Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH FISIOLOGI REPRODUKSI

“ MENOPOUSE”

Untuk memenuhi ujian akhir semester (UAS) oleh Prof.Dr.Paulus Liben,M.S

OLEH :

ERMAWATI
011724653002

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN REPRODUKSI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan nikmat sehat jasmani dan rohani sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Menopouse”. Dalam penyelesaian makalah ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof.Dr.Paulus Liben,M.S selaku dosen mata kuliah yang telah memberikan
informasi.
2. Teman-teman yang telah memberikan motivasi dalam pembelajaran.

Penulis mengakui bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
penulis meminta saran dan kritiknya demi perbaikan makalah ini. Makalah ini
bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai informasi tentang menopouse.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya
dibidang kesehatan.

Surabaya, 08 November 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................ i


Daftar Isi...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3. Tujuan ........................................................................................................ 2
1.4. Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 3
2.1. Definisi Menopouse ................................................................................... 3
2.2. Macam-macam Menopouse ....................................................................... 3
2.3 Fase-fase Menopouse................................................................................... 6
2.4 Fisiologi Menopouse ................................................................................... 9
2.5 Faktor-faktor yag Memengaruhi Menopouse .............................................. 12
2.6 Perubahan –perubahan pada Masa Menopouse .......................................... 13
2.7 Kebutuhan Dasar Menopouse ...................................................................... 19
2.8 Gangguan yang Terjadi Selama Menopouse ............................................... 20
BAB III PEMBHASAN ............................................................................................. 25
BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 27
4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 27
4.2 Saran ............................................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menopause merupakan keadaan dimana seorang perempuan tidak lagi

mengalami menstruasi yang terjadi pada rentang usia 50 sampai 59 tahun

(Harlow, 2012). Pada masa ini sangat kompleks bagi perempuan karena akan

mengalami perubahan kesehatan fisik yang akan mempengaruhi kesehatan

psikologisnya. Namun banyak wanita yang menganggap bahwa menopause

merupakan suatu hal yang menakutkan. Hal ini mungkin berasal dari suatu

pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tua, tidak sehat, dan tidak cantik lagi.

Menopause menandakan bahwa masa menstruasi dan reproduksi seorang wanita

telah berakhir. Hal ini terjadi karena indung telur mengalami penuaan. Penuaan

ovarium ini menyebabkan produksi hormon estrogen menurun sehingga terjadi

kenaikan hormon FSH dan LH. Peningkatan hormon FSH ini menyebabkan fase

folikular dari siklus menstruasi memendek sampai menstruasi tidak terjadi lagi.

Menopause menurut WHO berarti berhentinya siklus menstruasi untuk selamanya

bagi wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi setiap bulan, yang

disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami atresia terus meningkat, sampai

tidak tersedia lagi folikel, serta dalam 12 bulan terakhir mengalami amenorea, dan

bukan disebabkan oleh keadaan patologis (Prawirohardjo, 2008).

Perubahan pengeluaran hormon menyebabkan berbagai perubahan fisik

maupun psikologis bagi wanita. Pada masa ini sangat kompleks bagi wanita

1
karena berkaitan dengan keadaan fisik dan kejiwaannya. Selain wanita mengalami

stress fisik dapat juga mengalami stress psikologi yang mempengaruhi keadaan

emosi dalam menghadapi hal normal sebagaimana yang dialami semua wanita.

Perubahan fisik ini dapat berupa hot flushes, insomnia, vagina menjadi kering,

gangguan pada tulang, linu dan nyeri sendi, kulit keriput dan tipis,

ketidaknyamanan pada jantung (Kusmiran, 2012). Sedangkan perubahan psikis

yang terjadi adalah sikap mudah tersinggung, suasana hati yang tidak menentu,

mudah lupa dan sulit berkonsentrasi.Hasil penelitian Sugiyanto (2014) perubahan

fisik pada wanita menopause dapat berpengaruh terhadap kondisi psikologi seperti

mudah tersinggung, kecemasan, stress , daya ingat menurun dan depresi.

Oleh sebab itu, penyusun tertarik untuk mengkaji dan membuat makalah terkait

menopause.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka rumusan masalah sebagai

berikut: “Apakah yan dimaksud menopouse?”

1.3 Tujuan Penulisan

Menjelaskan secara rinci tentang menopouse.

1.4 Manfaat Penulisan

Memberikan informasi tentang menopause.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Menopuse

Kata menopause yang berasal dari kata Yunani yang berarti “bulan” dan

“penghentian sementara”, yang secara linguistik lebih tepat disebut menocease.

Secara medis istilah menopause berarti menocease, karena berdasarkan

defenisinya menopause itu berarti berhentinya menstruasi (bukan istirahat). Arti

menopause yang tidak jelas ini dikarenakan gejala-gejala yang muncul sebelum

menstruasi juga berhenti (Rebecca & Brown, 2009).

Menopause menurut WHO didefinisikan sebagai berarti berhentinya siklus

menstruasi untuk selamanya bagi wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi

sebagi akibat dari hilangnya aktivitas folikel ovarium. Menopause diartikan

sebagai tidak dijumpainya menstruasi selama 12 bulan berturut-turut dimana

ovarium secara progresif telah gagal dalam memproduksi estrogen. Jumlah folikel

yang mengalami atresia terus meningkat, hingga pada suatu ketika tidak tersedia

lagi folikel yang cukup.

