Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH

ANATOMI DAN FISIOLOGI PAYUDARA

Disusun Oleh :

Yuhana Septiani ( 202207110001 )

Pembimbing :

Nui Pawestri, S.Tr.Keb, M.Tr.Keb

UNIVERSITAS IPWIJA

PROGRAM STUDI KEBIDANAN

2023
1.1 Definisi Payudara

Payudara atau kelenjar mammae adalah salah satu organ reproduksi pada
wanita yang berfungsi mengeluarkan air susu. Payudara terdiri dari lobulus-
lobulus yaitu kelenjar yang menghasilkan ASI, tubulus atau duktus yang
menghantarkan ASI dari kelenjar sampai pada puting susu (nipple). Kelenjar
mammae merupakan ciri pembeda pada semua mamalia. Payudara manusia
berbentuk kerucut tapi sering bervariasi dalam ukuran.

1.2 Anatomi Payudara


1.2.1 Letak

Pada wanita muda, payudara memiliki tepi yang membulat di dalam fasia
superfisial, sebagian besar di anterior depan toraks, namun dapat membesar
dengan pola yang bervariasi. Ukuran dan bentuk tergantung genetik, ras, diet,
usia, paritas dan status menopause. Payudara pada wanita dewasa dasar dari
payudara secara vertical adalah costa 2 atau 3 hingga costa 6 , pada medialnya
melekat ke tepi sternum dan pada lateral melekat ke mid axillary line. Kuadran
superolateral memanjang ke axila melalui batas inferolateral dari pektoralis
mayor.

Gambar 1. Payudara (Netter, 2008)


Puting dari payudara berada di tengah dan depan, bentuknya bervariasi mulai
dari mengerucut hingga mendatar (flattened), tergantung dari nervous,
hormonal, perkembangan dan faktor lain. Pada sebagian besar wanita terletak
pada ICS IV, pada nulipara, berwarna merah muda, coklat muda atau lebih gelap
tergantung melanisasi tubuh. Kadang puting tidak muncul pada pertumbuhan
prenatal; dan tetap mengalami retraksi.
Areola adalah suatu diskus pada kulit, yang membulat dan menjadi dasar dari
putting payudara, warnanya mulai dari merah muda hingga coklat kehitaman
tergantung pada paritas dan ras.

1.2.2 Bagian-bagian Payudara

Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :


1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.

Gambar 2. Anatomi payudara


Korpus
Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Alveolus terdiri dari sel
Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Lobulus,
yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul
menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.
ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian
beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus
laktiferus).

Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya
memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus
maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat
memompa ASI keluar.

Papilla
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan
terbenam (inverted).

Bentuk puting susu panjang

Bentuk puting susu normal

Bentuk puting susu terbenam/


Bentuk puting susu pendek terbalik
Kulit puting susu banyak mengandung pigmen tetapi tidak berambut. Papilla
dermis banyak mengandung kelenjar sabasea. Sedangkan kulit pada areola juga
banyak mengandung pigmen, tetapi berbeda dengan kulit puting susu, ia kadang-
kadang mengandung folikel rambut. Kelenjar sebaseanya biasanya terlihat
sebagai nodulus kecil pada permukaan areola dan disebut kelenjar Montgomery.
Kelenjar payudara (mammae, susu) terletak di bawah kulit, di atas otot dada.
Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih
200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram.
Payudara dibagi menjadi empat kuadran. Dua garis khayalan ditarik melalui
puting susu, masing-masing saling tegak lurus. Jika payudara dibayangkan
sebagai piringan sebuah jam, satu garis menghubungkan “jam 12 dengan jam 6”
dan garis lainnya menghubungkan “ jam 3 dengan jam 9”. Empat kuadran yang
dihasilkannya adalah kuadran atas luar (supero lateral), kuadran atas dalam
(supero medial), kuadran bawah luar (infero lateral), dan kuadran bawah dalam
(infro medial).
Ekor payudara merupakan perluasan kuadran atas luar (supero lateral). Ekor
payudara memanjang sampai ke aksilla dan cenderung lebih tebal ketimbang
payudara lainnya. Kuadran luar atas ini mengandung masa jaringan kelenjar
mammae yang lebih banyak atau langsung di belakang areola dan sering menjadi
tempat neoplasia.
Pada kuadran medial atas dan lateral bawah, jaringan kelenjarnya lebih
sedikit jumlahnya, dan yang paling minimal adalah yang di kuadran medial
bawah. Jaringan kelenjar payudara tambahan dapat terjadi di sepanjang garis
susu, yang membentang dari lipatan garis aksillaris anterior, menurun hingga
lipatan paha.
Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot
penyokong lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe.

