Proses Laktasi
Mar 15
Posted by iang
1 Anatomi payudara
Payudara adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit dan di atas otot dada, tepatnya pada
hemithoraks kanan dan kiri dengan batas-batas yang tampak dari luar sebagai berikut:
Dalam keadaan normal hanya terdapat sepasang kelenjar payudara, sedang pada beberapa
jenis hewan, kelenjar susu dapat membentang dari sekitas lipat paha sampai dada, kelenjar
mamma merupakan ciri pembeda pada semua mamalia. Payudara manusia berbentuk kerucut
tapi sering kali berukuran tidak sama.Payudara dewasa beratnya kira-kira 200 gram, yang
umumya lebih besar dari yang kanan. Pada waktu hamil payudara membesar, mencapai 600
gram pada waktu menyusui mencapai 800 gram.
Kulit puting susu berpigmen banyak dan tidak berambut. Papilla dermis mengandung banyak
kelenjar sebasea. Ada empat macam bentuk puting, yaitu bentuk yang normal/umum,
pendek/datar, panjang dan terbenam (inverted). Namun bentuk-bentuk putting ini tidak selalu
berpengaruh pada proses laktasi, yang penting adalah bahwa putting susu dan areola dapat
ditarik sehingga membentuk tonjolan atau “dot” ke dalam mulut bayi. Pada beberapa kasus
dapat terjadi dimana putting tidak lentur, terutama pada bentuk puting terbenam, sehingga
butuh penanganan khusus.
Kulit areola juga berpigmen banyak tetapi berbeda dengan kulit puting susu ia kadang-
kadang mengandung folikel rambut. Kelenjar sebaseanya biasanya terlihat sebagai nodulus
kecil pada permukaan areola dan disebut tuberkel montgomery. Pada papilla dan areola saraf
peraba yang sangat penting untuk reflex menyusui. Bila putting diisap, terjadilah reflex yang
sangat diperlukan dalam proses menyusui.
Payudara dibagi menjadi empat kuadran. Dua garis khayalan ditarik melalui puting susu,
masing-masing saling tegak lurus. Jika payudara dibayangkan sebagai piring sebuah jam, satu
garis menghubungkan ”jam 12 dengan jam 6” dan garis lainnya menghubungkan ”jam 3
dengan jam 9”. Empat kuadran yang dihasilkannya adalah kuadran atas luar (supero lateral),
atas dalam (supero medial), bawah luar (infero lateral), dan bawah dalam (infero medial).
Ekor payudara merupakan perluasan kuadran atas luar (supero lateral).3 Ekor payudara
memanjang sampai ke aksilla dan cenderung lebih tebal ketimbang daerah payudara lainnya.
Kuadran luar atas ini mengandung massa jaringan kelenjar mamma yang lebih banyak atau
langsung di belakang areola dan sering menjadi tempat neoplasia. Pada kuadran medial atas
dan lateral bawah, jaringan kelenjar lebih sedikit jumlahnya, dan paling minimal adalah yang
di kuadran medial bawah. Jaringan kelenjar payudara tambahan dapat terjadi disepanjang
garis susu yang membentang dari lipatan garis aksillaris anterior, menurun hingga lipatan
paha.
Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot penyokong, lemak,
pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe.3 Jaringan kelenjarnya terdiri dari 15-25 lobus
yang tersebar radier mengelilingi puting.3,4 Tiap-tiap segmen mempunyai satu aliran yang
akan berdilatasi, sesampainya di belakang areola.
Pada retro areolar ini, duktus yang berdilatasi itu menjadi lembut, kecuali selama masa
menyusui, ia akan mengalami distensi. Masing-masing duktus ini tak berisi, dan mempunyai
satu bukaan ke arah puting (duktus eksretorius). Tiap lobus dibagi menjadi 50-75 lobulus,
yang bermuara ke dalam suatu duktus yang mengalirkan isinya ke dalam duktus aksretorius
lobus itu. Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut
mungkin terdapat jaringan lemak. Diantara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut
ligamentum Cooper yang merupakan tonjolan jaringan payudara yang bersatu dengan lapisan
luar fasia superfisialis yang berfungsi sebagai struktur penyokong dan memberi rangka untuk
payudara.
1. Arteri
Pembuluh gatah bening aksilla ini mengalirkan getah bening dari daerah- daerah sekitar
areola mamma, kuadran lateral bawah dan kuadran lateral atas payudara. Pembuluh getah
bening mammaria interna: Saluran limfe ini mengalirkan getah bening dari bagian dalam dan
medial payudara. Pembuluh ini berjalan di atas fasia pektoralis lalu menembus fasia tersebut
dan masuk ke dalam m. pektoralis mayor. Lalu jalan ke medial bersama-sama dengan sistem
perforantes menembus m. interkostalis dan bermuara ke dalam kelenjar getah bening
mammaria interna. Dari kelenjar mammaria interna, getah bening mengalir melalui trunkus
limfatikus mammaria interna. Sebagian akan bermuara pada v. kava, sebagian akan bermuara
ke duktus thorasikus (untuk sisi kiri) dan duktus limfatikus dekstra (untuk sisi kanan).
Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kuadran medial bawah payudara. Pembuluh ini
berjalan bersama-sama vasa epigastrika superior, menembus fasia rektus dan masuk ke dalam
kelenjar getah bening preperikardial anterior yang terletak di tepi atas diafragma di atas
ligamentum falsiform. Kelenjar grtah bening ini juga menampung getah bening dari
diafragma, ligamentum falsiforme dan bagian antero-superior hepar. Dari kelenjar ini, limfe
mengalir melalui trunkus limfatikus mammaria interna.
1. Kelenjar-kelenjar getah bening Kelenjar getah bening aksilla Terdapat enam grup
kelenjar getah bening aksilla :
Kelenjar getah bening mammaria eksterna. Untaiab kelenjar ini terletak di bawah tepi
lateral m. pektoralis mayor, sepanjang tepi medial aksilla. Grup ini dibagi dalan 2
kelompok :
Kelenjar getah bening skapula. Terletak sepanjang vasa subskapularis dan thorako-
dorsalis, mulai dari percabangan v.aksillaris menjadi v.subskapularis, sampai ke
tempat masuknyav.thorako-dorsalis ke dalam m.latissimus dorsi.
Kelenjar getah bening sentral (Central nodes). Terletak di dalam jaringan lemak di
pusat ketiak. Kadang-kadang beberapa diantaranya terletak sangat superfisial, di
bawah kulit dan fasia pada pusat ketiak, kira-kira pada pertengahan lipat ketiak depan
dan belakang. Kelenjar getah bening ini adalah kelenjar getah bening yang paling
mudah diraba dan merupakan kelenjar aksilla yang terbesar dan terbanyak jumlahnya.
Kelenjar getah bening interpektoral (Rotters nodes). Terletak antara m.pektoralis
mayor dan minor, sepanjang rami pektoralis v.thorako-akromialis. Jumlahnya satu
sampai empat.
Kelenjar getah bening v.aksillaris. Kelenjar-kelenjar ini terletak sepanjang v.aksillaris
bagian lateral, mulai dari white tendon m.latissimus dorsi sampai ke sedikit medial
dari percabangan v.aksillaris – v.thorako akromialis.
Kelenjar getah bening subklavikula. Terletak sepanjang v.aksillaris, mulai dari sedikit
medial percabangan v.aksillaris – v.thorako-aktomialis sampai dimana v.aksillaris
menghilang dibawah tendo m.subklavius. Kelenjar ini merupakan kelenjar aksilla
yang tertinggi dan termedial letaknya. Semua getah bening yang berasal dari kelenjar-
kelenjar getah bening aksilla masuk ke dalam kelenjar ini. Seluruh klenjar getah
bening aksilla ini terletak di bawah fasia kostokorakoid.
– Kelenjar getah bening prepektoralKelenjar getah bening ini merupakan kelenjar tunggal
yang kadang-kadang terletak di bawah kulit atau di dalam jaringan payudara kuadran lateral
atas. disebut prepektoral karena terletak di atas fasia pektoralis.
2 Fisiologi Payudara
3 Proses Laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai 2 pengertian yaitu produksi dan pengeluaran ASI.
Keduanya harus sama baiknya. Pada saat hamil payudara membesar karena pengaruh
berbagai hormon, antara lain estrogen, progesteron, HPL, dan prolaktin. Hormon lain yang
berfungsi memperlancar pembentukkan ASI (sintesa protein) adalah insulin,
kortikosteroid, tiroksin, dan lain-lain.
Di dalam bagan payudara terdapat bangun yang disebut alveolus, yang merupakan tempat
dimana air susu diproduksi. Dari alveolus ini ASI disalurkan ke dalam saluran kecil
(duktulus), dimana beberapa saluran kecil bergabung membentuk saluran yang lebih besar
(duktus). Di bawah areola, saluran yang besar ini mengalami pelebaran yang disebut sinus.
Akhirnya semua saluran yang besar ini mengalami pelebaran yang disebut sinus. Akhirnya
semua saluran yang besar ini memusat ke dalam putting dan bermuara ke luar. Di dalam
dinding alveolus maupun saluran, terdapat otot yang bila berkontraksi dapat memompa ASI
keluar.
Hormon Prolaktin
Ketika bayi menyusu, payudara mengirimkan rangsangan ke otak. Otak kemudian bereaksi
mengeluarkan hormon Prolaktin yang masuk ke dalam aliran darah menuju kembali ke
payudara. Hormon Prolaktin merangsang sel-sel pembuat susu untuk bekerja, memproduksi
susu.
Sel-sel pembuat susu sesungguhnya tidak langsung bekerja ketika bayi menyusu. Sebagian
besar hormon Prolaktin berada dalam darah selama kurang lebih 30 menit, setelah proses
menyusui. Jadi setelah proses menyusu selesai, barulah sebagian besar hormon Prolaktin
sampai di payudara dan merangsang sel-sel pembuat susu untuk bekerja. Jadi, hormon
Prolaktin bekerja untuk produksi susu berikutnya. Susu yang disedot/dihisap bayi saat ini,
sudah tersedia dalam payudara, pada muara saluran ASI.
Sederhananya, mekanisme produksi susu dalam payudara prinsipnya mirip dengan tanaman
teh atau tanaman kembang kertas. Jika kita memetik pucuk teh atau kembang kertas, maka
akan tumbuh dari bawah ketiak daun, dua buah cabang baru. Jadi semakin sering dipetik,
semakin banyak pucuk mudanya. Jika tidak dipetik, tidak akan ada cabang baru.
Begitu pula dengan ASI, semakin sering disedot bayi, semakin banyak ASI yang diproduksi.
Semakin jarang bayi menyusu, semakin sedikit ASI yang diproduksi. Jika bayi berhenti
menyusu, maka payudara juga akan berhenti memproduksi ASI.
Hormon Oksitosin
Setelah menerima rangsangan dari payudara, otak juga mengeluarkan hormon Oksitosin
selain hormon Prolaktin. Hormon Oksitosin diproduksi lebih cepat daripada Prolaktin.
Hormon ini juga masuk ke dalam aliran darah menuju payudara. Di payudara, hormon
Oksitosin ini merangsang sel-sel otot untuk berkontraksi. Kontraksi ini menyebabkan ASI
hasil produksi sel-sel pembuat susu terdorong mengalir melalui pembuluh menuju muara
saluran ASI. Kadang-kadang, bahkan ASI mengalir hingga keluar payudara ketika bayi
sedang tidak menyusu. Mengalirnya ASI ini disebut refleks pelepasan ASI.
Produksi Hormon Oksitosin bukan hanya dipengaruhi oleh rangsangan dari payudara.
Hormon oksitosin juga dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan ibu. Jadi ketika ibu mendengar
suara bayi, meskipun mungkin bukan bayinya, ASI dapat menetes keluar. Suara tangis bayi,
sentuhan bayi, atau ketika ibu berpikir akan menyusui bayinya, atau bahkan ketika ibu
memikirkan betapa sayangnya kepada sang bayi, ASI dapat menetes keluar.