2.2 Macam-Macam Menopause

Menurut Suryani (2011), Menopouse dibedakan menjadi lima macam, yaitu:

1) Menopause premature (dini)

Usia rata-rata wanita untuk mencapai menopause alami atau berhentinya haid

adalah 50 tahun. Meskipun demikian, sebagan wanita telah mengalamnya dalam

usia 40 tahun, sebagian lagi bahkan dalam usia masih sangat muda, yaitu 20

3
sampai 30 tahun. Bagi sebagian besar wanita didiagnosa menopause dini yang

juga dikenal dengan istilah Premature Ovarian Failure (POF), adalah

pengalaman yang sangat tidak menyenangkan. Sebagian besar wanita muda yang

didiagnosa dengan POF, bahkan belum berkesempatan untuk melahirkan anak,

menyadari bahwa kesempatan untuk memiliki anak dari uterus sendiri akan hilang

(Nirmala, 2003).

Pada menopause dini 75% wanita telah mengalami keluhan vasomotorik dan pada

hamper 50% wanita lebih terjadi osteoporosis. Banyak sekali penyebab yang

memungkinkan terjadiya menopause dini yaitu penggunaan obat diet yang bekerja

sentral dapat meningkatkan hormone prolactin. Kadar prolactin yang tinggi dapat

menekan sekresi FSH dan LH, sehingga folikel tidak dapat tumbuh dan dengan

sendirinya akan terjad menopause. Penyinaran terhadap kedua ovarium aatau

pengaruh pemebrian kemoterapi dapat juga menyebabkan menopause dini.

Penyakit autoimun seperti miastenia, lupus eritematosus, trombositopenia

idiopatik, glomerulonephritis, arthritis rheumatoid, dan penyakit crohn dapat

menyebkan terjadinya menopause dini.

2) Menopouse normal

Menopause yang alami dan umumnya terjadi pada usia diakhir 40 tahun atau

diawal 50 tahun (Andres G,2010). Menopause normal ini paling banyak terjadi

pada wanita. Hal ini disebbkan jumlah folikel yang mengalami atresia terus

meningkat, sampai suatu ketika tida tersedia lagi folikel yang cukup. Produksi

estrogen berkurang dan tdak terjadi haid lagi, yang berakhir dengan terjadinya

menopause.

4
3) Menopause terlambat

Menopause yang terjadi apabila seorang wanita masih mendapt haid diaatas 52

tahun (prawirahardjo, 2008). Ada beberapa factor yang menyebabkan terjadinya

menopause terlambat, dantaranya faktor tersebut adalh konstitusional, fibromioma

uteri dan tumor ovarium yang menghasilkan estrogen. Salah satu faktor yang

memungkinkan seorang wanita akan mengalami keterlamabatan menopause

adalah apabila memiliki kelebihan berat bdan. Sebagian besar estrogen dibuat

dalam endometrium, akan tetapi sejumlah kecil estrogen juga dibuat dibagian

tubuh yang lain, termasuk disel-sel lemak. Apabila seorang wanita mengalami

obesitas, maka wanita tersbut akan memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi

dalam seluruh amsa hidupnya.

4) Menopause karena operasi

Menopause ini terjadi akibat dilakukannya operasi atau pembedahan, misalnya

operasi Rahim (histerektomi) atau yang seringkali disebut dengan istilah Total

Abdominal Hysterectomy (TAHA) maupun karena kedua indung telur diangkat

(oophorectomy bilateral) yang seringkali disebut dengan Bilateal Salpingo

Oophorectomy (BSO).

Bila uterus diangkat karena operasi tetapi indung teur diperthaankan, maka masa

haid berhenti namun gejala menopause lainnya biasanya tetap berlangsung ketika

wanita tersebut mencapai usia menopause alami. Meski demikian, ada sejumlah

wanita yang mengalami operasi uterus dan mengalami gejala-gejala menopause

dalam usia yang lebih muda.

5) Menopause medis

5
Menopause ini terjadi akibat campur tangan medis yang menyebkan berkurangnya

atau berhentinya pelepasan hormon oleh ovarium. Campur tnagan ini bisa berupa

pembedahan untuk mengangkat ovarium atau untuk mengurangi aliran darah ke

ovarium serta kemoterapi atau terapi penyinaran pada panggul untuk mengobait

kanker. Histerektomi menyebabkan beerakhirnya siklus menstruasi, tetapi selama

ovarium tetap ada hal tersebut tidak akan memengaruhi kadar hormone dan tidak

menyebabkan menopause.

Wanita yang harus menjalanikemoterapi karena menderita kanker seringkali

mengalami menopause sementara atau permanen. Obat-obatan anti kanker dapat

merusak indung telur dan mengurangi jumlah hormone yang diproduksi.

Akibatnya selama menjalani proses kemoterapi masa haid menjadi tidak teratur,

bahkan berhenti sepenuhnya.

2.3 Fase-Fase Menopause

1) Pramenopause

Pramenopause adalah masa sekitar usia 40 tahun dengan dimulainya siklus haid

yang tidak teratur, memanjang, sedikit, atau banyak, yang kadang-kadang disertai

dengan rasa nyeri. Pada wanita tertentu telah muncul keluhan vasomotorik atau

keluhan sindroma prahaid. Dari hasil analisis hormonal dapat ditemukan kadar

FSH dan estrogen yang tinggi atau normal. Kadar FSH yang tinggi dapat

mengakibatkan terjadinya stimulasi ovarium yang berlebihan sehingga kadang-

kadang dijumpai kadar estrogen yang sangat tinggi. Keluhan yang muncul pada

fase premenopause ini ternyata dapat terjadi baik pada keadaan sistem hormon

yang normal maupun tinggi, sedangkan keluhan yang muncul pasca menopause

6
umumnya disebabkan oleh kadar hormon yang masih normal maupun tinggi,

hingga kini belum diketahui.

