Anda di halaman 1dari 22

TUGAS

Proses Laktasi dan Menyusui

Mata Kuliah : Pengantar Asuhan Kebidanan

Dosen Pengampau : Poppy Farantina S.S.Keb., Bd., M.Keb

OLEH :

Lina Ishmatul Hasanah (191103106)

D3 KEBIDANAN

STIKes Widya Cipta Husada

2020
Tinjauan Pustaka

A. Anatomi dan Fisiologi payudara

1. Anatomi payudara

a. Pengertian Payudara

Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas
otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi.
Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200
gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram. (Ambarwati, 2008)

Payudara adalah Organ tubuh yang terletak bagian bawah kulit dan di atas
otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi.
Dengan kata lain, payudara terletak di dinding depan fasia superfisialis antara
tulang dada sampai tulang iga ke enam, bentuknya cembung ke depan bervariasi
dan di tengahnya terdapat putting susu yang terdiri dari kulit dan jaringan erektil
(Maryunani, 2010).

 Struktur anatomi payudara dari bagian luar


Ada 3 bagian utama payudara yaitu :

1. Korpus (badan payudara)

Yang dimaksud korpus adalah bagian melingkar yang mengalami pembesaran


pada payudara atau bisa disebut dengan badan payudara. Sebagian besar badan
payudara terdiri dari kumpulan jaringan lemak yang dilapisi oleh kulit.

2. Areola

Areola merupakan bagian hitam yang mengelilingi puting susu. Ada banyak
kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan kelenjar susu. Kelenjar sebasea berfungsi
sebagai pelumas pelindung bagi areola dan puting susu. Bagian areola inilah yang
akan mengalami pembesaran selama masa kehamilan dan menyusui.Di bagian
dalam areola, terdapat saluran-saluran melebar yang disebut sinus laktiferus. Sinus
laktiferus ini yang bertugas untuk menyimpan susu dalam payudara ibu selama
masa menyusui sampai akhirnya dikeluarkan untuk bayi. Sel yang berperan dalam
pergerakan areola selama masa menyusui disebut sel myoepithelial, gunanya
untuk mendorong keluarnya air susu.

3. Puting susu (papilla)


Terletak dipusat areola mammae setinggi iga ( costa ) ke 4. Papila mammae
suatu tonjolan dengan panjang kira – kira 6 mm, tersusun atas jaringan erektil
berpigme dan merupakan bangunan yang sangat peka. Selama masa pubertas anak
perempuan, pigmen yang berada di puting susu dan areola akan meningkat
(sehingga warnanya jadi lebih gelap) dan membuat puting susu semakin
menonjol. Permukaan papilla mammae berlubang – lubang berupa ostium
papillare kecil –kecil yang merupakan ductus lactifer.ductus lactifer ini dilapisi
oleh epitel. Bentuk puting ada empat macam, yaitu bentuk yang normal,
pendek/datar, panjang dan terbenam (Ambarwati. 2008)

Payudara mendapat perdarahan dari :

1) Cabang-cabang perforantes a.mammaria interna. Cabang-cabang I, II, III, dan


IV dari a. mammaria interna menembus dinding dada dekat pinggir sternum pada
interkostal yang sesui, menembus m.pektoralis mayor dan memberi pendarahan
tepi medial glandula mamma.

2) Rami pektoralis a. thorako-akromialis Arteri ini berjalan turun diantara m.


pektoralis minor dan m. pektoralis mayor. Pembuluh ini merupakan pembuluh
utama m. pektoralis mayor, arteri ini akan mendarahi glandula mamma bagian
dalam (deep surface).

3) A. thorakalis lateralis (a. mammaria eksterna) Pembuluh darah ini jalan turun
menyusuri tepi lateral m. pektoralis mayor untuk mendarahi bagian lateral
payudara.

4) A. thorako-dorsalis Pembuluh darah ini merupakan cabang dari a.


subskapularis. Arteri ini mendarahi m. latissimus dorsi dan m. serratus magnus.
walaupun arteri ini tidak memberikan pendarahan pada glandula mamma, tetapi
sangat penting artinya. Karena pada tindakan radikal mastektomi, perdarahan
yang terjadi akibat putusnya arteri ini sulit dikontrol, sehingga daerah ini
dinamakan ”the bloody angel”.