1.2.3 Jaringan Kelenjar, Duktus, dan Jaringan Penyokong

Jaringan kelenjar terdiri dari 15-25 lobus yang tersebar radier mengelilingi
puting. Tiap-tiap segmen mempunyai satu aliran yang akan berdilatasi,
sesampainya di belakang areola. Pada retro areolar ini, duktus yang berdilatasi
itu, menjadi lembut, kecuali saat dan selama ibu menyusui, duktus ini akan
mengalami distensi. Masing-masiang duktus ini tak berisi, dan mempunyai satu
bukaan ke arah puting (duktus eksretorius).

Gambar 4. Jaringan Payudara (Netter, 2008)

Tiap lobus dibagi menjadi 50-57 lobulus, yang bermuara ke dalam suatu
duktus yang mengalirkan isinya ke dalam duktus askretorius lobulus itu. Setiap
lobulus terdiri atas sekelompok alveolus yang bermuara ke dalam laktiferus
(saluran air susu) yang bergabung dengan duktus-duktus lainnya, untuk
membentuk saluran yang lebih besar dan berakhir ke dalam saluran sekretorik.
Ketika saluran-saluran ini mendekati puting, saluran-saluran ini akan membesar,
untuk menjadi tempat penampungan air susu (yang disebut sinus laktiferus),
kemudian saluran-saluran tersebut menyempit lagi dan menembus puting dan
bermuara di atas permukaannya.
Di antara kelenjar susu dan fasia pektrolis, juga di antara kulit dan kelenjar
tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara lobulus tersebut, ada
jaringan ikat yang disebut ligamentum cooper yang merupakan tonjolan jaringan
payudara, yang bersatu dengan lapisan luar fasia superfisialis yang berfungsi
sebagai struktur penyokong dan memberi rangka untuk payudara.

1.2.4 Vaskularisasi Payudara

Arteri
Payudara mendapat aliran darah dari:
1. Cabang-cabang perforantesa mammaria interna. Cabang-cabang I, II, III, IV,
V dari a. mammaria interna menembus di dinding dada dekat tepi sternum
pada interkostal yang sesuai, menembus m. pektoralis mayor dan memberi
aliran darah pada tepi medial glandulla mamma.
2. Rami pektoralis a. thorako-akromialis. Arteri ini berjalan turun di antara m.
pektoralis minor dan m. pektoralis mayor. Pembuluh ini merupakan
pembuluh utama m. pektoralis mayor, arteri ini akan memberikan aliran darah
ke glandula mamma bagian dalam (deep surface)
3. A. thorakalis lateralis (a. mammae eksternal). Pembuluh darah ini berjalan
turun menyusuri tepi lateral muskulus (otot = m) pektoralis mayor untuk
mendarahi bagian lateral payudara.
4. A. thorako-dorsalis. Pembuluh darah ini merupakan cabang dari a.
subskapularis. Arteri i memberikan aliran darah ke m. latissmus dorsi dan m.
serratus magnus. Walaupun arteri ini tidak memberikan pendarahan pada
glandula mamma, tetapi sangat penting artinya, karena pada tindakan radikal
mastektomi, pendarahan yang terjadi akibat putusnya arteri ini sulit dikontrol,
sehingga daerah ini dinamakan “ the bloody angel”.

