Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pembelajaran Jarak Jauh

1. Pengertian Pembelajaran Jarak Jauh

Pembelajaraan jarak jauh (PJJ) adalah pembelajaran dengan menggunakan

suatu media yang memungkinkan terjadi interaksi antara pengajar dan pembelajar.

Dalam PJJ antara pengajar dan pembelajar tidak bertatap muka secara langsung,

dengan kata lain melalui PJJ dimungkinkan antara pengajar dan pembelajar

berbeda tempat, bahkan bisa dipisahkan oleh jarak yang sangat jauh.

(Prawiyogi,dkk. 2020)

2. Macam-macam Media Pembelajaran Online

Salah satu dampak dari pandemic covid-19 ini adalah terjadi transformasi

media pembelajaraan yang dulu lebih banyak menggunakan system tatap muka di

dalam kelas. Tapi, karena adanya pandemic covid-19 yang penularannya secara

cepat melalui kontak langsung dengan penderita, maka dilarang mengadakan

perkumpulan. Dunia pendidikan kena imbas maka pembelajaran dilakukan secara

online. Menurut Atsani (2020), adaa beberapa media pembelajaran online yang

bisa dijadikan pilihan, diantaranya, yaitu :

a. Media pembelajaran Online yang pertama dan paling banyak digunakan adalah

whatsapp group.

b. Media pembelajaran Online selanjutnya berasal dari google, yaitu google suite

for education.

c. Media Pembelajaran Online selanjutnya adalah ruangguru.


d. Media Pembelajaran selanjutnya yang bisa dijadikan pilihan selanjutnya

adalah zenius.

e. Media pembelajaran online yang juga sering digunakan adalah zoom.

3. Kendala Pembelajaran Jarak Jauh

Ketika pendidikan dilakukan baik di dalam sekolah ataupun di rumah tentunya

pasti selalu memiliki kendala. Menurut Helmawati (2014) menjelaskan bahwa

kendala-kendala dalam pendidikan berasal dari dua faktor, yaitu faktor internal dan

eksternal. Faktor internal dalam mendidik tentunya dapat dilihat dari diri anaknya

sendiri sendangkan faktor eksternalnya dapat dilihat dari luar diri anak tersebut.

Berikut faktor kendala yang dihadapi orangtua, yaitu :

a. Faktor Internal

1) Faktor genetic yang merupakan turunan dari orangtua nya atau dari gen yang

di wariskan orangtua kepada anaknya.

2) Faktor fisik yang terganggu akan dapat mengganggu atau memengaruhi proses

pendidikan alat.

3) Faktor Psikologis juga akan mengganggu proses pendidikan anak baik sifat

malas, manja, takut dn lainnya akan merugikan atau menghambat orangtua

dalam mendidik anaknya.

b. Faktor Eksternal

1) Faktor Pendidik dalam proses pendidikan memiliki peran yang sangat penting

baik dalam memberikan baik dari rasa perhatiannya maupun dari keterampilan

seorang pendidik dalam mengajar akan mempengaruhi pembelajaran.

2) Faktor Keluarga yang harmonis akan berpengaruh pada proses mendidik anak

3) Faktor ekonomi.

4) Faktor social.
5) Faktor Budaya

6) Faktor keamanan dan kenyamanan.

2.1.2 Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah respon adaptif, yang dipengaruhi oleh karakteristik

individual atau proses psikologi, yaitu akibat dari tindakan, situasi atau kejadian

eksternal yang menyebabkan tuntunan fisik atau psikologis terhadap sesorang.

(Prabowo, 2019).

Menurut Hawari (2011) dalam Kartikasari & Nurizka (2019), kecemasan

adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau

kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tetapi tidak mengalami gangguan

dalam menilai realitas serta kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami

keretakan,tetapi bisa saja perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas

normal.

Berdasarkan beberapa pengertian kecemasan maka dapat disimpulkan bahwa

kecemasan dapat diartikan sebagai respon terhadap situasi tertentu yang

mengancam dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan,

perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam

menemukan identitas diri dan arti hidup yang ditandai dengan gangguan alam

perasaan seperti ketakutan dan kekhawatiran.

2. Ciri dan Gejala Kecemasan

Menurut Jeffrey S. Nevid, dkk (2005: 164) dalam Annisa & Ifdil (2016), ada

beberapa ciri-ciri kecemasan yaitu sebagai berikut :


a. Ciri-ciri fisik dari kecemasan, diantaranya seperti kegelisahan,

kegugupan, merasa lemas, pusing, leher atau punggung terasa kaku,

merasa sensitive atau mudah marah.

b. Ciri-ciri behavioral dari kecemasan, diantaranya seperti perilaku

menghindar, perilaku melekat dan dependen serta perilaku terguncang.

c. Ciri-ciri kognitif dari kecemasan, diantaranya seperti khawatir tentang

sesuatu, perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap

sesuatu yang terjadi di masa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang

mengerikan akan segera terjadi (tanpa ada penjelasan yang jelas),

terpaku pada sensasi ketubuhan, sangat waspada terhadap sensasi

ketubuhan, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah,

berpikir bahwa dunia mengalami keruntuhan, berpikir bahwa semuanya

tidak lagi bisa dikendalikan, sulit berkonsentrasi atau memfokuskan

pikiran.

Untuk gejala-gejala kecemasan Dadang Hawari (2006: 65-66) dalam Annisa

& Ifdil (2016), mengemukakan gejala kecemasan diantaranya :

a. Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang

b. Memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir)

c. Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum (demam

panggung)

d. Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain

e. Tidak mudah mengalah, suka ngotot

f. Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisah

g. Sering mengeluh ini dan itu (keluhan-keluhan somatik), khawatir

berlebihan terhadap penyakit


h. Mudah tersinggung, suka membesar-besarkan masalah yang kecil

(dramatisasi)

i. Dalam mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang dan ragu

j. Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya seringkali diulang-ulang

k. Kalau sedang emosi sering kali bertindak histeris

3. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan

Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian besar

tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa-peristiwa atau

situasi khusus dapat mempercepat munculnya kecemasan. Menurut Mufaziah

(2021) menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan

diantaranya, yaitu :

a. Faktor-faktor instrinsik, antara lain :

1) Usia

Gangguan kecemasan lebih sering terjadi pada usia dewassa dan lebih

banyak pada wanita. Sebagian besar kecemasan terjadi pada umur 21-45.

2) Karakteristik

Karakteristik ini dapat menimbulkan kecemasan bagi orangtua apabila

ketika sedang belajar orang tua tidak bisa mengatur emosial atau males

dalam mendidik anak usia dini.

3) Minat

Minat ini merupakan keinginan anak-anak dalam hal melakukan sesuatu.

Apabila anak tidak minat untuk melakukan sesuatu aktivitas yang diberikan

oleh seorang guru maka orang tua akan merasa cemas.

4) Kecakapan (Pengetahuan)
Dalam hal ini orang tua harus memahami terlebih dahulu mengenai cara

mendidik anak, terutama pada saat ini di masa pandemic. Orang tua yang

berpengetahuan rendah maka akan cemas memikirkan perkembangan

anaknya terutama pada masa perkembangan anak usia dini.

5) Pengalaman

Menjelaskan bahwa pengalaman awal ini sebagai bagian penting dan sangat

menentukan kondisi mental individu di kemudian hari. Pengalaman-

pengalaman orang tua dapat berpengaruh terhadap cara mendidik anak pada

usia dini. Apabila pengalaman individu kurang, maka cnderung

mempengaruhi peningkatan kecemasan.

6) Konsep diri dan peran

Konsep diri dan peran adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan

pendirian yang diketahui individu terhadap dirinya dan mempengaruhi

individu untuk berhubungan dengan orang lain. Peran pola, sikap, perilaku

dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di

masyarakat.

Banyak faktor yang mempengaruhi peran seperti kejelasan perilaku dan

pengetahuan yang sesuai dengan peran, konsistensi respon orang lain yang

berarti terhadap peran, kesesuaian dan keseimbangan antara peran yang

dialaminya, serta keselarasan budaya dan harapan individu terhadap

perilaku peran. Selain itu terjadinya situasi yang menciptakan

ketidaksesuaian perilaku peran, akan mempengaruhi kehidupan individu.

Orang tua yang memiliki peran ganda baik dalam keluarga atau di

masyarakt akan cenderung mengalami kecemasan yang berlebih disebabkan

konsentrasi terganggu (Nurwulan, 2017)


b. Faktor-faktor ekstrinsik, antara lain :

1) Pendidik

Guru yang menginstruksikan secara langsung kegiatan belajar mengajar

baik dari pemberian tugas dan lainnya yang di beratkan kepada orang tua

sehingga membuat orang tua merasa cemas.

2) Media

Media dan alat yang digunakan sesuai dengan perkembangan jaman yang

terus berjalan tentunya menurut sebagian orang tua ini menjadi salah satu

penyebab kecemasan.

3) Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana menjadi perhatian yang cukup serius karena

merupakan penunjang atau alat untuk menyampaikan tujuan pendidikan, hal

ini yang menyebabkan kecemasan pada orang tua.

4. Tingkat kecemasan dan Rentang Respon Kecemasan

a. Tingkat kecemasan

Kecemasan (Anxiety) memiliki tingkatan Gail W. Stuart (2006: 144) dalam

Annisa & Ifdil (2016), mengemukakan tingkat kecemasan atau ansietas

diantaranya :

1) Tidak merasa cemas

2) Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan adanya ketegangan akibat

terjadinya suatu peristiwa kehidupan sehari-hari. Individu masih waspada

dan berhati-hati, serta meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan

ringan dapat memotivasi untuk belajar dan akan menghasilkan suatu

pertumbuhan serta kreatifitas. Respon fisiologis pada kecemasan ringan


adalah terkadang mengalami nafas yang pendek, nadi dan tekanan darah

naik, terjadi gejala ringan pada lambung, muka berkerut, dan bibir

bergetar, sedangkan respon perilaku dan emosinya biasanya individu tidak

dapat duduk dengan tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-

kadang meninggi.

3) Kecemasan sedang

Pada tingkat kecemasan sedang individu lebih memfokuskan hal-hal

penting saat itu dan mengenyampingkan hal lain. Ansietas ini

mempersempit lapang persepsi individu. Respon fisiologis yang di alami

pada kecemasan tingkat sedang adalah sering mengalami nafas pendek,

nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anorexia, konstipasi atau diare,

gelisah. Sedangkan untuk respon yang terjadi pada perilaku dan emosinya

adalah sering melakukan gerakan yang tersentak-sentak (seperti meremas

tangan), bicara banyak dan kebih cepat, susah tidur, perasaan tidak aman.

4) Kecemasan berat

Individu yang mengalami kecemasan berat cenderung untuk memusatkan

pada sesuatu yang terinci dan spesifik hal ini membuat seseorang

mempunyai lapangan persepsi yang sangat sempit. Pusat perhatiannya

pada detail yang kecil (spesifik) dan mengabaikan hal lain ini membuat

individu tidak mampu berfikir realistis dan membutuhkan banyak

pengarahan untuk memusatkan perhatian pada area lain. Respon fisiologis

ppada kecemasan berat ini adalah nafass pendek, nadi dan tekanan darah

naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan, sedang

respon perilaku dan emosinya adalah perasaan ancaman meningkat,

verbalisasi cepat.
5) Kecemasan sangat berat (Panik)

Berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Hal yang rinci

terpecah dari proporsinya karena mengalami kehilangan kendali, individu

yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan

arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan

peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk

berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan

kehilangan pemikiran yang rasional.Pada tingkat ini lapangan persepsi

individu sudah sangat menyempit dan sudah terganggu sehingga tidak

dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa

walaupun telah diberikan pengarahan. Respon fisiologis pada tingkat

kecemasan ini adalah : nafas pendek, rasa tercekik, sakit dada, pucat,

hipotensi, koordinasi motoric rendah, sedangkan untuk respon perilaku

dan emosi biasanya mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak,

kehilangan kendali atau control diri, persepsi kacau.

b. Rentang respon kecemasan

Rentang respon kecemasan dapat digambarkan sebagai berikut :

RENTANG RESPON KECEMASAN

Respon adaptif Respon maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Gambar 2.1 Rentang respon cemas (Stuart, 2013 dalam Setyorini, 2019)
Kecemasan atau ansietas berhubungan dengan perasaan tidak pasti atau

berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi ini

dialami secara subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal.

Kecemasan atau ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan

penilaian intelektual terhadap sesuatu kejadian. Kecemasan atau ansietas

adalah respon emosional terhadap suatu penilaian. Kapasitas untuk menjadi

cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat kecemasan yang parah

tidak dapat sejalan dengan kehidupan

4. Pengukuran Kecemasan

Kaplan & Sadock (2010) dalam Hartuti (2020) menjelaskan bahwa ada

beberapa instrument yang digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan yaitu

Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI),Taylor Manifestation

Anxiety Scale (T-MAS), Institute for Personality and Ability Testing (IPAT), State-

Traite Anxiety Inventory (STAI) dan Hamilion Anxietr Rating Scale (HARS).

a. Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI)

Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI) adalah

tes inventori yang berisi pertanyaan dengan option ya dan tidak. MMPI

ini dirancang oleh R. Strake Hathaway, Phd dan JC McKinley, MD.

Tes ini dikembangkan pada tahun 1930 dan direvisi pada tahun 1989

sebagai MMPI-2 yang terdiri atas 500 lebih pertanyaan dan 17 skala,

seperti : A = Kecemasan (anxiety), R = Represi (Repression), ES =

Kekuatan ego (ego strength), dan lain-lain. Kelemahan dari instrument

pengukuran ini adalah cenderung menekankan psikopatologi berat.

b. Taylor Manifestation Anxiety Scale (T-MAS)


Alat pengukur kecemasan T-MAS merupakan alat yang diciptakan

pertama kali pada tahun 1950 oleh Janet Taylor, yang meliputi :

1) Self consciousness, lack of self confidence, constant worrying

(kesadaran diri, kurang percaya diri dan kecemasan menetap).

2) Fear of blushing, cold hand, sweating (tersipu-sipu, tangan dingin

dan berkeringat)

3) Lost of sleep, worry (gangguan tidur dan cemas)

4) Restlesness, motor tension, heart pounding, out of breath (gelisah,

tekanan terhadap alat gerak, jantung berdebar dan kehabisan nafas)

c. Institute for Personality and Ability Testing (IPAT)

Institute for Personality and Ability Testing (IPAT) merupakan

instrument yang digunakan untuk mengukur general anxiety

(kecemasan umum) yang disebut juga dengan free floating atau

manifest anxiety. Komponen pada skala IPAT terdiri dari lima unsur

yaitu : Q3 = Defective integration, Lack of self sentiment, C-Ego

weakness, Lack of ego strength, L = Suspiciousness or paranoid

insecurity, O = Guilt proness, QA = Frustative tension or Id pressure.

d. State- Traite Anxiety Inventory (STAI)

State- Traite Anxiety Inventory (STAI) yang dikembangkan

oleh Spielberger. Skala ini untuk mendapatkan self report (melapor

sendiri) pada format jenis Likert yang relative singkat dan cukup untuk

mengukur baik State Anxiety (A-State) maupun Trait Anxiety (A-

Trait). Dengan demikian test ini disusun berdasarkan dua komponen

yaitu :
1) State Anxiety (A-State), merupakan kecemasan sesaat atau

kecemasan yang diakibatkan oleh suatu keadaan.

2) Trait Anxiety (A-Trait), merupakan kecemasan yang relative

permanen atau kecemasan yang disebabkan karena sifat

Kelebihan dari test ini adalah memungkinkan perbedaan

keadaan dan sifat kecemasan yang diteliti dengan baik, sedangkan

kelemahannya adalah nomor STAI dibuat transparan.

e. Hamilion Anxiety Rating Scale (HARS)

Kaplan & Sadock (2010) dalam Hartuti (2020) tingkat

kecemasan dengan menggunakan Hamilion Anxiety Rating Scale

(HARS). Skala ini merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan

pada munculnya symptom pada individu yang mengalami kecemasan.

Skala HARS terdapat 14 symptom yang Nampak pada individu yang

mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi akan diberi 5

tingkatan skor antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4 (severe). Skala

HARS diperkenalkan oleh Max Hamilton, dan pertama kali digunakan

pada tahun 1959. Skala HARS sekarang telah menjadi standar dalam

pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial clinic. Penilaian

skala HARS menurut Saputro & Fazris (2017) dalam Chrisnawati &

Aldino (2019) terdiri dari 14 item pertanyaan yang bisa digunakan

untuk mengukur kecemasan pada anak dan orang dewasa, yaitu

meliputi :

1) Perasaan Cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri,

mudah tersinggung.
2) Ketegangan : merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah

menangis, dan lesu, tidak bisa istirahat tenang, dan mudah

terkejut.

3) Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila

ditinggal sendiri, pada binatang besar,pada keramaian lalu

lintas, dan pada kerumunan orang banyak.

4) Gangguan tidur : sukar memulai tidur, terbangun pada

malam hari, tidur tidak pulas, bangun dengan lesu, banyak

mimpi-mimpi, mimpi buruk, dan mimpi menakutkan.

5) Gangguan kecerdasan : daya ingat buruk, susah

berkonsentrasi.

6) Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya

kesenangan pada hobi, sedih, bangun dini hari, perasaan

berubah-ubah sepanjang hari.

7) Gejala somatik: sakit dan nyeri otot, kaku, kedutan otot,

gigi gemerutuk, suara tidak stabil.

8) Gejala sensorik: tinitus, penglihatan kabur, muka merah

atau pucat, merasa lemas, dan perasaan ditusuk-tusuk.

9) Gejala kardiovaskuler: berdebar, nyeri di dada, denyut nadi

mengeras, perasaan lesu lemas seperti mau pingsan, dan

detak jantung hilang sekejap.

10) Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik,

sering menarik napas, napas pendek/ sesak.

11) Gejala gastrointestinal: sulit menelan, perut melilit,

gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan,


perasaan terbakar di perut, kembung, mual, muntah, buang

air besar lembek, berat badan turun, susah buang air besar.

12) Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan air

seni, amenorrhoe, menorrhagia, frigid, ejakulasi praecocks,

ereksi lemah, dan impotensi.

13) Gejala otonom: mulut kering, muka merah, mudah

berkeringat, pusing, dan bulu roma berdiri.

14) Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, tidak tenang, jari

gemetar, kerut kening, muka tegang, tonus otot meningkat,

napas pendek cepat, dan muka merah.

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai

dengan kategori :

0= tidak ada gejala sama sekali

1= satu gejala yang ada

2= sedang/separuh gejala yang ada

3= berat/ lebih dari separuh gejala yang ada

4= sangat berat semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlahkan skor

1-14 dengan hasil:

Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan

Skor 14-20 = kecemasan ringan

Skor 21-27 = kecemasan sedang

Skor 28-41 = kecemasan berat

Skor 42-52 = kecemasaan berat sekali


2.2 Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran yang dilakukan, belum pernah ditemukan pada penelitian

yang sama dan di tempat yang sama pula, namun ada beberapa penelitian terdahulu

yang dapat dijadikan acuan dapat disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 2.2 Keaslian Penelitian


No Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil
1. NurCita, Dampak Deskriptif Hasil penelitian
Boenga & Pembelajaran Jarak Kuantitatif didapatkan bahwa
Susantinin Jauh dan Physical mahasiswa kedokteran
gsih, Distancing Pada mengalami tingkat
Tingkat Kecemasan kecemasan berat (88%).
Tiwuk
Mahasiswa ditinjau
(2020) Fakultas dari tingkat kecemasan
Kedokteran berdasarkan respon atau
Universitas gejala kecemasan, maka
Pembangunan respon perilaku memiliki
Nasional “Veteran” nilai terbesar pada
Jakarta tingkat kecemasan berat
(72%) diikuti oleh respon
kognitif (55%).
Sedangkan pada respon
afektif, tingkat kecemasan
ringan memiliki
persentase paling besar
(29%) dibandingkan
dengan respon perilaku
(3%).
2.3 Kerangka Teori

Faktor-Faktor penyebab kecemasan :

1. Faktor Instrinsik
a. Usia MMedia Pembelajaran Online
b. Karakteristik
c. Minat 1. Whatsapp group
d. Kecakapan (Pengetahuan) 2. Google suite for education
e. Pengalaman 3. Ruang guru
f. Konsep diri dan peran 4. Zenius
2. Faktor Ekstrinsik 5. Zoom
a. Pendidik 6. Google Classroom
b. Media 7. Google Meet
c. Sarana dan prasarana

Kecemasan Pembelajaraan Jarak Jauh

Kendala Pembelajaran Jarak Jauh :


Tingkat Kecemasan
1. Faktor Internal
1. Kecemasan Ringan
a. Faktor genetic
2. Kecemasan Sedang
b. Faktor fisik
3. Kecemasan Berat
c. Faktor psikologis
4. Kecemasan Sangat
2. Faktor Eksternal
Berat (Panik) a. Faktor pendidik
b. Faktor keluarga
c. Faktor ekonomi
d. Faktor budaya
e. Faktor keamanan dan
Keterangan : kenyamanan

: Yang tidak diteliti

: Yang diteliti

Gambar 2. 2.

Kerangka Teori

Sumber : Atsani (2020), Gail W. Stuart (2006: 144) dalam Annisa & Ifdil (2016),
Helmawati (2014), Mufaziah (2021).
2.4 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori di atas maka dapat digambarkan kerangka konsep


penelitian sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Pembelajaran Jarak Jauh Tingkat Kecemasan


(Daring) Orang Tua

Gambar 2. 3.

Kerangka Konsep

2.5 Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan awal peneliti mengenai hubungan antara

variabel yang merupakan jawaban peneliti tentang kemungkinan hasil penelitian

(Dharma, 2011).

Ha: Ada hubungan pembelajaraan jarak jauh (daring) pada anak usia dini di masa

pandemic covid-19 dengan tingkat kecemasan orang tua.

Ho: Tidak ada hubungan pembelajaran jarak jauh (daring) pada anak usia dini di masa

pandemic covid-19 dengan tingkat kecemasan orang tua.

Anda mungkin juga menyukai