5) Vena

Pada daerah payudara, terdapat tiga grup vena :


a. Cabang-cabang perforantes v. mammaria interna Vena ini merupakan vena
terbesar yang mengalirkan darah dari payudara. Vena ini bermuara pada v.
mammaria interna yang kemudian bermuara pada v. innominata.

b. Cabang-cabang v. aksillaris yang terdiri dari v. thorako-akromialis, v.


thorakalis lateralis dan v. thorako-dorsalis.

c. Vena-vena kecil yang bermuara pada v. interkostalis. Vena interkostalis


bermuara pada v. vertebralis, kemudian bermuara pada v. azygos (melalui vena-
vena ini metastase dapat langsung terjadi di paru)

 Struktur anatomi payudara bagian dalam

1. Jaringan adiposa

Sebagian besar payudara wanita terdiri dari jaringan adiposa atau yang biasa
disebut sebagai jaringan lemak. Jaringan lemak terdapat bukan hanya di payudara,
tapi di beberapa bagian tubuh lainnya. Pada payudara wanita, jumlah lemak yang
akan menentukan perbedaan ukuran payudara wanita satu dengan lainnya.
Jaringan ini juga memberikan konsistensi yang lembut pada payudara.

2. Lobulus, lobus, dan saluran susu

Lobulus merupakan kelenjar susu, salah satu bagian dalam penyusun korpus
atau badan payudara, yang terbentuk dari kumpulan-kumpulan alveolus sebagai
unit terkecil produksi susu. Lobulus yang terkumpul kemudian membentuk lobus,
dalam satu payudara wanita umumnya terdapat 12-20 lobus. Lobus dan lobulus
dihubungkan oleh saluran susu yang membawa susu bermuara ke puting
susu.Tiap lobus dibagi menjadi 50-75 lobulus, yang bermuara ke dalam suatu
duktus yang mengalirkan isinya ke dalam duktus aksretorius lobus itu. Diantara
kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut
mungkin terdapat jaringan lemak. Diantara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang
disebut ligamentum Cooper yang merupakan tonjolan jaringan payudara yang
bersatu dengan lapisan luar fasia superfisialis yang berfungsi sebagai struktur
penyokong dan memberi rangka untuk payudara.
3. Pembuluh darah dan kelenjar getah bening

Pembuluh darah dan kelenjar getah bening juga merupakan bagian yang
menyusun payudara. Selain terdiri dari kumpulan lemak, pada payudara juga
terdapat kumpulan pembuluh darah yang berguna untuk menyuplai darah.
Terutama pada ibu hamil dan menyusui, darah membawa oksigen dan nutrisi ke
jaringan payudara kemudian pembuluh darah di payudara bertugas memasok
nutrisi yang dibutuhkan untuk produksi ASI.

Sementara getah bening adalah cairan yang mengalir melalui jaringan yang
disebut sistem limfatik dan membawa sel-sel yang membantu tubuh untuk
melawan infeksi. Saluran getah bening mengarah ke kelenjar getah bening yang
berukuran kecil yang merupakan bagian dari sistem limfatik.

Kelenjar getah bening terletak di beberapa bagian tubuh seperti di ketiak, dada,
rongga perut, dan di atas tulang selangka. Pada kasus kanker payudara, sel yang
menyebabkan kanker bisa masuk melalui pembuluh darah atau saluran getah
bening. Jika kanker telah mencapi titik ini, kemungkinan besar sel kanker telah
menyebar ke bagian tubuh yang lain.

b. Letak

Payudara wanita disebut juga glandula mammaria yang merupakan alat


reprouksi tambahan. Payudara terletak pada sisi sternumdan meluas setinggi
antara costa ke dua dan keenam. Payudara teletak pada fascia superficialis dinding
rongga dada diatas musculus pectoralis mayor dan dibuat stabil oleh ligamentum
suspensori.(Ambarwati.2008)

c. Bentuk

Masing masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai


ekor ( caudal). Dari jaringnan yang meluas ke ketiak atau axilla ( cauda axillaris
spence ). (Ambarwati. 2008)

d. Ukuran
Ukuran payudara berbeda untuk setiap individu, juga bergantung pda stadium
perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih
besar daripada payudara yang lain. (Ambarwati. 2008)

2. Fisiologi payudara

Payudara mengalami 3 macam perubahan yang dipengaruhi hormon

1. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa
pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause.
Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi
ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus
berkembang dan timbulnya asinus.

2. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi.


Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada
beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran
maksimal. kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata.
Selama beberapa hari menjelang menstruasi, payudara menjadi tegang
dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin
dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak
berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai,
semuanya berkurang.

3. Perubahan ketiga terjadi pada waktu hamil dan menyusui. Pada


kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel ductus lobul dan
ductus alveolus berploliferasi, dan tumbuh ductus baru. Sekresi
hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu (trigger) laktasi. Air
susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian
dikeluarkan melalui ductus ke puting susu.(Walyani, Elisabeth Siwi.
2015)
B. Peran Bidan dalam Pemberian ASI

Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang pemberian


ASI. Peran bidan dapat membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan
mencegah masalah-masalah umum terjadi.

Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI adalah :

1. Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari


payudara ibunya.

2. Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya


sendiri.

Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI, dengan :

1. Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa


jam pertama.

2. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah
masalah umum yang timbul.

3. Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.

4. Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung).

5. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.

6. Memberikan kolustrum dan ASI saja.

7. Menghindari susu botol dan “dot empeng”.

C. Manfaat Pemberian ASI Bagi Bayi dan Ibu

Mamfaat ASI untuk ibu dan bayi adalah :

1.Untuk Bayi
Bayi berusia 0-6 bulan, ASI bertindak sebagai makanan utama bayi, karena
mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi, ASI memang terbaik untuk bayi
manusia sebagaimana susu sapi yang terbaik untuk bayi sapi, ASI merupakan
komposisi makanan ideal untuk bayi, pemberian ASI dapat mengurangi resiko
infeksi lambung dan usus, sembelit serta alergi, bayi yang diberi ASI lebih kebal
terhadap penyakit dari pada bayi yang tidak mendapatkan ASI, bayi yang diberi
ASI lebih mampu menghadapi efek penyakit kuning, pemberian ASI dapat
semakin mendekatkan hubungan ibu dengan bayinya. Hal ini akan berpengaruh
terhadap kemapanan emosinya di masa depan, apabila bayi sakit, ASI merupakan
makanan yang tepat bagi bayi karena mudah dicerna dan dapat mempercepat
penyembuhan, pada bayi prematur, ASI dapat menaikkan berat badan secara cepat
dan mempercepat pertumbuhan sel otak, tingkat kecerdasan bayi yang diberi ASI
lebih tinggi 7-9 poin dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI (Roesli, 2010).

2. Untuk Ibu

Isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk
kembali ke masa prakehamilan, serta mengurangi resiko perdarahan, lemak yang
ditimbun di sekitar panggul dan paha pada masa kehamilan akan berpindah ke
dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali, resiko terkena kanker
rahim dan kanker payudara pada ibu yang menyusui bayi lebih rendah dari pada
ibu yang tidak menyusui, menyusui bayi lebih menghemat waktu, karena ibu tidak
perlu menyiapkan botol dan mensterilkannya, ASI lebih praktis lantaran ibu bisa
berjalan-jalan tanpa membawa perlengkapan lain, ASI lebih murah dari pada susu
formula, ASI selalu steril dan bebas kuman sehingga aman untuk ibu dan bayinya,
ibu dapat memperoleh manfaat fisik dan emotional (Dwi Sunar, 2009).

D. Komposisi Gizi dalam ASI

a. Karbohidrat

Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa (gula susu) yang jumlahnya tidak
terlalu bervariasi setiap hari, dan jumlahnya lebih banyak ketimbang dalam PASI.
Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7:4, sehingga ASI terasa lebih
manis dibandingkan PASI. Hal ini menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI
dengan baik. Dengan demikian, pemberian ASI semakin berhasil. Hidrat arang
dalam ASI merupakan nutrisi penting yang berperan dalam pertumbuhan sel saraf
otak, serta pemberian energi untuk kerja sel-sel saraf. dalam usus, sebagian
laktosa akan diubah menjadi asam laktat, yang berfungsi mencegah pertumbuhan
bakteri yang berbahaya, serta membantu penyerapan kalsium dan mineral-mineral
lain.

b. Protein

Protein dalam ASI lebih rendah bila dibandingkan dengan PASI. Meskipun
begitu, “whey” dalam protein ASI hampir seluruhnya terserap oleh sistem
pencernaan bayi. Hal ini dikarenakan “whey” ASI lebih lunak dan mudah dicerna
ketimbang “whey” PASI. Kasein yang tinggi dengan perbandingan ASI 1 dan 0,2
akan membentuk gumpalan yang relatif keras dalam lambung bayi. Menyebabkan
bayi yang diberi PASI sering menderita susah buang air (sembelit), bahkan diare
dan defekasi dengan feses berbentuk biji cabe yang menunjukkan adanya
makanan yang sukar diserap oleh bayi yang diberi PASI ( Dwi, 2009 ).

c. Lemak

Setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak yang
jernih mudah dicerna dan diserap oleh bayi PASI. Hal ini dikarenakan ASI lebih
banyak mengandung enzim pemecah lemak (lipase). Kandungan total lemak
dalam ASI para ibu bervariasi satu sama lain, dan berbeda-beda dari satu fase
menyusui kefase berikutnya. mulanya, kandungan lemak rendah, kemudian
meningkat jumlahnya. Komposisi lemak pada menit-menit awal menyusui
berbeda dengan 10 menit kemudian. Demikian halnya dengan kadar lemak pada
hari pertama, kedua, dan seterusnya, yang akan terus berubah sesuai kebutuhan
energi yang diperlukan dalam perkembangan tubuh bayi. Jenis lemak dalam ASI
mengandung banyak omega-3, omega-6, dan DHA yang dibutuhkan dalam
pembentukan sel-sel jaringan otak. Meskipun produk PASI sudah dilengkapi
ketiga unsur tersebut, susu formula tetap tidak mengandung enzim, karenaenzim
mudah rusak bila dipanaskan. Tidak adanya enzim, bayi sulit menyerap lemak
PASI, sehingga menyebabkan bayi lebih mudah terkena diare. Jumlah asam
linoleat dalam ASI sangat tinggi dan perbandingannya dengan PASI adalah 6:1.
Asam linoleat inilah yang berfungsi memacu perkembangan sel saraf otak bayi.

d. Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap. Walaupun kadarnya relatif rendah,


tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan. Zat besi dan
kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil, mudah diserap tubuh,
dan berjumlah sangat sedikit. Sekitar 755 dari zat yang terdapat dalam ASI dapat
diserap oleh usus. Lain halnya dengan zat basi yang bisa terserap dalam PASI,
yang hanya berjumlah sekitar 5-10%.ASI juga mengandung natrium, kalium,
fosfor, dan klor yang lebih sedikit ketimbang PASI. Meskipun sedikit, ia tetap
mencukupi kebutuhan bayi. Kandungan mineral dalam PASI cukup tinggi. Jika
sebagian besar tidak dapat diserap, maka akan memperberat kerja usus bayi, serta
mengganggu sistem keseimbangan dalam pencernaan, yang bisa merangsang
pertumbuhan bakteri yang merugikan. Inilah yang menjadikan perut bayi
kembung, dan ia pun gelisah lantaran gangguan metabolisme.

e. Vitamin

Ibu hamil harus memiliki nutrisi yang cukup untuk kualitas air susu ibu (ASI)
yang berpengaruh kepada tumbuh kembang anak.Nutrisi terdiri dari Vitamin dan
mineral yang mencukupi kebutuhan ibu menyusui.Vitamin D,C,Asam
folat,E,A,B6 sangat penting untuk ASI yang dapat memenuhi kebutuhan Makan
makanan bergizi yang dikonsumsi oleh ibu menyusui mengandung vitamin yang
diperlukan bayi selama 6 bulan pertama kehidupan dapat diperoleh dari ASI.
Vitamin D dalam ASI sangat bermanfaat untuk bayi ibu perlu mengetahui bahwa
penyakit polio jarang di derita bayi yang diberi ASI sebaliknya akan menyerang
bayi yang tidak ASI Eksklusif dan bila kulitnya tidak sering terkena sinar
matahari.Vitamin D yang larut air terdapat dalam susu. Hal ini diketahui bahwa
vitamin D yang larut lemak. Danjumlah vitamin A, tiamin dan vitamin C
bervariasi sesuai makanan bergizi dan bervariasi yang dikonsumsi oleh ibu. (Dwi
sunar, 2009 )

E. Upaya Memperbanyak ASI


Menurut Sudaryati dkk (2005) upaya memperbanyak ASI adalah sebagai berikut:

1. Pada minggu-minggu pertama harus lebih sering menyusui untuk merangsang


produksinya.

2. Berikan bayi, kedua buah dada ibu tiap kali menyusui, juga untuk merangsang
produksinya.

3. Biarkan bayi mengisap lama pada tiap buah dada. Makin banyak dihisap makin
banyak rangsangannya.

4. Jangan terburu-buru memberi formula bayi sebagai tambahan. Perlahan-lahan


ASI akan cukup diproduksi.

5. Ibu dianjurkan minum yang banyak (8-10 gelas/hari) baik berupa susu maupun
air putih. Karena ASI yang diberikan pada bayi mengandung banyak air.

6. Makanan ibu sehari-hari harus cukup dan berkualitas, baik untuk menunjang
pertumbuhan dan menjaga kesehatan bayinya. Ibu yang sedang menyusui harus
dapat tambahan energi, protein, maupun vitamin, dan mineral.

7. Ibu harus banyak istirahat dan banyak tidur, keadaan tegang dan kurang tidur
dapat menurunkan produksi ASI.

8. Bilamana jumlah ASI yang diproduksi tidak cukup, maka dapat dicoba dengan
pemberian obat pada ibu, seperti tablet Moloco B12 untuk menambah produksi
ASInya.

F. Tanda Bayi Cukup ASI

Tanda-tanda bayi cukup ASI antara lain: (Ambarwati & Wulandari, 2009: 29-30).

1) Jumlah buang air kecilnya dalam satu hari paling sedikit 6 kali.

2) Warna seni biasanya tidak berwarna kuning pucat

3) Bayi sering BAB berwarna kekuningan berbiji.


4) Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu merasa lapar bangun dan tidur dengan
cukup.

5) Bayi paling sedikit menyusu 10 kali dalam 24 jam.

6) Payudara ibu terasa lembut setiap kali selesai menyusui.

7) Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai
menyusui.

8) Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan ASI.

9) Bayi bertambah berat badannya.

G. Jelaskan Tentang ASI Ekslusif

ASI adalah satu–satunya makanan bayi yang paling baik, karena


mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi yang sedang
dalam tahap percepatan tumbuh kembang (Sanyoto dan Eveline, 2008). ASI
eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya
diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air
putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur, susu,
biskuit, bubur nasi, dan tim. Bayi sehat umumnya tidak memerlukan tambahan
makanan sampai usia 6 bulan. Pada keadaan–keadaan khusus dibenarkan untuk
mulai memberi makanan padat setelah bayi berumur 4 bulan tetapi belum
mencapai 6 bulan. Misalnya karena terjadi peningkatan berat badan kurang atau
didapatkan tanda – tanda lain yang menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif
tidak berjalan dengan baik (Roesli, 2010).

H. Cara Merawat Payudara

Merupakan suatu tindakan perawatan payudara yang dilaksanakan, baik oleh


pasien maupun dibantu orang lain yang dilaksanakn mulai hari pertama atau
kedua setelah melahirkan. Perawatan payudara bertujuan untuk melancarkan
sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya aliran susu sehingga mempelancar
pengeluaran ASI, serta menghindari terjadinya pembekakan dan kesulitan
menyusui, selain itu juga menjaga kebersihan payudara agar tidak mudah terkena
infeksi. Adapun langkah-langkah dalam perawatan payudara (Anggraini Y.,
2010).

1. Pengurutan Payudara :

1) Tangan dilicinkan dengan minyak kelapa / baby oil.

2) Pengurutan payudara mulai dari pangkal menuju arah putting susu selama 2
menit (10kali) untuk masing-masing payudara.

3) Handuk bersih 1-2 buah.

