izin Allah (Badri, 2012).
Namun pada pengobatan penyakit stroke dan diabetes melitus
sendiri, perlu dilihat tatalaksananya agar sejalan dengan tujuan syariat

50
Islam (Maqashid al-Syari’ah). Tujuan penetapan hukum atau yang sering
dikenal dengan istilah Maqashid al-syari'ah merupakan salah satu konsep
penting dalam kajian hukum Islam, salah satunya implikasinya dalam ilmu
kedokteran yang bertujuan untuk menciptakan kemashlahatan insani yang
hakiki, menjaga jiwa, keturunan, akal, dan harta. Tujuan-tujuan syariat
dalam Maqashid al-Syariah menurut al-Syatibi ditinjau dari dua bagian.
Pertama, berdasar pada tujuan Tuhan selaku pembuat syariat. Kedua,
berdasar pada tujuan manusia yang dibebani syariat. Pada tujuan awal,
yang berkenaan dengan segi tujuan Tuhan dalam menetapkan prinsip
ajaran syariat, dan dari segi ini Tuhan bertujuan menetapkannya untuk
dipahami, juga agar manusia yang dibebani syariat dapat melaksanakan,
kedua, agar mereka memahami esensi hikmah syariat tersebut. Allah SWT
menurunkan syariat (aturan hukum) tiada lain untuk mengambil
kemaslahatan dan menghindari kemudaratan. Aturan-aturan hukum yang
Allah tentukan hanyalah untuk kemaslahatan manusia Syariat Islam
diturunkan oleh Allah adalah untuk mewujudkan kesejahteraan manusia
secara keseluruhan. Maqasid Syariah berarti tujuan Allah dan Rasul-Nya
dalam merumuskan hukum-hukum Islam. Kemaslahatan yang akan
diwujudkan itu menurut al-Syatibi terbagi kepada tiga tingkatan, yaitu
kebutuhan dharuriyat (primer), kebutuhan hajiyat (sekunder), dan
kebutuhan tahsiniyat (tersier) (Zuhroni, 2006).
Tingkatan pertama, kebutuhan dharuriyat ialah tingkat kebutuhan
yang harus ada atau disebut dengan kebutuhan primer. Bila tingkat
kebutuhan ini tidak terpenuhi, akan terancam keselamatan umat manusia
baik di dunia maupun di akhirat kelak (Zuhroni, 2006).
Menurut al-Syatibi ada lima hal yang termasuk dalam kategori ini,
yaitu memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara
kehormatan dan keturunan, serta memelihara harta. Untuk memelihara
lima pokok inilah Syariat Islam diturunkan. Setiap ayat hukum bila diteliti
akan ditemukan alasan pembentukannya yang tidak lain adalah untuk
memelihara lima pokok diatas. Dalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat

51
yang menjelaskan keharusan menjaga kelima hal tersebut, salah satunya
adalah :

Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh


Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia,
berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu
membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi
rezeki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati
perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun
yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan
Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar".
Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu
memahami (nya). Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali
dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan
sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak
memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar
kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu
berlaku adil kendati pun dia adalah kerabat (mu), dan penuhilah janji
Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.
(QS. Al-An’am (6) : 151-152)

52
Dari beberapa tujuan tersebut para ulama sepakat bahwa
pemeliharaan agama menjadi prioritas pertama karena perintah mengenai
pemeliharaan agama tercantum dalam Al-Qur’an pada ayat berikut:

Aku tidak ciptakan jin dan manusia kecuali agar beribadah kepadaku (QS.
Al-Dzariyat (51) : 56)

Perintah berikutnya adalah memelihara jiwa karena pemeliharaan


agama akan berjalan dengan baik bila jiwa dalam keadaan baik.
Berikutnya adalah menjaga keturunan yang baik, menjaga kesucian nasab,
dan tidak ternodai oleh zina. Perintah berikutnya menjaga akal, dan
peringkat terakhir adalah menjaga harta. Tingkatan kedua, kebutuhan
hajiyat ialah kebutuhan-kebutuhan sekunder, dimana jika tidak
terwujudkan tidak sampai mengancam keselamatannya, namun akan
mengalami kesulitan. Syariat Islam menghilangkan segala kesulitan itu.
Adanya hukum rukhshah (keringanan). Tingkatan ketiga, kebutuhan
tahsiniyat ialah tingkat kebutuhan yang apabila tidak terpenuhi tidak
mengancam eksistensi salah satu dari lima pokok di atas dan tidak pula
menimbulkan kesulitan. Tingkat kebutuhan ini berupa kebutuhan
pelengkap, hal-hal yang merupakan kepatutan menurut adat istiadat yang
sesuai dengan tuntutan moral dan akhlak. Contoh jenis al-maqasid ini
adalah antara lain mencakup kesopanan dalam bertutur dan bertindak serta
pengembangan kualitas produksi dan hasil pekerjaan. Jenis kemaslahatan
ini lebih memberikan perhatian pada masalah estetika dan etika, masuk
dalam katagori ini misalnya ajaran tentang kebersihan, berhias, shadaqah,
dan bantuan kemanusiaan. Kemaslahatan ini juga penting dalam rangka
menyempurnakan kemaslahatan primer dan sekunder (Zuhroni, 2006).
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada
pasien diabetes melitus, diperlukan tatalaksana serta pengontrolan secara
teratur untuk menghindari komplikasi seperti penyakit stroke dalam