Jika refleks pelepasan ASI ibu tidak bekerja dengan baik, maka bayi akan mengalami
kesulitan memperoleh ASI karena harus mengandalkan hanya pada kekuatan sedotan
menyusunya. Akibatnya, bayi akan kelelahan dan memperoleh sedikit ASI. Kadang-kadang
hal ini membuatnya frustasi, dan kemudian menangis. Peristiwa ini kelihatannya seperti
seolah-olah payudara berhenti memproduksi ASI, padahal tidak. Payudara tetap
memproduksi ASI, tetapi ASI tidak mengalir keluar. Jadi perkara refleks pelepasan ASI ini
sangat penting bagi bayi.
Pada beberapa wanita, mulai kehamilan 5 bulan kadang-kadang keluar cairan yang di sebut
kolostrum, dan ini tidak apa-apa.
Selama kehamilan, ASI tidak keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi.
Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen turun dengan drastis, dan pada
saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini, diharapkan sekresi juga
makin cepat
Ada 2 refleks yang sangat penting dalam proses laktasi, yaitu refleks prolaktin dan refleks
aliran. Kedua refleks ini bersumber dari perangsangan putting susu akibat isapan bayi.
1. Refleks prolaktin
Seperti telah dijelaskan diatas, dalam putting susu banyak terdapat ujung saraf peraba. Bila
ini dirangsang, maka akan timbul implus (aliran listrik) yang menuju hipotalamus selanjutnya
kekelenjar hipofisis bagian depan sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormon prolaktin.
Hormon inilah yang memegang peran utama dalam produksi ASI di tingkat afeolus. Dengan
demikian mudah dipahami bahwa makin sering rangsangan penyusuan makin banyak pula
produksi ASI.
Rangsangan yang berasal dari putting susu, tidak hanya diteruskan sampai kekelenjar
hipofisis depan, tetapi juga kekelenjar hipofisis bagian belakang. Akibatnya bagian ini
mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon ini berfungsi memacu kontraksi otot polos yang
ada di dinding alveolus dan dinding saluran, sehingga asi di pompa keluar. Makin sering
menyusui, pengkosongan alveolus dan saluran makin baik sehingga kemungkinan terjadinya
bendungan susu makin kecil, dan menyusui makin lancar. Saluran asi yang mengalami
bendungan tidak hanya mengganggu penyususan, tetapi juga mudah terkena infeksi.
Dengan keluarnya oksitosin, hormon ini akan memacu otot rahim sehingga involusi rahim
makin cepat dan baik. Tidak jarang perut ibu merasa mulas pada hari pertama menyusu ini
adalah mekanisme alamiah yang baik untuk kembalinya rahim ke bentuk semula.
Tiga refleks yang penting dalam mekanisme isapan bayi, yaitu
Reflek ini terjadi bila bayi baru lahir tersentuh pipinya. Dia akan menoleh ke arah sentuhan
bila pipinya dirangsang dengan papila, maka akan membuka mulut dan berusaha untuk
menangkapnya.
1. reflek mengisap
Reflek ini mulai apabila langit-langit mulut bayi tersentuh, sentuhan ini mencapai bagian
palatum, maka sebagian besar areola harus tertangkap mulut bayi maka sinuslaktiverus yang
berada di bawah areola akan tertekan antara gusi, lidah dan palatum, sehingga pemerasan ASI
lebih sempurna
1. reflek menelan
Zat Penghambat
Produksi ASI juga dikendalikan di dalam payudara itu sendiri. Bila dalam satu payudara ada
banyak ASI yang tertinggal, maka zat penghambat akan memerintahkan sel-sel pembuat susu
untuk berhenti bekerja. Penghentian ini diperlukan untuk mencegah payudara yang
bersangkutan mengalami efek kepenuhan.
Hal ini menjelaskan kepada kita mengapa jika bayi lebih banyak menyusu pada satu
payudara, maka payudara tersebut menghasilkan lebih banyak ASI dan ukurannya menjadi
lebih besar dari payudara lainnya. Agar satu payudara tetap menghasilkan ASI, maka ASI
yang ada di dalamnya harus dikeluarkan. Jadi, jika bayi tidak menyusu pada salah satu atau
kedua payudara, ASI SEBAIKNYA DIKELUARKAN DENGAN CARA DIPERAH.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia pada umumnya mempunyai payudara, tetapi antara laki-laki dan
perempuan berbeda dalam fungsinya. Payudara yang matang adalah salah satu tanda kelamin
sekunder dari seorang gadis dan merupakan salah satu organ yang indah dan menarik. Untuk
mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya, maka organ ini menjadi sumber utama
dari kehidupan, karena air susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting pada
bulan-bulan pertama kehidupan.
Menjelang akhir kehamilan, kelenjar mamae Ibu berkembang penuh untuk menyusui,
tetapi hanya beberapa mililiter cairan di sekresi setiap hari sampai setelah bayi di lahirkan
cairan ini di namakan kolostrum.. Penting untuk diketahui oleh ibu-ibu supaya menyususi
harus dilaksanakan berdasarkan permintaan/kebutuhan bayinya dan dilaksanakan secara
teratur sepanjang hari baik pagi maupun malam hari. Hal ini yang merupakan hambatan
paling besar untuk ibu-ibu, terutama ibu-ibu yang bekerja atau bagi ibu-ibu di negara-negara
maju, yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pola menyusui yang demikian ketat.
Tetapi, meskipun demikian, harus diketahui bahwa ibu-ibu yang sudah melaksanakan pola
laktasi yang ketat itu, tetap saja antara 3-12 % akan menjadi hamil lagi sebelum kembalinya
haid pertama setelah melahirkan.
Laktasi bukan merupakan metode kontrasepsi yang dapat diandalkan. Ironinya, banyak
wanita yang tidak menyadari hal ini, dan masih banyak ibu-ibu yang baru melahirkan yang
tidak mendapatkan informasi maupun konseling mengenai keluarga berencana.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana struktur anatomi payudara wanita?
2. Bagaimana tahap perkembangan payudara?
3. Apa yang dimaksud dengan kolostrum?
4. Bagaimana fisiologi laktasi?
5. Bagaimana perana bidan dalam pemberian ASI?
6. Apakah yang diamksud dengan ASI?
7. Apakah yang dimaksud dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)?
8. Bagaimanakah agar bayi mendapat ASi Eksklusif?
9. Apa manfaat ASI Eksklusif?
10. Apa sajakah masalah yang sering ada pada saat menyusui?
C. Tujuan penulisan
1. Agar dapat menambah wawasan dan mengenal lebih dalam lagi payudara kita.
2. Dan apa yang kita pelajari dan amati bisa membantu kepada setiap orang yang bermasalah
dalam organ mamaenya masing- masing.
3. Agar kita dapat mengetahui betapa penting laktasi
4. Mengetahui bagaimana proses dan perawatan laktasi
5. Agar kita dapat mengetahui tentang payudara dan susunan-susunan payudara sehingga kita
atau seprang Ibu dapat merawat dan menjaga kesehatan payudaranya.
6. Khususnya seorang Ibu agar mengetahui tentang kolostrum dan kandungan gizi yang
terdapat dalam ASI.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Payudara
Payudara adalah Organ tubuh yang terletak bagian bawah kulit dan di atas otot dada.
Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Dengan kata lain,
payudara terletak di dinding depan fasia superfisialis antara tulang dada sampai tulang iga ke
enam, bentuknya cembung ke depan bervariasi dan di tengahnya terdapat putting susu yang
terdiri dari kulit dan jaringan erektil (Maryunani, 2010). . Payudara manusia berbentuk
kerucut tapi sering kali berukuran tidak sama.Payudara dewasa beratnya kira-kira 200 gram,
yang umumya lebih besar dari yang kanan. Pada waktu hamil payudara membesar, mencapai
600 gram pada waktu menyusui mencapai 800 gram.
Puting payudara dikelilingi oleh areola, suatu daerah berpigmen yang ukurannya
bervariasi, yang bertambah gelap saat hamil serta kaya akan pasokan pembuluh darah dan
serat saraf sensorik.
Disekitar puting payudara terdapat tuberkel Montgomeri, kelenjar sebasea yang
mengalami hipertrofi dan menjadi menonjol saat hamil, menghasilkan pelumas dan memberi
perlindungan. Pemakaian sabun dalam jumlah besar dapat meningkatkan risiko kerusakan
puting payudara, terutama kekeringan dan retak. Kepekaan puting payudara dan daerah di
sekitarnya sangat meningakt segera setelah persalinan. Persiapan menyebabkan influks
implus saraf aferen ke hipotalamus yang mengontrol laktasi dan perilaku ibu.
Dalam korpus mamae terdapat alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu.
Alveolus terdiri dari beberapa sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan
pembuluh darah. Beberapa alveolus mengelompok membentuk lobules (kelenjar sekresi)
kemudian beberapa lobulus berkumpul menjadi 15-20 buah lobulus pada tiap payudara.
Dari alveolus, ASI disalurkan ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa
saluran kecil bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus). Di bawah
areola saluran besar melebar disebut Sinus Laktiferus. Akhirnya, semua memusat ke dalam
putting bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot
polos yang bila berkontraksi memompa ASI keluar.
2. Rami pektoralis a. thorako-akromialis Arteri ini berjalan turun diantara m. pektoralis minor
dan m. pektoralis mayor. Pembuluh ini merupakan pembuluh utama m. pektoralis mayor,
arteri ini akan mendarahi glandula mamma bagian dalam (deep surface).
3. A. thorakalis lateralis (a. mammaria eksterna) Pembuluh darah ini jalan turun menyusuri tepi
lateral m. pektoralis mayor untuk mendarahi bagian lateral payudara.
4. A. thorako-dorsalis Pembuluh darah ini merupakan cabang dari a. subskapularis. Arteri ini
mendarahi m. latissimus dorsi dan m. serratus magnus. walaupun arteri ini tidak memberikan
pendarahan pada glandula mamma, tetapi sangat penting artinya. Karena pada tindakan
radikal mastektomi, perdarahan yang terjadi akibat putusnya arteri ini sulit dikontrol,
sehingga daerah ini dinamakan ”the bloody angel”.
5. Vena
1. Cabang-cabang perforantes v. mammaria interna Vena ini merupakan vena terbesar yang
mengalirkan darah dari payudara. Vena ini bermuara pada v. mammaria interna yang
kemudian bermuara pada v. innominata.
3. Vena-vena kecil yang bermuara pada v. interkostalis. Vena interkostalis bermuara pada v.
vertebralis, kemudian bermuara pada v. azygos (melalui vena-vena ini metastase dapat
langsung terjadi di paru)
Pembuluh gatah bening aksilla ini mengalirkan getah bening dari daerah- daerah sekitar
areola mamma, kuadran lateral bawah dan kuadran lateral atas payudara. Pembuluh getah
bening mammaria interna: Saluran limfe ini mengalirkan getah bening dari bagian dalam dan
medial payudara. Pembuluh ini berjalan di atas fasia pektoralis lalu menembus fasia tersebut
dan masuk ke dalam m. pektoralis mayor. Lalu jalan ke medial bersama-sama dengan sistem
perforantes menembus m. interkostalis dan bermuara ke dalam kelenjar getah bening
mammaria interna. Dari kelenjar mammaria interna, getah bening mengalir melalui trunkus
limfatikus mammaria interna. Sebagian akan bermuara pada v. kava, sebagian akan bermuara
ke duktus thorasikus (untuk sisi kiri) dan duktus limfatikus dekstra (untuk sisi kanan).
Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kuadran medial bawah payudara. Pembuluh ini
berjalan bersama-sama vasa epigastrika superior, menembus fasia rektus dan masuk ke dalam
kelenjar getah bening preperikardial anterior yang terletak di tepi atas diafragma di atas
ligamentum falsiform. Kelenjar grtah bening ini juga menampung getah bening dari
diafragma, ligamentum falsiforme dan bagian antero-superior hepar. Dari kelenjar ini, limfe
mengalir melalui trunkus limfatikus mammaria interna.
