Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PENDAHULUAN

KANKER SERVIKS
Dosen Pengampu : Ns. Martina Ekacahyaningtyas M.Kep.

Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Anisa Andriyana S (S18005)
2. Enny Kusbandiyah (S18018)
3. Giatmi (S18021)
4. Gleryn Viona O (S18022)
5. Irfan Anshory (S18025)
6. Leony Dwi A (S18028)
7. Mia Azizah N M (S18032)
8. Nella Ulfa A N (S18035)
9. Rofiana Nur H (S18044)
S18A

PRODI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN 2019/2020
A. Definisi
Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah salah satu penyakit
keganasan atau neoplasma yang terjadi di daerah leher rahim atau mulut
rahim yang merupakan bagian terendah dari rahim yang menonjol
kepuncak liang sanggama atau vagina (Citra, 2019).
Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh pada bagian sel-sel
leher rahim atau mulut rahim yang disebabkan oleh infeksi Human
Papilloma Virus (HPV) dan ditularkan langsung melalui kontak kulit saat
melakukan hubungan seksual pada penderita yang telah terinfeksi virus
HPV. Human Papilloma Virus (HPV) ini merupakan virus yang
menyerang kulit dan membran mukosa manusia dan hewan (Arum, 2015
dalam Bonita, 2018).
Kebanyakan HPV tidak berbahaya dan tidak menunjukkan gejala,
40 tipe HPV bisa ditularkan melalui hubungan seksual. Sasarannya adalah
alat kelamin dan digolongkan menjadi dua golongan, yaitu tipe HPV yang
resiko tinggi yang menyebabkan kanker dan HPV resiko rendah dan hanya
beberapa saja dari ratusan varian HPV yang bisa menyebabkan kanker.
Tipe yang paling berbahaya adalah jenis HPV 16 dan 18 yang
menyebabkan 80% kanker serviks. HPV resiko rendah atau HPV yang
tidak menyebabkan kanker ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui
hubungan seksual (kulit ke kulit), seperti vaginal, anal, ataupun oral.
Penularan HPV pada umumnya melalui hubungan seksual 90% dan
sisanya yaitu 10% terjadi secara non seksual (Agustin, 2015 dalam Bonita,
2018).
Kanker serviks ini merupakan tumor ganas yang mengenai lapisan
permukaan leher rahim yang disebut sel epitelskuamosa. Sel epitel
skuamosa ini terletak antara rahim dan liang senggama. Tumor ganas yang
terjadi disebabkan karena adanya penggandaan sel akibat berubahnya sifat
sel menjadi sel yang tidak normal. Sifat dari sel ganas ini yaitu dapat
menyebar atau metastasis ke bagian tubuh yang lain melalui pembuluh
darah maupun getah bening sehingga merusak fungsi jaringan (Yatim,
2005 dalam Nessia, 2016).

B. Etiologi
Kanker serviks dapat terjadi karena beberapa penyebab yaitu :
1. HPV ( Human Papiloma Virus )
Penyebab utama ca serviks ini adalah infeksi dari virus bernama Human
papilloma Virus (HPV). HPV yang sudah dapat teridentifikasi sampai
saat ini yaitu sebanyak 138 jenis dan 40 di antaranya dapat ditularkan
melalui hubungan seksual. Virus HPV yang dapat menyebabkan ca
serviks yaitu virus HPV risiko sedang maupun tinggi. Tipe virus HPV
tersebut dapat menular lewat hubungan seksual. Beberapa penelitian
menyatakan bahwa sebesar 90% ca serviks disebabkan oleh HPV tipe
16 dan 18. Dari kedua tipe ini, HPV tipe 16 telah menyebabkan lebih
dari 50% ca serviks. Seseorang yang sudah terinfeksi virus HPV 16
maka memiliki kemungkinan terkena ca serviks sebesar 5% (Rasjidi,
2009 dalam Nessia, 2016).
2. Usia Menikah
Usia menikah ≤ 20 tahun merupakan faktor yang mempengaruhi
kejadian ca serviks karena sel mukosa belum benar-benar matang untuk
melakukan hubungan seksual sehingga sangat rentan terhadap
rangsangan dari luar. Hubungan seksual pada usia muda akan
meningkatkan risiko untuk terkena ca serviks, selain karena masih
berkembangnya sel-sel serviks kemudian dipacu rangsangan dari sel
mani yang berasal dari hubungan seksual (Nessia, 2016).
3. Wanita dengan Aktivitas Seksual dan Sering berganti-ganti Pasangan
Wanita dengan aktivitas seksual dan sering berganti-ganti pasangan
akan memiliki risiko untuk mengalami ca serviks karena dengan
semakin tinggi aktivitas seksual dan riwayat berganti-ganti pasangan
akan memperbesar kemungkinan penularan penyakit kelamin serta
memperbesar kemungkinan HPV masuk ke dalam rahim. Virus ini yang
nantinya akan membuat sel mukosa menjadi abnormal sebagai pemicu
kanker (Nessia, 2016).
4. Merokok
Wanita yang merokok memiliki risiko 4–13 kali lebih besar untuk
mengalami ca serviks daripada wanita yang tidak merokok. Hal ini
dikarenakan nikotin dalam rokok mempermudah semua selaput lendir
termasuk sel mukosa dalam rahim untuk menjadi terangsang.
Rangsangan yang berlebihan ini akan memicu kanker. Namun tidak
diketahui dengan pasti berapa jumlah nikotin yang mampu
menyebabkan ca serviks (Nessia, 2016).
5. Wanita yang Terlalu Sering Melahirkan
Wanita yang sering melahirkan berisiko untuk terkena ca serviks,
apalagi dengan jarak persalinan yang terlalu pendek. Semakin sering
seorang wanita melahirkan, maka semakin besar risiko untuk terkena ca
serviks karena semakin banyak lesi yang terdapat pada organ
reproduksi dan memudahkan HPV masuk ke dalam rahim (Nessia,
2016).
6. Penggunaan Kontrasepsi Oral
Penggunaan kontrasepsi oral selama lebih dari empat tahun akan
meningkatkan risiko ca serviks sebesar 1,5–2,5 kali. Namun, efek dari
penggunaan kontrasepsi oral terhadap ca serviks masih kontroversial
karena ada beberapa penelitian yang gagal menemukan peningkatan
risiko pada perempuan pengguna atau mantan pengguna kontrasepsi.
Penelitian Wahyuningsih (2014) (dalam Nessia, 2016), menemukan
bahwa wanita yang menggunakan pil KB selama ≥4 tahun memiliki
risiko 42 kali untuk mengalami kejadian lesi prakanker serviks
dibandingkan wanita yang menggunakan pil KB <4 tahun.
7. Personal Hygiene
Menurut penelitian Indrawati dan Fitriyani (2012) (dalam Nessia, 2016)
, personal hygiene yang kurang baik memiliki risiko untuk terkena ca
serviks 19,386 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita yang
memiliki personal hygiene yang baik. Ca serviks dapat disebabkan oleh
HPV yang berasal dari toilet umum ketika virus HPV ada pada tangan
seorang wanita lalu menyentuh daerah genital sehingga virus ini dapat
berpindah dan menginfeksi serviks. Seorang penderita kanker ini juga
dapat memindahkan virus HPV melalui kloset.