4) Air hangat dan air dingin dalam baskom.

5) Waslap atau sapu tangan dari handuk.

2. Langkah-langkah pengurutan payudara:

1) Pengurutan yang pertama

Licinkan kedua tangan dengan minyak tempatkan kedua telapak tangan


diantara kedua payudara lakukan pengurutan, dimulai dari arah atas lalu arak sisi
samping kiri kemudian kearah kanan, lakukan terus pengurutan kebawah atau
melintang. Lalu kedua tangan dilepas dari payudara, ulangi gerakan 20-30 kali
untuk setiap satu payudara.

2) Pengurutan yang kedua

Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua atau tiga jari
tangan kanan mulai dari pangkal payudara dan berakhir pada puting susu.
Lakukan tahap mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi kearah
putting susu. Lakukan gerakan 20-30 kali.

3) Pengurutan yang ketiga


Menyokong payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain mengurut
dan menggenggam dari pangkal menuju ke putting susu. Langkah gerakan 20-30
kali.

4) Pengompresan

Alat-alat yang disiapkan:

a. 2 buah kom sedang yang masing-masing diisi dengan air hangat dan air dingin.

b. 2 buah waslap.

Caranya:

Kompres kedua payudara dengan waslap hangat selama 2 menit,

kemudian ganti dengan kompres dingin selama 1 menit. Kompres

bergantian selama 3 kali berturut-turut dengan kompres air hangat.

c. Menganjurkan ibu untuk memakai BH khusus untuk menyusui.

I. Cara Menyusui yang Benar

a. Cara Menyusui Yang Benar

Cara menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan
perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Suradi dan Hesti, 2004)

Memberi ASI dalam suasana yang santai bagi ibu dan bayi. Buat kondisi ibu
senyaman mungkin. Selama beberapa minggu pertama, bayi perlu diberi ASI
setiap 2,5 -3 jam sekali. Menjelang akhir minggu ke enam, sebagian besar
kebutuhan bayi akan ASI setiap 4 jam sekali. Jadwal ini baik sampai bayi berumur
antara 10-12 bulan. Pada usia ini sebagian besar bayi tidur sepanjang malam
sehingga tidak perlu lagi memberi makan di malam hari (Saryono, 2008; h. 30)

b. Posisi menyusui

1) Posisi Dekapan
Posisi klasik dan telah menjadi kegemaran kebanyakan para ibu, posisi ini
membolehkan perut bayi dan perut ibu bertemu supaya tidak perlu memutar
kepalanya untuk menyusu. Kepala bayi berada di dalam dekapan, sokong kepala
badan dan punggung bayi serta lengan bayi perlu berada di bagian sisinya
(Saryono ,2008; h. 34).

2) Posisi Football hold

Posisi ini sangat sesuai jika baru pulih dari pembedahan caesar, memiliki
payudara yang besar, menyusui bayi prematur atau bayi yang kecil ukurannya
atau menyusui anak kembar pada waktu yang bersamaan. Sokong kepala bayi
dengan tangan, menggunakan bantal untuk menyokong belakang badan ibu
(Saryono, 2008; h; 35).

3) Posisi Berbaring

Posisi ini apabila ibu dan bayi merasa letih. Jika baru pulih dari pembedahan
caesar ini mungkin satu-satunya posisi yang biasa dicoba pada beberapa hari
pertama. Sokong kepala ibu dengan lengan dan sokong bayi dengan lengan atas
(Saryono, 2008; h. 35).
J. Masalah dalam Pemberian ASI

Pemberian ASI esklusif selama enam bulan pada kenyataannya tidak


sesederhana yang dibayangkan. Berbagai kendala dapat timbul dalam upaya
memberikan ASI esklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi kegagalan pemberian ASI eksklusif, bisa
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal (Roesli, 2008):

1. Faktor Internal, yaitu faktor-faktor yang terdapat di dalam diri individu itu
sendiri, meliputi ;

a. Faktor Pendidikan

Makin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah untuk menerima


informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambat sikap terhadap nilai-nilai yang baru
diperkenalkan, termasuk mengenai ASI Ekslusif.

b. Faktor Pengetahuan

Pengetahuan yang rendah tentang manfaat dan tujuan pemberian ASI


Eksklusif bisa menjadi penyebab gagalnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi.
Kemungkinan pada saat pemeriksaan kehamilan (Ante Natal Care), mereka tidak
memperoleh penyuluhan intensif tentang ASI Eksklusif, kandungan dan manfaat
ASI, teknik menyusui, dan kerugian jika tidak memberikan ASI Eksklusif.

c. Faktor Sikap/Perilaku

Dengan menciptakan sikap yang positif mengenai ASI dan menyusui dapat
meningkatkan keberhasilan pemberian ASI secara esklusif ( Rusli, 2008),.

d. Faktor psikologis

1) Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita (estetika).

Adanya anggapan para ibu bahwa menyusui akan merusak penampilan, dan
khawatir dengan menyusui akan tampak menjadi tua.

2) Tekanan batin.

Ada sebagian kecil ibu mengalami tekanan batin di saat menyusui bayi
sehingga dapat mendesak si ibu untuk mengurangi frekuensi dan lama menyusui
bayinya, bahkan mengurangi menyusui.

e. Faktor Fisik ibu

Alasan Ibu yang sering muncul untuk tidak menyusui adalah karena ibu sakit,
baik sebentar maupun lama. Sebenarnya jarang sekali ada penyakit yang
mengharuskan Ibu untuk berhenti menyusui. Lebih jauh berbahaya untuk mulai
memberi bayi berupa makanan buatan daripada membiarkan bayi menyusu dari
ibunya yang sakit.

f. Faktor Emosional
Faktor emosi mampu mempengaruhi produksi air susu ibu. Menurut Kartono
(2007) bahwa aktifitas sekresi kelenjar-kelenjar susu itu senantiasa berubah-ubah
oleh pengaruh psikis/kejiwaan yang dialami oleh ibu. Perasaan ibu dapat
menghambat /meningkatkan pengeluaran oksitosin. Perasaan takut, gelisah,
marah, sedih, cemas, kesal, malu atau nyeri hebat akan mempengaruhi refleks
oksitosin, yang akhirnya menekan pengeluaran ASI. Sebaliknya, perasaan ibu
yang berbahagia, senang, perasaan menyayangi bayi; memeluk, mencium, dan
mendengar bayinya yang menangis, perasaan bangga menyusui bayinya akan
meningkatkan pengeluaran ASI.

2. Faktor Ekternal, yaitu faktor-faktor yang dipengaruhi oleh lingkungan, maupun


dari luar individu itu sendiri, meliputi ;

a. Faktor Peranan Ayah

Menurut Roesli, 2008, dari semua dukungan bagi ibu menyusui dukungan
sang ayah adalah dukungan yang paling berati bagi ibu. Ayah dapat berperan aktif
dalam keberhasilan pemberian ASI khususnya ASI eksklusif dengan cara
memberikan dukungan secara emosional dan bantuan-bantuan yang praktis.Untuk
membesarkan seorang bayi, masih banyak yang dibutuhkan selain menyusui
seperti menyendawakan bayi, menggendong dan menenangkan bayi yang gelisah,
mengganti popok, memandikan bayi, membawa bayi jalan-jalan di taman,
memberikan ASI perah, dan memijat bayi. Kecuali menyusui semua tugas tadi
dapat dikerjakan oleh ayah.

Dukungan ayah sangat penting dalam suksesnya menyusui, terutama untuk


ASI eksklusif. Dukungan emosional suami sangat berarti dalam menghadapi
tekanan luar yang meragukan perlunya ASI. Ayahlah yang menjadi benteng
pertama saat ibu mendapat godaan yang datang dari keluarga terdekat, orangtua
atau mertua. Ayah juga harus berperan dalam pemeriksaan kehamilan,
menyediakan makanan bergizi untuk ibu dan membantu meringankan pekerjaan
istri. Kondisi ibu yang sehat dan suasana yang menyenangkan akan meningkatkan
kestabilan fisik ibu sehingga produksi ASI lebih baik. Lebih lanjut ayah juga ingin
berdekatan dengan bayinya dan berpartisipasi dalam perawatan bayinya, walau
waktu yang dimilikinya terbatas.(Roesli, 2008).

Ayah yang berperan mendukung ibu agar menyusui sering disebut


breastfeeding father. Pada dasarnya seribu ibu menyusui mungkin tidak lebih dari
sepuluh orang diantaranya tidak dapat menyusui bayinya karena alasan fisiologis.
Jadi, sebagian besar ibu dapat menyusui dengan baik. Hanya saja ketaatan mereka
untuk menyusui ekslusif 4-6 bulan dan dilanjutkan hingga dua tahun yang
mungkin tidak dapat dipenuhi secara menyeluruh. Itulah sebabnya dorongan ayah
dan kerabat lain diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan diri ibu akan
kemampuan menyusui secara sempurna (Khomsan, 2006).

b. Perubahan sosial budaya

1) Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya.

Kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan adanya


emansipasi dalam segala bidang kerja dan di kebutuhan masyarakat menyebabkan
turunnya kesediaan menyusui dan lamanya menyusui. Menurut Satoto (2003),
pekerjaan terkadang mempengaruhi keterlambatan ibu untuk memberikan ASI
secara eksklusif. Secara teknis hal itu dikarenakan kesibukan ibu sehingga tidak
cukup untuk memperhatikan kebutuhan ASI. Pada hakekatnya pekerjaan tidak
boleh menjadi alasan ibu untuk berhenti memberikan ASI secara eksklusif. Untuk
menyiasati pekerjaan maka selama ibu tidak dirumah, bayi mendapatkan ASI
perah yang telah diperoleh satu hari sebelumnya. Secara ideal tempat kerja yang
mempekerjakan perempuan hendaknya memiliki “tempat penitipan bayi/anak”.
Dengan demikian ibu dapat membawa bayinya ke tempat kerja dan menyusui
setiap beberapa jam. Namun bila kondisi tidak memungkinkan maka ASI
perah/pompa adalah pilihan yang paling tepat. Tempat kerja yang memungkinkan
karyawatinya berhasil menyusui bayinya secara eksklusif dinamakan Tempat
Kerja Sayang Ibu (Roesli, 2008).

2) Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu


botol.
Persepsi masyarakat akan gaya hidup mewah, membawa dampak
terhadap kesediaan ibu untuk menyusui. Bahkan adanya pandangan bagi kalangan
tertentu, bahwa susu botol sangat cocok buat bayi dan merupakan makanan yang
terbaik. Hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup yang selalu berkeinginan untuk
meniru orang lain, atau prestise.

3) Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya.

Budaya modern dan perilaku masyarakat yang meniru negara barat,


mendesak para ibu untuk segera menyapih anaknya dan memilih air susu buatan
sebagai jalan keluarnya.

C. Faktor lain

Ada beberapa bagian keadaan yang tidak memungkinkan ibu untuk


menyusui bayinya walaupun produksinya cukup, seperti :

1) Berhubungan dengan kesehatan seperti adanya penyakit yang diderita


sehingga dilarang oleh dokter untuk menyusui, yang dianggap baik untuk
kepentingan ibu (seperti : gagal jantung, Hb rendah).

2) Masih seringnya dijumpai di rumah sakit (rumah sakit bersalin) pada hari
pertama kelahiran oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya, walaupun sebagian
besar daripada ibu-ibu yang melahirkan di kamar mereka sendiri, hampir setengah
dari bayi mereka diberi susu buatan atau larutan glukosa
Daftar Pustaka

Anggraini Y, 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : PustakaRihama.

Ambarwati, R,E., Wulandari, D. (2009). Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta:


Mitra Cendika Press.

Ambarwati.2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.

Maryunani, A. 2010. Biologi Reproduksi dalam Kebidanan. Jakarta : CV Trans


Info Media.

Prasetyono, Dwi Sunar. Buku Pintar ASI Ekslusif. Pengenalan Praktek

Dan Kemanfaatannya. Yogyakarta:Penerbit Diva Press;2009.2

Roesli, U. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif .Jakarta : Pustaka
Bunda

Roesli, Utami.2010. Indonesia Menyusui.Badan Penerbit IDAI. Pp:13-24

Saryono. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia


Pres

Walyani, Elisabeth Siwi.2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.


Yogyakarta:Pustaka Baru Press.

Anda mungkin juga menyukai