Selama beberapa hari menjelang menstruasi, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga
pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan
foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi
mulai, semuanya berkurang. 5 Perubahan ketiga terjadi pada waktu hamil dan menyusui.
Pada kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel ductus lobul dan ductus alveolus
berploliferasi, dan tumbuh ductus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior
memicu (trigger) laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian
dikeluarkan melalui ductus ke puting susu.
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan
terbenam (inverted). Puting payudara dikelilingi oleh areola mamae , suatu daerah berpigmen
yang ukurannya bervariasi, yang bertambah gelap saat hamil serta kaya akan pasokan
pembuluh darah dan serat saraf sensorik. Disekitar puting payudara terdapat tuberkel
Montgomeri, kelenjar sebasea yang mengalami hipertrofi dan menjadi menonjol saat hamil,
menghasilkan pelumas dan memberi perlindungan. Pemakaian sabun dalam jumlah besar
dapat meningkatkan risiko kerusakan puting payudara, terutama kekeringan dan retak.
Kepekaan puting payudara dan daerah di sekitarnya sangat meningakt segera setelah
persalinan. Persiapan menyebabkan influks implus saraf aferen ke hipotalamus yang
mengontrol laktasi dan perilaku ibu.
Namun, bentuk- bentuk puting ini tidak selalu berpengaruh pada proses laktasi,
karena pada dasarnya bayi menyusu pada payudara ibu bukan pada puting. Pada beberapa
kasus dapat terjadi dimana putting tidak lentur, terutama pada bentuk puting tebenam,
sehingga butuh penanganan khusus.
B. Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin) dan
pengeluaran ASI (oksitosin). Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19
minggu, dan berakhir ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon
esterogen dan progesteron yang membantu maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin
berfungsi untuk produksi ASI. Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat
tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen
dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga
terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi, terdapat dua refleks yang berperan, yaitu refleks
prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan putting susu dikarenakan
hisapan bayi
skema reflek pada laktasi
1. Refleks Prolaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, tetapi
jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan
progesteron yang masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan
berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan
bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris
yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui
medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi
prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin.
Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin.
Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar
prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai
penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada
isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung.
Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu
ke 2 – 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti:
stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting susu.
Bayi yang sehat mempunyai 3 refleksi intrinsik, yang diperlukan untuk berhasilnya
menyusui seperti:
Tehnik menyusui yang baik adalah apabila kalang payudara sedapat mungkin semuanya
masuk ke dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan pada ibu yang kalang
payudaranya besar. Untuk itu maka sudah cukup bila rahang bayi supaya menekan sinus
laktiferus yang terletak di puncak kalang payudara di belakang puting susu. Tidak dibenarkan
bila rahang bayi hanya menekan puting susu saja, karena bayi hanya dapat mengisap susu
sedikit dan pihak ibu akan timbul lecet-lecet pada puting susunya.
Puting susu yang sudah masuk ke dalam mulut dengan bantuan lidah, di mana lidah
dijulurkan di atas gusi bawah puting susu ditarik lebih jauh sampai pada orofaring dan rahang
menekan kalang payudara di belakang puting susu yang pada saat itu sudah terletak pada
langit-langit keras (palatum durum). Dengan tekanan bibir dan gerakan rahang secara
berirama, maka gusi akan menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus, sehingga air susu
akan mengalir ke puting susu, selanjutnya bagian belakang lidah menekan puting susu pada
langit-langit yang mengakibatkan air susu keluar dari puting susu. Cara yang dilakukan oleh
bayi ini tidak akan menimbulkan cedera pada puting susu.
Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan disusul dengan gerakan mengisap (tekanan
negatif) yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu akan bertambah
dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk ke lambung. Keadaan akan terjadi berbeda
bila bayi diberisusu botol di mana rahang mempunyai peranan sedikit di dalam menelan dot
botol, sebab susu dengan mudah mengalir dari lubang dot. Dengan adanya gaya berat, yang
disebabkan oleh posisi botol yang dipegang ke arah bawah dan selanjutnya dengan adanya
isapan pipi (tekanan negatif) kesemuanya ini akan membantu aliran susu, sehingga tenaga
yang diperlukan oleh bayi untuk mengisap susu menjadi minimal. Kebanyakan bayi-bayi
yang masih baru belajar menyusui pada ibunya, kemudain dicoba dengan susu botol secara
bergantian, maka bayi tersebutkan menjadi bingung puting (nipple confusion). Sehingga
sering bayi menyusu pada ibunya, caranya menyusui seperti mengisap dot botol, keadaan ini
berakibat kurang baik dalam pengeluaran air susu ibu. Oleh karena itu kalau terpaksa bayi
tidak bisa langsung disusui oleh ibunya pada awal-awal kehidupan, sebaiknya bayi diberi
minum melalui sendok, cangkir atau pipet, sehingga bayi tidak mengalami bingung putting.
Pemberian ASI sebaiknya sesering mungkin tidak perlu dijadwal, bayi disusui sesuai
dengan keinginan (on demand). Bayi dapat menentukan sendiri kebutuhannya. Bayi yang
sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan asi dalam lambung akan
kosong dalam 2 jam. Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan
bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi berikutnya.
1. Kolustrum,
Kolustrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolustrum ini disekresi oleh kelenjar
payudara pada hari pertama sampai hari ke empat pasca persalinan. Kolustrum merupakan
cairan dengan viskositas kental , lengket dan berwarna kekuningan. Kolustrum mengandung
tinggi protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi
daripada ASI matur. Selain itu, kolustrum masih mengandung rendah lemak dan laktosa.
Protein utama pada kolustrum adalah imunoglobulin (IgG, IgA dan IgM), yang digunakan
sebagai zat antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasite.
Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran kita, tetapi volume kolostrum yang
ada dalam payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Volume
kolostrum antara 150-300 ml/24 jam. Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk
membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan
saluran pencernaan makanan bagi bayi makanan yang akan datang.
3. ASI Matur
ASI matur disekresi pada hari ke sepuluh dan seterusnya. ASI matur tampak berwarna
putih. Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak menggumpal bila dipanaskan.
Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama disebut foremilk.
Foremilk lebih encer. Foremilk mempunyai kandungan rendah lemak dan tinggi laktosa, gula,
protein, mineral dan air. Selanjutnya, air susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya akan
lemak dan nutrisi. Hindmilk membuat bayi akan lebih cepat kenyang. Dengan demikian, bayi
akan membutuhkan keduanya, baik foremilk maupun hindmilk. Dibawah ini bisa kita lihat
perbedaan komposisi antara kolustrum, ASI transisi dan ASI matur.
Gambar. Perbedaan kolustrum, ASI transisi dan
ASI matur
b. Inisiasi Menyusu Dini adalah perilaku pencarian puting payudara ibu sesaat setelah bayi
lahir. (Prasetyono,2008)
c. Masa - masa belajar menyusu dalam satu jam pertama hidup bayi diluar kandungan disebut
Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami
mengembalikan bayi untuk menyusui, yaitu dengan memberi kesempatan pada bayi untuk
mencari dan mengisap ASI sendiri, dari satu jam pertama pada awal kehidupannya. (Roesli,
2008).
d. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah perilaku bayi untuk mencari puting susu ibunya dan
melakukan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya ketika satu jam pertama setelah bayi
e. Inisiasi menyusu dini adalah permulaan yang awal sekali dimana bayi diberi kesempatan
menyusu atau mencari puting payudara dengan cara merangkak di dada ibu ( Khasanah,2011
f. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah rangkaian kegiatan dimana bayi yang baru saja lahir
secara naluri melakukan aktivitas – aktivitas yang diakhiri dengan menemukan puting susu
ibunya dan segera menyusu dari puting susu ibunya (Hartati, 2008).
Prinsip dalam Inisiasi Menyusu Dini ( IMD) adalah bayi diberikan kesempatan untuk
mengembangkan instingnya dalam menyusu kepada ibunya. Setiap bayi lahir memiliki
insting dan refleks yang sangat kuat pada satu jam pertama kelahirannya. Lebih dari 1 jam
maka refleks bayi akan menurun dan baru menguat kembali setelah 40 jam. Jadi, sangatlah
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang dapat mendorong kita untuk melakukan IMD
a. Percayalah bahwa bayi dapat melakukan ini sendiri. Sebenarnya ada kodrat alami seorang
pertama. Bayi akan menyukai ASI dan ibu tidak akan kekurangan untuk memberikan ASI
c. Jangan mengkhawatirkan bayi kita akan kedinginan karena tanpa pakaian apapun harus
dibiarkan selama 1 jam untuk mencari puting susu ibunya. Hal ini karena kulit ibu dapat
d. Inisiasi Menyusu Dini dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi, serta mengurangi tingkat
e. Gerakan bayi yang merangkak mencari puting susu dapat menekan rahim dan mengeluarkan
f. Bila bayi melakukan IMD menangis, jangan cepat-cepat menyerah untuk memberikan ASI.
Bayi yang menangis belum tentu karena merasa lapar,biarkan bayi menemukan susu sendiri.
g. Bila persalinan harus melalui proses Caesar kita tetap dapat melakukan IMD walaupun
F. ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu kepada bayi umur 0 – 6 bulan tanpa diberikan
makanan atau minuman tambahan selain obat untuk terapi ( pengobatan penyakit ). ASI
merupakan satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik,
psikologi sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi , hormon, unsur kekebalan
pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur
zat makanan. ASI adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah yang memenuhi
kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit.
Keseimbangan zat – zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susu
memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang sama ASI
juga sangat kaya akan sari – sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan
perkembangan system saraf.
Ibu bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayi, banyak solusi
yang ditawarkan untuk tetap memberikan ASI eksklusif, dan yang terpenting di sini adalah
perubahan mindset serta komitment sebagai orang tua yang selalu mementingkan kesehatan
dan tumbuh kembang bayi.
Ada beberapa hal yang harus diketahui oleh ibu bekerja dalam pemberian ASI Eksklusif
yaitu :
Memberikan ASI sangatlah penting dilakukan oleh seorang ibu minimal hingga bayinya
berusia 6 bulan. Berikut merupakan manfaat pemberian ASI menurut Kristiyansari (2009):
g. Bayi Sakit
Bayi sakit dengan indikasi khusus tidak diperbolahkan mendapatkan makanan per oral,
tetapi pada saat kondisi bayi sudah memungkinkan maka berikan ASI. Menyusui bukan
kontraindikasi pada bayi sakit dengan muntah-muntah ataupun diare. Posisi menyusui yang
tepat dapat mencegah timbulnya muntah, antara lain dengan posisi duduk. Berikan ASI
sedikit tapi sering kemudian sendawakan. Pada saat bayi akan ditidurkan, posisikan
tengkurap atau miring kanan untuk mengurangi bayi tersedak karena regurgitasi.
Pengertian Laktasi
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi
menghisap dan menelan ASI.
Payudara disebut Glandulla Mammae, berkembang sejak usia janin 6 minggu dan membesar
karena pengaruh hormon ibu yang tinggi yaitu estrogen dan progesteron. Estrogen
meninggkatkan pertumbuhan duktus-duktus dan saluran penampung. Prosesteron merangsang
pertumbuhan tunas-tunas alveoli. Hormon-hormon lain seperti prolaktin, growth hormon,
adenokostikosteroid. dan tiroid juga diperlukan dalam kelenjar air susu.
Payudara tersusun dari jaringan kelenjar, jaringan ikat, dan jaringan lemak. Diameter
payudara sekitar 10-12 cm. Pada wanita yang tidak hamil berat rata-r4ata sekitar 200 gram,
tergantung individu. Pada akhir kehamilan beratnya berkisar 400-600 gram, sedangkan pada
waktu menyusui beratnya mencapai 600-800 gram.