53
rangka untuk menjaga kemashlahatan (Al-Mashlahah) yang terdiri dari
agama (hifzh al-Din), jiwa (hifzh al-Nafs), akal (hifzh al-‘Aql), harta (hifzh
al-Mal), dan keturunan (hifzh al-Nasl). Pada pasien diabetes melitus yang
berkomplikasi menjadi penyakit stroke, tidak hanya fisik (hifzh al-Nafs)
namun juga dapat memengaruhi kondisi psikis (hifzh al-‘Aql). Selain itu,
tatalaksana sedini mungkin diperlukan untuk meminimalisir pengeluaran
dalam menjaga kemashlahatan harta (hifzh al-Mal). Dengan penjagaan
kemashlahatan tersebut, kualitas beribadah seseorang dapat menjadi lebih
baik, bahkan meningkat.

54
5.4 Prevalensi Diabetes Melitus Pada Stroke Akut di Rumah Sakit Pusat
Otak Nasional Jakarta Tahun 2017
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa
prevalensi penyakit diabetes melitus pada kejadian stroke akut di Rumah
Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta sebanyak 59 pasien dari 114 orang.
Salah satu komplikasi diabetes melitus dapat menyebabkan
terjadinya stroke (Thomas dkk, 2014). Komplikasi jangka panjang dari
diabetes melibatkan pembuluh – pembuluh kecil (mikroangiopati) yang
memiliki gambaran arterosklerosis dan dapat menyebabkan stroke (Price
dan Wilson, 2006). Stroke atau yang dikenal juga dengan istilah
Gangguan Peredaran darah Otak (GPDO), merupakan suatu sindrom
yang diakibatkan oleh adanya gangguan aliran darah pada salah satu
bagian otak yang menimbulkan gangguan fungsional otak berupa defisit
neurologik atau kelumpuhan saraf (Reno, 2011).
Kejadian diabetes melitus dan stroke ini termasuk dikategorikan
sebagai Takdir Muallaq karena faktor-faktor risiko penyakit tersebut
masih dapat dihindari serta dapat dikendalikan apabila manusia memiliki
pola hidup yang baik seperti menerapkan pola makan yang sehat dan
islami, berolahraga secara teratur, tidak mengonsumsi rokok dan alkohol,
serta bertawakal agar dihindari dari penyakit tersebut.
Dalam Islam, pasien diabetes melitus dan stroke dianjurkan untuk
berobat yang merupakan salah satu bentuk usaha dan ikhtiar serta
meyakini bahwa seorang muslim menaruh harapan kuat untuk sembuh
dengan izin Allah (Badri, 2012). Namun, pada kondisi ini hukum berobat
menjadi wajib dikarenakan penyakit diabetes melitus dan stroke apabila
tidak ditangani dengan segera dapat mengakibatkan kelumpuhan bahkan
dapat menyebabkan kematian, serta untuk mencegah penyakit tidak
menimbulkan komplikasi (Ali, 2012).

55
Pada diabetes melitus dan stroke, dilakukannya pengobatan tidak
hanya untuk menjaga fisik (hifzh al-Nafs) namun juga untuk menjaga
psikis (hifzh al-‘Aql). Selain itu, tatalaksana secepatnya diperlukan untuk
meminimalisir pengeluaran dalam menjaga kemashlahatan harta (hifzh al-
Mal).

56

Anda mungkin juga menyukai

  • Journal Reading
    Journal Reading
    Dokumen43 halaman
    Journal Reading
    Khansadhia Hasmaradana Mooiindie Djojonegoro
    Belum ada peringkat
  • Case Report Forensik
    Case Report Forensik
    Dokumen26 halaman
    Case Report Forensik
    Khansadhia Hasmaradana Mooiindie Djojonegoro
    Belum ada peringkat
  • 290 Surat Mengingatkan Dinkess
    290 Surat Mengingatkan Dinkess
    Dokumen2 halaman
    290 Surat Mengingatkan Dinkess
    Khansadhia Hasmaradana Mooiindie Djojonegoro
    Belum ada peringkat
  • Kasus Ujian
    Kasus Ujian
    Dokumen16 halaman
    Kasus Ujian
    Khansadhia Hasmaradana Mooiindie Djojonegoro
    Belum ada peringkat
  • Non Benzodiazepin
    Non Benzodiazepin
    Dokumen2 halaman
    Non Benzodiazepin
    Khansadhia Hasmaradana Mooiindie Djojonegoro
    100% (1)
  • Genogram Grafik Wisnu
    Genogram Grafik Wisnu
    Dokumen2 halaman
    Genogram Grafik Wisnu
    Khansadhia Hasmaradana Mooiindie Djojonegoro
    Belum ada peringkat
  • Referat DM Pada Anak
    Referat DM Pada Anak
    Dokumen47 halaman
    Referat DM Pada Anak
    Khansadhia Hasmaradana Mooiindie Djojonegoro
    Belum ada peringkat
  • Case
    Case
    Dokumen21 halaman
    Case
    Khansadhia Hasmaradana Mooiindie Djojonegoro
    Belum ada peringkat
  • Hasil Sidang
    Hasil Sidang
    Dokumen27 halaman
    Hasil Sidang
    Khansadhia Hasmaradana Mooiindie Djojonegoro
    Belum ada peringkat