C. Manifestasi Klinis
Adapun beberapa manifestasi klinis yang bisa ditemukan bagi penderita
kanker serviks stadium lanjut menurut Arum, 2015 (dalam Bonita, 2018)
yaitu:
1. Keputihan yang Tidak Normal
Keputihan yang berulang-ulang, tidak sembuh walapun sudah diobati.
Keputihan biasanya berbau, gatal dan panas karena sudah ditumpangi
infeksi sekunder, artinya cairan yang keluar dari lesi pra kanker atau
kanker tersebut ditambah infeksi oleh kuman, bakteri/parasit, jamur,
bahkan infeksi virus HPV.
2. Pendarahan dari Vagina
Pada tahap lanjut, gejala kanker serviks tidak hanya menimbulkan
keputihan namun sampai pada pendarahan dari vagina. Pendarahan ini
terjadi diluar masa haid. Pendarahan ini bisa terjadi setelah melakukan
hubungan badan, terlalu memaksa pada saat buang air besar, dan
pendarahan setelah monopause.
3. Sering Merasa Sakit pada Organ Reproduksi
Orang yang terkena kanker serviks akan sering mengalami rasa sakit di
daerah sekitar vagina. Selain di daerah vagina, rasa sakit biasanya juga
akan terasa di bagian perut bawah, paha, dan persendian panggul setiap
saat menstruasi, buang air besar, dan berhubungan badan. Apabila
kanker serviks sudah menyebar ke panggul, pasien akan menderita
keluhan nyeri punggung, hambatan dalam berkemih, serta pembesaran
ginjal.
D. Patofisiologi
Karsinoma serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo-
columnar junction (SJC) atau sambungan skuamo-kolumnar (SSK), yaitu
batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks
kanalis serviks, di mana secara histologik terjadi perubahan dari epitel
ektoserviks yaitu epitel skuamosa berlapis pipih dengan epitel
endoserviks berbentuk kuboid/kolumnar pendek selapis dan bersilia.
Letak SSK dipengaruhi oleh faktor usia, aktivitas seksual, dan jumlah
paritas. Pada wanita muda, SSK berada di luar ostinum uteri eksternum,

sedangkan pada wanita berusia di atas 35 tahun SSK berada di dalam


kanalis serviks. Oleh karena itu pada wanita muda, SSK rentan terhadap
faktor luar berupa mutagen yang akan memicu displasia dari SSK
tersebut. Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SSK terletak di
ostium eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin
(American Cancer Society, 2013).
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada
epitel serviks, epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang
diduga berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel
kolumnar menjadi epitel skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi
akibat pengarruh pH vagina yang rendah. Aktivitas metaplasia yang
tinggi sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat proses metaplasia ini,
maka secara morfogenetik terdapat 2 SJC, yaitu SJC asli dan SJC baru
yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan
epitel kolumnar. Daerah di antara kedua SSK ini disebut daerah
transformasi (American Cancer Society, 2013).
Pada proses karsinogenesis asam nukleat virus dapat bersatu ke
dalam gen dan DNA sel host sehingga menyebabkan terjadinya mutasi
sel. Sel yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel
displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai
dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan karsinoma in-
situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat
displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker.
Pada tahap awal infeksi, sebelum menjadi kanker didahului oleh adanya
lesi prakanker yang disebut Cervical Intraepthelial Neoplasia (CIN) atau
Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS). Lesi prakanker ini berlangsung
cukup lama yaitu memakan waktu antara 10 -20 tahun. Dalam
perjalanannya CIN I (NIS I) akan berkembang menjadi CIN II (NIS II)
kemudian menjadi CIN III (NIS III) yang bila penyakit berlanjut maka
akan berkembang menjadi kanker serviks. Konsep regresi spontan serta
lesi yang persiten menyatakan bahwa tidak semua lesi pra kanker akan
berkembang menjadi lesi invasif atau kanker serviks, sehingga diakui
masih banyak faktor yang mempengaruhi. CIN I (NIS I) hanya 12% saja
yang berkembang ke derajat yang lebih berat, sedangkan CIN II (NIS II)
dan CIN III (NIS III) mempunyai risiko berkembang menjadi kanker
invasif bila tidak mendapatkan penanganan (American Cancer Society,
2013).
E. Pathway