Vena
Pada daerah payudara terdapat tiga grup vena :
a. Cabang-cabang perforantes v. mammaria interna
Vena ini merupakan vena yang tersebar pada jaringan payudara yang
mengalirkan darah dari payudara dan bermuara pada v. Mammaria interna
yang kemudian bermuara pada v. minominata.
b. Cabang-cabang v. aksillaris, yang terdiri dari v. thorako-akromialis. v.
thoraklais lateralis dan v. thorako-dorsalis.
c. Vena-vena kecil bermuara pada v. Interkostalis
Vena interkostalis bermuara pada v. Vertebralis, kemudian bermuara
pada. Azygos (melalui vena-vena ini, keganasan pada payudara akan
dapat bermetastase langsung ke paru).

1.2.5 Sistem Limfatik Payudara


a. Pembuluh Getah bening
 Pembuluh getah bening aksilla: Pembuluh getah bening aksilla ini
mengalirkan getah bening dari daerah-daerah sekitar areola mamma,
kuadaran lateral bawah dan kuadaran lateral atas payudara
 Pembuluh getah bening mammaria interna: Saluran limfe ini
mengalirkan getah bening dari bagian dalam dan medial payudara.
Pembuluh ini berjalan di atas fasia pektorlais lalu menembus fasia
tersebut sistem pertorntes menembus m. pektrolis mayor. Kemudian
berjalan ke medial bersama-sama dengan sisitem pertorntes menembus
m. interkostalis dan bermuara ke dalam kelenjar getah bening mamaria
interna.
Dari kelenjar mammaria interna, getah bening mengalir melalui trunkus
limfatikus mamaria interna. Sebagian akan bermuara pada v. kava,
sebagian akan bermuara ke duktus thorasikus (untuk sisi kiri) dan duktus
limfatikus dekstra (untuk sisi kanan).
Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kuadran medial bawah
payudara. Pembuluh ini berjalan bersama-sama vasa epigastrika
superior, menembus fasia rektus dan masuk ke dalam kelenjar getah
bening preperikadial anterior yang terletak di tepi atas diafragma, di atas
ligmentum falsiform. Kelenjar getah bening ini juga menampung getah
bening dari diafragma, ligamentum falsiforme dan bagian antero superior
hepar. Dari kelenjar ini, limfe mengalir melalui trunkus limfatikus
mammaria interna.
Gambar 5. Sistem Limfatik (Netter, 2008)

b. Kelenjar-kelenjar Getah Bening


Kelenjar getah bening aksilla. Terdapat enam grup kelenjar getah bening
aksilla:
 Kelenjar getah bening mammae eksterna. Untaian kelenjar ini terletak di
bawah tepi lateral m. pektoralis mayor, sepanjang tepi medial aksilla.
Grup ini dibagi dalam 2 kelompok:
- Kelompok superior, terletak setinggi ingerkostal II-III
- Kelompok inferior, terletak setinggi interkostal IV-V-VI
 Kelenjar getah bening scapula. Terletak sepajang v. subskapularis dan
thoralodoralis, mulai dari percabangan v. aksillaris mejadi v.
subskapularis, sampai ke tempat masuknya v. thorako-dorsalis ke dalam
m. latissimus dorsi.
 Kelenjar getah bening sentral (central nodes). Terletak di dalam jaringan
lemak di pusat aksila. Kadang-kadang beberapa di antaranya terletak
sangat superficial, di bawah kulit dan fasia pada pusat aksila, kira-kira
pada pertengahan lipat aksila depan dan belakang. Kelenjar getah bening
ini adalah kelenjar getah bening yang paling mudah diraba dan
merupakan kelenjar aksilla yang terbesar dan terbanyak jumlahnya.
 Kelenjar getah bening interpektoral (rotters nodes). Terletak antara m.
pektoralis mayor dan minor, sepanjang rami pektoralis v. thorako-
akromialis. Jumlahnya satu sampai empat buah.
 Kelenjar getah v. aksillaris. Kelenjar-kelenjar ini terletak sepanjang v.
aksillaris bagian lateral, mulai dari white tendon m. laitssimus dorsi
sampai ke sedikit medial dari percabangan v. aksillaris-v.thorako
akromialis.
 Kelenjar getah bening subklavikula. Terletak di sepanjang v.aksillaris,
mulai dari sedikit medial percabangan v.aksillaris-v.thorako-aktomialis
sampai dimana v. aksillaris menghilang di bawah tendo m.subklavius.
kelenjar ini merupakan kelenjar aksilla yang tertinggi dan termedial
letakya. Semua getah bening yang berasal dari kelenjar-kelenjar getah
bening aksilla masuk ke dalam kelenjar ini. Seluruh kelenjar getah
bening aksilla ini terletak di bawah fasia kostokorakoid.
 Kelenjar getah bening prepektoral, Kelenjar getah bening ini merupakan
kelenjar tunggal yang kadang-kadang terletak di bawah kulit atau di
dalam jaringan payudara kuadran lateral atas disebut prepektoral karena
terletak di atas fasia pektoralis.
 Kelenjar getah bening interna, Kelenjar-kelenjar ini terdapat di
sepanjangt trunkus limfatikus mammaria interna, kira-kira 3 cm dari tepi
sternum, terletak di dalam lemak di atas fasia endothoraiska. Pada sela
tiga, diperkiran jumlahnya sekitar 6-8 buah.