Besarnya payudara setiap wanita berbeda, tidak menjadi ukuran banyaknya ASI yang di
produksi. Payudara terbagi 3 bagian:
a. Kulit
20-40 duktuli. Duktulus bercabang-cabang menjadi 10-100 alveolus yang berfungsi sebagai
satu kasatuan kelenjar. Payudara merupakan kumpulan dari sejumlah kelenjar susu tunggal.
Sebelum bermuara pada puting susu, masing-masing duktus melebar membentuk ampulla
atau sinus yang akan berfungsi sebagai gudang air susu ibu. Sinus, duktus, dan alveolus
dikelilingi oleh myoepitel yang dapat
berkontraksi untuk memompa ASI. Alveolus juga dikelilingi pembuluh darah yang memberi
zat-zat gizi pada sel-sel kelenjar air susu untuk proses pembentukan atau sintesis air susu ibu.
1. Jaringan ikat
2. Jaringan lemak
3. Pembuluh darah
4. Syaraf
5. Pembuluh limpa
Puting susu dan areola (daerah sekitar puting susu yang berpigmentasi lebih) adalah gudang
susu yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Pada puting susu dan
areola terdapat ujung-ujung syaraf peraba yang penting pada proses refleks saat menyusui.
Puting susu mengandung otot polos yang dapat berkontraksi sewaktu ada rangsangan
menyusu. Dengan cekapan bibir bayiyang menyeluruh pada daerah tersebut, ASI akan keluar
dengan lancar.
Pada umumnya putting susu menonjol keluar. Meskipun demikian, kadang dijumpai putting
yang panjang, datar (flat nipples), atau masuk ke dalam (inverted nipples). Namun, bentuk
putting tidak selalu berpengaruh pada proses laktasi. Hal terpenting adalah bahwa putting
susu dan areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan seperti dot ke dalam mulut bayi.
Kadang-kadang terdapat pula putting yang tidak lentur, terutama pada bentuk yang terbenam
sehingga butuh penanganan khusus, ibu dengan kondisi seperti itu perlu mendapatkan
perawatan payudara sejak sebelum masa laktasi.
Pada ujung putting susu terdapat 15-25 muara lobus (duktus laktiferus), sedangkan areola
mengandung sejumlah kelenjar, misalnya Kelenjar Montgory yang berfungsi sebagai kelenjar
minyak yang mengeluarkan cairan agar putting tetap lunak dan lentur.
2) Fisiologi Laktasi
Kemampuan laktasi setiap ibu berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang lebih
besar dibanding dengan yang lain. Dari segi fisiologi, kemampuan laktasi mempunyai
hubungan dengan makanan, faktor endokrin, dan faktor fisiologi.
Pada masa hamil terjadi perubahan payudara, terutama mengenai besarnya. Hal ini
disebabkan oleh berkembangnya kelenjar payudara proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan
sel-sel- kelenjar pembuatan air susu ibu. Proses proliferasi dipengaruhi oleh hormon yang
dihasilkan plasenta yaitu laktogen, prolaktin, koriogonadotropin, estrogen dan progesteron.
Selain itu, perubahan tersebut juga disebabkan bertambah lancarnya peredaran darah pada
payudara.
Pada kehamilan lima bulan atau lebih, kadang-kadang dari ujung putting keluar cairan yang
disebut kolostrum. Sekresi (keluarnya) cairan tersebut karena pengaruh hormon laktogen dari
plasenta dan hormon prolaktin dari hipofise. Keadaan tersebut adalah normal, meskipun
cairan yang dihasilkan tidak berlebihan sebab meskipun kadar prolaktin cukup tinggi,
pengeluaran air susu juga dihambat oleh hormon estrogen.
Setelah persalinan kadar estrogen dan progesteron menurun dengan lepasnya plasenta,
sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap prolaktin dan
estrogen. Oleh karena itu, air susu ibu segera keluar. Biasanya, pengeluaran air susu dimulai
pada hari kedua atau ketiga setelah kelahiran. Setelah persalinan, segera susu-kan bayi karena
akan memacu lepasnya prolaktin dari hipofise sehingga pengeluaran air susu bertambah
lancar. Dua hari pertama pasca persalinan, payudara kadang-kadang terasa penuh dan sedikit
sakit. Keadaan yang disebut engorgement disebabkan oleh bertambahnya peredaran darah ke
payudaran serta mulainya laktasi yang sempurna.
Ada beberapa refleks yang berpengaruh terhadap kelancaran laktasi. Refleks yang terjadi
pada ibu, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran (let down reflex). Kedua refleks ini
bersumber dari rangsangan putting susu akibat isapan bayi. Adapun refleks pada bayi, yaitu
refleks menangkap (rooting refleks), refleks mengisap, dan refleks menelan. Refleks tersebut
adalah dasar dari laktasi.
a. Refleks prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung syaraf peraba yang terdapat pada putting susu terangsang.
Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu
dilanjutkan ke bagian depan kelenjar hipofise yang memacu pengeluaran hormon prolaktin ke
dalam darah.
Melalui sirkulasi, prolaktin memacu sel kelenjar memproduksi air susu. Jadi, semakin sering
bayi menyusu, semakin banyak prolaktin yang dilepas oleh hipofise, sehingga semakin
banyak air susu yang diproduksi oleh sel kelenjar. Prolaktin terdiri dari protein yang sangat
kompleks dan belum dapat dibuat secara sintesis. Oleh karena itu, tindakan sering menyusui
bayi merupakan cara terbaik untuk mendapatkan air susu yang banyak.
b. Refleks Aliran
Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantar sampai bagian belakang kelenjar
hipofise yang akan melepaskan hormon oksitosin masuk ke dalam darah. Oksitosin akan
memacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktuli berkontraksi sehingga
memeras air susu dari alveoli, duktuli, dan sinus menuju putting susu.
Dengan demikian, sering menyusui sampai payudara terasa kosong sangat penting agar tidak
terjadi pembendungan pada payudara. Pembendungan pada payudara akan menimbulkan rasa
tidak nyaman dan sakit. Tidak jarang, mengakibatkan payudara mudah terkena infeksi.
Kadang-kadang, tekanan akibat kontraksi otot-otot polos tersebut begitu kuat sehingga air
susu menyembur keluar. Hal ini dapat menyebabkan bayi tersedak. Keluarnya air susu karena
kontraksi otot polos tersebut disebut refleks aliran.
Oksitosin juga mempengaruhi jaringan otot polos rahim berkontraksi sehingga mempercepat
lepasnya plasenta dari dinding rahim dan membantu mengurangi terjadinya perdarahan. Oleh
karena itu, setelah bayi lahir harus segera disusukan pada ibunya jika keadaan
memungkinkan. Dengan seringnya menyusui, penciutan rahim akan semakin cepat dan makin
baik. Perlu ibu ketahui, tidak jarang perut ibu terasa mulas yang sangat pada hari-hari
pertama menyusui. Hal ini merupakan mekanisme alamiah yang baik untuk kembalinya
rahim pada bentuk semula.
Refleks aliran dipengaruhi oleh keadaan kejiwaan ibu, Rasa khawatir dan rasa sakit (misalnya
luka jahitan) yang dirasakan ibu dapat menghambat refleks tersebut. Diduga, hal tersebut
menyebabkan lepasnya adrenalin yang menghambat oksitosin tidak dapat mencapai otot
polos. Dengan demikian, tidak ada rangsangan kontraksi dari otot polos.
Jika disentuh pipinya, bayi akan menoleh ke arah sentuhan. Jika bibirnya dirangsang atau
disentuh, bayi akan membuka mulut dan berusaha mencari putting untuk menyusu. Keadaan
tersebut dikenal dengan istilah reflaks menangkap.
d. Refleks Mengisap.
Reflaks mengisap pada bayi akan timbul jika putting merangsang langit-langit (palatum)
dalam mulutnya. Untuk dapat merangsang langit-langit bagian belakan secara sempurna,
sebagian besar areola harus tertangkap oleh mulut (masuk ke dalam mulut) bayi. Dengan
demikian, sinus laktiferus yang berada di bawah areola akan tertekan oleh gusi, lidah, serta
langi-langit sehingga air susu diperas secara sempurna ke dalam mulut bayi.
e. Refleks Menelan
Air susu yang penuh dalam mulut bayi akan ditelan sebagai pernyataan reflaks menelan dari
bayi. Pada saat bayi menyusu, akan terjadi peregangan putting susu dan areola untuk mengisi
rongga mulut. Oleh karena itu, sebagian besar areola harus ikut ke dalam mulut. Lidah bayi
akan menekan ASI keluar dari sinus laktiferus yang berada di bawah areola.
Mekanisme menyusu pada payudara berbeda dengan mekanisme minum dengan botol ayau
dot. Dot memiliki karet panjang yang tidak perlu diregangkan sehingga bayi tidak perlu
mengisap kuat. Jika bayi telah diajarkan minum dari botol/dot, akan timbul kesulitan
menyusu pada ibunya. Ia akan mencoba mengisap, seperti halnya mengisap dot. Pada
keadaan ini, ibu dan bayi perlu bantuan untuk belajar proses ini dengan baik dan benar.
Berikut mekanisme menyusu pada ibu :
• Lidah ditarik mundur untuk membawa putting menyentuh langit-langit dan areola di dalam
mulut bayi.
• Timbul refleks mengisap pada bayi dan refleks aliran pada ibu.
Bibir terbuka untuk menerima putting dari dot dan otot-otot pipi mengendor.
Putting karet terletak di atas lidah, menyentuh langit-langit lunak.
Lidah bergerak ke depan untuk menekan putting karet pada gusi dan langit-langit
sedemikian rupa untuk mengatur aliran susu.
• MotivaSi diri dan dukungan suami/keluarga untuk menyusui bayinya sangat penting.
• Kondisi status gizi ibu yang buruk dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas ASI.
Oleh karena itu, hindari faktor-faktor di atas dengan lebih meningkatkan percaya diri,
melakukan perawatan payudara secara rutin, serta lebih sering menyusui tanpa dijadwal
sesuai kebutuhan bayinnya. Semakin sering bayi menyusu dan semakin kuat daya isapnya,
payudara akan memproduksi ASI lebih banyak.
Produksi ASI selalu berkesinambungan. Setelah payudara disusukan, ASI akan terasa kosong
dan payudara melunak. Pada keadaan ini ibu tetap tidak akan kekurangan ASI karena ASI
akan terus diproduksi, asal bayi tetap mengisap serta ibu cukup makan dan minum. Selain itu
ibu mempunyai keyakinan mampu memberikan ASI pada bayinya. Dengan demikian, ibu
dapat menyusui bayinya secara eksklusif murni selama 4-6 bulan dan tetap memberikan ASI
sampai anak berusia dua tahun untuk mendapatkan anak yang sehat dan cerdas.
B. DUKUNGAN BIDAN DALAM MEMBERIKAN ASI
1. Yakinkan ibu bahwa ibu dapat menyusui, dan ASI adalah yang terbaik untuk bayinya serta
ibu dapat memproduksi ASI yang mencukupi kebutuhan bayi dan tidak tergantung pada besar
kecilnya payudara ibu.
4. Ibu mengetahui setiap perubahan fisik yang terjadi pada dirinya dan mengerti bahwa
perubahan tersebut normal.
5. Ibu mengetahui dan mengerti akan pertumbuhan dan perilaku bayi dan bagaimana
seharusnya menghadapi dan mengatasinya.
7. Biarkan bayi bersama ibunya segera sesudah dilahirkan selama beberapa jam pertama. Ini
penting sekali untuk membina hubungan/ikatan disamping bagi pemberian ASI. Bayi yang
normal berada dalam keadaan bangun dan sadar selama beberapa jam pertama sesudah lahir.