Cokko La, 2015


F. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Pengobatan
1) Pembedahan
Pembedahan merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif
maupun paliatif. histerectomi adalah suatu tindakan pembedahan
yang bertujuan untuk mengangkat uterus dan serviks total ataupun
salah satunya subtotal. Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA
sampai IIA. Umur pasien sebainya sebelum menopause, atau bila
keadaan umum baik, dapat juga pada pasien yang berumur kurang
dari 65 tahun ( Tapan, 2005)
2) Terapi radioterapi ( Susianti 2017 )
a. Radioterapi radikal
b. Radioterapi praoperasi
c. Radioterapi pascaoperasi.
3) Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk terapi kasus stadium sedang dan
lanjut pra-operasi atau kasus rekuren, metastasis. Untuk tumor
ukuran besar, relatif sulit diangkat secara operasi, kemoterapi dapat
mengecilkan tumor, meningkatkan keberhasilan operasi, terhadap
pasien radioterapi. ( Susianti 2017)
b. Pencegahan
1) Vaksinasi HPV
Pencegahan dengan vaksinasi lebih baik diberikan sebelum
terjadinya pajanan terhadap HPV, yakni sebelum berhubungan
seksual. Vaksinasi ini dapat memberikan perlindungan setidaknya
selama 4,5 tahun setelah dilakukan 3 kali injeksi dalam rentang
waktu 6 bulan. Vaksinasi yang sekarang tersedia hanya mampu
untuk mencegah infeksi HPV tipe 16,18,6 dan 11 sehingga pap
smear yang berkala tetap harus dilakukan. (Susianti, 2017)
2) Tes Pap Smear
Tes ini dilakukan oleh dokter kandungan dengan menggunakan alat
spekulum yang berfungsi membuka liang vagina untuk memeriksa
16 perubahan sel-sel leher rahim yang kemungkinan dapat berubah
menjadi kanker. Arum, 2015 (dalam Bonita, 2018)
3) IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
Pada tes IVA dilakukan dengan mengusap atau mengoles pada
leher rahim dengan asam asetat 3-5% menggunakan aplikator
kapas lesi prakanker, lalu hasilnya dapat diamati dengan mata
telanjang selama 20-30 detik. Arum, 2015 (dalam Bonita, 2018)

2. Keperawatan
a. Melakukan aktifitas fisik, disarankan aktifitas sedang yang
menyenangkan tetapi tidak menyebabkan kelelahan
b. Anjurkan klien untuk istirahat yang cukup
c. Hindari klien dari asap rokok
d. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi obat secara teratur dan
terkontrol
e. Bersihkan area genetalia klien secara teratur dengan teknik antisectik
f. Berikan lingkungan baik dan bersih ( Haffner LJ. 2008)
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society (2013). Cancer fact & figures 2013. Atlanta:
American Cancer Society.

Dianti, Nessia Rachma. 2016. “Perbandingan Risiko Ca Serviks


Berdasarkan Personal Hygiene pada Wanita Usia Subur di Yayasan
Knker Wisnuwardhana Surabaya”. Jurnal Promkes, Vol 4, No.1
Halaman 82-91.

Fitrisia, Citra Ayu, dkk. 2018. “Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan


dengan Kejadian Lesi Pra Kanker Serviks pada Wanita Pasangan
Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesma Muara Bungi 1”. Jurnal
Kesehatan Andalas, Vol 8(4).

Haffner Linda J and Schust Danny J . 2008. At a Glance Sistem


Reproduksi Edisi kedua. Jakarta. Erlangga Medical Series.

Kurniati, Bonita Dwi. 2018. “Kanker Serviks : Pengetahuan Kepercayaan


Penyakit Degeneratif pada Masyarakat Bandar Lampung”. Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik Universitas Lampung.

Susianti, Aulia Wita. 2017. Treatmen Karsinoma Serviks, Jurnal Majority


Vol 6, No 2. Universitas Lampung

Tapan. E 2005. Kanker, Antioksidan dan terapi komplementer. Jakarta:


P.T elex Media Komputiindo
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Ny.E DENGAN DIAGNOSA MEDIS CA SERVIKS
Mata kuliah :Keperawatan Maternitas II
DosenPengampu : Martina Eka cahyaningtyas, S.Kep, Ns, M.Kep

DisusunOleh :
Kelompok 1
S18A
1. AnisaAndriyana Sefi S.P (S18005)
2. EnnyKusbandiyah (S18018)
3. Giatmi (S18021)
4. Gleryn Viona Octaverlita (S18022)
5. IrfanAnshory (S18025)
6. Leony Dwi Alfina Mega P (S18028)
7. Mia Azizah Nur M (S18032)
8. NelaUlfa Alfiatun Nuriyah (S18035)
9. Rofiana Nur Hasanah (S18044)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2019/2020
Kasus

Seorang perempuan berusia 49 tahun dirawat di ruang ginekologi dengan


dignosis medis kanker serviks stadium III. Keluhan yang dirasakan pasien adalah
perut membesar yang dirasakan sejak tiga bulan sebelum pasien datang berobat
ke RS. Pasien menyampaikan ada riwayat keputihan berbau dan terdapat
perdarahan pasca berhubungan seksual. Saat ini pasien mengeluh nyeri pada area
perut bagian bawah, nyeri menetap dengan skala nyeri 7.Pasien juga mengeluh
takut karena akan dilakukan operasi pengangkatan tumor. Pasien tampak sering
meringis kesakitan dan hanya terlihat berbaring di tempat tidur, aktivitas dibantu
oleh keluarga danperawat. Berdasarkan pemeriksaan fisik abdomen oleh perawat
didapatkan data teraba masa kistik campur padat ukuran 15cm x 15cm, batas
tegas, mobilitas terbatas, disertai distensi dan didapatkan shifting dullness. Dari
pemeriksaan vagina didapatkan porsio rapuh dan mudah berdarah. Hasil
ultrasonografi abdomen atas bawah tampak massa solid kistik di daerah adneksa
suspek kistoma ovarium, dengan penilaian organ intra abdomen lain tidak
tampak kelainan. Hasil CT-scan abdomen menunjukkan adanya massa solid
kistik di kavum pelvis yang menempel dengan usus-usus di sekitar.Pemeriksaan
TTV : TD 120/80mmHg, Nadi 80x/mnit, RR 18x/menit dan suhu 370C.

Tgl/Jam MRS : 17 Juni 2020,jam 08.00 WIB


Tanggal/Jam Pengkajian : 17 Juni 2020, jam 09.00 WIB
Metode Pengkajian : Autoanamnesa, Pengkajian Fisik
Diagnosa Medis : Kanker Serviks
No. Registrasi : 14279

A. PENGKAJIAN
I. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama Klien : Ny.E
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Mojosongo
Umur : 49 Tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
2. Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn.A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 50 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Mojosongo
Hubungan dg Klien : Suami

II.RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pasien mengeluh perut membesar sejak 3 bulan sebelum pasien datang ke
rumah sakit.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang kerumah sakit pada tanggal 17 Juni 2020 dengan keluhan nyeri
pada perut bagian bawah, nyeri menetap dengan skala 7. Saat ini diagnosis
medis pasien Kanker Serviks stadium III.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien menyampaikan ada riwayat keputihan berbau dan terdapat perdarahan
pasca berhubungan seksual
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa tidak ada riwayat penyakit keluarga.
Genogram

Keterangan
= Laki-laki

= Perempuan = Klien

= Suami istri = Tinggal satu rumah

= Garis keturunan

III. PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON


1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pada pasien dengan diagnosa medis kanker serviks terjadi perubahan persepsi
dan pemeliharaan kesehatan karena kurangnya pengetahuan dan perawatan
terhadap dirinya.
2. Pola Aktifitas dan Latihan (Sebelum dan Selama Sakit)
Kemampuan Sebelum Sakit Selama Sakit
Perawatan Diri
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Makan/Minum ✓ ✓
Mandi ✓ ✓
Toileting ✓ ✓
Berpakaian ✓ ✓
Mobilitas di tempat ✓ ✓
tidur
Berpindah ✓ ✓
Ambulansi ROM ✓ ✓

Keterangan :
0: Mandiri, 1: denganalat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain
dan alat;
4: tergantung total
Kesimpulan : pola aktifitas pasien sebelum sakit bisa melakuan aktifitas
mandiri tanpa bantuan orang lain ataupun alat. Sedangkan pola aktifitas
selama sakit aktifitas pasien dibantu orang lain kecuali mobilitas ditempat
tidur dan ambulansi ROM pasien bisa melakukan sendiri.

3. Pola istirahat dan tidur


Sebelum Sakit Selama Sakit
Kualitas Tidur Kualitas tidur pasien Kualitas tidur
tidak terganggu terganggu karena rasa
nyeri perut bagian
bawah
Kuantitas Tidur Klien tidur selama 8-9 Klien hanya tidur
jam per hari selama 5 jam per hari
Gangguan Tidur Tidak ada gangguan Pasien sering
tidur terbangun karena rasa
nyeri perut.bagian
bawah
Kesimpulan : selama sakit klien mengalami perubahan pola istirahat dan
tidur karena klien sering terbangun akibat rasa nyeri perut bagian
bawah.

4. Pola nutrisimetabolic
1) PengkajianNutrisi
A :Antropometri
- BB : 57 kg
- TB : 160 cm
- IMT : 22,25 (normal)
B :Biomechanical
- Hb :11,8 g/dl (kurang)
- Ht (hematocrit) :34,1 % (kurang)
- Albumin :3,2 g/dl (kurang)
C :Clinical Sign : Berdasarkan pemeriksaan fisik abdomen oleh perawat
didapatkan data teraba masa kistik campur padat ukuran 15cm x 15cm,
batas tegas, mobilitas terbatas, disertai distensi dan didapatkan shifting
dullness. Dari pemeriksaan vagina didapatkan porsio rapuh dan mudah
berdarah. Hasil ultrasonografi abdomen atas bawah tampak massa solid
kistik di daerah adneksa suspek kistoma ovarium, dengan penilaian organ
intra abdomen lain tidak tampak kelainan. Hasil CT-scan abdomen
menunjukkan adanya massa solid kistik di kavum pelvis yang menempel
dengan usus-usus di sekitar.
D : Diet
Sebelum Sakit Selama Sakit
Sebelum sakit klien tidak Sarapan jus jeruk, melon dan
menjalankan diet sesuai anjuran yogurt. Makan siang roti lapis isi
dikarenakan dia tidak merasa lemas. sayuran dan keju, ditambah irisan
paprika dan jamur. Makan malam
dengan salad dan pasta gandum
utuh yang dilengkapi bayam,
kacang hitam, ayam dan tomat.

5. Pola Nutrisi
Sebelum Sakit Selama Sakit
Frekuensi Makan 3-4x sehari 1x sehari
Frekuensi Minum 7-8 gelas sehari 2 gelas air putih per hari
Jenis Makanan Karbohidrat, Protein, Karbohidrat, Protein,
Serat Serat, Karotenoid
Jenis Minuman Air Putih, Teh dan Air Putih dan jus
Susu
Porsi Makanan 1 porsi penuh 3 sendok

Porsi Minuman 1 gelas penuh setengah gelas

Keluhan Tidak Ada Lemas


6. Pola eliminasi
- BAB
Sebelum Sakit Selama Sakit
Frekuensi 1-2x/hari 1-2x/hari
Konsistensi Padat Padat
Warna Kuning Kecoklatan Kuning
Kecoklatan
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Penggunaan Obat Tidak ada Tidak ada

- BAK
Sebelum Sakit Selama Sakit
Frekuensi 5x sehari 3-4x sehari
Jumlah Urin 100cc 100cc
Warna Kuning bening Kuning bening
Keluhan Tidak ada Tidak ada

ANALISA KESEIMBANGAN CAIRAN SELAMA


PERAWATAN
Intake Output Analisa
a. Minuman : 1000 cc a. Urine : 1000 cc a. Intake :
b. Makanan : 1000 cc b. Feses : 500 cc 2500cc
c. Infus : 500 cc c. IWL : 500 cc b. Output :2000
cc

