“AMENORE PRIMER”
Oleh :
Windarti (011924653002)
Fadhilatul Karimah (011924653003)
Ridzky Berliana Kusuma (011924653004)
Ihda Nailul ‘Ilma Mufida (011924653008)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara berkala, fungsi seksual wanita berada di bawah kendali
hormon. Tanda yang khas untuk suatu siklus haid adalah timbulnya
perdarahan melalui vagina setiap bulan pada seorang wanita. Perdarahan ini
terjadi akibat rangsangan hormonal secara siklik terhadap endometrium
(Speroff L, 2011)Amenorea dapat dibagi dalam dua bentuk, yaitu:
1. Amenorea fisiologik
Amenorea yang terdapat pada masa sebelum pubertas, masa kehamilan,
masa laktasi dan sesudah menopause.
2. Amenorea patologik
Lazimnya diadakan pembagian antara amenorea primer dan amenorea
sekunder. Amenorea primer, apabila seorang wanita berumur 16 tahun
ke atas belum pernah dapat haid; sedang pada amenorea sekunder
penderita pernah mendapat haid, tetapi kemudian tidak dapat lagi.
Amenorea primer merupakan suatu keadaan dimana tidak terjadi
menstruasi pada wanita yang berusia 16 tahun ke atas dengan karaktersitik
seksual sekunder normal, atau umur 14 tahun ke atas tanpa adanya
perkembangan karakteristik seksual sekunder (Speroff L, 2011). Penyebab
tidak terjadinya haid dapat berupa gangguan di hipotalamus, hipofisis,
ovarium (folikel), uterus (endometrium), dan vagina. Amenorea primer
umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit untuk
diketahui, seperti kelainan-kelainan kongenital dan kelainan-kelainan genetik.
Prevalensi amenore primer di Amerika Serikat didapatkan sebesar
<0.1%. Pada studi Parikh dkk di Bhavnagar India, selama 2 tahun insidensi
yang didapat sebesar 0.02%. Studi di Tohoku Jepang tahun 1982 sudah
mendapatkan insiden sebesar 0.3% amenorhea primer, yakni 59 dari 20.193
pasien di poliklinik rawat jalan selama 4 tahun. Studi yang cukup besar di
Korea selama 22 tahun mendapatkan sebanyak 10.9% (132 kasus) amenore
primer dari 1212 wanita dengan amenore. Sementara studi atau data
karakteristik, frekuensi ataupun insiden di Indonesia belum ditemukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Menurut Speroff (2011), usia menarche pada setiap perempuan
bervariasi sama seperti halnya permulaan pubertas. Secara umum,
menstruasi pertama harus terjadi dalam 2-3 tahun setelah tanda awal
pubertas muncul. Pada sebagian besar anak perempuan (sekitar 80%),
tanda pubertas pertama adalah akselerasi pertumbuhan, diikuti oleh
pembesaran payudara (thelarche), dan tumbuhnya rambut kemaluan
(adrenarche). Sisanya (sekitar 20%) adrenarche mendahului thelarche
dengan interval singkat, tetapi dua peristiwa biasanya saling
berhubungan. Akibatnya, menarche dapat terjadi sejak usia 10 (ketika
pubertas dimulai pada usia 8), dan jarang terjadi lebih dari usia 16
(ketika pubertas dimulai pada usia 13). Rata-rata, usia rata-rata untuk
thelarche, adrenarche, dan menarche pada anak perempuan Afrika-
Amerika adalah 6-12 bulan lebih awal daripada pada anak perempuan
Amerika Kaukasia. Setelah siklus menstruasi normal telah terjadi,
mereka harus terjadi secara berkala berkisar antara 25 dan 35 hari.
Oleh karena itu, perempuan dengan ciri-ciri berikut berkaitan erat
dengan amenorea primer :
1. Tidak ada menstruasi pada usia 14 tanpa adanya pertumbuhan atau
perkembangan karakteristik seksual sekunder.
2. Tidak ada menstruasi pada usia 16 tahun dengan adanya
pertumbuhan normal dan perkembangan karakteristik seksual
sekunder.