2) Perimenopause

Perimenopause merupakan masa perubahan antara pramenopuse dan

pascamenopause. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur. Pada

kebanyakan wanita siklus haidnya > 38 hari dan sisanya < 18 hari. Sebanyak 40%

wanita mengalami siklus haid yang anovulatorik. Pada sebagian wanita, telah

muncul keluhan vasomotorik, atau keluhan sindrom prahaid. Kadar FSH, LH

dan estrogen sangat bervariasi. Disini juga terlihat bahwa keluhan klimakterik

dapat terjadi tidak hanya pada kadar hormon yang rendah saja.

3) Menopause

Setelah memasuki usia menopause selalu ditemukan kadar FSH yang tinggi (>35

mIU/ml). Pada awal menopause kadang-kadang kadar estrogen rendah. Pada

wanita gemuk kadar estrogen biasanya tinggi. Bila seorang wanita tidak haid

selama 12 bulan dan dijumpai kadar FSH >35 mIU/ml dan kadar estradiol < 30

pg/ml, maka wanita tersebut dapat dikatakan telah mengalami menopause.

4) Pascamenopause

Pasca menopause adalah masa setelah menopause sampai senium yang dimulai

setelah 12 bulan amenorea. Kadar FSH dan LH sangat tinggi (>35 mIU/ml) dan

kadar estrodiol yang rendah mengakibatkan endometrium menjadi atropi sehingga

haid tidak mungkin terjadi lagi. Namun, pada wanita yang gemuk masih dapat

ditemukan kadar estradiol yang tinggi. Hampir semua wanita pasca menopause

umumnya telah mengalami berbagai macam keluhan yang diakibatkan oleh

7
rendahnya kadar estrogen.

5) Senium

Seorang wanita disebut senium bila telah memasuki usi

pasca menopause lanjut sampai usia > 65 tahun.

Gambar 1. Fase menopause - Source: Sperrof

2.4 Fisiologi Menopause

Pada usia 40-50 tahun, siklus seksual biasanya menjadi tidak teratur, dan ovulasi

sering tidak terjadi. Sesudah beberapa bulan sampai beberapa tahun, siklus

terhenti sama sekali. Periode ketika siklus terhenti dan hormon-hormon kelamin

wanita menghilang dengan cepat sampai hampir tidak ada disebut sebagai

menopause. Penyebab menopause adalah “matinya” (burning out) ovarium.

Sepanjang kehidupan seksual seorang wanita, kira-kira 400 folikel primordial

8
tumbuh menjadi folikel matang dan berovulasi, dan beratus-ratus dari ribuan

ovum berdegenerasi. Pada usia sekitar 45 tahun, hanya tinggal beberapa folikel-

folikel primordial yang akan dirangsang oleh FSH dan LH, dan produksi estrogen

dari ovarium berkurang sewaktu jumlah folikel primordial mencapai nol. Ketika

produksi estrogen turun di bawah nilai kritis, estrogen tidak lagi menghambat

produksi gonadotropin FSH dan LH. Sebaliknya, gonadotropin FSH dan LH

(terutama FSH) diproduksi sesudah menopause dalam jumlah besar dan kontinu,

tetapi ketika folikel primordial yang tersisa menjadi atretik, produksi estrogen

oleh ovarium turun secara nyata menjadi nol (Guyton, 2011).

Bertolak belakang dengan keyakinan umum, kadar estrogen perempuan sering

relatif stabil atau bahkan meningkat di masa pramenopause. Kadar itu tidak

berkurang selama kurang dari satu tahun sebelum periode menstruasi terakhir.

Sebelum menopause, estrogen utama yang dihasilkan tubuh seorang wanita adalah

estradiol. Namun selama masa pramenopause, tubuh wanita mulai menghasilkan

lebih banyak estrogen dari jenis yang berbeda, yang dinamakan estron, yang

dihasilkan di dalam indung telur maupun dalam lemak tubuh. Kadar testosteron

biasanya tidak turun secara nyata selama pramenopause. Kenyataannya, indung

telur pascamenopause dari kebanyakan wanita mengeluarkan testosteron lebih

banyak daripada indung telur pramenopause. (Wijayanti, 2009).

Menurut Fritz (2010), kadar estradiol serum pada wanita pasca menopause sekitar

10-20pg/mL dan sebagian besar merupakan hasil konversi estron, yang diperoleh

dari konversi perifer androstenedion. Kadar estrogen pada wanita menopause

sangat bergantung dari konversi androstenedion dan testosteron menjadi estrogen.

9
Sebuah penelitian di Australia menemukan bahwa kadar testosteron dalam

sirkulasi tidak berubah sejak 5 tahun sebelum menopause hingga 7 tahun setelah

menopause. Androstenedion adalah androgen utama yang dikeluarkan oleh folikel

yang sedang berkembang. Dengan terhentinya perkembangan folikuler pada

wanita pascamenopause, kadar androstenedion turun 50%. Setelah menopause,

hanya 20% androstenedion yang disekresi oleh ovarium. Dehidroepiandrosteron

(DHEA) dan ehidroepiandrosteron sulfat (DHEAS) terutama dihasilkan

oleh kelenjar adrenal (<25% oleh ovarium).

Dengan penuaan, produksi DHEA turun 60% dan DHEAS turun 80%. Berat

badan memiliki korelasi yang positif dengan kadar estron dan estradiol di sirkulasi

dengan adanya konversi androstenedion menjadi estrogen, namun dengan

penuaan, kontribusi adrenal sebagai prekursor produksi estrogen menjadi tidak

adekuat. Hubungan kadar hormon dengan usia grafik dibawah ini

10
Gambar 2. Metabolisme hormone sesuai usia
Source: Sperrof

UNITFOLIKEL KADAR HORMON ESTROGEN

USIA (tahun)

Gambar 3. Hubungan kadar hormon estrogen dengan usia (Fritz, 2010).

2.5 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Menopause

Beberapa faktor yang memngaruhi menopause adalah

1) Usia saat hadi pertama kali (menarche)

Beberapa ahli melakukan penelitian menemukan bahwa adanya hubungan antara

usia pertama kali mendapat haid dengan usia seorang wanita memasuki

menopause. Kesimpulan dari penelitan-penelitian ini menunjukkan bahwa

semakin muda seorang mengalami haid pertama kalinya, maka semakin tua atau

lama ia memasuki masa menopause.

11
2) Jumlah anak

Meskipun belum ditemukan hubungan antara jumlah anak dan menopause, tetapi

beberapa peneliti menemukan bahwa makin sering seorang wnita melahirkan

maka semakin tua atau lama mereka memasuki msa menopause.

3) Usia melahirkan

Masih berhubbungan dengan melahirkan anak, bahwa semakin tua seseorang

melahirkan anak, semakin tua ia mulai memasuki usia menopause. Penelitian

yang dilakukan Beth Israel Deaconess medical Center in Boston mengungkapkan

bahwa wanita yang masih melahirkan diatas usia 40 tahun akan mengalami usia

menopause yang lebih tua. Hal ini terjad karena kehamilan dan persalinan akan

memperlamabat kerja organ reproduksi dan penuaan tubuh.

4) Faktor Psikis

Perubahan-perubahan psikologis maupun fisik ini berhubungan dengan kadar

estrogen, gejala yang menonjol adalah berkurangnya tenaga dan gairah,

berkurangnya konsentrasi dan kemampuan akademik, timbulnya perubahan emosi

seperti mudah tersinggung, susah tidur, rasa kekurangan, rasa kesunyian, ketakuta

keganasan, tidak sabra lagi, dll. Peruahan psikis ini berbeda-beda tergantung dari

kemampuan wanita untuk menyesuaikan diri.

5) Social ekonomi

Keadaan social ekonomi memngaruhi faktor isik, kesehatan dan pendidikan.

Apabila faktor-faktor diatas cukup baik, akan mengurangi beban fisiologis,

psikologis. Kesehatan akan faktor klimakterium sebagai faktor fisiologis.

12
6) Buduaya dan lingkungan

Pengaruh budaya dan lingkungan sudah dibuktikan sangat memengaruhi wanita

untuk dapat atau tidak dapat menyesuaikan diri dengan fase klimakterium dini .

2.6 Perubahan-perubahan pada Masa Menopouse

1) Perubahan fisik

Menurut Aida (2013), yang mengutip pendapat Hurlock, ketika seorang memasuki

menopause, fisik mengalami ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang

dapat terjadi secara tiba–tiba disekujur tubuh, misalnya pada kepala, leher, dan

dada bagian atas. Kadang–kadang rasa kaku ini dapat diikuti dengan rasa panas

atau dingin, pening, kelelahan, jengkel, resah, cepat marah, dan berdebar-debar.

Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu:

a. Menurunnya gairah seks (Hilangnya hasrat seksual)

Wanita mengalami penurunan dalam kadar testosteron mereka selama pra

menopause ini dapat mengakibatkan hilangnya hasrat seksual. Tapi bagi sebagian

wanita masalah libido terkait dengan kurangnya hormon estrogen atau menipisnya

jaringan vagina.

b. Menstruasi yang tidak teratur atau abnormal (yang paling sering, perdarahan

vagina yang berlebihan)

Ketika seorang wanita mengalami perubahan hormon di masa pra menopause,

segala macam perdarahan mungkin terjadi, mulai dari menstruasi yang menjadi

sangat ringan dan sebentar sampai menstruasi yang berjarak tiga bulan atau lebih.

13
Dan sebagian wanita mempunyai pola perdarahan yang begitu tidak menentu

sehingga tampak seperti bukan menstruasi sama sekali (MacKenzei , 2002).

c. Pembengkakan (retensi air)

Ketidak nyamanan menahan kencing (lepasnya air kencing saat batuk, bersin,

tertawa dsb) terjadi dikarenakan menipisnya lapisan saluran kencing luar yang

sangat bergantung pada estrogen. Gejala gejala kencing sering dapat diatasi

dengan penggunaan secolek kecil krim estrogen di lokasi tersebut. Latihan kegel

juga dapat meningkatkan aliran darah ke area itu dan membanu mengatasi ketidak

mampuan menahan kencing.

d. Mengembang dan melembutnya payudara

Banyak wanita mengalami payudaranya melembut tepat sebelum menstruasi

mereka datang. Tapi selama pra menopause, payudara akan terus lembut atau

membesar jauh lebih sering. Ini jauh lebih umum jika seorang wanita mengalami

dominasi estrogen.

e. Perubahan suasana hati (yang paling sering rasa kesal dan depresi)

Banyak wanita merasakan bahwa perubahan suasana hati mereka lebih parah

dibanding sebelumnya menjelang haid mereka datang, meningkatnya suasana hati

yang negatif dan gelap, bersifat abnormal.

f. Berkeringat di Malam hari

Berkeringat di malam hari merupakan suatu kesatuan dengan gelora panas.