Kemudian mereka akan memasuki suatu masa tidur pulas. Penting untuk membuat bayi
menerima ASI pada waktu masih terbangun tersebut. Seharusnya dilakukan perawatan mata
bayi pada jam pertama sebelum atau sesudah bayi menyusui untuk pertama kalinya. Buatlah
bayi merasa hangat dengan membaringkannya dan menempel pada kulit ibunya dan
menyelimuti mereka. Jika mungkin dilakukan ini paling sedikit 30 menit, karena pada saat
itulah kebanyakan bayi siap menyusui.
8. Ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang
timbul. Ibu harus menjaga agar tangan dan putting susunya selalu bersih untuk mencegah
kotoran dan kuman masuk ke dalam mulut bayi. Ini juga mencegah luka pada putting susu
dan infeksi pada payudara. Seorang ibu harus mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum
menyentuh putting susunya dan sebelum menyusui bayinya. Ibu juga harus mencuci tangan
sesudah membuang air kecil atau air besar atau menyentuh sesuatu yang kotor.
Ibu harus membersihkan payudaranya dengan air bersih satu kali sehari, tidak boleh
mengoleskan krim, minyak, alkohol atau sabun pada putting susunya.
- Berbaring miring. Ini posisi yang amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau
bila ibu merasa lelah atau merasa nyeri
- Duduk. Penting untuk memberikan topangan / sandaran pada punggung ibu dalam posisinya
tegak lurus (90’) terhadap pangkuannya.
Tanda-tanda bahwa bayi telah berada pada posisi yang baik pada payudara.
d) Anda dapat melihat bayi melakukan hisapan yang lamban dan dalam, dan
e) menelan ASI-nya.
10. Bayi harus ditempatkan dekat ibunya di kamar yang sama (rawat gabung, rooming in).
Dengan demikian ibu dapat dengan mudah menyusui bayinya bila lapar. Ibu harus belajar
mengenali tanda-tanda yang menunjukan bahwa bayinya lapar. Bila ibu terpisah tempatnya
dari bayi maka ibu akan lebih lama belajar mengenali tanda-tanda tersebut.
Biasanya bayi baru lahir minum ASI setiap 2-3 jam atau 10-12 kali dalam 24 jam. Selama 2
hari pertama sesudah lahir beberapa bayi tidur panjang selama 6-8 jam. Untuk memberikan
ASI pada bayi dengan cara membangunkannya selama siklus tidurnya setia 2-3 jam.
Makanan lain termasuk air dapat membuat bayi sakit dan menurunkan persediaan ASI
ibunya, karena ibu memproduksi ASI tergantung pada seberapa banyak ASI dihisap oleh
bayi. Makin banyak ASI yang dihisap oleh bayi makin banyak produksi ASI ibu.
Susu botol dan dot empeng membuat bayi bingung putting karena mekanisme menghisap
botol dandot empeng berbeda dari mekanisme menghisap putting susu pada ibunya.
14. Mendukung suami dan keluarga yang mengerti bahwa ASI dan menyusui paling baik
untuk bayi, untuk memberikan dorongan yang baik bagi ibu agar lebih berhasil dalam
menyusui
15. Peran petugas kesehatan sangat penting dalam membantu ibu-ibu menyusui yang
mengalami hambatan dalam menyusui.
16. Imflikasi kode WHO, yaitu a.l : melarang promosi PASI, melarang pemberian sample
PASI, bidan tidak boleh menerima hadiah dari produsen PASI, mencantumkan komposisi dan
mencantumkan bahwa ASI adalah yang terbaik, petugas harus mendukung pemberian ASI,
protein yang spesipik untuk perlindungan terhadap alergi dan merangsang sistem kekebalan
tubuh
2) Komposisi ASI sangat baik karena mempunyai kandungan protei, karbohidrat, lemak dan
mineral yang seimbang.
3) ASI memudahkan kerja pencernaan, mudah diserap oleh usus bayi serta mengurangi
timbulnya gangguan pencernaan seperti diare atau sembelit.
4) Bayi yang minum ASI mempunyai kecenderungan memiliki berat badan ideal.
5) ASI mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi
termasuk untuk kecerdasan bayi.
6) Secara alamiah ASI memberikan kebutuhan yang sesuai dengan usia kelahiran bayi.
7) ASI bebas kuman karena diberikan langsung dari payudara sehingga kebersihannya
terjamin.
8) ASI mengandung banyak kadar selenium yang melindungi gigi dari kerusakan.
9) Menyusui akan melatih daya hisap bayi dan membantu mengurangi insiden maloklusi dan
membentu otot pipi yang baik.
b. Menyusui secara teratur akan menurunkan berat badan secara bertahap karena pengeluaran
energi untuk ASI dan proses pembentukannya akan mempercepat kehilangan lemak.
c. Pemberian ASI yang cukup lama dapat memperkecil kejadian karsinoma payudara dan
karsinoma ovarium.
d. Pemberian ASI mudah karena tersedia dalam keadaan segar dengan suhu yang sesuai
sehingga dapat diberikan kapan dan dimana saja.
2) Aspek Keluarga Berencana
Pemberian ASI secara eksklusif dapat berfungsi sebagai kontrasepsi karena isapan bayi
merangsang hormon prolaktin yang menghambat terjadinya ovulasi sehingga menunda
kesuburan.
3) Aspek Psikologis
Menyusui memberikan rasa puas, bangga dan bahagia pada ibu yang berhasil menyusui
bayinya dan memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak.
a. Aspek Ekonomi
• Mengurangi biaya perawatan sakit karena bayi yang minum ASI tidak mudah terkena
infeksi
b. Aspek Psikologis
Memberikan kebahagian pada keluarga dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan
keluarga.
c. Aspek Kemudahan
Faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik, karena
ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi.
Subsidi untuk rumah sakit berkurang karena rawat gabung akan memperpendek lama rawat
ibu dan bayi serta mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial.
ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional, jika semua ibu menyusui dapat menghemat
devisa yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.
Anak yang mendapatkan ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga kualitas
generasi penerus bangsa akan terjamin.
D. KOMPOSISI GIZI DALAM ASI
1. Lemak
Lemak merupakan sumber kalori utama dalam ASI dengan kadar 3,5%-4,5%. Lemak mudah
diserap oleh bayi karena enzim lipase yang terdapat dalam sistem pencernaan bayi dan ASI
akan mengurai Trigliserida menjadi Gliserol dan Asam Lemak. Keunggulan lemak ASI
mengandung asam lemak esensial yaitu Docosahexaenoic Acid (DHA) Arachionoic Acid
(AA) berguna untuk pertumbuhan otak. Kadar kolesterol dalam ASI lebih tinggi karena untuk
merangsang enzim protektif yang membuat metabolisme kolesterol menjadi efisien.
2. Karbohidrat
Karbohidrat utama dalamASI adalah laktose dengan kadar 7 gram %. Laktose mudah terurai
menjadi Glukose dan Galaktose oleh enzim Laktose yang terdapat dalam mukosa saluran
pencernaan bayi sejak lahir. Laktose juga bermanfaat untuk mempertinggi absofsi Kalsium
dan merangsang pertumbuhan Laktobasilus Bifidus.
3. Protein
Protein dalam susu adalah kasein dan whey kadarnya 0,9 %. Selain itu
terdapat dua macam asam amino yaitu sistin dan taurin. Sistin diperluka untuk pertumbuhan
somatik sedangkan taurin untuk pertumbuhan otak
- Zat Besi
Jumlah zat besi dalam ASI termasuk sedikit tetapi mudah diserap. Zat besi berasal dari
persediaan zat besi sejak bayi lahir, dari pemecahan sel darah merah dan dari zat besi yang
terkandung dalam ASI. Dengan ASI bayi jarang kekurangan zat besi
- Seng
Seng diperlukan untuk pertumbuhan perkembangan dan imunitas, juga diperlukan untuk
mencegah penyakit akrodermatitis enteropatika (penyakit kulit dan sistim pencernaan)
5. Vitamin
- Vitamin K
- Vitamin E
- Vitamin D
Berfungsi untuk pembentukan tulang dan gigi.
6. Zat Protektif
- Imunoglobulin
Semua jenis imunoglobulin terdapat dalam ASI, seperti IgA, IgG, IgM, IgD, dan IgE yang
berguna untuk imunitas terhadap penyakit.
- Lisosi
Enzim lisosim dalam ASI berfungsi untuk memecah dinding bakteri dan antiinflamasi.
- Laktoperoksidase
Enzim ini beserta dengan peroksidase hidrogen dan ion tioksinat membantu membunuh
streptokokus.
- Lactobasillus bifidus
Lactobasilus bifidus berfungsi mengubah laktose menjadi asam laktat dan asam asetat,
menjadikan saluran pencernaan bersifat asam sehingga menghambat pertumbuhan
mokroorganisme patogen.
Kedua zat ini merupakan peotein dalam ASI yang berfungsi menghambat pertumbuhan
stapilokokus dan E.coli , dengan cara mengikat zat besi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhannya sehingga kuman tersebut tidak mendapatkan zat besi.
- Komplemen C3 dan C4
- Sel makrofag
Sel makrofag berfungsi membunuh kuman dan membentuk kimplemen C3, C4, lisosim serta
lactoferin.
1. Bimbingan prenatal
2. Perawatan payudara dan putting susu sedini mungkin dimulai sejak kehamilan trisemester
III.
8. Dukungan pada ibu secara psikologis dari suami, keluarga dan bidan
Vitamin
Mineral
1. SISTEM REPRODUKSI
Perubahan fisiologis terjadi sejak hari pertama melahirkan. Adapun perubahan fisik
yang terjadi adalah : Pada masa nifas, alat genetalia external dan internal akan berangsur–
Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan
hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke
ukuran sebelum hamil , 6 sampai 8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat
pada sekitar minggu ke empat, walaupun tidak akan semenonjol pada wanita nulipara. Pada
umumnya rugae akan memipih secara permanen. Mukosa tetap etrofik pada wanita menyusui
sekurang – kurangnya sampai menstruasi dimulai kembali . Penebalan mukosa vagina terjadi
pelumas vagina dan penipisan mukosa vagina . kekeringan local dan rasa tidak nyaman saat
koitus ( dispereunia ) menetap sampai fungsi ovarium kembali normal dan menstruasi
dimulai lagi. Biasanya wanita dianjurkan menggunakan pelumas larut saat melakukan
daerah episiotomi atau jahitan laserasi . Perbaikan yang cermat , pencegahan , atau
pengobatan dini hematoma dan hygiene yang baik selama dua minggu pertama setelah
melahirkan biasanya membuat introitus dengan mudah dibedakan dengan introitus pada
wanita nulipara.
Pada umumnya episiotomy hanya mungkin dilakukan bila wanita berbaring miring
dengan bokong diangkat atau ditempatkan pada posisi litotomi. Penerangan yang baik
diperlukan supaya episiotomy dapat terlihat jelas. Proses penyembuhan luka episiotomy sama
dengan luka operasi lain. Tanda – tanda infeki ( nyeri , panas , merah , bengkak atau rabas )
atau tepian insisi tidak saling mendekat bisa terjadi. Penyembuhan harus berlangsung dalam 2
sampai 3 minggu.
Hemoroid ( varises anus ) umumnya terlihat . Wanita sering mengalami gejala terkait
, seperti rasa gatal , tidak nyaman , dan perdarahan berwarna merah terang pada waktu
defecator. Ukuran hemoroid biasanya mengecil beberapa minggu setelah bayi lahir.
