Anda di halaman 1dari 30

GANGGUAN

PENGGUNAAN ZAT
Oleh : Pembimbing :
Wisnuarto Sarwono dr. Henning Madonna, SpKJ

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN JIWA


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK. I R. SAID SUKANTO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 2 JULI – 4 AGUSTUS 2018
• Adiksi berasal dari bahasa Inggris addiction yang berarti
ketagihan atau kecanduan.

• Adiksi membuat seseorang, baik secara fisik maupun


DEFINISI psikologis mengurangi kapasitasnya sebagai manusia untuk
berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga membuatnya
mengalami perubahan perilaku, menjadi obsesif kompulsif
ADIKSI,
(dalam menggunakan zat), dengan demikian mengganggu
KETERGANTUNGAN hubungannya dengan orang lain.
DAN
PENYALAHGUNAAN • Sehubungan dengan beragamnya golongan NAPZA, maka
NAPZA sesuai sebutannya dikenal: adiksi tembakau, adiksi ganja,
adiksi heroin (heroin addiction), adiksi alkohol (alcohol
addiction), adiksi kokain (cocaine addiction), adiksi shabu
(meth-amphetamine addiction), adiksi ecstasy (MDMA-
addiction), benzodiazepine addiction, steroid addiction dan
lain-lain.
Menurut PPDGJ-III, Gangguan Penggunaan NAPZA), terdiri
atas 2 bentuk, yaitu:

Penyalahgunaan, yaitu yang mempunyai harmful effects terhadap kehidupan


01 orang, menimbukan problem kerja, mengganggu hubungan dengan orang lain
(relationship) serta mempunyai aspek legal.

Adiksi atau ketergantungan, yaitu yang mengalami toleransi, putus zat, tidak
02 mampu menghentikan kebiasaan menggunakan dosis NAPZA lebih dari yang
diinginkan.
Gangguan adiksi merupakan gangguan yang bersifat kronis dan
kemungkinan kekambuhan sangat tinggi, yang ditandai dengan:

Perilaku kompulsif dalam mencari NAPZA ketergantungan


01 lainnya.

Kehilangan kontrol dalam menggunakan NAPZA atau


02 ketergantungan lainnya.

Timbulnya keadaan emosi yang negatif ketika tidak


03 mendapatkan NAPZA atau ketergantungan lainnya.
KONSEP
Ketergantungan NAPZA merupakan
gangguan yang menunjukkan adanya perubahan
dalam proses kimiawi otak sehingga memberikan
efek ketergantungan (craving, withdrawal,
tolerance).

Penyalahgunaan dikaitkan dengan


tingkah laku bereksperimentasi, mengalami rasa
kecewa, perilaku membangkang, “masalah
keuangan”, dan self medication.
Kontinuum pengunaan NAPZA
Gangguan adiksi melewati beberapa tahapan yang awalnya coba-coba, menyalahgunakan zat,
hingga akhirnya ketergantungan.

Tahap coba-coba atau eksperimental


01 Seorang remaja yang awalnya atas dasar keingintahuannya mulai menggunakan NAPZA

Tahap situasional atau bersenang-senang


02 Pola pemakaian zat pada situasi tertentu

Tahap rekreasional atau instrumental


03 Pemakaian zat bertujuan sebagai cara mengatasi masalah.

Tahap habituasi atau kebiasaan


04 Perilaku untuk mendapatkan zat sulit dikontrol dan sudah menjadi kebiasaan..

Tahap ketergantungan atau adiksi


05 ditandai dengan mulai terjadinya toleransi, withdrawal, hingga kehilangan kontrol .
PENYALAHGUNAAN
BENZODIAZEPINE
• Derivat benzodiazepine dikenal dalam bentuk tablet
dan suntikan.
PENYALAH • Dalam bentuk suntikan umumnya menggunakan
GUNAAN injeksi diazepam.

BENZO- • Sedang dalam bentuk tablet cukup bervariasi:


nitrazepam, flunitrazepam, flurazepam, bromazepam d
DIAZEPINE an diazepam

• Nama-nama julukan: benzo, lekso, emji, rohip, R


Jerman, nipam, pil kebo, koplo, boat, steso, sedatin.

• Saat ini penyalahgunaan benzodiazepine kembali


meningkat, hal ini dapat dikarenakan berkurangnya
peredaran heroin.
Akibat penyalahgunaan
benzodiazepine menimbulkan:
Masalah Fisik: Masalah Sosial:
• Penggunaan suntikan dapat
menyebabkan abses, infeksi • Mengganggu interaksi dalam rumah
sistemik, hepatitis. tangga dan lingkungan
• Gangguan gastrointestinal. • masyarakat.
• Gangguan neurologik. • Masalah marital.
• Malnutrisi. • Berkelahi.
• Tindak pidana dan terlibat hukum.
Masalah Psikiatri:
Kematian:
• Perilaku agresif terutama
dalam keadaan intoksikasi.
X • Kecelakaan lalu lintas.
• Infeksi sistemik membawa ke
• Anxietas, panik, confusional
matian.
state. • Depresi berat sampai suicide.
• Withdrawal state menimbulk • Dehidrasi, malnutrisi.
an agresif dan violence.
MEKANISME KERJA

Target kerja benzodiazepine adalah reseptor asam (y-aminobutyric acid/GABA). Reseptor-reseptor ini terutama
tersusun oleh subunit a,b,y yang merupakan kombinasi lima atau lebih rentangan membran pascasinaps.
Bergantung pada tipe, jumlah subunit, dan lokalisasi regio otak, pengaktifan reseptor menyebabkan perbedaan efek farmakokinetik. Benzo
diazepine akan meningkatkan frekuensi pembukaan kanal oleh GABA. Aliran
masuk ion klorida menyebabkan sedikit hiperpolarisasi yang menurunkan potensi pascasinaps dari ambang
letup sehingga meniadakan pembentukan potensial aksi. (Pengikatan benzodiazepine dengan lokasi
reseptornya akan meningkatkan afinitas GABA terhadap lokasi pengikatannya (dan sebaliknya) tanpa benar-
benar mengubah jumlah keseluruhan lokasi.
Kerja Benzodiazepine

Amnesia anterograd
Mengurangi kecemasan
Gangguan memori sementara Pelemas otot
01 Pada dosis rendah,
benzodiazepine bersifat
02 akibat penggunaan benzodiaze
pine juga diperantarai oleh Pada dosis tinggi,
anxiolitik.
reseptor GABAa – a1. benzodiazepine
melemaskan otot
03 rangka, kemungkinan
dengan cara
Kerja sedatif dan Antikonvulsan menaikkan hambatan
hipnotik prasinaps pada
04 Benzodiazepine mempunyai 05 digunakan untuk pengobatan medulla spinalis
efek sedatif dan dapat epilepsi (status epileptikus) dan tempat reseptor
menimbulkan hipnosis (tidur gangguan kejang lain GABAa –a2 banyak
buatan) pada dosis tinggi. dijumpai.
Kegunaan Benzodiazepine
1. Gangguan cemas

Benzodiazepine efektif untuk pengobatan gejala cemas sekunder

Dikhususkan untuk kecemasan berat yang berkepanjangan dan sebaiknya digunakan dalam
periode waktu yang singkat karena berpotensi menimbulkan kecanduan.

Obat dengan masa kerja yang lebih lama, seperti clonazepam, lorazepam dan diazepam, lebih
disukai untuk pasien dengan cemas yang membutuhkan pengobatan jangka panjang.

Untuk gangguan panik, alprazolam efektif untuk terapi jangka pendek dan jangka panjang
meskipun dapat menyebabkan gejala putus-obat pada sekitar 30% penderita.
Kegunaan Benzodiazepine
2. Gangguan otot

Diazepam bermanfaat untuk pengobatan spasme otot rangka, seperti yang terjadi pada kaku
otot, dan pengobatan spastisitas akibat gangguan degeneratif, seperti sklerosis multipel dan
cerebral palsy.

3. Amnesia

Obat yang bekerja singkat sering kali digunakan sebagai premedikasi untuk prosedur yang
dapat memicu kecemasan atau untuk prosedur yang tidak menyenangkan, seperti endoskopi,
bronkoskopi, dan beberapa prosedur gigi dan angioplasti.

4. Kejang

Clonazepam kadang digunakan untuk pengobatan beberapa jenis epilepsi, sedangkan


diazepam dan lorazepam adalah obat pilihan untuk menghilangkan kejang epileptik
grandmal dan status epileptikus.
Kegunaan Benzodiazepine
5. Gangguan Tidur

Golongan benzodiazepine yang sering diresepkan untuk gangguan tidur meliputi obat
bergolongan kerja lama flurazepam, golongan kerja menengah temazepam, dan golongan
kerja singkat triazolam.

Pada pengobatan insomnia, sangat penting untuk menyeimbangkan efek sedatif yang dibutuh
kan saat tidur dengan sedasi residual (“hangover”) selama bangun.

Flurazepam Temazepam Triazolam


Benzodiazepine kerja lama ini Obat ini berguna pada pasien Benzodiazepine ini mempunyai
sangat mengurangi waktu yang sering terbangun masa kerja yang relatif singkat
induksi tidur, jumlah bangun, sehingga digunakan untuk men
dan dapat meningkatkan durasi ginduksi tidur pada pasien deng
tidur an insomnia berulang.
• Absorbsi dan distribusi:benzodiazepine
bersifat lipofilik dan diabsorpsi secara cepat dan semp
urna setelah pemberian oral, serta didistribusikan men
uju seluruh tubuh.

FARMAKO • Lama kerja:benzodiazepine dapat dibagi


menjadi kelompok kerja singkat, sedang dan panjang.
KINETIK Obat kerja panjang membentuk metabolit aktif dengan
waktu-paruh yang lama. Keadaan ini dapat diakibatkan
dari kecepatan disosiasi reseptor dalam SSP dan
redistribusinya pada lokasi lain.

• Metabolisme: Sebagian besar benzodiazepine


termasuk chlordiazepoxide dan diazepam,
dimetabolisme oleh sistem mikrosom hati menjadi
senyawa yang juga aktif. Efek obat ini tidak hanya
dihentikan oleh eksresinya, tetapi juga oleh proses
redistribusi.
Ketergantungan
• Ketergantungan psikologis dan fisis dari penggunaan
benzodiazepine dapat terjadi jika dosis tinggi obat ini
diberikan dalam jangka panjang.

• Penghentian mendadak dapat menimbulkan gejala


putus-obat, yang meliputi bingung, cemas, agitasi, gelisa
h, insomnia, ketegangan, dan yang jarang kejang.
Efek Samping
Kantuk dan bingung. Peringatan.
01 • Efek ini merupakan dua efek 02 • Hati-hati pada pasien dengan
samping benzodiazepine yang penyakit hati.
tersering. • Dihindari pada pasien
• Ataksia terjadi pada dosis glaukoma sudut tertutup akut
tinggi dan menghambat • Alkohol dan depresan SSP
aktivitas yang memerlukan lainnya dapat memperkuat
koordinasi motorik halus. efek sedatif-hipnotik milik
• Gangguan kognitif dapat benzodiazepine.
terjadi akibat penggunaan
benzodiazepine
Gambaran Klinis (PPDGJ-III)
jika diketemukan tiga atau lebih dari gejala-gejala dibawah selama
setahun sebelumnya:

Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa (kompulsi) untuk menggunakan
01 NAPZA.

Kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan NAPZA sejak awal, usaha


02 penghentian atau tingkat penggunaannya.

Keadaan putus NAPZA secara fisiologis ketika penghentian penggunaan NAPZA atau
03 pengurangan, terbukti orang tersebut menggunakan NAPZA atau golongan NAPZA yang
sejenis dengan tujuan untuk menghilangkan atau menghindari terjadinya gejala putus zat.
Gambaran Klinis (PPDGJ-III)

Adanya bukti toleransi, berupa peningkatan dosis NAPZA yang diperlukan guna memperoleh
04 efek yang sama yang biasanya diperoleh dengan dosis yang lebih rendah .

Secara progresif mengabaikan alternatif menikmati kesenangan karena penggunaan NAPZA,


05 meningkatnya jumlah waktu yang diperlukan untuk mendapatkan atau menggunakan NAPZA
atau pulih dari akibatnya.

Meneruskan penggunaan NAPZA meskipun ia menyadari dan memahami adanya akibat yang
merugikan kesehatan akibat penggunaan NAPZA, seperti gangguan fungsi hati karena minum
06 alkohol berlebihan, keadaan depresi sebagai akibat penggunaan yang berat atau hendaya
fungsi kognitif.
• Dalam DSM-5, kategori gangguan penggunaan zat
merupakan gabungan dua (2) kategori DSM-IV yaitu
Menurut penyalahgunaan zat dan ketergantungan zat menjadi
sebuah gangguan tunggal yang diukur dari ringan
kriteria DSM-5 sampai berat.

(Diagnostic and • Ketergantungan zat menjadi sebuah gangguan


tunggal yang diukur dari ringan sampai berat. Setiap
Statistical zat (selain kafein, yang tidak didiagnosis sebagai
gangguan penggunaan zat) dianggap sebagai
Manual of gangguan penggunaan yang terpisah (misalnya
gangguan penggunaan alkohol, gangguan
Mental Disorde penggunaan stimulan, dan lain-lain).

rs) • Sedangkan diagnosis penyalahgunaan zat yang


sebelumnya diperlukan hanya satu gejala, pada DSM-
5 membutuhkan dua sampai tiga gejala dari 11 kriteria.
Gangguan Adiksi Terkait Penggunaan Zat
Gangguan terkait zat dipisahkan Gangguan yang terinduksi oleh zat,
menjadi 10 kelas: dibagi menjadi:
01 .1. Alkohol 02 1. Intoksikasi
2. Kafein 2. Withdrawal
3. Kanabis 3. Gangguan psikotik
4. Halusinogen 4. Gangguan bipolar
5. Inhalasia 5. Gangguan depresi
6. Opioid 6. Gangguan ansietas
7. Sedatif, hipnotik, dan ansiolitik 7. Gangguan tidur
8. Stimulan 8. Delirium
9. Nikotin (Rokok) 9. Neurokognitif
10. Lain-lain. 10. Disfungsi seksual

Ringan : 2-3 gejala


Kriteria: Sedang : 4-5 gejala
Berat : lebih dari 6 gejala
Pola bermasalah dari penggunaan zat
Setidaknya dua gejala dari berikut ini, terjadi dalam jangka waktu 12 bulan:

• Penggunaan zat dalam jumlah yang • Terus menggunakan zat walaupun


lebih besar atau periode yang lebih lama memiliki masalah sosial atau interpersonal
daripada yang diinginkan. persisten dan berulang yang disebabkan
atau diperparah oleh efek dari zat.
• Keinginan terus-menerus atau upaya
gagal untuk mengurangi atau mengontrol • Berkurangnya aktivitas sosial, pekerjaan,
penggunaan zat. atau rekreasi karena penggunaan zat.

• Menghabiskan waktu untuk • Penggunaan zat berulang dalam situasi


mendapatkan zat, menggunakan zat, atau yang membahayakan secara fisik.
untuk memulihkan efek dari zat tersebut.
• Penggunaan zat dilanjutkan meskipun
• Craving, atau dorongan atau keinginan memiliki pengetahuan mengenai masalah
yang kuat untuk menggunakan zat fisik, atau psikologis yang disebabkan atau
tersebut. diperburuk oleh penggunaan zat.

• Penggunaan zat berulang mengakibatka


kegagalan untuk memenuhi kewajiban di
tempat kerja, sekolah, atau rumah.
Pola bermasalah dari penggunaan zat
Setidaknya dua gejala dari berikut ini, terjadi dalam jangka waktu 12 bulan:

• Toleransi, seperti yang didefinisikan: • Withdrawal, seperti salah satu hal berikut:
• Kebutuhan yang nyata dalam • Karateristik sindrom putus zat
meningkatkan jumlah zat untuk (merujuk pada kriteria A dan B dari
mencapai intoksikasi atau efek yang kriteria yang ditetapkan untuk alkohol
diinginkan. atau withdrawal zat lainnya.
• Efek nyata terus berkurang dengan • Zat (atau terkait erat dengan zat,
menggunakan jumlah zat yang sama. seperti benzodiazepine dengan
alkohol) dipakai untuk menghilangkan
atau menghindari gejala putus zat.
Pola bermasalah dari penggunaan zat

Spesifik
• Dengan ketergantungan fisiologis: bukti toleransi atau putus zat

• Tanpa ketergantungan fisiologis: tidak ada bukti toleransi atau putus zat.

• Remisi awal : setelah memenuhi kriteria untuk gangguan penggunaan zat yang s
ebelumnya, tidak memenuhi kriteria gangguan penggunaan zat selama 3 bulan tapi
kurang dari 12 bulan

• Remisi dipertahankan: setelah sebelumnya memenuhi kriteria gangguan peng


gunaan zat, tidak memenuhi kriteria untuk gangguan penggunaan zat selama jangk
a waktu 12 bulan atau lebih .

• Dalam lingkungan terkontrol: digunakan sebagai tambahan jika orang terseb


ut berada dalam lingkungan di tempat akses mendapatkan zat dibatasi.
Pencegahan Adiksi

Faktor Risiko
• Masalah keluarga dalam ekonomi • Media yang mendukung
01 dan sosial penggunaan NAPZA
• Penggunaan NAPZA ibu selama • Konflik orang tua dan anak
kehamilan • Orang tua dengan gangguan adiksi,
• Kegagalan di masa awal sekolah masalah penyalahgunaan alkohol
• Penelantaran dan kekerasan pada dan zat
anak • Orang tua yang permisif
• Sikap perilaku menentang dan • Teman sebaya pengguna NAPZA
agresif • Delinguency
• Kurang dilibatkan pada aktivitas • Kepribadian petualang dan suka
bersama mencoba-coba
• Komunitas pengguna NAPZA
• Tinggal di lingkungan yang tidak
memiliki aturan
• Ketersediaan NAPZA di komunitas
Pencegahan Adiksi

Faktor Protektif
• Kemampuan emosional dan sosial • Konflik keluarga yang rendah
02 diri • Komunikasi yang baik antara orang
• Keterlibatan dalam kerohanian dan tua dan anak
agama • Keterampilan yang baik dalam
• Hubungan kelekatan dalam menghadapi masalah
keluarga
Prinsip Pencegahan Adiksi
Pencegahan Primer
• Pencegahan primer bertujuan untuk mencegah penggunaan zat.
• Dari sudut pandang pencegahan primer di suatu negara adalah mencegah denganmengatasi faktor penyebab dari
segi ekonomi dan budaya setempat yang berhubungan dengan terjadinya adiksi.
• Salah satu upaya dari bidang kesehatan yang dilakukan adalah promosi kesehatan dan edukasi bagaimana
mencegah adiksi.

Pencegahan Sekunder
• Pencegahan sekunder termasuk identifikasi awal dan manajemen gangguan adiksi.
• Pencegahan sekunder sangat penting dalam profesional bidang kesehatan, tidak hanya mencakup identifikasi
awal dan pengelolaan gangguan yang ditimbulkan atau yang berhubungan dengan adiksi, tetapi juga mengatasi
peningkatan risiko dan mengurangi gejala yang mengganggu akibat adiksi.

Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier bertujuan untuk mengurangi kecacatan dan konsekuensi psikososial dari gangguan adiksi.
1. Tidak ada satupun bentuk terapi serupa yang sesuai
untuk semua individu.
2. Kebutuhan mendapatkan terapi harus selalu siap
tersedia setiap waktu.
TERAPI DAN 3. Terapi yang efektif harus mampu memenuhi banyak
UPAYA PEMU kebutuhan individu tersebut, tidak semata-mata
hanya untuk kebutuhan memutus menggunakan
LIHAN napza.
4. Rencana program terapi seorang individu harus dinilai
secara kontinu dan kalau perlu dapat dimodifikasi
guna memastikan apakah rencana terapi telah sesuai
NIDA (National Institute on
dengan perubahan kebutuhan orang tersebut atau
Drug Abuse, belum.
1999) 5. Mempertahankan pasien dalam satu periode waktu
program terapi yang adekuat merupakan sesuatu
yang penting guna menilai apakah terapi cukup efektif
atau tidak.
6. Konseling (perorangan dan/atau kelompok) dan terapi
perilaku lain merupakan komponen kritis untuk menda
TERAPI DAN patkan terapi yang efektif untuk pasien adiksi.
7. Medikasi atau psikofarmaka merupakan elemen
UPAYA PEMU penting pada terapi banyak pasien, terutama bila
dikombinasikan dengan konseling dan terapi perilaku
LIHAN lain.
8. Seorang yang mengalami adiksi yang juga menderita
gangguan mental, harus mendapatkan terapi untuk ke
NIDA (National Institute on duanya secara integratif.
Drug Abuse, 9. Detoksifikasi medik hanya merupakan taraf permulaan
1999) terapi adiksi dan detoksifikasi hanya sedikit bermakna
untuk menghentikan terapi jangka panjang.
10. Terapi yang dilakukan secara sukarela tidak menjamin
menghasilkan suatu bentuk terapi yang efektif.
TERAPI DAN 11. Kemungkinan penggunaan zat psikoaktif selama
terapi berlangsung harus dimonitor secara kontinu.
UPAYA PEMU 12. Program terapi harus menyediakan assesment
penyakit infeksi lain dan juga menyediakan konseling
LIHAN untuk membantu pasien agar mampu memodifikasi at
au mengubah tingkah lakunya, serta tidak menyebab
kan dirinya atau diri orang lain pada posisi yang
NIDA (National Institute on berisiko mendapatkan infeksi.
Drug Abuse, 13. Recovery dari kondisi adiksi NAPZA merupakan suatu
1999) proses jangka panjang dan sering mengalami
episode terapi yang berulang-ulang.

Anda mungkin juga menyukai

  • Journal Reading
    Journal Reading
    Dokumen43 halaman
    Journal Reading
    Khansadhia Hasmaradana Mooiindie Djojonegoro
    Belum ada peringkat
  • Case Report Forensik
    Case Report Forensik
    Dokumen26 halaman
    Case Report Forensik
    Khansadhia Hasmaradana Mooiindie Djojonegoro
    Belum ada peringkat
  • 290 Surat Mengingatkan Dinkess
    290 Surat Mengingatkan Dinkess
    Dokumen2 halaman
    290 Surat Mengingatkan Dinkess
    Khansadhia Hasmaradana Mooiindie Djojonegoro
    Belum ada peringkat
  • Kasus Ujian
    Kasus Ujian
    Dokumen16 halaman
    Kasus Ujian
    Khansadhia Hasmaradana Mooiindie Djojonegoro
    Belum ada peringkat
  • Non Benzodiazepin
    Non Benzodiazepin
    Dokumen2 halaman
    Non Benzodiazepin
    Khansadhia Hasmaradana Mooiindie Djojonegoro
    100% (1)
  • Genogram Grafik Wisnu
    Genogram Grafik Wisnu
    Dokumen2 halaman
    Genogram Grafik Wisnu
    Khansadhia Hasmaradana Mooiindie Djojonegoro
    Belum ada peringkat
  • Referat DM Pada Anak
    Referat DM Pada Anak
    Dokumen47 halaman
    Referat DM Pada Anak
    Khansadhia Hasmaradana Mooiindie Djojonegoro
    Belum ada peringkat
  • Case
    Case
    Dokumen21 halaman
    Case
    Khansadhia Hasmaradana Mooiindie Djojonegoro
    Belum ada peringkat
  • Hasil Sidang
    Hasil Sidang
    Dokumen27 halaman
    Hasil Sidang
    Khansadhia Hasmaradana Mooiindie Djojonegoro
    Belum ada peringkat