Terlebih pada pukul 3 dan 4 pagi merupakan saat yang paling umum dimana

wanita pra menopause mandi keringat. Sehingga perlu mengganti pakaian

dimalam hari. Berkeringat malam hari tidak saja mengganggu tidur melainkan

14
juga teman atau pasangan tidur. Akibatnya diantara keduanya merasa lelah dan

lebih mudah tersinggung, karena tidak dapat tidur nyenyak. Cara kerjanya belum

diketahui secara pasti, tetapi pancaran panas pada tubuh akibat pengaruh hormon

yang mengatur thermostat tubuh pada suhu yang lebih rendah. Akibatnya suhu

udara yang semula dirasakan nyaman, mendadak menjadi terlalu panas dan tubuh

mulai menjadi panas serta mengeluarkan keringat untuk mendinginkan diri

(Kasdu, 2002).

g. Jantung berdebar-debar

Seperti gelora panas, debaran jantung dapat berkisar dari ringan sampai berat.

Gejala ini jarang yang berbahaya, meskipun kadang-kadang bisa terasa sangat

menakutkan. Itu merupakan akibat ketidak seimbangan antara sistem syaraf

simpatik dan para simpatik dan sering terkait dengan ketakutan dan kecemasan

h. Sakit kepala, terutama sebelum menstruasi

Kadar hormon yang tidak seimbang ikut menambah apa yang dinamakan migrain

menstruasi selama masa pra menopause dan menopause. Jenis sakit kepala ini

biasanya datang tepat sebelum menstruasi anda, ketika kadar estrogen maupun

progesteron dapat turun secara drastis. Ratusan wanita dapat sembuh dari migrain

menstruasi dan migrain menopause mereka sepenuhnya dengan menggunakan

krim progesteron (Yatim, 2001).

i. Gelora Panas

Gelora panas adalah gejala pra menopause yang paling umum dalam budaya kita

terjadi sekitar 70 sampai 85% dari semua wanita pra menopause. Gelora panas itu

bisa sangat ringan atau sangat berat sehingga mengakibatkan kurang tidur dan

15
depresi. Itu dimulai dengan sensasi hangat yang muncul tiba-tiba dan selintas yang

kemudian dapat menjadi sangat panas di wajah, kulit kepala, dan area dada,

kadang kadang bisa disertai dengan kulit kemerahan dan keringat. Kadang-kadang

itu disertai frekuensi jantung yang meningkat, diikuti dengan rasa kedinginan.

Pada kebanyakan wanita, gelora panas sering dimulai tepat sebelum atau selama

periode menstruasi di masa pra menopause (Hurlock, 1997).

2) Perubahan psikis

Seperti hal nya gangguan gelombang hormon dan kebutuhan untuk beradaptasi

dengan cara-cara baru membuat masa pubertas dan remaja menjadi masa yang

sulit. Beberapa wanita menemukan perubahan gelombang hormon dan kebutuhan

untuk menyesuaikan dengan perubahan membuat menopause menjadi sangat sulit

Perubahan ini seperti kehilangan seseuatu yang dibayangkan tentang kehidupan

dan harus menyesuaikan gejala menopause yang asing baginya. Ketidak teraturan

haid secara bawah sadar meningkatkan kecemasan wanita bahwa daya tarik

seksual dan fisiknya berkurang. Dia menjadi tua, merasa ditolak dan mencapai

akhir dari kehidupan. Emosi yang negatif ini tentu saja hanya berlangsung

sementara (Mustopo 2005).

Psikiatris menemukan, banyak wanita pada masa menopause melampaui tiga

tahap sebelum menyesuaikan dengan kehidupan barunya. Pertama adalah tahap

dimana perasaan cemas makin menonjol biasanya periode ini cukup singkat.

Dilanjutkan dengan periode yang mungkin berlangsung berbulan-bulan, ketika

gangguan depresi dan perubahan suasana hati yang lainya muncul. Yang ketiga

merasa ditolak oleh semua orang. Semua anggapan itu tidak benar kelak si wanita

16
akan memasuki tahap penyesuaian ulang. Semua kesedihan dari bulan-bulan

sebelumnya tinggal sebagai mimpi buruk (Yatim, 2001).

Akibat perubahan pada organ reproduksi maupun hormon tubuh pada saat

menopause mempengaruhi berbagai keadaan fisik tubuh seorang wanita. Keadaan

ini berupa keluhan-keluhan ketidaknyamanan yang timbul dalam kehidupan

sehari-hari (Glasier, 2006) seperti :

a. Depresi

Ini adalah kondisi gejala yang pasti dan sering dialami pada ibu menopause

yang dikarenakan perubahan – perubahan yang ada pada diri setiap seorang

wanita karena perubahan fisik dan psikologi pada tubuh (Nirmala, 2003).