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan . Delapan belas jam pasca
partum , serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk
semula . Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa , tipis dan rapuh selama
beberapa hari setelah ibu melahirkan . Ektoserviks ( bagian serviks yang menonjol ke vagina
) terlihat memar dan ada sedikit laserasi kecil – kondisi yang optimal untuk perkembangan
bertahap. 2 jari mungkin masih dapat dimasukkan kedalam muara serviks pada hari ke 4
sampai ke-6 pasca partum, tetapi hanya tangkai kuret terkecil yang dapat dimasukkan pada
akhir minggu ke – 2. Muara serviks eksterna tidak akan berbentuk lingkaran seperti sebelum
melahirkan , tetapi terlihat memanjang seperti suatu celah , sering disebut seperti mulut ikan
Setelah plasenta lahir, uterus berangsur – angsur menjadi kecil sampai akhirnya
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi terlihat pada table:
Kehamilan yang sukses membutuhkan peningkatan aliran darah uterus yang cukup
besar. Untuk menyuplainya , arteri dan vena di dalam uterus , terutama plasenta , menjadi
luar biasa membesar , begitu juga pembuluh darah ke, dan dari uterus . Di dalam uterus ,
pembentukan pembuluh – pembuluh darah baru juga menyebabkan peningkatan aliran darah
yang bermakna. Setelah pelahiran , kepiler pembuluh darah ekstra uterin berkurang sampai
Pada masa nifas , di dalam uterus pembuluh – pembuluh darah mengalami obliterasi
Resorpsi residu hialin dilakukan melalui suatu proses yang menyerupai proses pada ovarium
setelah ovulasi dan pembentukan korpus luteum . Namun , sisa – sisa dalam jumlah kecil
laserasi terutama di bagian lateral . Ostium serviks berkontraksi perlahan , dan beberapa hari
setelah bersalin ostium serviks hanya dapat ditembus oleh dua jari. Pada akhir minggu
pertama , ostium tersebut telah menyempit . Karena ostium menyempit , serviks menebal dan
anal kembali terbentuk . Meskipun involusi telah selesai , os eksternum tidak dapat
sepenuhnya kembali ke keadaan seperti sebelum hamil. Os ini tetap agak melebar , dan
depresi bilateral pada lokasi laserasi menetap sebagai perubahan yang permanen dan menjadi
ciri khas serviks para. Harus diingat juga bahwa epitel serviks menjalani pembentukan
kembali dalam jumlah yang cukup banyak sebagai akibat pelahiran bayi. Contohnya , Ahdoot
dan rekan ( 1998 ) menemukan bahwa sekitar 50 % wanita dengan sel skuamosa
Segmen bawah uterus yang mengalami penipisan cukup bermakna akan berkontraksi
dan tertarik kembali , tapi tidak sekuat pada korpus uteri. Dalam waktu beberapa minggu ,
segmen bawah telah mengalami perubahan dari sebuah struktur yang tampak jelas dan cukup
besar untuk menampung hampir seluruh kepala janin , menjadi isthmus uteri yang hampir tak
terlihat dan terletak di antara korpus uteri diatasnya dan os internum serviks di bawahnya.
3) Involusi Uteri
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut
involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos
uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di
bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini
besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 1 minggu (kira-kira
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri mencapai 1 cm di atas tali umbilikus. Dalam
beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun kira-
kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pascapartum keenam fundus normal akan berada
di pertengahan antara umbilikus dan simfisis pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi pada abdomen
Uterus, yang pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat sebelum hamil,
berinvolusi menjadi kira-kira 500 g, 1 minggu setelah melahirkan dan 350 g, 2 minggu
setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul sejati lagi. Pada minggu ke enam,
beratnya sampai 60 g. Dan pada minggu ke-8, uterus memiliki berat 30 g, yaitu sebesar uterus
masif uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uterus prenatal tergantung pada hiperplasia,
pningkatan jumlah sel-sel otot, dan hipertrofi, pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada masa
perusakan sacara langsung jaringan hipertiroid yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang
terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebab ukuran uterus sedikit lebih besar
setelah hamil.
4) Subinvolusi uterus
Istilah ini menggambarkan suatu keadaan menetapnya atau terjadinya retardasi
involusi , proses yang normalnya menyebabkan uterus nifas ke bentuk semula. Proses ini
disertai pemanjangan masa pengeluaran lokhia dan peradangan uterus yang berlebihan atau
irregular dan terkadang juga disertai perdarahan hebat. Pada pemeriksaan bimanual , uterus
teraba lebih besar dan lebih lunak dibandingkan normal untuk periode nifas tertentu.
Penyebab subinvolusi yang telah diakui antara lain retensi potongan plasenta dan infeksi
panggul. Karena hampir semua kasus sub involusi disebabkan oleh penyebab local , keadaan
ini biasanya dapat diatasi dengan diagnosis dan penatalaksanaan dini. Pemberian ergonovin (
Ergotrate ) atau metilergonovin ( Methergine )0,2 mg setiap 3 atau 4 jam selama 24 jam
Di lain pihak , metritis berespon baik terhadap terapi antibiotic oral. Wager dan rekan ( 1980
) melaporkan bahwa hampir sepertiga kasus infeksi uterus post partum awitan lambat
sudah tepat.
40 hari postpartum akibat arteri uteroplasental yang tidak berinvolusi. Arteri – arteri
abnormal ini ditandai oleh tidak adanya lapisan endotel dan pembuluhnya yang terisi
thrombus . Trofoblas periaurikular juga tampak pada dinding pembuluh – pembuluh ini dan
interaksi aberan antara sel –sel uterus dengan trofoblast , setidaknya berdasarkan hasil
5) Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah lahir, diduga
terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang terutama akibat
kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah, dan membantu hemostatis. Selama 1 sampai
2 jam pertama pascapartum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak
teratur. Karena penting sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus selama masa ini,
biasanya suntikan oksitosin (pitosin) secara intravena atau intramuskular diberikan segera
stelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan
bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang
pelepasan oksitosin.
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap
kencang. Ralaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan bisa
menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang masa awal puerperium. Rasa nyeri setelah
melahirkan ini akan lebih nyata dirasakan oleh ibu melahirkan dengan kondisi tertentu,
misalnya pada persalinan yang overdistensi / peregangan berlebih yaitu pada kasus bayi besar
(makrosomia) atau bayi kembar. Menyusui dan oksitosin tambahan biasanya meningkatkan
nyeri ini karena keduanya merangsang kontraksi uterus. Biasanya nyeri ini berkurang
7) Lokhia
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir seringkali lokia , mula - mula berwarna
merah , kemudian berubah menjadi merah tua atau merah coklat . Rabas ini dapat
mengandung bekuan darah kecil. Selama dua jam pertama setelah lahir , jumlah cairan yang
keluar dari uterus tidak boleh lebih dari jumlah maksimal yang keluar selama menstruasi .
Lokia rubra terutama mengandung darah. Aliran menyembur , menjadi merah muda
atau coklat setelah 3 sampai 4 hari ( lokia serosa ). Lokia serosa terdiri dari darah lama ( old
blood ) , serum , leukosit , dan debris jaringan . sekitar 10 hari setelah bayi lahir , warna
cairan ini menjadi kuning sampai putih ( lokia alba ). Lokia alba mengandung leukosit ,
desidua , sel epitel , mucus , serum , dan bakteri. Lokia alba bisa bertahan selama 2 sampai 6
darah pasca partum secara subyektif dengan mengkaji jumlah cairan yang menodai tampon
perineum . cara mengukur lokia yang obyektif ialah dengann menimbang tampon perineum
sebelum dipakai dan setelah dilepas. Setiap peningkatan berat sebesar 1 gram setara dengan 1
ml darah . seluruh perkiraan cairan lokia tidak akurat bila factor waktu tidak
dipertimbangkan. Seorang wanita yang mengganti satu tampon perineum dalam waktu 1 jam
atau kurang mengeluarkan lebih banyak darah daripada wanita yang mengganti tampon
setelah 8 jam.
pemberiannya , lokia yang mengalir biasanya sedikit sampai efek obat hilang . setelah operasi
sesaria , jumlah lokia yang keluar biasanya lebih sedikit. Cairan lokia biasanya meningkat ,
jika klien melakukan ambulasi dan menyusui. Setelah berbaring di tempat tidur selama kurun
waktu yang lama , wanita dapat mengeluarkan semburan darah saat ia berdiri , tetapi hal ini
Lokia rubra yang menetap pada wal periode pascapartum menunjukkan perdarah
berlanjut sebagai akibat fragmen plasenta atau membrane yang tertinggal. Terjadinya
perdarahan ulang setelah hari ke – 10 pasca partum menandakan adanya perdarahan pada
bekas tempat plasenta yang mulai memulih. Namun , setelah 3 sampai 4 minggu , perdarahan
mungkin disebabkan oleh infeksi atau sub involusi . Lokia serosa atau lokia alba yang
berlajut bisa menandakan endometritis , terutama jika disertai demam , rasa sakit , atau nyeri
tekan pada abdomen yang dihubungkan dengan pengeluaran cairan . Bau lokia menyerupai
bau cairan menstruasi , bau yang tidak sedap biasanya menandakan infeksi.
Perlu diingat bahwa tidak semua perdarahan pervaginam pascapartum lain ialah
laserasi vagina atau serviks yang tidak diperbaiki dan perdarahan bukan lokia.
waktu sampai 6 minggu . Proses ini mempunyai kepentingan klinis yang besar , karena bila
proses ini terganggu , dapat terjadi perdarahan nifas awitan lambat . Segera setelah pelahiran ,
tempat melekatnya plasenta kira – kira berukuran sebesar telapak tangan , tetapi dengan cepat
.Dalam waktu beberapa jam setelah pelahiran , tempat melekatnya plasenta biasanya terdiri
atas banyak pembuluh darah yang mengalami thrombosis yang selanjutnya mengalami
Involusi tidak dipengaruhi oleh absorpsi in situ , namun oleh suatu proses
pertumbuhan endometrium ke bawah dari tepi – tepi melekatnya plasenta dan sebagian oleh
perkembangan jaringan endometrium dari kelenjar dan stroma yang tertinggal di bagian
dalam desidua basalis setelah pelepasan plasenta . Proses eksfoliasi semacam itu dianggap
sebagai suatu ketetapan yang bijaksana ; sebaliknya kesulitan besar akan dialami dalam
penyelapan arteri yang mengalami obliterasi dan thrombus yang mengalami organisasi , yang
bila menetap in situ , akan segera mengubah banyak bagian mukosa uterus dan miometrium
plasenta berlangsung sebagai akibat pengelupasan jaringan superficial yang mengalami infark
Perdarahan uterus yang serius kadang terjadi 1 sampai 2 minggu pada masa nifas
.Perdarahan paling sering disebabkan involusi abnormal tempat melekatnya plasenta , namun
dapat pula disebabkan oleh retensi sebagian plasenta. Biasanya bagian plasenta yang
tertinggal mengalami nekrosis tanpa deposit fibrin, dan pada akhirnya akan membentuk polip
plasenta . Apabila serpihan polip terlepas dari miometrium , perdarahan hebat dapat terjadi.
Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Lee dan rekan ( 1981 ) terhadap 3.822
wanita yang melahirkan dalam periode 1 – tahun di Henry Ford Hospital , 27 wanita ( 0,7
persen ) mengalami perdarahan uterus yang signifikan setelah 24 jam pertama postpartum .
sonografik , dan yang penting , hanya satu wanita yang mengalami retensi jaringan plasenta.
Telah menjadi kesepakatan umum bahwa pada perdarahan uterus postpartum awitan –
lambat , diperlukan tindakan kuretase yang sesuai . Meski demikian ,kuretase setelah
perdarahan nifas awitan lambat biasanya tidak mampu mengeluarkan jaringan plasenta dalam
jumlah banyak, dan perdarahan justru sering bertambah parah . Sehingga , alih – alih
berikutnya.Secara umum, kuretase dikerjakan hanya apabila terjadi perdarahan yang menetap
dalam jumlah cukup banyak atau berulang bahkan setelah diberi penatalaksanaan awal.