Golonga
Mammae Uterus Keterangan
n
Sentral
I Tidak Ada
Perifer
RKH
(Mayer Rokitansky Kuster Hauser
II Ada Tidak Syndrome )
TFS
(Testiscular Feminization Syndrome)
III Tidak Tidak Kelainan seks kromosom
b. Sindrom Turner
Pada tahun 1938 Turner mengemukakan 7 kasus yang
dijumpai dengan sindroma yang terdiri atas trias yang klasik, yaitu
infantilisme, webbed neck, dan kubitus valgus. Penderita-penderita
ini memiliki genitalia eksterna wanita dengan klitoris agak
membesar pada beberapa kasus, sehingga mereka dibesarkan sebagai
wanita (Budi, 2005).
Fenotipe pada umumnya ialah sebagai wanita, sedang
kromatin seks negatif. Pola kromosom pada kebanyakan mereka
adalah 45-XO; pada sebagian dalam bentuk mosaik 45-XO/46-XX.
Angka kejadian adalah satu di antara 10.000 kelahiran bayi wanita.
Kelenjar kelamin tidak ada, atau hanya berupa jaringan parut
mesenkhim (streak gonads), dan saluran Muller berkembang dengan
adanya uterus, tuba, dan vagina, akan tetapi lebih kecil dari biasa,
berhubung tidak adanya pengaruh dari estrogen (Budi, 2005).
Selain tanda-tanda trias yang tersebut diatas, pada sindroma
Turner dapat dijumpai tubuh yang pendek tidak lebih dari 150 cm,
dada berbentuk perisai dengan puting susu jauh ke lateral, payudara
tidak berkembang, rambut ketiak dan pubis sedikit atau tidak ada,
amenorea, koarktasi atau stenosis aortae, batas rambut belakang
yang rendah, ruas tulang tangan dan kaki pendek, osteoporosis,
gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, anomali ginjal
(hanya satu ginjal), dan sebagainya. Pada pemeriksaan hormonal
ditemukan kadar hormon gonadotropin (FSH) meninggi, estrogen
hampir tidak ada, sedang 17-kortikosteroid terdapat dalam batas-
batas normal atau renda (Budi, 2005).
Diagnosis dapat dengan mudah ditegakkan pada kasus-kasus
yang klasik berhubung dengan gejala-gejala klinik dan tidak adanya
kromatin seks. Pada kasus-kasus yang meragukan, perlu
diperhatikan dua tanda klinik yang penting yang dapat dipakai
sebagai pegangan untuk menduga sindrom Turner, yaitu tubuh yang
pendek yang disertai dengan pertumbuhan tanda-tanda seks sekunder
yang sangat minimal atau tidak ada sama sekal (Budi, 2005).
Gambar Gejala Sindrom Turner
2. Pemeriksaan fisik
Tabel 4. Pemeriksaan Fisik
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Amenorea primer merupakan suatu keadaan dimana tidak terjadi
menstruasi pada wanita yang berusia 16 tahun ke atas dengan karaktersitik
seksual sekunder normal, atau umur 14 tahun ke atas tanpa adanya
perkembangan karakteristik seksual sekunder.
2. Gangguan yang ada bisa terjadi pada kompartemen I (gangguan pada
uterus), kompartemen II (gangguan pada ovarium), kompartemen III
(gangguan pada hipofisis anterior) atau pada kompartemen IV (gangguan
pada sistem syaraf pusat).
3. Penanganan terhadap amenorea primer disesuaikan dengan kelainan yang
terjadi. Kelainan yang diakibatkan oleh kelainan endokrinologik, maka
diberikan pengobatan yang berupa pemberian hormonal. Bila kelainan
bersifat psikis, maka pengobatan yang diberikan adalah mengeliminasi
trauma psikis, bila perlu bekerjasama dengan ahli jiwa. Sedangkan
kelainan yang diakibatkan oleh kelainan anatomik bisa diberikan dengan
memperbaiki kelainan anatomis selama hal itu dimungkinkan.
Daftar Pustaka
ASRM, The practice committee of the American Society for Reproductive
Medicine, Current evaluation of amenorrhea, fertility and sterility, 2009;
Vol.86.148-155.