Total : 2500 cc Total :2000 cc Balance :500cc


7. Pola kognitif dan perceptual
• Nyeri
P : Nyeri akibat kanker serviks
Q : Nyeri menetap seperti ditekan benda berat
R : Perut bagian bawah
S : Skala 7
T : Nyeri menetap
• Fungsi pancaindra
Penglihatan : Normal
Pendengaran : Normal
Pengecapan : Normal
Penghidu : Normal
Perasa : Normal
• Kemampuan bicara
Klien dapat berbicara dengan normal
• Kemampuan membaca
Klien dapat membaca

8. Pola konsep diri


a. Harga diri : Klien merasa dirinya tetap berharga meskipun
kondisinya lemah.
b. Ideal diri : Klien mengatakan susah berkomunikasi seperti
biasanya karena lemas.
c. Identitas diri : Klien sadar akan kekurangan pada tubuhnya yang
sudah tidak bisa bergerak tanpa dibantu orang lain.
d. Gambaran diri : Klien mengatakan jika tubuhnya lemas dan tidak bisa
bergerak tanpa dibantu orang lain.
e. Peran : Klien mengatakan tidak dapat mengurus anak-
anaknya lagi karena harus dirawat di Rumah Sakit

9. Pola koping
a. Masalah utama selama masuk RS :
Klien memikirkan masalah pembayaran rumah sakit jika harus terus
diopname.
b. Kehilangan/ perubahan yang terjadi sebelumnya :
Klien keterbatasan pergerakan dikarenakan kondisi klien yang masi
lemah
c. Pandangan terhadap masa depan :
Klien masih mempunyai semangat untuk kesembuhannya
d. Kopingvmekanisme yang digunakan saat terjadinya masalah :
Klien selalu mengingat keluarganya

10. Pola seksual-reproduksi


a. Masalah menstruasi : Menstruasi tidak teratur
b. Papsmear terakhir : 5 hari sebelum masuk rumah sakit
c. Perawatan payudara setiap bulan : jarang melakukan pengecekan
payudara
d. Alat kontrasepsi yang digunakan : Pil KB
e. Apakah ada kesukaran dalam berhubungan seksual : Terdapat
perdarahan pasca berhubungan seksual
f. Apakah penyakit sekarang menggangu fungsi seksual : klien mengeluh
nyeri

11. Pola peranhubungan


a. Peran pasien dalam keluarga dan masyarakat :
Pasien tidak dapat aktif mengikuti arisan PKK
b. Apakah klien punya teman dekat :
Teman dekat klien hanya keluarganya
c. Siapa yang dipercaya untuk membantu klien jika ada kesulitan
Suami klien
d. Apakah klien ikut dalam kegiatan masyarakat? Bagaimana keterlibatan
klien :
Klien mengikuti arisan PKK

12. Pola nilai dan kepercayaan


a. Agama : klien selalu percaya dengan agama yang dianut klien adalah
islam
b. Ibadah : selama sehat dan sakit klien tetap beribadah.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum :baik
a. Kesadaran: composmentis
b. Tanda-Tanda Vital
1) TekananDarah : 120/80
2) Nadi :
- Frekuensi: 80x/menit
- Irama : normal
- Kekuatan : normal
3) Pernafasan
- Frekuensi: 22x/menit
- Irama : normal
4) Suhu : 37C

2. Pemeriksaan Head To Toe


a. Kepala
1) Bentuk dan ukuran kepala : bentuk kepala : bulat, ukuran kepala :
31cm
2) Pertumbuhan rambut : rambut hitam dan rontok
3) Kulit kepala : ada ketombe

b. Muka
1) Mata
a) Kebersihan : tidak ada kotoran
b) Fungsi penglihatan : normal
c) Palpebra: normal
d) Konjungtiva : tidak anemis
e) Sclera : non ikterik
f) Pupil : isokor
g) Diameter ki/ka :
h) Reflek terhadap cahaya : baik
i) Pengunaan alat bantu penglihatan : tidak ada
2) Hidung
a) Fungsi penghidu : normal
b) Sekret : tidak ada
c) Nyeri sinus : tidak ada
d) Polip : tidak ada
e) Napas cuping hidung : tidak ada
3) Mulut
a) Kemampuan bicara : baik
b) Keadaan bibir : lembab
c) Selaput mukosa : lembab
d) Warna lidah : pink
e) Keadaan gigi : bersih, jumlah gigi masih genap
f) Bau napas : tidak bau
g) Dahak : tidak ada
4) Gigi
a) Jumlah: 32 buah
b) Kebersihan : bersih
c) Masalah : tidak ada
5) Telinga
a) Fungsi pendengaran : normal
b) Bentuk : simetris
c) Kebersihan : bersih
d) Serumen :tidak ada
e) Nyeri telinga : tidak ada

c. Leher
1) Bentuk : normal
2) Pembesaran tyroid : tidak ada
3) Kelenjar getah bening : normal
4) Nyeri waktu menelan : tidak ada
5) JVP : normal, tidak ada penekanan
d. Dada /thorax
1) Paru – paru
a) Inspeksi : tulang iga simetris kanan dan kiri, RR : 22x/menit,
ritme napas normal
b) Palpasi : vocal fremitus anteria kanan dan kiri simetris, tidak
ada nyeri tekan
c) Perkusi : suara paru-paru sonor pada paru kanan dan paru kiri
d) Auskultasi : suara vesikuler
2) Jantung
a) Inspeksi : lokasi lotus di gic midclavikula dan denyut jantung
nampak
b) Palpasi : teraba denyut nadi dengan gerakan
c) Perkusi : di sic 5 mid axial dari lateral ke media bunyinya
sonor sampai dengan sternum 2 jari ke sternum pekak
d) Auskultasi : bunyi jantung normal
3) Abdomen
a) Inspeksi : abdomen membesar, tidak ada luka dan warna
kulit kecoklatan
b) Auskultasi : bising usus 10x permenit
c) Perkusi : shifting dullnes (bunyi pekak berpindah - pindah)
d) Palpasi : ada nyeri tekan pada perut bagian bawah, data
teraba masa masa kistik campur padat ukuran 15x15cm,batas
tegas, mobilitas terbatas, disertai distensi
e. Genetalia : pemeriksaan vagina didapatkan porsio rapuh dan mudah
berdarah
f. Anus dan Rektum : Normal
g. Ekstermitas
1) Ekstermitas Atas
Dekstra Sinistra
Kekuatan otot Baik Baik
ROM Baik Baik
Perubahan bentuk Tidak ada Tidak ada
tulang
Pergerakan sendi Normal Normal
bahu
Perabaan akral Hangat Hangat
Pitting edema Normal Normal
Terpasang infus - Terpasang infus
20tpm
2) Ekstermitas Bawah
Dekstra Sinistra
Kekuatan otot Baik Baik
ROM Normal Baik
Perubahan bentuk Tidak ada Tidak ada
tulang
Varises Tidak ada Tidak ada
Perabaan akral Hangat Hangat
Pitiing edema Normal Normal
Kondisi Baik Baik

3) Integumen :
- Keadaan kulit : kering
- Turgor kulit : < 2 detik
- Tidak ada lesi dan edema

II. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaa Diagnostik
Tanggal pemeriksaan : Rabu, 17 Juni 2020
Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan

Ultrasonografi Abdomen atas bawah tampak massa


solid kistik di daerah adneksa
suspek kista ovarium

Ct – Scan Menunjukkan adanya massa solid


kistik di kavum pelvis yang
menempel dengan usus – usus
sekitar

III. TERAPI MEDIS


Terapi medis ini dilakukan 1 kali dalam seminggu pada masa perawatan
Jenis terapi Dosis Golongan Fungsi
dan
kandungan
Kemoradiasi 1 kali brachyterapi Mengoptimalkan proses
dalam dalam membunuh sel – sel
seminggu kanker serviks di dalam
tubuh dan kemoterapi
berfungsi agar terapi radiasi
bekerja lebih baik

B. Analisa Data

Nama :Ny. E No.CM : 14279


Umur : 49 th Diagnosa Medis : Ca servik

Hari/Tgl/Jam Data Fokus Masalah Etiologi Diagnosa

Rabu, 17 juni DS: Nyeri Akut Agen Nyeri akut


2020 (D.0077) pencedera berhubungan
1. Pasien mengeluh
fisiologis dengan Agen
10.00 wib nyeri
pencedera
P: ,Q: , R: perut fisiologis
bagian bawah, S: 7 ,T:
nyeri menetap

DO:

1. Pasien tampak
sering meringis
kesakitan dan hanya
terlihat berbaring di
tempat tidur, aktivitas
dibantu oleh keluarga
dan perawat

Rabu, 17 juni DS: Ansietas Kurang Ansietas


2020 (D.0080) terpapar berhubungan
1. Pasien mengeluh
informasi dengan Kurang
10.00 wib takut karena akan
terpapar
dilakukan operasi
informasi
pengangkatan tumor

DO:

1.

Rabu, 17 juni DS: Intoleransi Kelemahan Intoleransi


2020 aktivitas aktivitas
1. Pasien mengeluh
(D.0056) berhubungan
10.00 wib lemah dan lelah
dengan
karena sakitnya
kelemahan
DO:

1. Pasien hanya
terlihat berbaring di
tempat tidur, aktivitas
dibantu oleh keluarga
dan perawat

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (D.0077)
2. Ansietas berhubungan dengan Kurang terpapar informasi (D.0080)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan(D.0056)

D. Intervensi Keperawatan

Hari/tgl/jam No. Tujuan dan Kriteria Intervensi (SIKI) TTD


Dx Hasil (SLKI)

Rabu, 17 1 Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)


juni 2020 intervensi keperawatan
O:
selama 3x24 jam maka
11.00 wib
Tingkat Nyeri (L.08066) 1. Identifikasi lokasi,

Menurun dengan kriteria karateristik, durasi,

hasil: frekuensi, kualitas,


intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri cukup
menurun 2. Identifikasi skala nyeri

2. Meringis cukup 3. Identifikasi faktor yang


menurun memperberat dan
memperingan nyeri
3. Gelisah cukup
4. Identifikasi pengetahuan
menurun dan keyakinan tentang nyeri

4. Kesulitan tidur cukup 5. Monitor keberhasilan


menurun terapi komplementer yang
sudah diberikan

6. Monitor efek samping


penggunaan analgetik

T:

1. Berikan teknik non-


farmakologis untuk
mengatasi nyeri (Teknik
relaksasi nafas dalam)

2. Kontrol lingkungan yang


memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
kebisingan, pencahayaan)

3. Fasilitasi istirahat dan


tidur

4. Pertimbangkan jenis dan


sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

E:

1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri

3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri

4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat

5. Ajarkan teknik non-


farmakologis (Terapi Nafas
Dalam) untuk mengurangi
rasa nyeri

K:

Kolaborasi pemberian
analgetik

Rabu, 17 2 Setelah dilakukan Reduksi Ansietas (I.09314)


juni 2020 intervensi keperawatan
O:
selama 3x24 jam maka
11.00 wib
Tingkat Ansietas 1. Identifikasi saat tingkat
(L.09094) Menurun ansietas berubah (mis.

dengan kriteria hasil: Kondisi, waktu, stresor)

1. Verbalisasi 2. Identifikasi kemampuan


kebingungan menurun mengambil keputusan

2. Verbalisasi khawatir 3. Monitor tanda-tanda

akibat kondisi yang ansietas


dihadapi menurun T:

3. Perilaku gelisah
menurun 1. Ciptakan suasana
teraupetik untuk
4. Perilaku tegang
menumbuhkan kepercayaan
menurun
2. Temani pasien untuk
5. Konsentrasi cukup
mengurangi kecemasan, jika
membaik
memungkinkan
6. Pola tidur cukup
3. Pahami situasi yang
membaik
membuat ansietas

4. Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan

5. Motivasi
mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan

6. Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa
yang akan datang

E:

1. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami

2. Informasikan secara
faktual mengenai
Diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien, jika
perlu

4. Anjurkan
mengungkapkan perasaan
dan persepsi

5. Latih kegiatan pengalihan


untuk mengurangi
ketegangan

6. Latih teknik relaksasi

K:

1. Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika perlu

Rabu, 17 3 Setelah dilakukan Manajemen Energi


juni 2020 intervensi keperawatan (I.05178)
selama 3x24 jam maka
11.00 wib O:
Toleransi Aktivitas
(L.05047) Meningkat 1. Identifikasi gangguan
dengan kriteria hasil: fungsi tubuh yang
menyebabkan kelelahan
1. Keluhan lelah
menurun 2. Monitor pola dan jam
tidur
2. Perasaan lemah
menurun 3. Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
T:

1. Sediakan lingkungan
yang nyaman dan stimulus
(mis. Cahaya, suara,
kunjungan)

2. Berikan aktivitas
distraksi yang menenangkan

E:

1. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap

K:

1. Kolaborasi dengan ahli


gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

E. Implementasi

Hari/tgl/jam No. Implementasi Respon TTD


Dx

Rabu, 17 1 Mengidentifikasi lokasi, S: Pasien mengeluh nyeri


juni 2020 karateristik, durasi,
P: ,Q: , R: perut bagian
12.00 wib frekuensi, kualitas, bawah, S: 7 ,T: nyeri
intensitas nyeri menetap

O: Pasien tampak sering


meringis kesakitan dan
hanya terlihat berbaring
di tempat tidur

Rabu, 17 1 Memberikan teknik non- S: Pasien mengatakan


juni 2020 farmakologis untuk bersedia diberikan teknik
mengatasi nyeri (Teknik relaksasi nafas dalam
12.10 wib
relaksasi nafas dalam)
O: Pasien tampak
kooperatif

Rabu, 17 1 Menjelaskan penyebab, S: Pasien sudah paham


juni 2020 periode, dan pemicu nyeri dengan penjelasan yang
diberikan oleh perawat
12.20 wib
O: Pasien dapat
memahami penjelasan
dari perawat

Rabu, 17 1 Memberikan analgetik S: Pasien mengatakan


juni 2020 untuk mengurangi rasa akan meminum obat
nyeri analgetik yang diberikan
12.30 wib
perawat

O: Pasien tampak
kooperatif

Rabu, 17 2 Memonitor tanda-tanda S: Pasien mengeluh takut


juni 2020 ansietas karena akan dilakukan
15.00 wib operasi pengangkatan
tumor

O: Pasien tampak takut


dan cemas dengan
kondisi kesehatannya

Rabu, 17 2 Memberikan motivasi S: Pasien mengatakan


juni 2020 kepada pasien untuk situasi yang
mengidentifikasi situasi menyebabkan rasa cemas
15.15 wib
yang memicu kecemasan dan takut yang
dialaminya

O: Pasien tampak cemas


dan bingung

Rabu, 17 2 Memberikan informasi S: Pasien dan keluarga


juni 2020 kepada pasien dan sudah paham mengenai
keluarga secara faktual informasi yang
15.20 wib
mengenai Diagnosis, disampaikan oleh perawat
pengobatan, dan prognosis
O: Pasien dan keluarga
memahami informasi
yang disampaikan oleh
perawat

Rabu, 17 3 Mengidentifikasi gangguan S: Pasien mengatakan


juni 2020 fungsi tubuh yang badan lemas
menyebabkan kelelahan
16.00 wib O: Pasien hanya terlihat
berbaring di tempat tidur,
aktivitas dibantu oleh
keluarga dan perawat

Rabu, 17 3 Memberikan aktivitas S: Pasien mengatakan


juni 2020 distraksi yang bersedia untuk
menenangkan melakukan aktivitas
19.00 wib
distraksi yang dianjurkan
perawat

O: Pasien tampak
kooperatif

Rabu, 17 3 Menganjurkan pasien S: Pasien mengatakan


juni 2020 untuk melakukan aktivitas bersedia untuk
secara bertahap melakukan aktivitas
19.20 wib
secara bertahap agar tidak
terlalu sering berbaring
ditempat tidur

O: Pasien tampak
kooperatif

Kamis, 18 1 Mengidentifikasi lokasi, S: Pasien mengatakan


juni 2020 karateristik, durasi, nyeri sedikit berkurang
frekuensi, kualitas, dari skala 7 menjadi 6
10.00 wib
intensitas nyeri
O: Pasien tampak jarang
meringis kesakitan

Kamis, 18 1 Memberikan teknik non- S: Pasien mengatakan


juni 2020 farmakologis untuk sudah mampu melakukan
mengatasi nyeri (Teknik teknik relaksasi nafas
10.20 wib
relaksasi nafas dalam) dalam secara dibantu
keluarga

O: Pasien tampak lebih


baik dan bugar

Kamis, 18 1 Memberikan analgetik S: Pasien mengatakan


juni 2020 untuk mengurangi rasa rutin meminum obat
nyeri analgetik yang diberikan
12.00 wib
perawat

O: Pasien tampak lebih


baik dan bugar

Kamis, 18 2 Memonitor tanda-tanda S: Pasien mengatakan


juni 2020 ansietas sudah mulai tidak takut
untuk melakukan operasi
13.00 wib
pengangkatan tumor

O: Pasien tampak lebih


tenang dari sebelumnya

Kamis, 18 3 Mengidentifikasi gangguan S: Pasien mengatakan


juni 2020 fungsi tubuh yang lemas dibadanya sedikit
menyebabkan kelelahan berkurang
15.00 wib
O: Pasien tampak sudah
mampu melakukan
aktivitas secara mandiri
walaupun masih dibantu
oleh keluarga

Jumat, 19 3 Memberikan aktivitas S: Pasien mengatakan


juni 2020 distraksi yang sudah melakukan
08.00 wib menenangkan aktivitas distraksi
distraksi yang
menenangkan

O: Pasien tampak lebih


tenang

Jumat, 19 3 Menganjurkan pasien S: Pasien mengatakan


juni 2020 untuk melakukan aktivitas sudah melakukan
secara bertahap aktivitas secara bertahap
09.00 wib
untuk merenggangkan
badan agar tidak kaku

O: Pasien tampak lebih


bugar

Jumat, 19 1 Mengidentifikasi lokasi, S: Pasien mengatakan


juni 2020 karateristik, durasi, nyeri sudah berkurang
frekuensi, kualitas, dari skala 6 menjadi 2
10.00 wib
intensitas nyeri
O: Pasien tampak sudah
tidak meringis kesakitan

Jumat, 19 3 Mengidentifikasi gangguan S: Pasien mengatakan


juni 2020 fungsi tubuh yang badannya sudah tidak
menyebabkan kelelahan lemas
12.00 wib
O: Pasien tampak lebih
bugar dan kuat
F. Evaluasi

No. Hari/tgl/jam Evaluasi TTD


Dx

1 Rabu, 17 S: Pasien mengeluh nyeri


juni 2020
P: ,Q: , R: perut bagian bawah, S: 7 ,T: nyeri
12.00 wib menetap

O: Pasien tampak sering meringis kesakitan dan


hanya terlihat berbaring

A: Masalah Tingkat Nyeri belum teratasi

P: Lanjutkan Intervensi

1. Identifikasi lokasi, karateristik, durasi, frekuensi,


kualitas, intensitas nyeri

2. Identifikasi skala nyeri

3. Identifikasi faktor yang memperberat dan


memperingan nyeri

4. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang


nyeri

5. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang


sudah diberikan

6. Monitor efek samping penggunaan analgetik

7. Berikan teknik non-farmakologis untuk mengatasi


nyeri (Teknik relaksasi nafas dalam)

8. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri


(mis. Suhu ruangan, kebisingan, pencahayaan)

9. Fasilitasi istirahat dan tidur

10. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam


pemilihan strategi meredakan nyeri

11. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

12. Jelaskan strategi meredakan nyeri

13. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

14. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

15. Ajarkan teknik non-farmakologis (Terapi Nafas


Dalam) untuk mengurangi rasa nyeri

16. Kolaborasi pemberian analgetik

2 Rabu, 17 S: Pasien mengeluh takut karena akan dilakukan


juni 2020 operasi pengangkatan tumor

12.00 wib O: Pasien tampak takut dan cemas dengan kondisi


kesehatannya

A: Masalah Reduksi Ansietas belum teratasi

P: Lanjutkan Intervensi

1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis.


Kondisi, waktu, stresor)

2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan

3. Monitor tanda-tanda ansietas

4. Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan


kepercayaan

5. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika


memungkinkan

6. Pahami situasi yang membuat ansietas

7. Gunakan pendekatan yang tenang dan


meyakinkan

8. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu


kecemasan

9. Diskusikan perencanaan realistis tentang


peristiwa yang akan datang

10. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang


mungkin dialami

11. Informasikan secara faktual mengenai


Diagnosis, pengobatan, dan prognosis

12. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien,


jika perlu

13. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi

14. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi


ketegangan

15. Latih teknik relaksasi

16. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika


peru

3 Rabu, 17 S: Pasien mengatakan badan lemas


juni 2020 O: Pasien hanya terlihat berbaring di tempat tidur,
aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat
12.00 wib
A: Masalah Toleransi Aktivitas belum teratasi

P: Lanjutkan Intervensi

1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang


menyebabkan kelelahan

2. Monitor pola dan jam tidur

3. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama


melakukan aktivitas

4. Sediakan lingkungan yang nyaman dan stimulus


(mis. Cahaya, suara, kunjungan)

5. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan

6. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

7. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara


meningkatkan asupan makanan

1 Kamis, 18 S: Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang dari


juni 2020 skala 7 menjadi 6

13.00 wib O: Pasien tampak jarang meringis kesakitan

A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan Intervensi

1. Identifikasi lokasi, karateristik, durasi, frekuensi,


kualitas, intensitas nyeri
2. Berikan teknik non-farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

3. Berikan analgetik untuk membantu mengurangi


rasa nyeri

2 Kamis, 18 S: Pasien mengatakan sudah mulai tidak takut untuk


juni 2020 melakukan operasi pengangkatan tumor

13.00 wib O: Pasien tampak lebih tenang dari sebelumnya

A: Masalah belum teratasi

P: lanjutkan intervensi

8. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu


kecemasan

9. Diskusikan perencanaan realistis tentang


peristiwa yang akan datang

10. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang


mungkin dialami

3 Kamis, 18 S: Pasien mengatakan lemas dibadanya sedikit


juni 2020 berkurang

13.00 wib O: Pasien tampak sudah mampu melakukan aktivitas


secara mandiri walaupun masih dibantu oleh
keluarga

A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan Intervensi

1. Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang


menyebabkan kelelahan

2. Memberikan aktivitas distraksi yang


menenangkan

3. Menganjurkan pasien untuk melakukan aktivitas


secara bertahap

1 Jumat, 19 S: Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang dari


juni 2020 skala 6 menjadi 2

12.00 wib O: Pasien tampak sudah tidak meringis kesakitan

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

2 Jumat, 19 S: Pasien mengatakan sudah tidak takut untuk


juni 2020 melakukan operasi pengangkatan tumor

12.00 wib O: Pasien tampak lebih ceria

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

3 Jumat, 19 S: Pasien mengatakan badannya sudah tidak lemas


juni 2020
O: Pasien tampak lebih bugar dan kuat
12.00 wib
A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai