PENDAHULUAN
1
pemahaman pembaca tentang PID dan bagaimana cara penangannya
sehingga dapat mengurangi angka kesakitan akibat PID.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian PID
2. Mengetahui epidemiologi PID
3. Mengetahui etiologi PID
4. Mengetahui faktor resiko PID
5. Mengetahui manifestasi klinik dari PID
6. Mengetahui patofisiologi terjadinya PID
7. Mengetahui komplikasi PID
8. Mengetahui pencegahan PID
9. Mengetahui pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada PID
10. Mengetahui penatalaksanaan PID
11. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan PID
2
1.4 Manfaat Penulisan
Dengan pembuatan makalah ini kami berharap dapat bermanfaat bagi
semua komponen kesehatan khususnya perawat agar lebih mengetahui dan
memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan PID yang prevalensinya cukup
tinggi, sehingga pada akhirnya dapat bermanfaat bagi diri sendiri maupun klien
dan keluarganya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Pelvic Inflammatory Disease (Salpingitis, PID, Penyakit Radang
Panggul) adalah suatu proses peradangan infeksius organ kelamin wanita
yang terdapat di rongga panggul termasuk uterus, tuba fallopii (salpingitis),
atau ovarium (ooforitis) maupun sekitarnya termasuk peritonium. PID
disebut juga dengan salpingitis atau endometritis (emedicine,2009).
Pelvic inflammatory disease (PID) merupakan salah satu komplikasi
penyakit menular seksual yang serius. PID adalah infeksi pada traktus
genitalis wanita bagian atas yang mencakup endometritis, salpingitis,
salpingo-oophoritis, tubo-ovarian abscess (TOA), dan pelvic peritonitis.
Diagnosa dan penatalaksanaan yang tepat dan cepat sangat diperlukan dalam
kasus ini karena komplikasi PID dapat mengancam kehidupan dan
kesuburan seorang wanita (Mudgil,2009).
4
Gbr 3. Tuba fallopi normal dan tuba Gbr 4. Pelvic Inflammatory Disease
fallopi yang mengalami inflamasi
2.2 Epidemiologi
PID menyerang lebih dari 1 juta wanita di Amerika dalam satu tahun dan
rata-rata menghabiskan biaya 4,2 milyar dollar. Per tahunnya hampir
250.000 wanita masuk rumah sakit akibat PID dan 100.000 orang
mengalami prosedur bedah, sisanya menjalani rawat jalan. Penyakit ini
merupakan penyebab ginekologis tersering bagi pasien untuk masuk
departemen emrgensi (350.000/tahun). Meskipun PID dapat terjadi dalam
rentang usia berapapun, namun wanita dewasa yang aktif secara seksual dan
wanita kurang dari 25 tahun mempunyai resiko lebih besar
(Livengood,2010).
2.3 Etiologi
Menurut Moore (2000), penyebab paling sering dari penyakit ini adalah
infeksi chlamydia trachomatis (60%) atau Neisseria gonorrhoeae (30-80%)
pada serviks atau vagina yang menyebar ke dalam endometrium, tuba
fallopi, ovarium, dan struktur yang berdekatan. Tetapi selain itu ada
beberapa penyebab lain diantaranya :
• Infeksi Gardnerella vaginalis
• Infeksi Bacteroides
• Bacterial vaginosis
5
• Streptococcus Group B
• Escherichia coli
• Actinomycosis
• Enterococcus
Meskipun sangat jarang, dapat pula diisolasi golongan virus seperti
• Coxsackie B5
• ECHO 6
• Herpes type 2
• Haemophilus influenzae.
Gejala klinis PID bervariasi dan tidak spesifik. Moore (2000) melaporkan
hanya 3% yang mempunyai gejala akut abdomen sehingga membutuhkan operasi
emergensi. Secara klinik dapat ditemukan duh tubuh vaginal yang abnormal
(sering berupa pus), nyeri perut bawah, demam lebih dari 38o C, perdarahan
bercak (spotting) diantara siklus haid atau siklus yang tidak teratur, nyeri
berkemih, dispareni, mual dan muntah terutama pada kasus yang berat. Beberapa
kasus mengeluhkan proktitis bahkan nyeri perut kuadran kanan atas. Marks dkk.,
(2000) mengevaluasi 773 wanita terdiagnosis PID (1991-1997) dan mendapatkan
keluhan terbanyak adalah fluor albus (68%), nyeri perut bawah (65%), dispareni
6
(57%); sedangkan temuan klinis yang paling sering adalah nyeri adneksa (83%),
nyeri goyang serviks (75%) dan servisitis (56%).