Dalam waktu 2 atau 3 hari setelah pelahiran , setelah desidua berdiferensiasi menjadi 2
lapisan . Stratum superficial menjadi nekrotik , dan terkelupas bersama lokhia. Stratum basal
yang bersebelahan dengan miometrium tetap utuh dan merupakan sumber pembentukan
endometrium baru. Endometrium terbentuk dari proliferasi sisa – sisa kelenjar endometrium
plasenta. Dalam satu minggu atau lebih , permukaan bebas menjadi tertutup oleh epitel dan
seluruh endometrium pulih kembali dalam minggu ketiga. Sharman ( 1953 ) , menemukan
pemulihan endometrium lengkap pada specimen biopsy yang diambil pada hari ke – 16 atau
lebih. Yang disebut endometritis masa nifas secara histologis hanyalah bagian dari proses
perbaikan normal tersebut. Demikian pula , pada hampir separuh wanita postpartum , tuba
yang merupakan gambaran khas salfingitis akut. Namun , hal ini bukan disebabkan oleh
infeksi , melainkan hanya merupakan bagian dari proses involusi ( Andrews , 1951 )
masalah ginekologi dapat timbul di kemudian hari. Jaringan penopang dasar panggul yang
terobek atau teregang saat ibu melahirkan memerlukan waktu sampai 6 bulan untuk kembali
melemahnya topangan permukaan struktur panggul. Struktur ini terdiri atas uterus , dinding
vagina posterior atas , uretra , kandung kemih , dan rectum. Walaupun relaksasi dapat terjadi
pada setiap wanita , tetapi biasanya merupakan komplikasi langsung yang timbul terlambat
akibat melahirkan.
meningkatkan kolestrol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan,
kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3-
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara lain:
1. Nafsu makan.
mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3–4 hari sebelum faal
usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, asupan
2. Motilitas.
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu
yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot usus
menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan,
enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir.
Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal.
Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain:
5. Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah atau obat yang lain.
Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari post partum. Diuresis terjadi karena saluran
urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal setelah 4 minggu postpartum.
Pada awal postpartum, kandung kemih mengalami edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini
disebabkan oleh adanya overdistansi pada saat kalla II persalinan dan pengeluara urin yang
tertahan selama proses persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan oleh adanya trauma pada
saat persalinan berlangsung dan trauma ini dapat berkurang setelah 24 jam post partum.
perubahan selama periode postpartum. Relaxin adalah hormon yang bertanggung jawab
untuk relaksasi dari ligamen dan sendi panggul selama kehamilan. Setelah melahirkan,
tingkat relaksin mereda dan ligamen panggul dan sendi kembali ke pra-hamil negara mereka.
Namun, sendi kaki tetap diubah dan banyak klien melihat peningkatan permanen dalam
Dinding perut yang melemah dan nada otot perut berkurang setelah kehamilan..
Beberapa klien memiliki pemisahan antara otot dinding perut, disebut diastasis recti.
Pemisahan ini sering dapat diperbaiki dengan latihan perut tertentu yang dilakukan selama
periode postpartum. Klien harus diinstruksikan untuk memulai latihan perut kapan menyusul
pengiriman vagina dan setelah nyeri tekan abdomen menyelesaikan setelah operasi caesar
(Cunningham et al., 2005). Klien juga harus diinstruksikan untuk menghindari kelelahan
Tingkat nyeri muskuloskeletal pada populasi remaja dan dewasa diperiksa, dengan
fokus pada tiga gangguan nyeri sering dilaporkan: nyeri bahu, nyeri punggung dan
fibromyalgia rendah / nyeri kronis yang meluas. Nyeri umumnya dilaporkan antara populasi
orang dewasa, dengan hampir seperlima luas pelaporan nyeri, nyeri bahu salah satu ketiga,
dan sampai satu setengah melaporkan nyeri punggung rendah dalam periode 1 bulan.
Prevalensi nyeri bervariasi dalam sub kelompok populasi tertentu, kelompok faktor (termasuk
status sosial ekonomi, etnis dan ras) dan faktor individu (merokok, diet, dan status psikologis)
Nyeri panggul kronis pada wanita memiliki penyebab multifaktorial, tetapi disfungsi
muskuloskeletal panggul tidak secara rutin dievaluasi sebagai penyebab oleh ginekolog.
diantaranya adalah:
1. Nyeri Punggung
Nyeri punggung adalah gejala pascapartum jangka panjang yang sering terjadi.
Mekanisme yang menghasilkan nyeri punggung yang dihipotesis oleh beberapa ahli peneliti
adalah ketegangan postural pada system musculoskeletal akibat posisi pada saat persalinan.
2. Sakit Kepala
Sakit pada leher dan nyeri pada bahu sakit kepala jangka pendek yang timbul setelah
persalinan terjadi selama minggu pertama pascapartum dan mengalami migren dalam tiga
bulan setelah melahirkan yang berlangsung selama enam minggu. Sakit kepala pascapartum
sangat menyakitkan, timbul beberapa kali dalam satu minggu dan memengaruhi aktivitas.
Sakit kepala akibat fungsi postdural pada wanita yang mendapat anastesi epidural atau spinal
harus dimonitor. Sakit pada leher dan nyeri bahu jangka panjang telah dilaporkan timbul
a. Perubahan – Perubahan Fisiologi yang terjadi pada Sistem Muskulus Skeletal dan Sistem
b. Sakit Kepala
Rasionalnya karena akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang
berlangsung lama akibat besarnya uterus selama kehamilan. Saat kehamilan juga terjadi
peregangan dinding perut dan kehilangan tonus otot selama trimesteer 3, otot rektus
abdominis tekanannya rendah menyebabkan isi menonjol di garis tengah tubuh, umbilikalis
lebih datar atau menonjol. Setelah melahirkan tonus otot kembali tetapi pemisahan otot rektus
Senam nifas
dan lain-lain.
Jiterjadi diastasis rekti lakukan lah pemeriksaan rektus abdominis untuk mengkaji lebar cela
Rasionalnya letaknya terdapat pada bagian atas lateral dari uterus, kaudal dari
insertietua, kedua ligament ini melalui kanalis inguinalis ke bagian kranial labia mayor.
Terdiri dari jaringan otot polos (identik dengan miometrium) dan jaringan ikat dan menahan
uterus dalam antefleksi. Pada waktu kehamilan mengalami hypertrophie, sehingga dapat
diraba dengan pemeriksaan luar. Setelah lahir ligamen-ligamen, diafragma pelvis dan fasia
yang meregang sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur menciut kembali. Tidak
jarang ligamentum rotundum menjadi kendur akibat letak uterus menjadi retrofleksi, yaitu
pembengkokan organ sehingga ujung atasnya berputar ke arah belakang. Masalahnya yang
Hal ini terjadi karena jaringan penopang dasar panggul yang terobek atau teregang saat
ibu melahirkan.
Kebutuhannya ialah:
Senam nifas
Latihan otot panggul dengan cara kontraksi otot dasar panggul seperti pada saat
mengeluarkan napas
Hal ini terjadi dikarenakan saat adanya lordosis yang berat pada saat hamil dan fleksi
anterior leher serta merosotnya lingkar bahu yang menyebabkan traksi pada nervus ulnaris
dan medianus.
Kebutuhannya ialah:
4) Rongga panggul yang melebar selama kehamilan mulai berkurang (normalnya 6-8 minggu)
Ini terjadi karena saat kehamilan mobilitas sendi sakro iliaka, sakro koksigis dan sendi
pubis bertambah karena jaringan ikat pada sendi panggulnya mulai melunak, sehingga rongga
panggul menjadi lebih lebar. Namun, saat persalinan dan sesudah persalinan hormon
estrogen dan progesteron dan relaksin menurun sehingga menyebabkan pelebaran rongga
panggul berkurang.
Kebutuhannya ialah:
Kegel exercise
5) Bertambahnya tingkat mobilitas dan kelenturan sendi (normalnya 8 minggu) ini terjadi pada
6-8 minggu pasca persalian.Hal ini terjadi karena perubahan hormon estrogen, progesteron
Kebutuhannya ialah:
Kebutuhan kalsium pada saat hamil bertambah dikarenakan terjadi pembentukan tulang
bagi janin, jika ibu tidak memenuhi kebutuhan kalsiumnya, maka kalsium ibu akan berkurang
karena digunakan janin. Akibatnya akan timbul kram dan kesemutan pada kaki dan akhirnya
Kebutuhannya ialah:
Selama hamil ibu dianjurkan untuk mengatur posisi sebaik mungkin saat beraktifitas maupun
saat istirahat.
Saat persalinan ibu mengambil posisi bersalin yang senyaman mungkin dan mengedan
dengan baik
Senam nifas
Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai kelenjar
sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-
hormon secara langsung ke dalam aliran darah. Hormon berperan sebagai pembawa pesan
untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh. Beberapa dari organ endokrin ada
yang menghasilkan satu macam hormon disamping itu juga ada yang menghasilkan lebih dari
satu macam hormon misalnya kelenjar hipofise sebagai pengatur kelenjar yang lain.
Organ utama dari sistem endokrin adalah :
1. Hipotalamus
2. Kelenjar hipofise
3. Kelenjar tiroid
4. Kelenjar paratiroid
5. Pulau-pulau pankreas
6. Kelenjar adrenal
7. Skrotum
8. Indung telur
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan
fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis
tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan
karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang
mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi
dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf.
Bila sistem endokrin umumnya bekerja melalui hormon, maka sistem saraf bekerja
Terdapat dua tipe kelenjar yaitu eksokrin dan endokrin. Kelenjar eksokrin melepaskan
sekresinya ke dalam duktus pada permukaan tubuh, seperti kulit, atau organ internal, seperti
lapisan traktus intestinal. Kelenjar endokrin termasuk hepar, pankreas (kelenjar eksokrin dan
endokrin), payudara, dan kelenjar lakrimalis untuk air mata. Sebaliknya, kelenjar endokrin
1. Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang
berkembang.
Dua kelenjar endokrin yang utama adalah hipotalamus dan hipofise. Aktivitas
endokrin dikontrol secara langsung dan tak langsung oleh hipotalamus, yang menghubungkan
sistem persarafan dengan sistem endokrin. Dalam berespons terhadap input dari area lain
dalam otak dan dari hormon dalam darah, neuron dalam hipotalamus mensekresi beberapa
hormon realising dan inhibiting. Hormon ini bekerja pada sel-sel spesifik dalam kelenjar
pituitary yang mengatur pembentukan dan sekresi hormon hipofise. Hipotalamus dan kelenjar
hipofise dihubungkan oleh infundibulum. Hormon yang disekresi dari setiap kelenjar
endokrin dan kerja dari masing-masing hormon. Perhatikan bahwa setiap hormon yang
mempengaruhi organ dan jaringan terletak jauh dari tempat kelenjar induknya. Misalnya
oksitosin, yang dilepaskan dari lobus posterior kelenjar hipofise, menyebabkan kontraksi
uterus. Hormon hipofise yang mengatur sekresi hormon dari kelenjar lain disebut hormon
Hipotalamus terletak di batang otak tepatnya di dienchepalon, dekat dengan ventrikel otak
ketiga (ventrikulus tertius). Hipotalamus sebagai pusat tertinggi sistem kelenjar endokrin
yang menjalankan fungsinya melalui humoral (hormonal) dan saraf. Hormon yang dihasilkan
hipotalamus sering disebut faktor R dan I mengontrol sintesa dan sekresi hormon hipofise
anterior sedangkan kontrol terhadap hipofise posterior berlangsung melalui kerja saraf.
Pembuluh darah kecil yang membawa sekret hipotalamus ke hipofise disebut portal
Inhibiting Hormonk. GRH : Growth Releasing Hormonl. GIH : Growth Inhibiting Hormonm.
sebagai bagian dari sistem endokrin mengontrol sintesa dan sekresi hormon-hormon hipofise.
Hipofise anterior dikontrol oleh kerja hormonal sedang bagian posterior dikontrol melalui
kerja saraf.