1.2.6 Inervasi Saraf Payudara

Payudara diinervasi oleh cabang anterior dan lateral dari n. intercostal ke-2
sampai ke-4 yang membawa serabut sensoris dan efferent simpatik. Puting
payudara dipersyarafi oleh cabang anterior dari cabang kutaneus lateral dari T4.
Ini membentuk plexus di dalam putting dan serabut sensorisnya berakhir di
dekat epitel sebagai ujung bebas , korpuskel Meissner, dan Merkel disc. Ini
penting untuk fungsi mengisap ke sistem syaraf pusat. Fungsi sekretoris lebih
dipengaruhi oleh hormon daripada syaraf. Daerah areola memiliki ujung sensoris
yang lebih sedikit.

1.2.7 Mikrostruktur Payudara

Mikrostruktur payudara bervariasi sesuai usia ,siklus menstruasi, kehamilan,


dan laktasi. Pada payudara mature, resting, duktus tersusun dari epitel kolumnar.
Pada duktus yang lebih besar terdapat 2 lapis sel tapi pada duktus yang lebih
kecil, hanya 1 lapis sel epitel kolumnar atau kuboidal. Dasar dari sel tersebut
melekat pada sel myoepitel dari ectodermal, sama seperti epitel kelenjar lain.
Myoepitel sel jumlahnya sangat banyak sehingga membentuk lapisan yang
mengelilingi duktus dan alveoli dan memberikan gambaran epitel berlapis.

Gambar 6. Struktur Payudara

Duktus laktiferus merupakan muara dari masing masing lobus dari payudara,
melalui putting patudara dan terbuka pada ujungnya sebagai 15-20 orifisium.
Dekat dengan orifisium, masing-masing duktus melebar sebagai sinus
lactiferous dimana pada payudara laktasi, lebih berdilatasi lagi dan terisi dengan
susu. Masing-masing ductus laktiferus berhubungan ke sistem duktus dan
lobules., dan dikeliling oleh stroma, membentuk lobus dari kelenjar mamae.
Lobulus terdiri dari bagian dari kelenjar yang memiliki potensi untuk sekresi.
Strukturnya bervasiasi menurut status hormonal. Pada payudara mature dan
resting, masing masing lobules terdiri dari ujung buntu, duktus bercabang yang
ujungnya sedikit memiliki alveoli terminal yang merupakan tempat keluarnya
susu pada payudara laktasi. Epitel kuboid terstratifikasi digantikan oleh
keratinized stratified squamous epithelium yang berlanjut ke epidermis, dekat
dengan ujung duktus laktiferus.

Puting payudara terdiri dari jaringan ikat kolagen padat dan mengandung
elastic fibres yang berkerut pada kulit. Otot polos tersusun sirkuler dan berada
di profundus dari putting payudara. Kontraksinya dipengaruhi oleh dingin, atau
stimulus taktil (missal, hisapan bayi), menyebabkan ereksi dan berkerutnya
areola di sekitarnya.

