Anda di halaman 1dari 20

Deteksi Dini Kanker Payudara

Oleh :
Dr. Kunta Setiaji SpB, SpB.Onk

PROGRAM PENDIDIKAN ILMU BEDAH


UNIVERSITAS GADJAHMADA / RS.DR. Sardjito
YOGYAKARTA
2010

Deteksi Dini Kanker Payudara


Pendahuluan
Kanker payudara, atau disebut sebagai karsinoma mama merupakan kanker solid yang
mempunyai insiden tertinggi no. 1 di Negara Barat/ maju. Di Indonesia kanker payudara
merupakan kanker dengan insiden tertinggi no. 2 setelah kanker leher rahim dan diperkirakan
dalam waktu singkat akan merupakan kanker dengan insiden tertinggi pada wanita. Angka
kejadian kanker payudara di Amerika Serikat adalah 27/ 100.000 dan diperkirakan terdapat lebih
dari 200.000 kasus baru pertahun (Honig, 2006) dengan angka kematian lebih dari 40 ribu kasus
pertahun. Di Indonesia oleh karena tidak tersedianya registrasi berbasis populasi, maka angka
kejadian kanker payudara dibuat berdasarkan registrasi berbasis patologi dengan insiden relatif
11.5% (artinya 11 12 kasus baru per 100.000 penduduk beresiko).
Penatalaksanaan kanker payudara telah mengalami kemajuan yang sangat pesat yang
meliputi terapi operasi, radiasi, kemoterapi, hormonal, dll, akan tetapi angka kematian dan angka
kejadian kanker payudara masih tetap tinggi. Hal ini disebabkan karena penderita kanker
payudara yang datang berobat kabanyakan datang dalam keadaan stadium lanjut sehingga tidak
dapat dilakukan tindakan operasi. Padahal operasi merupakan satu-satunya terapi kanker
payudara yang bersifat kuratif dalam arti masih punya harapan sembuh.
Di Negara maju (USA, Eropah Barat), dengan tersedianya mass screening program, dan
pendidikan masyarakat tentang kanker yang efektif maka lebih dari 50% penderita kanker
payudara datang dalam stadium lokal, dan menurut M.D. Anderson, 2006, 10 20 pasien per
100.000 penduduk per tahun datang dengan DCIS (Ductal Carcinoma In Situ), dan sebagian
datang dengan kanker payudara yang non-palpable. Adanya epidemiologi molekuler yang
semakin berkembang, telah menemukan 5 10% penderita kanker payudara sebagai familial
breast cancer, yaitu adanya defek genetik pada saat pasien dilahirkan yaitu adanya mutasi gen
BRCA-1 atau BRCA-2. Dengan deteksi awal terhadap familial breast cancer tersebut diatas
usaha-usaha prevensi dan profilatik telah dapat dijalankan dengan target populasi yang tepat.
Di Indonesia, skrining terhadap kanker payudara masih bersifat individual, dan sporadik,
sehingga program deteksi dini masih belum efisien dan efektif. Sebagai akibatnya pasien dengan
kanker payudara stadium lanjut masih cukup tinggi yaitu lebih dari 50% (data didapatkan dari
berbagai senter pendidikan konsutan bedah onkologi di Indonesia).
2

Tercatat hanya 1 dari 5 penderita kanker payudara dapat dilakukan operasi karena
stadium dini dengan prognosis yang baik ( operable dan curable ), sedangkan yang lainnya
sedemikian lanjut stadiumnya sehingga tidak mungkin lagi dilakukan tindakan operasi sehingga
prognosisnya buruk atau dengan kata lain inoperable dan incurable. Temuan dini kanker
payudara amat penting bagi keberhasilan pengobatan dengan operasi, kemungkinan
penyebarannya ( metastasis ) sukar untuk dicegah sehingga harapan hidupnya kecil.
Faktor Resiko
Pemeriksaan payudara baik sendiri, klinis ataupun dengan alat radiologi sebaiknya
dilakukan pada setiap wanita dewasa, tetapi lebih diutamakan pada wanita yang memiliki resiko
tinggi untuk menderita kanker payudara. Faktor resiko adalah sesuatu yang meningkatkan
risiko menderita kanker payudara. Banyak faktor risiko terpenting untuk kanker payudara berada
diluar kendali kita, seperti usia, riwayat keluarga, dan riwayat medis. Namun, ada beberapa
faktor risiko yang dapat dikontrol, seperti berat badan, aktivitas fisik dan konsumsi alkohol.
Faktor risiko yang dapat dikendalikan:
Bobot/berat badan. Kegemukan yang dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara,
terutama bagi perempuan setelah tidak haid (menopause). Jaringan lemak tubuh adalah sumber
utama estrogen setelah ovarium berhenti menghasilkan hormon. Memiliki jaringan lemak lebih
banyak berarti memiliki estrogen yang lebih tinggi, yang dapat meningkatkan risiko kanker
payudara.
Diet. Diet diduga merupakan faktor risiko untuk berbagai jenis kanker, termasuk kanker
payudara, tetapi belum ada studi mengenai jenis makanan yang meningkatkan risiko tersebut.
Adalah ide baik untuk membatasi sumber daging merah (termasuk lemak dalam keju, susu, dan
es krim) karena mungkin saja berisi hormon, faktor pertumbuhan lainnya, antibiotik dan
pestisida yang membayakan kesehatan. Beberapa peneliti percaya bahwa makan terlalu banyak
kolesterol dan lemak lainnya adalah faktor risiko untuk kanker, dan studi menunjukkan bahwa
makan banyak daging merah atau daging yang diproses dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi
terhadap kanker payudara. Diet rendah lemak misal buah-buahan dan sayuran umumnya
dianjurkan.

Latihan/Olahraga. Bukti yang berkembang bahwa latihan dapat mengurangi resiko kanker
payudara. American Cancer Society merekomendasikan melakukan olahraga selama 45-60 menit
5 hari atau lebih dalam seminggu.
Konsumsi alkohol. Studi menunjukkan bahwa risiko kanker payudara meningkat seiring dengan
banyaknya jumlah konsumsi alkohol. Alkohol dapat membatasi kemampuan hati untuk
mengendalikan tingkat hormon estrogen darah yang pada gilirannya dapat meningkatkan risiko.
Merokok. Merokok dikaitkan dengan sedikit peningkatan resiko kanker payudara.
Terpapar estrogen. Karena hormon estrogen perempuan merangsang pertumbuhan sel
payudara, terpapar dengan estrogen dalam waktu yang lama, tanpa terputus dapat meningkatkan
risiko kanker payudara.
Beberapa faktor resiko tersebut yang dapat kita kontrol, seperti:
* Menggunakan gabungan terapi hormon pengganti (estrogen dan progesterone; HRT) untuk
beberapa tahun atau lebih, atau menggunakan estrogen sendiri selama lebih dari 10 tahun
* Kegemukan
* Kebiasaan minum alkohol
Nampaknya penggunaaan kontrasepsi oral/pil sedikit meningkatkan risiko untuk kanker
payudara, tetapi hanya terbatas untuk jangka waktu tertentu. Wanita yang berhenti menggunakan
kontrasepsi oral lebih dari 10 tahun yang lalu tidak mempunyai peningkatan risiko kanker
payudara.
Stres dan kegelisahan. Tidak ada bukti jelas bahwa stres dan kegelisahan dapat meningkatkan
risiko kanker payudara. Namun, apapun yang bisa kita lakukan untuk mengurangi stres dan
untuk meningkatkan kenyamanan, bersenang-senang dan bahagia dapat memiliki efek yang
besar pada kualitas hidup. Jadi sebutlah kegiatan seperti: meditasi dan doa/ibadah dapat berharga
buat kualitas hidup kita. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa praktek ini dapat memperkuat
sistem kekebalan tubuh.
Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan:
Gender/Jenis Kelamin. Wanita adalah faktor risiko kanker payudara. Meskipun laki-laki bisa
mendapatkan kanker payudara, sel payudara perempuan terus berubah dan berkembang, terutama
akibat kegiatan hormon estrogen dan progesterone. Kegiatan ini menempatkan mereka pada
risiko lebih besar untuk kanker payudara dibandingkan pria.
4

Usia. Dari usia 30 sampai 39, risikonya adalah 1 dalam 233, atau 0,43%. Yang menjadi 1 dari 27
atau hampir 4% pada saat seseorang berada di usia 60 tahun.
Riwayat kanker payudara dalam keluarga. ( mutasi BRCA1-2 ). Jika seseorang memiliki
garis keturunan pertama (ibu, anak perempuan, saudara perempuan) yang memiliki kanker
payudara atau ada beberapa keluarga yang terkena kanker payudara atau ovarium (terutama
sebelum mereka berumur 50), berarti seseorang tersebut memiliki resiko lebih tinggi
mendapatkan kanker payudara.
BRCA1 termasuk dalam kelas gen yang dikenal sebagai tumor suppressors, yang
mempertahankan integritas genomik untuk mencegah perubahan genetik berbahaya. Protein
BRCA2, yang memiliki fungsi mirip dengan BRCA1, juga berinteraksi dengan protein
RAD51. Dengan mempengaruhi perbaikan kerusakan DNA, ketiga protein berperan dalam
menjaga kestabilan genom manusia.
Sebagian besar wanita yang mewarisi mutasi pada BRCA1 dan BRCA2 akan
mengembangkan payudara dan / atau kanker ovarium. Kisaran risiko kanker payudara dan
ovarium terkait dengan mutasi pada gen ini telah ditandai melalui berbagai penelitian. Perkiraan
yang lebih rendah risiko berasal dari analisis mutasi pada populasi umum yang dipilih dari
individu-individu, sedangkan perkiraan yang lebih tinggi terkait mutasi-risiko kanker diyakini
lebih tepat untuk individu dengan riwayat keluarga dengan kanker.
Umumnya, mutasi pada BRCA1 dan BRCA2 dihubungkan dengan 56% menjadi 87%
risiko kanker payudara pada usia 70. Yang paling penting, turun-temurun kanker payudara terjadi
pada usia yang jauh lebih awal daripada nonhereditary (sporadis) formulir. Perempuan dalam
populasi umum hanya memiliki 2% kesempatan untuk mengembangkan kanker payudara
sebelum usia 50. Seperti yang ditunjukkan pada panel tengah, bagaimanapun, seorang wanita
dengan mutasi BRCA1 atau BRCA2 memiliki 33% hingga 50% kemungkinan kanker payudara
sebelum mencapai usia 50 tahun.
Riwayat pribadi kanker payudara. Jika seseorang telah didiagnosa dengan kanker payudara,
maka risiko berkembang lagi, baik di payudara yang sama atau payudara lainnya, lebih tinggi
daripada jika tidak pernah memiliki penyakit ini sebelumnya.
Ras. Perempuan kulit putih sedikit lebih tinggi untuk mendapat kanker payudara selain
perempuan afro amerika. Orang asia, Hispanic dan non amerika memiliki resiko lebih rendah
kanker payudara.
5

Terapi radiasi pada dada. Setelah terapi radiasi pada daerah dada saat masih anak-anak atau
dewasa muda untuk pengobatan kanker lain secara signifikan meningkatkan resiko kanker
payudara. Peningkatan risiko kelihatannya meningkat jika radiasi diberikan saat payudara masih
berkembang (selama masih remaja).
Perubahan seluler payudara. Perubahan sel payudara yang tidak biasanya ditemukan saat
biopsi payudara dapat menjadi faktor risiko untuk kanker payudara. Perubahan ini meliputi
pertumbuhan yg terlalu cepat dari sel (disebut hyperplasia) atau penampakan yang abnormal
(atipikal).
Terpapar estrogen. Karena hormon estrogen perempuan merangsang pertumbuhan sel
payudara, terpapar estrogen lebih lama, tanpa jeda, dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
Beberapa faktor risiko yang tidak di bawah kontrol, seperti:
*

Mulainya haid (menarke) pada usia muda (sebelum usia 12)

* Saat menopause/haid brehenti (akhir siklus bulanan) pada akhir usia (setelah 55)
* Terpapar estrogen lingkungan (seperti hormon dalam daging atau pestisida seperti DDT, yang
memproduksi substansi mirip estrogen.
Kehamilan dan menyusui. Kehamilan dan menyusui mengurangi jumlah keseluruhan siklus
haid perempuan dalam hidup dan mengurangi resiko kanker payudara. Perempuan yang tidak
pernah hamil atau kehamilan yang pertama setelah usia 30 memiliki peningkatan risiko kanker
payudara. Bagi wanita yang memiliki anak, menyusui mungkin sedikit menurunkan risiko
kanker payudara, terutama jika mereka terus menyusui selama 1 1 / 2 sampai 2 tahun. Bagi
banyak perempuan menyusui sepanjang ini adalah tidak praktis dan merepotkan.
Terpapar

DES.

Perempuan

yang

mengonsumsi

obat-obatan

yang

disebut diethylstilbesterol (DES), digunakan untuk mencegah keguguran dari tahun 1940-an
sampai tahun 1960-an, memiliki peningkatan sedikit resiko kanker payudara. Perempuan yang
ibunya mengonsumsi DES selama kehamilan mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi juga
terkena kanker payudara.
Deteksi Dini
Penemuan dini merupakan upaya penting dalam penangan kanker payudara. Sebagian
besar tumor payudara ditemukan oleh penderita sendiri, tetapi sayangnya sering temuan ini
sudah bukan lagi pada stadium dini tetapi sudah sampai tingkat inoperable. Temuan dini kanker
6

payudara ini dapat diperoleh dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri ( SADARI ),
pemeriksaan secara klinis ( SARANIS ) atau pemeriksaan dengan alat radiologi berupa
mammografi dan USG ( ultra sonography ).
Untuk menemukan kasus ini lebih awal dikembangkan berbagai metode sebagai berikut :
A. SADARI ( Periksa Payudara Sendiri )
Terbukti 95% wanita yang terdiagnosis pada tahap awal kanker payudara dapat bertahan
hidup lebih dari lima tahun setelah terdiagnosis sehingga banyak dokter yang merekomendasikan
agar para wanita menjalani sadari (periksa payudara sendiri saat menstruasi pada hari ke 7
sampai dengan hari ke 10 setelah hari pertama haid) di rumah secara rutin dan menyarankan
dilakukannya pemeriksaan rutin tahunan untuk mendeteksi benjolan pada payudara. Pemeriksaan
payudara sendiri dapat dilakukan pada usia 20 tahun atau lebih. Bagi wanita usia lebih dari 30
tahun dapat melakukan pemeriksaan payudara sendiri maupun ke bidan atau dokter untuk setiap
tahunnya.
Pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan melihat perubahan di hadapan cermin dan
melihat perubahan bentuk payudara dengan cara berbaring. Pemeriksaan payudara dapat
dilakukan dengan melihat perubahan di hadapan cermin dan melihat perubahan bentuk payudara
dengan cara berbaring.
1.

Melihat Perubahan Di Hadapan Cermin.


Lihat pada cermin , bentuk dan keseimbangan bentuk payudara (simetris atau tidak). Cara
melakukan :
o

Tahap 1

Melihat perubahan bentuk dan besarnya payudara, perubahan puting susu, serta kulit
payudara di depan kaca. Sambil berdiri tegak depan cermin, posisi kedua lengan lurus ke
bawah disamping badan.
o

Tahap 2

Periksa payudara dengan tangan diangkat di atas kepala. Dengan maksud untuk melihat
retraksi kulit atau perlekatan tumor terhadap otot atau fascia dibawahnya.
o

Tahap 3

Berdiri tegak di depan cermin dengan tangan disamping kanan dan kiri. Miringkan badan ke
kanan dan kiri untuk melihat perubahan pada payudara.
o

Tahap 4

Menegangkan otot-otot bagian dada dengan berkacak pinggang/ tangan menekan pinggul
dimaksudkan untuk menegangkan otot di daerah axilla.
2.

Melihat Perubahan Bentuk Payudara Dengan Berbaring.


o

Tahap 1. Persiapan

Dimulai dari payudara kanan. Baring menghadap ke kiri dengan membengkokkan kedua
lutut Anda. Letakkan bantal atau handuk mandi yang telah dilipat di bawah bahu sebelah
kanan untuk menaikan bagian yang akan diperiksa. Kemudian letakkan tangan kanan Anda di
bawah kepala. Gunakan tangan kiri Anda untuk memeriksa payudara kanan .Gunakan telapak

jari-jari Anda untuk memeriksa sembarang benjolan atau penebalan. Periksa payudara Anda
dengan menggunakan Vertical Strip dan Circular.
o

Tahap 2. Pemeriksaan Payudara dengan Vertical

Strip

Memeriksa seluruh bagian payudara dengan cara vertical, dari tulang selangka di bagian
atas ke bra-line di bagian bawah, dan garis tengah antara kedua payudara ke garis tengah
bagian ketiak Anda. Gunakan tangan kiri untuk mengawali pijatan pada ketiak. Kemudian
putar dan tekan kuat untuk merasakan benjolan. Gerakkan tangan Anda perlahan-lahan ke
bawah bra line dengan putaran ringan dan tekan kuat di setiap tempat. Di bagian bawah bra
line, bergerak kurang lebih 2 cm kekiri dan terus ke arah atas menuju tulang selangka
dengan memutar dan menekan. Bergeraklah ke atas dan ke bawah mengikuti pijatan dan
meliputi seluruh bagian yang ditunjuk.
o

Tahap 3. Pemeriksaan Payudara dengan Cara Memutar.

10

Berawal dari bagian atas payudara Anda, buat putaran yang besar. Bergeraklah sekeliling
payudara dengan memperhatikan benjolan yang luar biasa. Buatlah sekurang-kurangnya tiga
putaran kecil sampai ke puting payudara. Lakukan sebanyak 2 kali. Sekali dengan tekanan
ringan dan sekali dengan tekanan kuat. Jangan lupa periksa bagian bawah areola mammae.
o

Tahap 4. Pemeriksaan Cairan Di Puting Payudara.

Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara Anda untuk melihat adanya cairan
abnormal dari puting payudara.
o

Tahap 5. Memeriksa Ketiak

Letakkan tangan kanan Anda ke samping dan rasakan ketiak Anda dengan teliti, apakah
teraba benjolan abnormal atau tidak.

11

Jadi kesimpulan yang penting dalam pendidikan masyarakat adalah :


1. Memberikan kesadaran kepada masyarakat

bahwa penyakit kanker payudara bukanlah

penyakit yang tidak dapat disembuhkan, asal penderita datang dalam keadaan dini.
2. Menganjurkan SADARI dan mengajarkan cara cara SADARI, karena cara ini sangat
besar perannya dalam penemuan dini. Kira kira 85 % tumor payudara ditemukan oleh
penderita sendiri. Akhirnya penanganan secara tepat dan adekuat dapat dilakukan
B. SARANIS (pemeriksaan payudara secara klinik )
Pemeriksaan ini dilakukan oleh dokter spesialis, dokter umum ataupun paramedis yang
terampil. Bagi wanita berusia 20-40 tahun sebaiknya dilakukan pemeriksaan ini setiap 3 tahun,
sedangkan bagi wanita berusia lebih 40 tahun sebaiknya dilakukan setiap 1 tahun.
Kesempatan menemukan tumor payudara lebih awal dengan cara ini dapat terwujud apabila
dilakukan pemeriksaan terhadap wanita terutama yang berusia diatas 40 tahun atau yang
termasuk golongan beresiko tinggi kanker payudara yang datang walaupun dengan keluhan
selain payudara dengan penjelasan terlebih dahulu. Saranis sebaiknya dilakukan secara sistematis
dan berurutan sebagai berikut.
1. Pasien duduk di tempat periksa. Baju dibuka setinggi pusat, tangan santai. Diamati
kesimetrisan dan perubahan bentuk payudara atau puting.
2. Keduan tangan diangkat ke kepala. Diamati kesimetrisan dan perubahan bentuk payudara atau
puting.
3. Palpasi Kelenjar Getah Bening Aksila dengan lengan pasien diletakan santai di tangan
pemeriksa.
4. Palpasi Leher terutama supraclavikula dengan leher pasien dalam keadaan fleksi.
5. Pasien posisi supine ( baring ), dipalpasi mulai pinggir sampai puting searah jarum jam
dengan teliti, talapak jari dirapatkan, puting ditekan apakah ada keluar cairan atau tidak.

12

C. MAMOGRAFI
Tujuan utama pemeriksaan mammografi adalah untuk deteksi dini keganasan payudara.
Mammografi terutama berperan pada payudara yang mempunyai jaringan lemak yang dominan
serta jaringan fibroglandular yang relative lebih sedikit. Mamografi adalah foto payudara dengan
menggunakan perlatan radiologi khusus. Tekniknya sederhana, tidak sakit dan tidak memerlukan
kontras. Mamografi dapat mendeteksi kanker payudara yang ukuran kecil ( lebih kecil dari 0,5
cm ) bahkan tumor yang tidak teraba ( unpalpable tumor ).
Posisi utama yang digunakan adalah kraniokaudal dan mediolateral dengan posisi dan
kompresi yang benar serta baik untuk mendapatkan hasil yang optimal, dimana penderita berdiri
atau duduk didepan pesawat mammografi, dengan meja yang dapat digerakkkan, lalu penderita
meletakkan payudaranya di atas meja tersebut. Pemotretan dengan arah sinar vertical untuk
posisi kraniokaudal dan arah sinar horizontal untuk posisi mediolateral.

Indikasi Mammografi
13

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Adanya benjolan dan rasa tidak enak pada payudara


Pada wanita dengan riwayat resiko tinggi untuk mendapatkan keganasan payudara
Pembesaran kelenjar getah bening aksila yang meragukan
Pada wanita dengan penyebab metastasis tanpa diketahui asal tumor primer
Pada penderita dengan cancer phobia
Follow up penderita pasca operasi dengan kemungkinan kambuh atau keganasan
payudara yang kontralateral

Pemeriksaan dengan mamografi ini dianjurkan dilakukan dilakukan setiap 1 tahun sekali bagi
wanita berusia diatas 40 tahun.
Rekomendasi ACS (American Cancer Society)

Screening mammography pertama pada umur 40

Mammography setiap 1 s/d 2 tahun antara umur 40 dan 49

Mammography setahun sekali sesudahnya

D. USG ( Ultra SonoGraphy )


USG payudara juga merupakan cara radiologi yang cukup efektif untuk deteksi dini
kanker payudara, terutama dilakukan pada pasien yang usianya relatif muda dan masih dalam
masa reproduksi sebab payudaranya msih keras dan akan lebih sulit untuk dilakukan mamografi.
Posisi penderita terlenjtang dengan lengan diangkat keatas dan diletakkan dibawah kepala.
Kemudian dilakukan pemeriksaan secara sistematik sesuai dengan arah jarum jam, sampai
mencakup daerah aksila dan dilakukan tindakan kompressi dan non kompressi apabila dijumpai
adanya lesi.

14

Indikasi USG Payudara


1.
2.
3.
4.

Payudara yang padat pada mammografi


Pada payudara wanita hamil, menyusui dan remaja
Evaluasi lesi berbatas tegas pada temuan mammografi dan penyakit fibrokistik
Penuntun biopsy atau aspirasi

Biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH)


Biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH), bukan merupakan alat diagnostik baru'. Di negara
Barat metode ini dipergunakan sebagai prosedur diagnostik rutin tumor. Di Indonesia, BAJAH
semakin banyak dipergunakan dalam pelayanan onkologik. Pengetrapan BAJAH sebagai
diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor, mempunyai dampak positif pada aspek deteksi dini
kanker, menejemen tumor, pengelola rumah sakit dan bagi pasien sendiri. Keberadaan alat
canggih berguna membantu diagnosis kanker, tetapi sifatnya selektif. Untuk memperoleh basil
yang optimal dari biopsy aspirasi diperlukan kerja sama kelompok klinis, radiologis dan
patologis. Teknik biopsi aspirasi sederhana, murah, cepat dan akurat dan dapat dipergunakan
hampir pada semua tumor baik yang letaknya superfisial maupun yang terletak di rongga tubuh
Indikasi BAJAH
Paola hampir semua tumor dapat dilakukan biopsi aspirasi, baik yang letaknya
superfisial palpable ataupun tumor yang terletak di dalam rongga tubuh unpalpable dengan
indikasi :
15

1) Preoperatif biopsi aspirasi pads tumor sangkaan maligna operable. Tu juannya adalah untuk
diagnosis dan menrrntukan pola tindakan bedah selanjutnya. Sebagai contoh tumor payudara dan
kelenjar tiroid.
2) Maligna inoperable. Biopsi aspirasi merupakan diagnosis konfirmatif.
3) Diagnosis konfirmatif tumor "rekuren" dan metastasis.
4) Membedakan tumor kistik, solid dan peradangan.
5) Mengambil spesimen untuk kultur dan penelitian.
Tehnik Biopsi Aspirasi
Teknik biopsi aspirasi mencakup kegiatan mulai dari pendekatan pasien, mempersiapkan
peralatan, mengambil aspirat tumor dan membuat sediaan.
a) Persiapan alat
Alat yang dipergunakan terdiri dari tabung suntik plastic ukuran 10 ml, jarum halus, gagang
pemegang tabung suntik, kaca objek dan desinfektan alkohol atau betadin.
b) Pendekatan pasien
Dengan ramah pasien dianamnesis singkat. Wawancara singkat ini dibuat sedemikian rupa,
sehingga pasien tidak takut atau stres dan bersedia menjalani biopsi aspirasi. Biopsi dilakukan
dengan kelembutan hati dan rasa tanggung jawab terhadap sesama manusia.
c) Pengambilan aspirat tumor
1)Tumor dipegang lembut
2) Jarum diinsersi segera ke dalam tumor.
3) Piston di dalam tabung suntik ditarik ke arah proksimal; tekanan di dalam tabung menjadi
negatif; jarum maneuver mundur-maju. Dengan cara demikian sejumlah sel massa tumor masuk
ke dalam lumen jarum suntik.
4) Piston dalam tabung dikembalikan pads posisi semula dengan cara melepaskan pegangan.
5) Aspirat dikeluarkan dan dibuat sediaan hapus, dikeringkan di udara dan dikirimkan ke
laboratorium pusat pemeriksaan kanker.

16

out

in
suction

End suction
Back and forth

Tanda- tanda atau Gejala Kanker Payudara


Pada awalnya, kanker payudara mungkin tidak menimbulkan gejala apapun. Benjolan
mungkin terlalu kecil bagi anda untuk sadar atau menyebabkan perubahan apapun yang tidak
biasa anda lihat sendiri. Seringkali daerah abnormal tersebut ditemukan pada screening
mammogram (x-ray/foto rontgen pada payudara), yang mengarah ke pemeriksaan lebih lanjut.
Dalam

beberapa

kasus, tanda

pertama kanker

payudara

adalah

berupa benjolan atau massa di payudara anda atau yang ditemukan pada pemeriksaan dokter.
Benjolan yang terasa sakit, keras, dan tidak rata lebih cenderung menjadi kanker. Tetapi kadangkadang kanker dapat tidak keras dan bulat. Sehingga penting diperiksa oleh dokter.
Menurut American Cancer Society, perubahan di luar biasanya pada payudara bisa
menjadi gejala dari kanker payudara:

Bengkak semua atau sebagian dari payudara,

Iritasi kulit atau dimpling,

Payudara sakit,

Puting susu sakit atau masuk kedalam,

Kemerahan atau penebalan puting susu atau kulit payudara,

Nipple discharge atau cairan puting selain air susu,

Benjolan di daerah ketiak.

17

Stage atau Stadium/Tahap Kanker Payudara


Stadium
0
I
II A
II B
III A

III B
III C
IV

T
Tis
T1
T0
T1
T2
T2
T3
T0
T1
T2
T3
T3
T4
T4
T4
Setiap T
Setiap T

N
N0
N0
N1
N1
N0
N1
N0
N2
N2
N2
N1
N2
N0
N1
N2
N3
Setiap N

M
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M1

18

19

DAFTAR PUSTAKA
1. Tjindarbumi D, Deteksi Dini Kanker Payudara dan Penanggulangannya. Dalam buku
Deteksi Dini Kanker, Ramli M, Umbas R, Panigoro SS ( ed ) Balai Penerbit FKUI
Jakarta, 2002 : 32 52.
2. Supit N, Deteksi Dini Keganasan Payudara. Dalam buku Deteksi Dini Kanker, Ramli
M, Umbas R, Panigoro SS ( ed ) Balai Penerbit FKUI Jakarta, 2002 :53 - 59.
3. Tambunan GW. Teknik Biopsi Aspirasi. Penuntun Biopsi Aspirasi Jarum Halus.
Aspek Klinik dan Sitologi NeoplasmaJakarta : Percetakan Hipokrates 1990
4. Ris_Kan_Payudara_01 (Converted).pdf. Kanser Payudara. Kesan Awal Dengan
Pemeriksaan Sendiri Payudara (PSP). Oktober, 2004
5. http://en.wikipedia.org/wiki/BRCA1, Wikipedia, ensiklopedia bebas BRCA1, 2010
6. http://en.wikipedia.org/wiki/BRCA2, Wikipedia, ensiklopedia bebas BRCA1, 2010
7. The original source for this material is the AJCC Cancer Staging Manual, 5th edition
(1997) published by Lippincott-Raven Publishers, Philadelphia, Pennsylvania
8. DeVita, Vincent T.; Hellman, Samuel; Rosenberg, Steven A. Cancer of the
Breast ,Cancer: Principles & Practice of Oncology, 7th Edition, 2005
9. Zafiral A.A., Tjindarbumi D., Ramli M., Lukitto P., Reksoprawiro S., Handojo D.,
Darwis I., Suardi D.R., Dimyati A., 2004: Protokol PERABOI 2003.

20

Anda mungkin juga menyukai