Hipofise terletak di sella tursika, lekukan os spenoidalis basis cranii. Berbentuk oval
dengan diameter kira-kira 1 cm dan dibagi atas dua lobus Lobus anterior, merupakan bagian
terbesar dari hipofise kira-kira 2/3 bagian dari hipofise. Lobus anterior ini juga disebut
adenohipofise. Lobus posterior, merupakan 1/3 bagian hipofise dan terdiri dari jaringan saraf
sehingga disebut juga neurohipofise. Hipofise stalk adalah struktur yang menghubungkan
lobus posterior hipofise dengan hipotalamus. Struktur ini merupakan jaringan saraf.
diantaranya memicu pelepasan hormon hipofisa dan yang lainnya menekan pelepasan
pelepasan hormonnya sendiri melalui mekanisme umpan balik, dimana kadar hormon
endokrin lainnya dalam darah memberikan sinyal kepada hipofisa untuk memperlambat atau
beberapa diantaranya memberikan respon, baik langsung maupun tidak langsung, terhadap
konsentrasi zat-zat di dalam darah. Sel-sel penghasil insulin pada pankreas memberikan
respon terhadap gula dan asam lemak, sel-sel paratiroid memberikan respon terhadap kalsium
dan fosfat medulla adrenal (bagian dari kelenjar adrenal) memberikan respon terhadap
perangsangan langsung dari sistem saraf parasimpatis. Banyak organ yang melepaskan
hormon atau zat yang mirip hormon, tetapi biasanya tidak disebut sebagai bagian dari sistem
endokrin. Beberapa organ ini menghasilkan zat-zat yang hanya beraksi di tempat
pelepasannya, sedangkan yang lainnya tidak melepaskan produknya ke dalam aliran darah.
Contohnya, otak menghasilkan berbagai hormon yang efeknya terutama terbatas pada sistem
saraf.
HORMON
Hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu kelenjar atau organ,
yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel-sel. Sebagian besar hormon merupakan protein
yang terdiri dari rantai asam amino dengan panjang yang berbeda-beda. Sisanya merupakan
steroid, yaitu zat lemak yang merupakan derivat dari kolesterol. Hormon dalam jumlah yang
sangat kecil bisa memicu respon tubuh yang sangat luas. Hormon terikat kepada reseptor di
permukaan sel atau di dalam sel. Ikatan antara hormon dan reseptor akan mempercepat,
memperlambat atau merubah fungsi sel. Pada akhirnya hormon mengendalikan fungsi dari
menggunakan dan menyimpan energi. Hormon juga mengendalikan volume cairan dan kadar
Beberapa hormon hanya mempengaruhi 1 atau 2 organ, sedangkan hormon yang lainnya
mempengaruhi seluruh tubuh. Misalnya, TSH dihasilkan oleh kelenjar hipofisa dan hanya
mempengaruhi kelenjar tiroid. Sedangkan hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid, tetapi
hormon ini mempengaruhi sel-sel di seluruh tubuh. Insulin dihasilkan oleh sel-sel pankreas
PENGENDALIAN ENDOKRIN
Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di dalam darah
Untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon harus diatur dalam
batas-batas yang tepat. Tubuh perlu merasakan dari waktu ke waktu apakah diperlukan lebih
banyak atau lebih sedikit hormon. Hipotalamus dan kelenjar hipofisa melepaskan hormonnya
jika merasakan bahwa kadar hormon lainnya yang di kontrol terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Hormon hipofisa lalu masuk ke dalam aliran darah untuk merangsang aktivitas di kelenjar
target. Jika kadar hormon kelenjar target dalam darah mencukupi, maka hipotalamus dan
kelenjar hipofisa mengetahui bahwa tidak diperlukan perangsangan lagi dan akhirnya
berhenti melepaskan hormon. Sistem umpan balik ini mengatur semua kelenjar yang berada
Hormon tertentu yang berada dibawah kendali hipofisa memiliki fungsi yang memiliki
jadwal tertentu. Misalnya, suatu siklus menstruasi wanita melibatkan peningkatan sekresi LH
dan FSH oleh kelenjar hipofisa setiap bulannya. Hormon estrogen dan progesteron pada
indung telur juga kadarnya mengalami turun-naik setiap bulannya. Faktor-faktor lainnya juga
puting susu merangsang hipofisa untuk menghasilkan lebih banyak prolaktin. Isapan bayi
sehingga susu bisa dialirkan ke mulut bayi. Kelenjar semacam pulau pakreas dan kelenjar
paratiroid, tidak berada dibawah kendali hipofisa. Mereka memiliki sistem sendiri untuk
merasakan apakah tubuh memerlukan lebih banyak atau lebih sedikit hormon. Misalnya
kadar insulin meningkat segera setelah makan karena tubuh harus mengolah gula dari
makanan. Jika kadar insulin terlalu tinggi, kadar gula darah akan turun sampai sangat rendah.
Kadar hormon lainnya bervariasi berdasarkan alasan yang kurang jelas. Kadar kortikosteroid
dan hormon pertumbuhan tertinggi ditemukan pada pagi hari dan terendah pada senja hari.
Alasan terjadinya hal ini belum sepenuhnya dimengerti. Hormon yang menghasilkan fungsi
aldosteron kelenjar adrenal membantu mengatur keseimbangan garam dan air dengan cara
Hormon antidiuretik kelenjar hifosa menyebabkan ginjal menahan air bersama dengan
Anti peradangan
Eritropoietin
Ginjal merangsang pembentukan sel darah merah. Estrogen indung telur mengendalikan
perkembangan ciri seksual dan sistem reproduksi wanita. Glukagon Pankreas Meningkatkan
kadar gula darah. Hormon pertumbuhan Kelenjar hipofisa Mengendalikan pertumbuhan dan
perkembangan.
Meningkatkan pembentukan protein insulin pankreas.
Mengendalikan ciri seksual pria & wanita (penyebaran rambut, pembentukan otot,
tekstur dan ketebalan kulit). Oksitosin Kelenjar hipofisa Menyebabkan kontraksi otot
susu. Renin & angiotensin Ginjal Mengendalikan tekanan darah. Hormon tiroid Kelenjar
Setelah melahirkan, sistem endokrin kembali kepada kondisi seperti sebelum hamil.
Hormon kehamilan mulai menurun segera setelah plasenta keluar. Turunnya estrogen dan
fisioligis yang terjadi pada wanita setelah melahirkan melibatkan perubahan yang progresif
atau pembentukan jaringan-jaringan baru. Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat
perubahan pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses
tersebut.
Hormon yang berperan dalam sistem endokrin sebagai berikut :
a. Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama tahap kala III
kontraksi, sehingga mencegah pendarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan
b. Prolaktin
belakang untuk mengeluarkan prolaktin. Hormon ini berperan dalam pembesaran payudara
untuk merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap
tinggi dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita
yang tidak menyusui tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14 sampai 21 hari setelah
persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah depan otak yang mengontrol ovarium
kearah permulan pola produksi estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan folikel
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya secara penuh
belum dimengerti. Diperkirakan bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon
otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah yang sangat
mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva,
serta vagina.
d. Hormon plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Human chorionic
gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga
hari ke 7 postpartum dan sebagai omset pemenuhan mammae pada hari ke 3 postpatum.
Penurunan hormone human plecenta lactogen (Hpl), estrogen dan kortiosol, serta placenta
enzyme insulinasi membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah
menurun secara yang bermakna pada masa puerperium. Kadar estrogen dan progesterone
menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, kadar terendahnya di capai kira-kira satu
minggu pacapartum. Penurunan kadar ekstrogen berkaitan dengan pembekakan payudara dan
dieresis ekstraseluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil. Pada wanita yang tidak
melahirkan tidak menyusui kadar ekstrogen mulai meningkat pada minggu ke 2 setelah
melahirkan dan lebih tinggi dari pada wanita yang menyusui pada postpartum hari ke 17.
Waktu mulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak menyusui
berbeda. Kadar proklatin serum yang tinggi pada wanita menyusui berperan dalam menekan
ovulasi karena kadar hormone FSH terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui,
di simpulkan ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin
meningkat. Kadar prolaktin meningkat secara pogresif sepanjang masa hamil. Pada wanita
menyusui kadar prolaktin tetap meningkat sampai minggu ke 6 setelah melahirkan. Kadar
prolaktin serum dipengaruhi oleh kekerapan menyusui, lama setiap kali menyusui dan banyak
makanan tambahan yang diberikan. Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan
bersifat anovulasi yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron. Di antara
wanita laktasi sekitar 15 % memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12
minggu dan 90% setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi
dan untuk wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama anovulasi.
a) Suhu badan
24 jam post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5⁰C - 38⁰C) sebagai akibat kerja
keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan,apabila dalam keadaan normal suhu
badan akan biasa lagi. Pada hari ketiga suhu badan akan naik lagi karena ada pembentukan
ASI. Buah dada menjadi bengkak,berwarna merah karena banyaknya ASI bila suhu tidak
system lain. Kita anggap nifas terganggu kalau ada demam lebih dari 38⁰C pada 2 hari
berturut-turut pada 10 hari yang pertama post partum,kecuali hari pertama dan suhu harus
b) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan
biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 adalah
abnormal dan hal ini mungkin disebabkan oleh infeksi atau perdarahan postpartum yang
tertunda.
Sebagian wanita mungkin saja memiliki apa yng disebut bradikardi nifas (puerperal
bradycardia) hal ini terjadi segera setelah kelahiran an biasa berlanjut sampai beberapa jam
setelah kelahiran anak. Wanita semacam ini bisa memiliki angka denyut jantung serendah 40-
50 detak permenit. Sudah banyak alas an-alasan yang diberikan sebagai kemungklinan
penyebab,tetap[I belum satupun yang sudah terbukti. Bradycardia semacam itu bukanlah astu
alamat atau indikasi adanya penyakit,akan tetapi sebagai satu tanda keadaan kesehatan.
c) Tekanan darah
Biasanya tidak berubah,kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan
karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya
preeklamsi postpartum.
d) Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Apabila
suhu dan denyut nadi tidak normal,pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan
Pada persalinan per vaginam kehilangan darah sekitar 300-400cc. bila kelahiran bayi
melalui sectin caesaria kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume
darah dan hemokonsentrasi akan naik dan pada section caesaria haemokonsentrasi cenderung
Setelah melahirkan shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relative
dekompensasi jantung pada penderita vitium cordial. Untuk keadaan ini dapat diatasi dengan
seperti sediakala. Umunya hal ini dapat terjaddi pada hari ke-3 sampai hari ke-5 postpartum.
8. PERUBAHAN HAEMOTOLOGI
faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum,kadar fibrinogen dan
plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas
meningkatkan factor pembekuan darah Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah
putih dapat mencapai 15.000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa jumlah sel
darah putih pertama dari masa postpartum. Jumlah sel darah puith tersebut masih bisa naik
lagi sampai 25.000-30000 tanoa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami
persalinan lama. Jumlah hemoglobin,hemotokrit, dam eritrosit akan sangat bervariasi pada
awal-awal masa postpartum sebagai akibat dari volume darah,volume placenta dan tingkat
volume darah yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan
hidrasi wanita tersebut. Kira-kirea selama kelahiran dan masa postpartum terjadi kehilangan
darah sekitar 250-500 ml. penurunan volume dan peningkatan sel darah merah pada
kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke3-7
REFERENSI:
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/07/perubahan-tanda-tanda-vital-masa-
nifas.html#ixzz2MC3we12U
Bobak Irene, Lowdermik Deitra Leonard, Jensen Margaret Duncan. 2005.
Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC
Cuningham, Gant, Leveno dkk.2004. Obstetri Williams edisi 21. Jakarta : EGC
http://nandheastri-fine.blogspot.com/2011/11/makalah-perubahan-fisiologi-sistem.html
http://delvita-pratiwi.blogspot.com/2012/06/perubahan-fisiologis-masa-nifas.html
http://dwieriznia.blogspot.com/2011/04/perubahan-fisiologis-masa-nifas-pada.html
http://catatanduniabaru.blogspot.com/2012/03/perubahan-muskuluskeletal-pada-post.html
http://mayuputri.blogspot.com/2012/06/perubahan-sistem-endokrin-masa-nifas.html
Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal , bahiyatun, S. Pd, S.Si.T, EGC, 2008, jakarta