b. Kecemasan

Gangguan kecemasan dianggap sebagai bagian dari satu mekanisme

pertahanan diri yang dipilih secara alamiah oleh makhluk hidup bila

menghadapi sesuatu yang mengancam atau membahayakan dirinya. Namun

kecemasan ini umumnya bersifat relatif artinya ada orang – orang yang cemas

dan dapat tenang kembali setelah mendapat dukungan dari orang-orang di

sekitarnya namun ada juga orang-orang yang terus menerus cemas meskipun

orang disekitarnya memberikan dukungan. Kecemasan yang timbul pada

wanita menopause sering di hubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam

menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatikan. Meski

cemas dengan berakhirnya masa reproduksi yang berarti berhentinya nafsu

seksual dan fisik. Apalagi menyadari bahwa dirinya akan menjadi tua yang

berarti kecantikan akan mundur. Seiring dengan hal itu vilatitas dan fungsi

17
organ- organ tubunya akan menurun. Hal ini dapat menghilangkan

kebanggaannya sebagai seorang wanita. Keadaan ini dikhawatirkannya akan

mempengaruhi hubungannya dengan suami maupun dengan lingkungan

sosialnya.

c. Mudah tersinggung

Gejala ini lebih mudah terlihat di bandingkan kecemasan. Wanita lebih

mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap

tidak mengganggu. Ini mungkin disebabkan dengan datangnya menopause

maka wanita menjadi sangat menyadari proses yang sedang berlangsung

dalam dirinya. Perasaannya menjadi sangat sensitif terhadap sikap dan

perilaku orang-orang disekitarnya, terutama jika sikap dan prilaku tersebut di

persiapkan sebagai proses penerimaan yang sedang terjadi dalam dirinya.

d. Stres

Perubahan yang terjadi pada massa menopause dengan menyebabkan stres

pada wanita serta merupakan reaksi tubuh terhadap kecemasan yang di

hadapinya pada saat situasi yang menakutkan atau tidak nyaman. Tidak ada

orang yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas termasuk

wanita menopause. Ketegangan perasaan atau stres selalu berdebar dalam

lingkungan pekerjaan, pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga dan bahkan

menyusup ke dalam tidur. Kalau tidak di tanggulangi stres dapat menyita

energi, mengurangi produktivitas kerja, dan menurunkan kekebalan terhadap

penyakit. Namun demikian stres tidak hanya memberikan dampak negatif

tetapi juga dampak positif tergantung bagaimana individu memandang dan

18
mengendalikannya karena stres sangat individual sifatnya (Anwar, 2003).

2.7 Kebutuhan Dasar Menopause

Kebutuhan dasar pada menopause pada dasarnya sama dengan kebutuhan dasar

manusia. Abraham Harold Maslow (1908-1970) ahli psikologi membagi

kebutuhan menjadi lima, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan,

kebutuhan social, prestise, dan aktualisasi diri.

1) Kebutuhan dasar manusia (KDM) menurut maslow ada sebagai berikut.

Kebutuhan fisiologis (Physiological Needs), yaitu kebutuhan makan, minum,

tempat tinggal dan lain-lain. Kebutuhan kemanan (safety needs) yaitu kebutuhan

akan perlindungan, keselamatan terhadap bahaya atau kekerasan.

2) Kebutuhan social (social needs) timbul bila kedua kebutuhan sebelumnya telah

dipenuhi, yait kebutuhan akan afiliasi, persahabatan, serta memberi dan menerima

kasih saying/dihargai dengan/dari/oleh orang lain dalam kehidupan social

masyarakat.

3) Kebutuhan prestise (ego/esteem needs), yaitu kebutuhan akan penghargaan untuk

penghormatan diri, status, perhatian, hingga penerimaan orang lain, yang muncul

bila ketiga kebutuhan sebelumnya telah terpenuhi. Menurut Maslow kebutuhan ini

jarang dapat dipuaskan.

4) Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self Actualization Needs) merupakan kebutuhan

terakhir apabila keempat kebutuhan lainnya diatas telah terpenuhi

5) , yang dapat mendorong perilaku seseorang untuk dapat mempertinggi

kemampuan kerja.

19
Menurut Maslow, kebutuhan dasar manusia tersebut adalah berjenjang seperti

pyramid, yang mempunyai anak-anak tangga kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan

harus dipenuhi dari kubuthan itngkat pertama dan naik ketangga-tangga

kebutuhan berikutnya tanpa bsa meloncat (Syukri, 2006).

2.8 Gangguan-Gangguan yang Terjadi Selama Menopause

Menurut Mustopo (2005) gangguan-gangguan yang sering terjadi selama

menopause adalah:

1) Osteoporosis

2) Penyakit jantung koroner

Kolesterol baik yang tinggi pada wanita muda dipengaruhi oleh estrogen.Setelah

menopause risiko terkena penyakit jantung koroner dua kali lipat pada wanita

karena lemak golongan atherogenik (yang memproduksi lemak pada arteri)

meningkat pada sekitar usia 60 tahun.

3) Kanker

Pada masa menopause terjadi proses degenerasi sehingga menyebabkan

perubahan-perubahan tidak saja pada organ reproduksi juga bagian tubuh lainnya,

salah satu proses degenerasi tersebut adalah penyakit kanker. Kondisi ini adalah

suatu keadaan pertumbuhan jaringan yang abnormal.

4) Demensia tipe alzhaimer

Selama periode pra menopause dan pasca menopause terjadi penurunan kadar

hormon seks steroid. Penurunan ini menyebabkan beberapa perubahan neuro

endokrin sistem susunan saraf pusat, maupun kondisi biokimiawi otak. Padahal

20
sistem susunan saraf pusat merupakan target organ yang penting bagi hormon seks

steroid seperti estrogen. Pada keadaan ini terjadi proses degeneratif sel neuron

(kesatuan saraf) pada hampir seluruh bagian otak, terutama didaerah yang

berkaitan dengan fungsi ingatan.

5) Berat badan meningkat

Usia menopause terjadi peningkatan berat badan akibat turunnya estrogen dan

gangguan pertukaran zat dasar metabolisme lemak. Selain pada usia ini biasanya

aktivitas tubuh berkurang, selain itu daya elastis kulit juga menurun, yang

memudahkan lemak disimpan dalam tubuh.

6) Perubahan kulit

Gangguan diatas dasarnya terjadi karena hormon estrogen yang mulai tertekan.

Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika menstruasi berhenti

maka kulit akan terasa tipis, kurang elastis terutama pada daerah sekitar wajah,

leher dan lengan. Kulit di bagian bawah mata Menjadi Mengembung Seperti

Kantong, Dan Lingkaran Hitam Dibagian Ini Menjadi Lebih Permanen Dan Jelas.

2.9 Menopause Rating Scale ( MRS )

Skala Penilaian Menopause (MRS) merupakan skala kualitas hidup yang

dikembangkan pada awal tahun 90an untuk menilai tingkat keparahan keluhan

menopause sebagai respon terhadap kurangnya skala yang terstandarisasi untuk

mengukur keparahan gejala penuaan serta efeknya terhadap kalitas hidup.3,18,30,31

Sebenarnya, versi MRS yang pertama seharusnya diisi oleh dokter yang

menangani kasus yang bersangkutan, namun beberapan kritik dari ahli metodologi

akhirnya memunculkan skala baru yang dapat dengan mudah diisi sendiri oleh

21
wanita yang bersangkutan, bukan oleh dokternya. Pembenaran penggunaan MRS

dimulai beberapa tahun yang lalu dengan tujuan untuk membentuk suatu alat

untuk mengukur gambaran kualitas hidup, yang secara mudah dapat diisi. Tujuan

pembuatan MRS adalah (1) untuk memungkinkan perbandingan gejala penuaan

antara diantara kelompok wanita dengan kondisi yang berbeda, (2) untuk

membandingkan keparahan penyakit yang dialami dalam selang waktu tertentu,

dan (3) untuk mengukur perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah diberikan

pengobatan. Skala MRS telah dibakukan secara resmi berdasarkan peraturan

psikometrik dan diterbitkan pertama kali di Jerman. Sewaktu alat ini sedang

dibakukan, tiga dimensi yang terpisah ternyata teridentifikasi, yang menjelaskan

59% variansi total yang dijumpai (analisis faktor): psikologis, somato vegetatif,

dan sub skala urogenital. Skala MRS terdiri dari 11 item (gejala atau keluhan).

Masing-masing gejala yang terkandung didalam skala tersebut dapat diberikan

nilai 0 (tidak ada keluhan) sampai 4 (gejala berat) tergantung pada tingkat keluhan

yang diperoleh setelah wanita yang bersangkutan mengisi skala tersebut (dengan

cara mencentang kotak yang telah disediakan). Cara penilaian pada dasarnya

sederhana, contohnya: skornya akan semakin meningkat seiring dengan

meningkatnya tingkat keparahan subjektivitas gejala yang diperoleh dari setiap

item (skor 0 : tidak ada keluhan, skor 4: gejala yang sangat berat]). Responden

dengan sendirinya akan menunjukkan persepsinya sendiri dengan mencentang 1

dari kemungkinan 5 kotak “keparahan” yang tersedia untuk setiap item.

Hal ini terlihat pada kuesioner yang tersedia pada file tambahan yang dilampirkan

dalam penelitian ini. Skor komposit untuk setiap dimensi (sub-skalanya) diperoleh

22
setelah menambahkan skor pada setiap item dari masing-masing dimensi. Skor

kompositnya (skor total) diperoleh setelah menjumlahkan semua skor dimensi.

Ketiga dimensi tersebut, pertanyaan yang tercantum didalamnya diuraikan secara

terperinci dan disimpulkan dalam satu file yang terlampir dalam penerbitan ini.

Saat ini, skala MRS diterima secara Internasional. Skala ini pertamaka kali

dialihbahasakan ke bahasa Inggris, yang diikuti dengan terjemahan ke dalam

bahasa yang lain. Rekomendasi metodologi Internasional yang terbaru juga

dimasukkan. Saat ini skala ini tersedia dalam beberapa bahasa: bahasa Brasil,

Inggris, Perancis, Jerman, Indonesia, Italia, Mexico/Argentina, Spanyol, Swedia,

dan Turki.

23
Penilaian Menopause Rating Scale

Gambar 4. Menopause Rating Scale

24
BAB III

PEMBAHASAN

Menopause singkatnya adalah terhentinya menstruasi secara permanen

terjadi pada usia rata-rata 51 tahun.Usia saat menopause tampaknya ditentukan

secara genetik dan tidak dipengaruhi oleh ras, status sosial ekonomi, usia saat

menarche, atau jumlah ovulasi sebelumnya. Meskipun menopause dikaitkan

dengan perubahan hormon pada hipotalamus dan hipofisis yang mengatur siklus

menstruasi, menopause bukanlah peristiwa sentral, tetapi kegagalan ovarium lebih

utama. Pada tingkat ovarium, ada deplesi folikel ovarium, kemungkinan besar

sekunder untuk apoptosis atau kematian sel terprogram. Ovarium tidak lagi

mampu merespon hormon hipofisis, follicle-stimulating hormone (FSH), dan

luteinizing hormone (LH), dan produksi dari estrogen dan progesteron terhenti.

Erat kaitannya dengan unrespon dari ovarium pada wanita menopause,

dalam makalah ini penulis ingin membahas terkait gangguan fungsi seksual yang

sering dialami wanita menopause. Banyak wanita mengalami disfungsi seksual ,

meskipun insidensi dan etiologi yang tepat masih belum diketahui. Disfungsi

seksual mungkin melibatkan penurunan minat atau keinginan untuk memulai

aktivitas seksual, serta penurunan gairah atau kemampuan untuk mencapai

orgasme selama hubungan seksual . Etiologi disfungsi seksual disebabkan oleh

banyak faktor, termasuk masalah psikologis seperti depresi atau gangguan

kecemasan , konflik dalam hubungan , masalah yang berkaitan dengan

penyimpangan seksual, penggunaan obat, atau masalah fisik yang membuat

25
aktivitas seksual menjadi tidak nyaman , seperti endometriosis atau atrofi vaginitis

. Menganalisis data dari Bada Kesehatan Nasional dan Survei Kehidupan Sosial ,

sampel probabilitas perilaku seksual yang dilakukan pada tahun 1992 dengan

kelompok orang dewasa , prevalensi disfungsi seksual di Amerika Serikat

diperkirakan setinggi 43 % pada wanita dan 31 % di laki-laki . Meskipun

beberapa studi menggambarkan penurunan tingkat keinginan dan aktivitas pada

wanita yang lebih tua, masalah seksual yang umum dan tidak secara khusus

merupakan masalah pada masa menopause. Disfungsi seksual wanita setelah

menopause adalah masalah yang kompleks dengan berbagai etiologi. Evaluasi

seksama dari segi fisiologis, psikologis, gaya hidup, dan hubungan variabel

diperlukan untuk mengoptimalkan terapi. Pengobatan kecemasan dan depresi,

penyesuaian obat antidepresan, dan konseling hubungan dapat meningkatkan

fungsi seksual. Latihan khusus sering dilakukan di bawah bimbingan seorang

terapi seks, membantu banyak perempuan dan pasangan dengan disfungsi seksual.

Pengobatan khusus atrofi genitourinari dengan terapi estrogen vagina sistemik

atau lokal atau pelumas vagina efektif mengurangi dispareunia dan dapat

meningkatkan gairah seksual. Sildenafil sitrat (Viagra) tidak efektif dalam double

blind randomized studi besar, dengan kontrol plasebo pada wanita dengan

disfungsi seksual. Sebuah alat terapi klitoris (EROS-CTDTM) disetujui oleh US

Food and Drug Administration dapat meningkatkan aliran darah dan

meningkatkan gairah pada beberapa wanita. Terapi androgen mungkin memiliki

peran dalam pengobatan disfungsi seksual pada wanita menopause yang memiliki

tingkat androgen rendah dan tidak ada penyebab lain yang dapat diidentifikasi

26
terhadap masalah seksual.

27
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Menopause menandakan bahwa masa menstruasi dan reproduksi seorang

wanita telah berakhir. Menopause menurut WHO didefinisikan sebagai berarti

berhentinya siklus menstruasi untuk selamanya bagi wanita yang sebelumnya

mengalami menstruasi sebagi akibat dari hilangnya aktivitas folikel ovarium.

Menopouse dipengaruhi oleh beberapa hal, yang diantaranya adalah usia saat

hadi pertama kali (menarche), jumlah anak, usia melahirkan, Faktor Psikis,

Social ekonomi, serta Buduaya dan lingkungan. Adapun perubahan yang

dialami oleh wanita menopause yakni Perubahan fisik dan Perubahan psikis,

serta gangguan seksual.

4.2 Saran

Oleh karena banyak terjadinya perubahan pada wanita menopause, maka

sebagai tenaga kesehatan dan orang-orang disekitarnya harus memberikan

asuhan dasar pada wanita menopause, misalnya yaitu memenuhi Kebutuhan

dasar nya, kebutuhan social, Kebutuhan prestise, dan Kebutuhan Aktualisasi

Diri.

28
DAFTAR PUSTAKA

Aida. 2013. Faktor yang berhubungan dengan resiko osteoporosis pada


lansia dikenagarian api wilayah kerja puskesmas baru Kecamatan Baying.
Naskah publikasi. Padang

Anwar. 2003. Manajemen stress. Jakarta: Al Mawar Prima

Fritz. Sperrof. 2010. Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility.


Lippincot Williams & Wilkins.

Glasier.2006. Keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. Jakarta: EGC

Guyton. 2011. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC

Harlow, Sioban D. 2012. Executive summary of the stage of reproductive


aging workshop+10:addressing he unfinished agenda of staging reproductive
aging. Menopuse: the journal of the north American menopause society.
Vol.19.No.4 DOI:10.1097/gme.0b013e31824d8f40

Kusmiran E. 2012. Kesehatan reproduksi remaja & wanita. Cetakan Kedua.


Jakarta: Salemba Medika.

Mustopo. 2005. Perawatan Kesehatan Menopouse Alami. Jakarta: Harapan


Baru

Prawirohardjo,S. 2008. Ilmu kebidanan. Edisi keempat. Jakarta: Yayasan


Bina Pusaka Sarwoni Prawirohardjo.

Rebecca & Brown. 2009. Menopouse. Jakarta: Erlangga.

Suryani. 2011. Buku ajar konsep kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wijayanti. 2009. Fakta penting seputar kesehatan teproduksi wanita.


Jogjakarta: Bookmarks

Yatim. 2001. Haid tidak wjar dan menopause. Jakarta: Pustaka popular obor.

29

Anda mungkin juga menyukai