7
2.6 Patofisiologi
N gonorheae & C.trachomatis
- PMS
- Riwayat PID sebelumnya
Menginfeksi rahim Demam Hipertermi
- Penggunaan IUD
- Infeksi bakteri lain
Menginfeksi tuba fallopi Reaksi radang Tuba fallopi bengkak dan terisi cairan PID
Kelemahan
Nafsu makan berkurang
Tuba fallopi rusak Sel telur yg sudah Nyeri menahun, Nyeri berkemih Pendarahan Intoleransi aktivitas
Ketidakseimbangan
dibuahi tidak dapat Tumpul, terus atau bercak nutrisi : kurang dari
masuk rahim menerus pada vagina kebutuhan tubuh
Infertilitas
Nyeri Akut
8
Kehamilan ektopik
Harga diri rendah Nyeri Kronik
situasional
Perdarahan
internal
Ansietas
9
2.7 Komplikasi
Infertilitas
Satu dari sepuluh wanita dengan PID mengalami infertilitas. PID dapat
menyebabkan perlukaan pada tuba fallopii. Luka yang kemudian menjadi scar
yang menghalangi tuba dan mencegah terjadinya fertilisasi sel telur.
Ektopik pregnancy
Scar yang terbentuk oleh PID juga dapat menghalangi telur yang sudah
difertilisasi berpindah ke uterus. Sehingga, telur tersebut justru tumbuh dalam
tuba fallopii. Tuba dapat mengalami rupture dan menyebabkan perdarahan
yang mengancam nyawa. Operasi darurat dapat dilakukan bila kehamilan
ektopik ini tidak terdiagnosa sebelumnya.
Rasio kehamilan ektopik 12-15% lebih tinggi pada wanita yang
mempunyai episode PID.
Nyeri pelvis kronis
Scar juga dapat terbentuk di tempat lain dalam abdomen dan menyebabkan
nyeri pelvis yang berlangsung berbulan-bulan atau hingga bertahun-tahun
(emedicine,2009)
PID berulang
Kondisi ini terjadi jika penyebab infeksi tidak seluruhnya teratasi atau
karena pasangan seksualnya belum mendapat perawatan yang sesuai.
Jika pada episode PID sebelumnya terjadi kerusakan servik, maka bakteri
akan lebih mudah untuk masuk ke dalam organ reproduksi lain dan membuat
wanita tersebut rentan terkena PID berulang. Episode PID berulang ini
seringkali dihubungkan dengan resiko infertilitas.
Abses
Terkadang PID menyebabkan abses pada bibir vagina, juga pada tuba
fallopii dan ovarium. Abses ini adalah kumpulan dari cairan yang terinfeksi.
Penggunaan antibiotik dibutuhkan untuk menangani abses ini, jika tidak
berhasil maka operasi biasanya merupakan pilihan yang disarankan oleh
dokter. Penanganan abses tersebut sangat penting karena abses yang pecah
dapat membahayakan (NHS,2010).
10
2.8 Pencegahan
USG (ultrasonografi)
11
Menghasilkan gambaran yang lebih baik dari USG. Dalam penelitian
Tukeva, menyebutkan bahwa hasil MRI lebih akurat untuk menegakkan
diagnosa PID daripada USG. Meski begitu, penelitian ini hanya terbatas
pada beberapa kelompok pasien tertentu.
CT (computed tomography)
2.10 Penatalaksanaan
Sediakan analgesik
12
Tetap mengkonsumsi semua obat yang diresepkan, meskipun gejala
PID sudah tidak dirasakan.
Kembali lagi untuk kontrol dalam 2 atau 3 hari setelah
penatalaksanaan pertama, untuk memastikan antibiotiknya bekerja.
Kembali dalam 7 hari setelah antibiotik habis untuk memastikan
bahwa infeksi sudah sembuh.
13
Terapi empiris untuk pasangan yang menderita Klamidia dan
Gonorea yang tidak mau di-skrining
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Pengumpulan Data
Identitas pasien
Keluhan utama
Biasanya klien mengalami nyeri pada perut dan panggul yang bersifat
tumpul dan terus menerus, terjadi beberapa hari setelah menstruasi
terakhir, dan diperparah dengan gerakan, aktivitas, atau sanggama.
Riwayat penyakit sekarang
15
Meliputi perasaan pasien klien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya.
Pengkajian pola-pola fungsi kesehatan
16
klien mungkin akan beranggapan bahwa penyakitnya adalah
penyakit berbahaya dan mematikan. Dalam hal ini pasien
mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap dirinya
karena akibat penyakit ini klien bisa mengalami infertilitas,
kehamilan ektopik dan bahkan anak yang dilahirkan cacat atau
meninggal.
a. Inspeksi
17
Pemeriksaan cairan dari serviks/ swabs serviks untuk mengetahui
penyebab (+) untuk Klamidia dan Gonorea, hasil (-) masih bisa
menunjukkan PID akibat penyebab lain.
USG panggul.
Biopsi endometrium
18
6. Cemas berhubungan dengan ancaman kematian.
7. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan kerusakan fungsi.
3.3 Intervensi
Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
• Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 1x24 jam nyeri
klien berkurang.
• Kriteria hasil :
No Intervensi Rasional
1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan Memberikan informasi sebagai
intensitas (skala 0-10), lama dan dasar pengawasan keefektifan
lokasi. intervensi.
2. Menjelaskan sebab dan akibat nyeri Dengan sebab dan akibat nyeri
pada klien dan keluarga. diharapkan klien berpartisipasi
dalam perawatan untuk
mengurangi nyeri.
3. Mengajarkan teknik relaksasi dan Klien mengetahui teknik
distraksi. relaksasi dan destraksi sehingga
dapat mengaplikasikan jika
mengalami nyeri.
4. Bantu klien mengatur posisi Posisi yang nyaman dapat
senyaman mungkin. mengurangi nyeri.
5. Ciptakan suasana lingkungan Meningkatkan istirahat dan
tenang dan nyaman. meningkatkan kemampuan
koping.
6. Observasi tanda-tanda vital dan Mengetahui keadaan umum dan
keluhan klien. perkembangan kondisi klien.
7. Catat indikator non verbal dan Alat menentukan adanya nyeri,
19
respon automatik terhadap nyeri, kebutuhan terhadap keefektifan
evaluasi efek analgesik obat
8. Berikan analgetik bila perlu. Pemberian analgasik dapat
mengurangi nyeri
No Intervensi Rasional
1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan Memberikan informasi sebagai
intensitas (skala 0-10), lama dan dasar pengawasan keefektifan
lokasi. intervensi.
2. Menjelaskan sebab dan akibat nyeri Dengan sebab dan akibat nyeri
pada klien dan keluarga. diharapkan klien berpartisipasi
dalam perawatan untuk
mengurangi nyeri.
3. Mengajarkan teknik relaksasi dan Klien mengetahui teknik
distraksi. relaksasi dan destraksi sehingga
dapat mengaplikasikan jika
mengalami nyeri.
4. Bantu klien mengatur posisi Posisi yang nyaman dapat
senyaman mungkin. mengurangi nyeri.
5. Ciptakan suasana lingkungan Meningkatkan istirahat dan
tenang dan nyaman. meningkatkan kemampuan
koping.
6. Observasi tanda-tanda vital dan Mengetahui keadaan umum dan
20
keluhan klien. perkembangan kondisi klien.
7. Catat indikator non verbal dan Alat menentukan adanya nyeri,
respon automatik terhadap nyeri, kebutuhan terhadap keefektifan
evaluasi efek analgesik obat
8. Berikan analgetik bila perlu. Pemberian analgasik dapat
mengurangi nyeri
No Intervensi Rasional
1. Bina hubungan baik dengan klien Dengan hubungan yang baik
dan keluarga dapat meningkatkan kerjasama
dengan klien sehingga
pengobatan dan perawatan
mudah dilaksanakan.
2. Berikan kompres dingin dan Pemberian kompres dingin
ajarkan cara untuk memakai es atau merangsang penurunan suhu
handuk pada tubuh, khususnya tubuh
pada aksila atau lipatan paha..
3. Peningkatan kalori dan beri banyak Air merupakan pangatur suhu
minuman (cairan tubuh. Setiap ada kenaikan
suhu melebihi normal,
kebutuhan metabolisme air
juga meningkat dari kebutuhan
setiap ada kenaikan suhu
tubuh.
4. Anjurkan memakai baju tipis yang Baju yang tipis akan mudah
menyerap keringat. untuk menyerap keringat yang
keluar.
21
5. Observasi tanda-tanda vital Observasi tanda-tanda vital
terutama suhu dan denyut nadi merupakan deteksi dini untuk
mengetahui komplikasi yang
terjadi sehingga cepat
mengambil tindakan
No Intervensi Rasional
1. Kaji pemenuhan nutrisi klien. Mengetahui kekurangan nutrisi
pada klien.
2. Menjelaskan pentingnya makan Dengan pengetahuan yang baik
untuk proses penyembuhan. tentang nutrisi akan memotivasi
peningkatan pemenuhan nutrisi.
3. Mencatat intake dan ouput Mengetahui perkembangan
makanan klien. pemenuhan nutrisi klien.
4. Menganjurkan klien makan Dengan sedikit tapi sering
sedikit tapi sering. mengurangi penekanan berlebihan
pada lambung.
5. Menyajikan makanan secara Meningkatkan selera makan klien.
22
menarik.
6. Menyajikan makanan dalam Mengurangi aroma makanan yang
kondisi dingin. menyebabkan klien mual.
7. Menimbang berat badan klien Berat badan merupakan indikator
setiap hari. terpenuhi atau tidaknya kebutuhan
nutrisi.
23
6. Motivasi dan awasi pasien untuk Aktivitas yang teratur dan
melakukan aktivitas secara bertahap akan membantu
bertahap. mengembalikan pasien pada
kondisi normal.
24
kecemasan (misalya: relaksasi,
meningkatkan konsentrasi,
membuka diri)
5. Berikan lingkungan yang tenang Meningkatkan relaksasi, dan
untuk istirahat. membantu menurunkan ansietas.
6. Kolaborasi dengan dokter Kecemasan yang tidak terkendali,
mengenai pemberian obat untuk dapat dikontrol dengan terapi
mengurangi kecemasan, jika medis.
dibutuhkan.
25
berpartisipasi pada perawatan. membantu mereka merasa
berguna dan meningkatkan
kepercayaan antara perawat,
klien, dan orang terdekat.
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pelvic Inflammatory Disease (Salpingitis, PID, Penyakit Radang
Panggul) adalah suatu proses peradangan infeksius traktus genitalis wanita
bagian atas yang meliputi endometritis, salpingitis, salpingo-oophoritis,
tubo-ovarian abscess (TOA), dan pelvic peritonitis yang disebabkan
chlamydia trachomatis (60%) atau Neisseria gonorrhoeae (30-80%), selain
itu juga terdapat beberapa organisme lain seperti Gardnerella vaginalis,
Bacteroides, Bacterial vaginosis.
PID menyerang lebih dari 1 juta wanita di Amerika dalam satu tahun
dan rata-rata menghabiskan biaya 4,2 milyar dollar. Per tahunnya hampir
250.000 wanita masuk rumah sakit akibat PID dan 100.000 orang
mengalami prosedur bedah, sisanya menjalani rawat jalan.
Sehingga PID memerlukan penanganan cepat dan tepat antara lain
analgesik, antibiotik serta pengobatan bagi pasangan seksual pasien agar
PID tidak berulang kembali.
4.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat
mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan bagi pasien Pelvis
Inflammatory Disease dengan tepat sehingga dapat meminimalkan
komplikasi. Selain itu, mahasiswa keperawatan juga diharapkan dapat
memberikan edukasi baik kepada pasien maupun keluarganya.
27
Daftar Pustaka
28