1.3 Fisiologi Payudara

Perkembangan payudara dan fungsi yang dipengaruhi oleh berbagai


rangsangan hormon, termasuk estrogen, progesteron, prolaktin, oksitosin,
hormon tiroid, kortisol, dan growth hormone, estrogen, progesteron, dan
prolaktin terutama memiliki efek trofik mendalam yang penting pada
perkembangan payudara dan fungsi normal.

Estrogen memulai pengembangan duktal, sedangkan progesteron


bertanggung jawab untuk diferensiasi epitel dan untuk pengembangan lobular.
Prolaktin adalah stimulus hormonal utama untuk lactogenesis pada akhir
kehamilan dan periode postpartum. Proses in meng-upregulasi reseptor hormon
dan merangsang perkembangan epitel. Gambar di bawah ini menggambarkan
sekresi hormon neurotropik dari hipotalamus, yang bertanggung jawab untuk
pengaturan sekresi hormon yang mempengaruhi jaringan payudara.
Gonadotropin luteinizing hormone (LH) dan follicle- stimulating hormone
(FSH) mengatur pelepasan estrogen dan progesteron dari ovarium. Pada
gilirannya, pelepasan LH dan FSH dari sel-sel basofilik dari hipofisis anterior
diatur oleh sekresi gonadotropin - releasing hormone (GnRH) dari hipotalamus.
Efek umpan balik positif dan negatif dari sirkulasi estrogen dan progesteron
mengatur sekresi LH, FSH, dan GnRH. Hormon-hormon ini bertanggung jawab
untuk pengembangan, fungsi, dan pemeliharaan jaringan payudara.

Pada neonatus perempuan, kadar estrogen dan progesteron yang beredar


menurun setelah kelahiran dan tetap rendah sepanjang masa karena sensitivitas
dari sumbu hipotalamus-hipofisis umpan balik negatif dari hormon ini. Dengan
terjadinya pubertas, ada penurunan sensitivitas hipotalamus-hipofisis axis
umpan balik negatif dan peningkatan kepekaan terhadap umpan balik positif dari
estrogen . Kejadian-kejadian fisiologis memulai peningkatan GnRH, FSH, dan
sekresi LH dan akhirnya terjadi peningkatan sekresi estrogen dan progesteron
oleh ovarium , yang mengarah ke pembentukan siklus menstruasi.

Gambar 7. Fisiologi Payudara (Brunicardi, 2010)

Pada awal siklus menstruasi, ada peningkatan dalam ukuran dan kepadatan
payudara, yang diikuti oleh kendurnya jaringan payudara dan proliferasi epitel.
Dengan terjadinya menstruasi, maka pembengkakan payudara berkurang dan
proliferasi epitel menurun .

1.4 Perkembangan Kehamilan , Laktasi , dan Penuaan

Sebuah peningkatan dramatis dalam sirkulasi estrogen ovarium dan plasenta


dan progestin jelas terlihat selama kehamilan , yang memulai perubahan
mencolok dalam bentuk dan substansi dari payudara. Payudara membesar
sebagai duktal dan berproliferasi epitel lobular, kulit areolar gelap, dan aksesori
kelenjar areolar ( kelenjar Montgomery ) menjadi menonjol . Pada trimester
pertama dan kedua, saluran cabang kecil dan berkembang. Selama trimester
ketiga, tetesan lemak menumpuk di epitel alveolar dan kolostrum mengisi ruang
alveolar dan duktus. Pada akhir kehamilan, prolaktin merangsang sintesis lemak
susu dan protein.

Gambar 8. Perkembangan Payudara


Setelah melahirkan plasenta, progesteron dan estrogen menurun, yang
memungkinkan ekspresi penuh dari laktogenik prolaktin. Produksi susu dan
pelepasan dikendalikan oleh refleks saraf yang berasal dari ujung saraf kompleks
puting - areola. Laktasi membutuhkan stimulasi rutin pada saraf sehingga dapat
terus menghasilkan sekresi prolaktin dan susu. Oksitosin memulai kontraksi sel-
sel mioepitel, yang menghasilkan kompresi alveoli dan aliran susu ke dalam
sinus laktiferus. Setelah penyapihan dari bayi , pengeluaran prolaktin dan
oksitosin menurun. Menyebabkan peningkatan tekanan di dalam saluran dan
alveoli, yang menyebabkan atrofi epitel Gambar C). Dengan menopause terjadi
penurunan sekresi estrogen dan progesteron oleh ovarium dan involusi duktus
dan alveoli payudara. Sekitarnya meningkat fibrosa jaringan ikat dalam
kepadatan, dan jaringan payudara digantikan oleh jaringan adiposa Gambar D).

1.5. Peran bidan dalam pemberian ASI

Dukungan bidan dalam pemberian ASI (Air Susu Ibu) sangat penting untuk
membantu ibu dan bayi meraih manfaat yang optimal dari pemberian ASI. Berikut
adalah beberapa cara di mana bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian
ASI:

1. Pendidikan dan Informasi:


 Bidan dapat memberikan edukasi kepada ibu hamil dan pasangan tentang
pentingnya ASI, manfaatnya, dan cara pemberian yang baik.
 Membantu ibu hamil memahami proses produksi ASI dan bagaimana
merawat payudara sebelum melahirkan.

2. Praktik Pemberian ASI:


 Bidan dapat membantu ibu baru dalam posisi menyusui yang benar, teknik
latch-on yang baik, dan bagaimana merasa nyaman saat menyusui.
 Memberikan panduan tentang frekuensi dan durasi menyusui yang tepat,
serta tanda-tanda bahwa bayi sudah cukup makan.
3. Penanganan Masalah Terkait ASI:
 Bidan dapat membantu ibu mengatasi masalah yang mungkin muncul saat
menyusui, seperti nyeri puting susu, engorgement (payudara keras), atau
masalah lainnya.
 Memberikan dukungan emosional dan solusi praktis untuk mengatasi
kendala yang mungkin timbul.
4. Penilaian Kesehatan Bayi:
 Bidan dapat melakukan penilaian kesehatan bayi, seperti penimbangan
rutin, untuk memastikan pertumbuhan bayi yang sehat selama masa
menyusui.
 Menyediakan dukungan jika ada masalah kesehatan bayi yang perlu diatasi.
5. Konseling Dukungan Emosional:
 Bidan dapat menjadi pendengar yang baik dan memberikan dukungan
emosional kepada ibu yang mungkin mengalami stres atau kebingungan
dalam perjalanan menyusui mereka.
 Memberikan dorongan kepada ibu untuk tetap percaya diri dalam
kemampuan mereka untuk memberikan ASI.
6. Promosi Praktik Menyusui yang Baik:
 Mendorong praktik menyusui eksklusif selama enam bulan pertama
kehidupan bayi.
 Membantu ibu memahami pentingnya tidak memberikan makanan
tambahan atau susu formula kepada bayi tanpa indikasi medis.
7. Rujukan dan Kolaborasi:
 Jika diperlukan, bidan dapat merujuk ibu ke spesialis atau ahli laktasi jika
mereka mengalami masalah yang lebih kompleks dalam menyusui.
 Berkolaborasi dengan tim perawatan kesehatan lainnya, seperti dokter,
untuk memastikan ibu dan bayi mendapatkan perawatan yang sesuai.

Dukungan bidan dalam pemberian ASI dapat membantu memastikan bahwa ibu
dan bayi meraih manfaat maksimal dari ASI, yang memiliki banyak manfaat
kesehatan untuk bayi dan ibu.
DAFTAR PUSTAKA

Prasetyo, Budi. 2011. Anatomi dan Fisiologi Payudara. Diakses dari http://smart-
pustaka.blogspot.com/2011/09/anatomi-dan-fisiologi-payudara.html tanggal 22
Juni 2014

Brunicardi et al, 2010. Schwartz’s Principle of Surgery, The McGraw-Hill


Companies, USA.

Netter, 2008. Netter Atlas, Anatomy USA

Rsu. Dr. Soetomo, 2014. Anatomi fisiologi, Fakultas Kedokteran Universitas


Erlangga, Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai