Anda di halaman 1dari 31

MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ORGANA GENITALIA FEMININA

A. Makroskopik Organa Genitalia Interna

terdiri dari :
OVARIUM
Jumlah sepasang
Terletak di dalam pelvis minor
Berbentuk bulat memenjang, agak pipih (seperti buah almond dengan ukuran
3x1,5x1 cm)
Terdiri dari cortex, dan medulla (berisikan pembuluh darah, limf dan saraf)
Dilekatkan oleh mesovarium pada lig latum (berupa lipatan peritoneum sebelah
lateral kiri dan kanan uterus. Meluas sampai dinding panggul dan dasar panggul,
sehingga seolah-olah menggantung pada tubae)
Difiksasi oleh
o Lig suspensorium ovarii (lig infundibulopelvicum) : lig ini
menggantungkan uterus pada dinding panggul antara sudut tuba.
o Pada yang ke ovarium terdapat lig ovarii propium
o Lig teres uteri (lig rotundum) : terdapat d bag atas lateral dari uterus,
caudal dari tuba, kedua lig ini melalui canalis inguinalis ke bag cranial
labium majus. Pada saat kehamilan mengalami hipertrofi dan dapat
diraba dengan pemeriksaan luar.
TUBA UTERINA (SALPINX)
Jumlah sepasang kanan dan kiri
Merupakan saluran muscular, panjang 10cm. Menjulur dari uterus kearah
ovarium dengan ujung distal terbuka ke dalam rongga peritoneum disebut
ostium abdominale
Infundibulum, bangunan yang berbentuk seperti corong
Ampula, bangunan yang membesar

Isthmus, bangunan yang menyempit


Pars uterina tubae ialah bag yang melalui dinding uterus
Ostium uterium ialah muara tuba di dalam uterus

UTERUS
Organ muscular, berbentuk buah jambu (peer) agak pipih
facies vesicalis, di dataran ventral menghadap ke VU
fascies intestinalis, di dataran dorsal menghadap ke usus
margo lateralis kanan dan kiri
dinding uterus dari luar ke dalam terdiri dari perimetrium, myometrium, dan
endometrium.
Uterus di bagi atas :
o Fundus uteri : bagian yang terletak di atas (proximal) osteum tuba
uterina.
o Corpus uteri : bagian tengah uterus yang berbentuk bulat melebar. Batas
antara corpus uteri dan cervix uteri dibentuk oleh isthmus uteri, suatu
penyempitan di dalam uteri, terletak antara ostium uteri internum
anatomicum dengan ostium uteri histologicum. Distal dari istmus uteri
terdapat ruangan melebar disebut cervix uteri.
o Cervix uteri : bag yang paling sempit dan menonjol ke dalam rongga
vagina. Pada bagian ujung distal cervix ada bagunan yang menyempit
disebut ostum uteri externum. Rongga di dalam cervix uteri disebut
canalis cervicis.
VAGINA
Bentuk tabung muskular, muali servix sampai genitalia externa.
Panjang antara 8-12 cm.
Bagian distal cervix menonjol ke dalam rongga vagina disebut portio vaginalis
Cervicis uteri. Bagian cervix proximalnya disebut portio supravaginalis
cervicis uteri.
Rongga vagina yang mengelilingi portio vaginalis cervicis disebut fornix yang
dapat dibedakan fornix lateralis dextra dan sinistra, fornix anterior dan
posterior.
Tunika mukosa membentuk rugae yang transversal pada dinding vebtral dan
dorsal disebut columna rugarum.
Fascia endopelvis memadat menjadi ligamentum fasialis yang berfungsi
menunjang servix dan vagina.
Ligamentum-ligamentum yang ikut memfiksasi uterus diantaranya :
o Lig.Cardinale (Mackenrodts)/lig.cervicalis lateralis : melewati sebelah
lateral servix dan bagian atas vagina ke dinding pelvis.
o Lig.utero-sacrale/lig.recto uterina : melewati bagian belakang servix
dan fornix vagina ke fascia yang melapisi sendi sacro-iliaca. Mulai dari
isthmus ke jaringan pengikat disebelah lateral dari rectum setinggi
vertebrata sacralis III, mengandung otot polos.
o Lig,puboservicale : meluas ke anterior dari lig.cardinale ke pubis
(puboprostatica pada pria).
o Lig.pubovesicale : dari belakang symphisis pubis menuju collum
vesica urinaria.

Fiksasi yang utama pada uterus ke vagina adalah : lig.cardinale & utero-sacrale.
Fungsi : alat bersenggama, jalan lahir waktu partus, saluran keluar uterus yang
dapat mengalirkan darah pada waktu menstruasi dan sekret dari uterus.
Pada virgo intacta introitus vaginae sebagian ditutupi oleh suatu selaput yang
disebut hymen. Menurut bentuknya dapat dibedakan :
o Hymen anularis (cincin)
o Hymen semilunaris (bulan sabit)
o Hymen cribriformis (berlubang-lubang sebagai saringan)
o Hymen fimbriatus ( dengan tepi sebagai jari-jari)
o Hymen imperforatus (tidak berlubang)

Setelah diadakan coitus berulang-ulang hanya terdapat sisa-sisanya sebagai


tonjolan-tonjolan yang disebut carunculae hymenales yang hilang setelah
melahirkan.
A.uterina pergi ke ventrocaudal setinggi isthmus uteri, membeok ke medial
berjalan di pangkal lig.latum, cranial lig.cardinale uteri membentuk cabang
a.vaginalis ke dinding vagina, pangkalnya kearah fundus kemudian bercabangcabang menjadi :
o r. Ovaricus, melalui lig.ovarii proprium menuju ovarium.
o A.ligamenti teretis uteri, mengikuti lig.teres uteri.
o r.tubarius, mengikuti tuba uterina.
Saraf-saraf otonom system urogenitale wanita :
N.Pudendus, meninggalkan pelvis melalui foramen infrapiriformis, dorsal spina
ischiadica, masuk ke foramen ischiadicum minus sebagai n.clitoridis. Cabang
yang lain : n.hemorrhoidalis inferior untuk sphincter ani externus dan ke kulit
pada regio analis. N.perinealis berakhir sebagai n.labialis untuk labium majus, ia
memberi ke rr.cutanei ke kulit.
Vasa lymphatica dan nodi lymphatici (lymphonodi)
o Bagian proximal mengikuti kembali r.vaginalis a.uternae ke Inn.Iliaci
interni.
o Bagian medial mengikuti kembali r.vaginali a.vesicalis inferior ke Inn
sepanjang a.vesicalis inferior ke Inn.Iliaci interni.
o Bagian dari vagina distal, dinding vestibulum vagina, labium minora,
labium majora pergi ke Inn inguinale superficialis.
B. Makroskopik Organa Genitalia Eksterna

Mons pubis (veneris)


Merupakan suatu bangunan yang terdiri atas kulit yang di bawahnya terdapat jaringan lemak
menutupi tulang kemaluan /simphisis. Mons veneris ditutupi rambut kemaluan. Fungsi Mons
veneris adalah sebagai pelindung terhadap benturan-benturan dari luar dan dapat menghindari
infeksi dari luar.
Labium majus pudendi

Suatu lipatan kulit, ke dorsocaudal berhubungan satu dengan yang lain membentuk
comissura posterior labiorum majorum, ventrocranial membentuk comissura anterior
labiorum majorum.
Dapat dibedakan facies lateralis :mempunyai rambut dan banyak pigmen. Facies
medialis, mempunyai gld.sebacea yang besar & tidak mempunyai rambut.
Celah yang dibatasi oleh kedua labia majora disebut rima pudendi.

Labia Minor pudendi

Suatu lipatan kulit. Kedorso caudal membentuk frenulum labiorum minorum.


Keventrocranial membentuk preputium clitoridis menutupi glands clitoridis dari
ventrocranial.
Banyak PD, gld sebacea, jaringan lemak, tidak terdapat folikel rambut.

Clitoris
Clitoris merupakan suatu bangunan yang terdiri dari:
- Glans clitoris : ujung distal corpus clitoridis terdapat corpus cavernosum glandis
- Corpus clitoris : kedua crura yang bersatu
- Crura clitoris
Urethra Feminina

Panjangnya 3-4 cm, predisposisi ISK, berjalan dari leher kandung kemih menuju
ostium urethrae externum yang terletak diantara clitoris dengan vagina.

Perineum

Merupakan area bentuk belah ketupat, terbagi regio urogenitalis dan analis.
Terletak dibawah diaphragma pelvis, dibatasi oleh ramus inferior os pubis dan ramus
inferior os ischii kanan dan kiri dan kedua lig.sacrotuberale.

Diafragma Pelvis

4 .Diameter obliqua
5.Diameter transversa
6.Diameter conjugata

o Conjugata vera = ukuran anteroposterior


Jarak antara pinggir atas pubis sampai promontorium.
Conjugata vera=conjugata diagonalis-1,5 cm
Nilai normal 11-13 cm.
o Conjugata transversa
Diukur dari titik terjauh linea terminalis kiri dan kanan.
Nilai normal 13-14,5 cm.
o Conjugata diagonalis
Jarak antara pinggir bawah pubis sampai promontorium
(Anatomi Sistem Reproduksi FK Yarsi, 2011)
A. Mikroskopik Organa Genitalia Interna
Vagina
Vagina merupakan sarung fibromuskular berbatas membran mukosa di
permukaannya. Pada keadaan biasa ia kempis dengan dinding depan dan belakangnya
saling sentuh. Dinding vagina terdiri atas 3 lapisan yaitu :
- lapisan mukosa
- lapisan otot
- lapisan adventisia
Lapisan dinding vagina
Mukosa
Mukosa mempunyai lipatan mendatar, atau ruga dan diliputi epitelberlapis gepeng
tanpa lapisan tanduk. Sel-selnya dipenuhi glikogen, jadi tampak bervakuol pada
hampir semua sajian histologi. Epitelnya, yang tak dilengkapi kelenjar dilumuri lendir
yang berasal dari serviks. Di bawah epitel terdapat lamina propia yang merupakan
jaringan ikat padat dengan banyak serat elastin, leukosit polimorfonuklir, limfosit dan
kadang nodulus limfatikus. Banyak leukosit polimorfinuklir dan limfosit menyebuk
epitel terutama sekitar saat haid. Sel epitel permukaan vagina terkelupas terus
menerus dan dapat dipelajari dengan cara usapan. Pada primata yang lebih rendah
daripada manusia dan pada mamalia lainnya, epitel vaginanya mengalami perubahan
siklis sesuai dengan peristiwa siklis pada alat reproduksi lainnya. Pada manusia epitel

sedikit berubah selama siklus. Namun demikian kajian pada sel-sel vagina yang
terlepas, amat berguna pada diagnosis keadaan atrofi dan evaluasi kemajuan terapi
estrogen. Glikogen yang tercurahkan ke dalam vagina bersama sel epitel yang
terkelupas dicerna oleh bakteri penghuni sehingga menghasilkan cairan asam yang
melumuri vagina. Himen berupa lipatan mukosa mendatar, menutup sebagian pintu
vagina ke dalam vestibulum.
Lapisan otot
Lapisan otot vagina terdiri atas berkas-berkas otot polos yang tersusun berjalinan.
Lapis dalam tipis dan umumnya berjalan melingkar. Lapis luar yang tebal berisi serat
memanjang yang berlanjut di atas dengan lapisan otot rahim (miometrium). Pada
introitus (pintu vagina) terdapat sfingter dari otot rangka.
Adventisia
Adventisianya berupa lapis jaringan ikat padat yang berbaur dengan adventisia organ
disekitarnya.
Pembuluh darah, limfosit, dan serat saraf
Pembuluh darah dan limfosit banyak terdapat pada dinding vagina. Vena-vena
istimewa banyaknya, sehingga adventisianya tampak seperti jaringan erektil. Vagina
dipersarafi baik oleh serat saraf bermielin maupun tak bermielin. Yang terkhir ini,
membentuk sebuah pleksus berganglion di dalam adventisia dan mempersarafi lapis
otot dan dinding pembuluh darahnya. Serat saraf bermielin berakhir sebagai ujung
sensoris khusus di dalam mukosa.
Ovarium
Ovarium dilapisi oleh satu lapisan sel kuboid rendah atau gepeng yaitu epitel
germinal, yang bersambungan dengan mesotelium pertonium viscerale. Di bawah
epitel germinal adalah lapisan jaringan ikat padat yang disebut tunika albugenia.
Ovarium memiliki korteks di tepi dan medulla di tengah, tempat ditemukannya
banyak pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe. Selain folikel, korteks
mengandung fibrosit dengan serat kolagen dan reticular. Medula adalah jaringan ikat
padat tidak teratur yang bersambungan dengan ligamentim mesobarium yang
menggantungkan ovarium. Pembuluh darah besar di medulla membentuk pembuluh
darah yang lebih kecil yang menyebar di seluruh korteks ovarium. Mesovarium
dilapisi oleh epitel germinal dan mesotelium peritoneum.
Di stroma korteks terlihat banyak folikel ovarium, terutama jenis yang lebih kecil,
dalam berbagai tahap perkembangan. Folikel yang paling banyak adalah folikel
primordial, yang terletak di tepi korteks dan di bawah tunika albugenia. Folikel
primordial adalah struktur yang paling kecil dan paling sederhana. Folikel ini
dikelilingi oleh satu lapisan sel folikular gepeng. Folikel primordial mengandung
oosit primer yang kecil dan imatur, yang membesar secara bertahap seiring
perkembangan folikel menjadi folikel primer, sekunder, dan matur. Sebelum ovulasi
folikel matur, semua folikel yang sedang berkembang mengandung oosit primer.
Folikel yang lebih kecil dengan sel kuboid, silindris, atau berlapis kuboid yang
mengelilingi oosit primer disebut folikel primer. Seiring dengan bertambahnya ukuran
folikel, cairan, yang disebut likuor folikuli, mulai menumpuk di atara sel-sel folikular,
yang sekarang disebut sel granulosa. Daerah-daerah yang mengandung cairan
akhirnya menyatu untuk membentuk suatu rongga berisi cairan, yaitu antrum. Folikel

dengan rongga antrum disebut folikel sekunder. Folikel ini lebih besar dan terletak
lebih dalam di korteks. Semua folikel yang lebih besar, termasuk folikel primer,
folikel sekunder, dan folikel matur memperlihatkan lapisan sel granulosa (teka
interna) dan lapisan jaringan ikat sebelah luar (teka eksterna).
Folikel ovarium yang paling besar adalah folikel matur. Folikel ini memperlihatkan
struktur sebagai berikut: antrum besar berisi likuor folikuli, cumulus ooforus (suatu
bukit kecil tempat oosit primer berada), korona radiate (lapisan sel yang langsung
melekat pada oosit primer), sel granulosa yang mengelilingi antrum, lapisan dalam
teka
interna
dan
lapisan
luar
teka
eksterna.
Setelah ovulasi, folikel besar kolaps dan berubah menjadi organ endokrin sementara,
korpus luteum. Sel granulosa folikel berubah menjadi sel lutein granulosa yang
berwarna lebih muda, dan sel teka interna menjadi sel teka lutein yang berwarna lebih
gelap. Jika tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum mengalami regresi,
degenerasi dan akhirnya berubah menjadi jaringan parut yang disebut albikans.
Kebanyakan folikel ovarium tidak mencapai maturitas. Folikel-folikel ini mengalami
degenerasi (atresia) pada semua tahap perkembangan folikel dan menjadi folikel
atretik yang akhirnya diganti oleh jaringan ikat.
2. Tuba Fallopi (Tuba Uterina)
Tuba Fallopi memiliki panjang 20 cm dengan diameter 0,7 cm. organ ini ditopang oleh
ligamentum besar uterus (mesosalphinx), terdapat dua ujung, yaitu ujung yang membuka
ovarium dan ujung yang membuka ke arah uterus, maka disebut juga saluran yang
menguhubungkan ovarium dan uterus. Ovum berjalan dari ovarium menuju ke uterus
melewati tuba fallopi membutuhkan waktu 4-5 hari. Fertilisasi umumnya terjadi di 1/3 atas
tuba (Ampula).
Tuba Fallopi mempunyai bagian-bagian yang penting, yaitu:
Infudibulum, memiliki processus motil (fimbriae) yang terentang di atas ovarium yang
berfungsi untuk menyapu ovum menuju uterus.
Ampula, merupakan bagian 2/3 dari tuba fallopi dan berdinding tipis
Isthmus, merupakan segmen tuba terdekat dengan uterus, lanjutan ampula, bentuknya
langsing dan sempit, menghubungkan ampula dan rahim.
3. Uterus
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan : perimetrium di sebelah luar yang dilipasi oleh serosa
atau adventisi, lapisan otot polos yang tebal yaitu myometrium dan endometrium di sebelah
dalam. Endometrium dilapisi oleh epitel selapis yang turun ke dalam lamina propria untuk
membentuk banyak kelenjar uterus.
Endometrium umumnya dibagi menjadi dua lapisan fungsional, stratum functionale di
luminal dan stratum basale di basal. Pada wanita tidak hamil, stratum fungsionale
superfisialis dengan kelenjar uterus dan pembuluh darah terlepas atau terkelupas selama
menstruasi, meninggalkan stratum basale yang utuh dengan sisa-sisa kelenjar uterus di basal
yang merupakan sumber sel untuk regenerasi stratum fungsionale yang baru. Arteri yang
mendarahi endometrium berperan penting selama fase haid pada siklus menstruasi.
Selama daur haid, endometrium menunjukkan perubahan-perubahan morfologi yang secara
langsung berkaitan dengan fungsi ovarium. Perubahan siklik pada uterus yang tidak hamil
dibagi menjadi tiga fase berbeda: fase regenerasi / proliferasi, fase sekretori dan fase
menstrual.
Uterus Fase Regenerasi

Pada fase proliferasi daur haid dan di bawah pengaruh estrogen ovarium, stratum fungsionale
semakin tebal dan kelenjar uterus memanjang dan berjalan lurus di permukaan. Arteri spiralis
terutama terlihat di endometrium yang lebih dalam. Lamina propria di bagian atas
mengandung banyak sel dan menyerupai jaringan mesenkim. Jaringan ikat di stratum basale
lebih pada dan tampak lebih gelap. Endometrium terus berkembang selama proliferasi akibat
meningkatnya kadar estrogen yang disekresi oleh folikel ovarium yang sedang berkembang.
Uterus Fase Sekretori
Fase sekretori daur haid dimulai setelah ovulasi folikel matur. Epitel kelenjar uterus
mengalami hipertrofi (membesar) akibat bertambahnya akumulasi produk sekretorik.
Kelenjar uterus semakin berkelok-kelok dan lumennya melebar oleh bahan sekretorik yang
kaya karbohidrat. Arteri spiralis terus berjalan ke bagian atas endometrium (stratum
fungsionale) dan tampak jelas karena dindingnya lebih tebal.
Kelenjar uterus selama fase sekretori berkelok-kelok dan menyekresikan nutrient kaya
glikogen ke dalam lumennya. Di sekitar uterus terdapat jaringan ikat yang mengandung
banyak sel. Rongga kosong yang terang di lapisan jaringan ikat disebabkan oleh
meningkatnya edema di endometrium.
Uterus Fase Menstruasi
Selama fase menstruasi, endometrium di stratum fungsionale mengalami degenerasi dan
terlepas. Endometrium yang terlepas mengandung kepingan-kepingan stroma yang hancur,
bekuan darah dan kelenjar uterus.
Mikroskopik Organa Genitalia Eksterna
Alat kelamin luar secara umum disebut vulva, meliputi klitoris, labium mayus dan minus
serta kelenjar tertentu yang bercurah ke dalam vestibulum.
Klitoris
Klitoris itu padan penis tetapi tidak sama benar. Ia terdiri atas dua bahan erektil yang berakhir
di dalam kepala klitoris atau glans klitoridis yang kecil. Di luarnya diliputi epitel berlapis
gepeng tipis yang dilengkapi dengan ujung saraf sensorik khusus.
Labium minus
Berupa lipatan mukosa yang membentuk dinding lateral vestibulum. Epitelnya berupa epitel
berlapis gepeng dan bagian tengahnya terdiri atas jaringan ikat yang berlimpah pembuluh
darah. Terdapat papila tinggi menjorok jauh ke dalam epitel. Kelenjar sebasea terdapat pada
kedua permukaannya dan tidak berlengkapan folikel rambut.
Labium mayus
Berwujud lipatan kulit yang menutupi labium minus. Permukaan dalamnya halus tidak
berambut. Permukaan luarnya diliputi epidermis dengan lapisan tanduk dan mempunyai
banyak rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea. Bagian tengah setiap bibir
mengandung cukup banyak jaringan lemak dan sedikit serat otot polos.
Vestibulum
Tempat bermuaranya vagina dan ureter, dilapisi epitel berlapis gepeng khusus yang banyak
mengandung banyak kelenjar kecil yaitu kelenjar vestibulum minor, yang terutama terletak
disekitar muara ureter dan di dekat klitoris. Mereka bersesuaian dengan kelenjar Littre.

Kelenjar vestibuler mayor (kelenjar Bartholin), beranalog dengan kelenjar bulbourenil pada
pria dan terletak di dalam dinding lateral vestibulum. Mereka berwujud kelenjar
tubuloalveolar yang menggetahkan lendir. Saluran keluarnya bermuara di dekat pangkal
himer.
(Textbook Histology. Saunders, 2004)

2. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN KEPUTIHAN/ LEUKOREA/ FLUOR


ALBUS
Definisi
Leukorrhea (fluor albus, vaginal discharge, duh tubuh vagina) atau keputihan adalah
cairan bukan darah yang keluar berlebihan dari vagina. Beberapa literatur memberikan
batasan, yang dimaksud dengan leukorrhea adalah keluarnya cairan berlebihan dari liang
senggama (vagina), yang disertai oleh perasaan gatal, nyeri, rasa terbakar di bibir
kemaluan atau kerap juga disertai bau busuk dan rasa nyeri sewaktu berkemih atau
senggama.
Epidemiologi
Sekret vagina sering tampak sebagai suatu gejala genital. Proporsi perempuan yang
mengalami flour albus bervariasi antara 1 -15% dan hampir seluruhnya memiliki aktifitas
seksual yang aktif, tetapi jika merupakan suatu gejala penyakit dapat terjadi pada semua
umur. Seringkali fluor albus merupakan indikasi suatu vaginitis, lebih jarang merupakan
indikasi dari servisitis tetapi kadang kedua-duanya muncul bersamaan. Infeksi yang
sering menyebabkan vaginitis adalah Trikomoniasis, Vaginosis bacterial, dan
Kandidiasis. Sering penyebab noninfeksi dari vaginitis meliputi atrofi vagina, alergi atau
iritasi bahan kimia. Servisitis sendiri disebabkan oleh Gonore dan Klamidia. Prevalensi
dan penyebab vaginitis masih belum pasti karena sering didiagnosis dan diobati sendiri.
Selain itu vaginitis seringkali asimptomatis dan dapat disebabkan lebih dari satu
penyebab.
Etiologi

Bakteri :

a. Gardnerella vaginalis
Gardnerella adalah salah satu genus dari bakteri gram-variabel yang mana merupakan
suatu spesies. Gardnerella vaginalis dapat menyebabkan bacterial vaginosis pada wanita.
Salah satu dari spesies Haemophilus, tumbuh, berukuran kecil, sirkuler, koloni abu-abu, di
bawah mikroskop terlihat gram negative, namun sebenarnya memiiki dinding sel gram
positive, dengan sel clue, sel epitel yang menyelimuti bakteri.
b. Neisseria gonorrhoeae
Ciri organisme: Secara umum ciri-ciri neisseriae adalah bakteri gram negatif, diplokokus
non motil, berdiameter mendekati 0,8 m. Masing-masing cocci berbentuk ginjal; ketika
organisme berpasangan sisi yang cekung akan berdekatan.

c. Chlamidia Trachomatis
- adalah salah 1 dari 4 spesies chlamydia yang merupakan bakteri khusus yang hidup sebagai
parasit intrasel
- infeksi bakteri menular sexual yang ditemukan diseluruh dunia
- bersifat dimorfik
- memiliki afinitas pada epitel uretra, serviks, konjungtiva mata
- dapat menginfeksi faring, rektum orang yang melakukan hubungan sex oral atau anal
respetif
- pada bayi terinfeksi waktu dilahirkan mengalami konjungtivitis dan pneumonia
Parasit
d. Trichomonas vaginalis
Morfologi
Trichomonas vaginalis tidak memiliki stadium kista tetapi hanya ditemui dalam stadium
tropozoit. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut :
Bentuknya oval atau piriformis
Memiliki 4 buah flagel anterior
Flagel ke-5 menjadi axonema dari membran bergelombang (membrana undulant)
Pada ujung posterior terdapat axonema yang keluar dari badan, yang diduga untuk
melekatkan diri pada jaringan sehingga menimbulkan irritasi.
Memiliki satu buah inti
Memiliki sitostoma pada bagian anterior untuk mengambil makanan
Perkembangbiakan dengan cara belah pasang.

Gejala klinis
Pada wanita, Trichominiasis menyebabkan vaginitis (radang vagina) dengan fluor albus
yang berwarna putih seperti cream dan berbuih. Bagian vulva dan cervic bisa mengalami
peradangan.
Pada pria jarang menunjukkan tanda yang jelas, tetapi dapat pula terjadi uretritis dan
prostatitis.
Jamur
e. Candida albicans
Memperbanyak diri dengan membentuk tunas yang akan terus memanjang membentuk
hifa semu. Hifa semu terbentuk dengan banyak kelompok blastospora berbentuk bulat atau
lonjong di sekitar septum. Pada beberapa strain, blastospora berukuran besar, berbentuk
bulat atau seperti botol, dalam jumlah sedikit.
Spesies cendawan patogen, mempunyai beberapa karakteristik, yaitu berbentuk seperti
telur (ovoid) atau sferis dengan diameter 3-5 m dan dapat memproduksi pseudohifa.
Fenotipe atau penampakan mikroorganisme, dapat berubah dari berwarna putih dan rata
menjadi kerut tidak beraturan, berbentuk bintang, lingkaran, bentuk seperti topi, dan tidak
tembus cahaya. Cendawan ini memiliki kemampuan untuk menempel pada sel inang dan
melakukan kolonisasi.
Sel ini dapat berkembang menjadi klamisdospora yang berdinding tebal dan bergaris
tengah sekitar 8-12 mikron. Morfologi koloni candida albicans pada medium padat agar
sabouraud dekstrosa, umunya berbentuk bulat dengan permukaan sedikit cembung, halus,

licin dan kadang-kadang sedikit berlipat-lipat terutama pada koloni yang telah tua. Umur
biarkan mempengaruhi besar kecil koloni. Warna koloni putih kekuningan dan berbau
asam seperti aroma tape. Dalam medium cair seperti glucose yeast, extract pepton candida
albicants tumbuh di dasar tabung.
Virus
f. Herpes Simplex (HSV)
terdapat 2 tipe: tipe 1,tipe 2
susunan genom tersebut dapat dibedakan melalui analisis pembatasan enzim dari
DNA virus
cara penularan:
Hsv-1: kontak dgn liur yg terinfeksi
Hsv-2 : sexual atau infeksi genitalia maternal kepada bayi baru lahir
g. Human papiloma virus
anggota grup papova virus
menyebabkan kondiloma akuminata
ditularkan secara sexual
penyebab kanker kongenital termasuk karsinoma serviks
menggambarkan konsep bahwa strain virus alamiah dapat berbeda dalam potensi
onkogenik

Klasifikasi
Leukorrhea Fisiologis
Yaitu sekret dari vagina normal yang berwarna jernih atau putih, menjadi kekuningan bila
kontak dengan udara yang disebabkan oleh proses oksidasi. Secara mikroskopik terdiri dari
sel-sel epitel vagina yang terdeskuamasi, cairan transudasi dari dinding vagina, sekresi dari
endoserviks berupa mukus, sekresi dari saluran yang lebih atas dalam jumlah bervariasi serta
mengandung berbagai mikroorganisme terutama Lactobacillus doderlein. Memiliki pH < 4,5
yang terjadi karena produksi asam laktat oleh Lactobacillus dari metabolisme glikogen pada
sel epitel vagina.
Leukorrhea fisiologis terdapat pada keadaan sebagai berikut :
1.
Bayi baru lahir sampai dengan usia 10 hari, hal ini disebabkan pengaruh estrogen
di plasenta terhadap uterus dan vagina bayi.
2.
Premenarche, mulai timbul pengaruh estrogen
3.
Saat sebelum dan sesudah haid
4.
Saat atau sekitar ovulasi, keadaan sekret dari kelenjar pada serviks uteri menjadi
lebih encer
5.
Adanya rangsangan seksual pada wanita dewasa karena pengeluaran transudasi
dinding vagina
6.
Pada kehamilan, karena pengaruh peningkatan vaskularisasi dan bendungan di
vagina dan di daerah pelvis
7.
Stress emosional
8.
Penyakit kronis, penyakit saraf, karena pengeluaran sekret dari kelenjar serviks
uteri juga bertambah
9.
Pakaian (celana dalam ketat, pemakaian celana yang jarang ganti, pembalut)
10.
Leukorrhea yang disebabkan oleh gangguan kondisi tubuh, seperti keadaan
anemia, kekurangan gizi, kelelahan, kegemukan, dan usia tua > 45 tahun

Leukorrhea Patologis
Leukorrhea dikatakan tidak normal jika terjadi peningkatan volume (khususnya membasahi
pakaian), bau yang khas dan perubahan konsistensi atau warna. Penyebab terjadinya
leukorrhea patologis bermacam-macam, dapat disebabkan oleh adanya infeksi (oleh bakteri,
jamur, protozoa, virus) adanya benda asing dalam vagina, gangguan hormonal akibat
menopause dan adanya kanker atau keganasan dari alat kelamin, terutama pada serviks.
Penyebab leukorrhea patologis :
a. Infeksi
Penyebab leukorrhea terbanyak adalah infeksi pada vagina (vaginitis) dan seviks (servisitis).
Ada atau tidaknya bau, gatal dan warna dapat membantu menemukan etiologinya. Sekret
yang disebabkan oeh infeksi biasanya mukopurulen, warnanya bervariasi dari putih
kekuningan hingga berwarna kehijauan. Vaginitis paling sering disebabkan oleh Candida
spp., Trichomonas vaginalis, Vaginalis bakterialis. Sedangkan servisitis paling sering
disebabkan oleh Chlamidia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae. Selain itu penyebab
infeksi yang lain adalah infeksi sekunder pada luka, abrasi (termasuk yang disebabkan oleh
benda asing), ataupun terbakar.
b. Non infeksi
Dapat disebabkan oleh :
Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan
Kadang-kadang pada wanita ditemukan cairan dari vagina yang tercampur dengan urine atau
feses. Hal ini dapat terjadi akibat adanya fistel uterovagina, fistel rektovagina yang
disebabkan kelainan kongenital, cedera persalinan, radiasi pada kanker alat kandungan atau
akibat kanker itu sendiri.

Benda asing
Adanya benda asing seperti kotoran tanah atau biji-bijian pada anak-anak ataupun
tertinggalnya tampon maupun kondom pada wanita dewasa, adanya cincin pesariumpada
wanita yang menderita prolaps uteri serta pemakaian alat kontrasepsi seperti IUD dapat
merangsang pengeluaran sekret secara berlebihan.
Hormonal
Perubahan hormonal estrogen dan progesteron yang terjadi dapat dikarenakan adanya
perubahan konstitusi dalam tubuh wanitu itu sendiri atau karena pengaruh dari luar misalnya
karena obat/cara kontrasepsi, dapat juga karena penderita sedang dalam pengobatan
hormonal.
Kanker
Pada kanker terdapat gangguan dari pertumbuhan sel normal yang berlebihan sehingga
mengakibatkan sel bertumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak, akibatnya
terjadi pembusukan dan perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah yang bertambah untuk
memberikan makanan dan oksigen pada sel kanker tersebut. Pada Ca cerviks terjadi
pengeluaran cairan yang banyak disertai bau busuk akibat terjadinya proses pembusukan tadi,
dan acapkali disertai adanya darah yang tidak segar.
Vaginitis atrofi
Usia pra pubertas, masa laktasi, pasca menopause dan beberapa keadan yang menyebabkan
kurangnya estrogen, akan menyebabkan meningkatnya pH vagina. Naiknya pH akan
menyebabkan pertumbuhan bakteri normal dalam vagina menjadi berkurang, tetapi
sebaliknya pH yang meningkat akan memicu pertumbuhan bakteri patogen di vagina.

Kurangnya estrogen akan menyebabkan penipisan mukosa vagina sehingga mudah terluka
dan terinfeksi
Patogenesis
a. Patogenesis Gardnerella vaginalis : Pada keadaan normal, cairan vagina bersifat asam (pH
<4,5), akibat peningkatan kolonisasi Lactobacillus (flora normal vagina) yang memproduksi
asam laktat . Keadaan asam yang berlebih ini mencegah pertumbuhan berlebihan bakteri
patogen. Keadaan ini tidak selalu dapat dipertahankan, karena apabila jumlah bakteri
Lactobacillus menurun, maka keasaman cairan vagina berkurang dan akan mengakibatkan
pertambahan bakteri lain, yaitu antara lain Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis, dan
Bacteroides sp. ; keadaan ini juga dapat terjadi pada wanita dengan Lactobacillus yang tidak
menghasilkan H2O2. Terdapat hubungan timbal balik antara dihasilkannya H2O2 dengan
terjadinya vaginosis bakterial meskipun jumlah Lactobacillus tidak menurun.
Dapat terjadi simbiosis antara Gardnerella vaginalis sebagai pembentuk asam amino dan
kuman anaerob beserta bakteri fakultatif dalam vagina yang mengubah asam amino menjadi
amin sehingga menaikkan sekret pH vagina sampai suasana yang menyenangkan bagi
pertumbuhan Gardnerella vaginalis. Setelah pengobatan efektif, pH cairan vagina menjadi
normal. Beberapa amin diketahui menyebabkan iritasi kulit dan menambah pelepasan sel
epitel dan menyebabkan duh tubuh keluar dari vagina berbau.

b. Patogenesis trichomoniasis
Trichomonas vaginalis mampu menimbulkan peradangan pada dinding saluran urogenital
dengan cara invasi sampai mencapai jaringan epitel dan subepitel. Masa tunas rata-rata 4
hari sampai 3 minggu. Pada kasus yang lanjut terdapat bagian-bagian dengan jaringan
granulasi yang jelas. Nekrosis dapat ditemukan di lapisan subepitel yang menjalar sampai

di permukaan epitel. Di dalam vagina dan uretra parasit hidup dari sisa-sisa sel, kumankuman, dan benda lain yang terdapat dalam sekret.
c. Patogenesis candidiasis
Kandida di dalam tubuh manusia dapat bersifat 2 macam. Kandida sebagai saprofit
terdapat dalam tubuh manusia tanpa menimbulkan gejala apapun, baik subyektif maupun
obyektif. Dapat dijumpai di kulit, selaput lendir mulut, saluran pencernaan, saluran
pernafasan, vagina dan kuku. Kandida sebagai jamur dapat menimbulkan infeksi primer
maupun sekunder dari kelainan yang telah ada. Beberapa faktor predisposisi dapat
mengubah sifat saprofit kandida menjadi patogen Akan tetapi ada pendapat yang
mengatakan bahwa kandida tidak pernah menjadi komensal dalam vagina karena dia akan
selalu menjadi patogen bila terdapat di sana. Karena itu bila ditemukan kandida dari
isolasi sekret vagina para klinisi harus menganggap itu patogen walaupun tanpa ada
keluhan dari wanita tersebut
Kandida memasuki lumen vagina biasanya datang dari daerah perianal atau kontaminasi
dari traktus gastrointestinal. Kemudian dengan adanya berbagai faktor predisposisi
mencetuskan keadaan yang asimtomatik menjadi simtomatik. Sedang mekanisme yang
pasti perubahan kolonisasi asimtomatik menjadi simtomatik vaginitis belum diketahui.
Diduga lebih dari satu macam mekanisme yang mempengaruhinya. Invasi hifa ke dalam
epitel jaringan akan menyebabkan terjadinya proses keradangan dan akhirnya merusakkan
sel-sel epitel tersebut. Mungkin enzim protease dan enzim hidrolitik lainnya yang
memudahkan penetrasi ke dalam sel. Akhirnya penetrasi sel dan invasi ke mukossa tidak
saja oleh hifa tetapi juga oleh blastospor. Proses ini menyebabkan reaksi inflamasi pada
mukosa yang mengakibatkan pembengkakan, eritema, dan deskuamasi sel epitel vagina.
Selain proses tersebut di atas mungkin kandida menimbulkan simtom vaginitis karena
reaksi hipersensitivitas, khususnya pada wanita yang mengalami KVV rekuren yang
idiopatik .
Patogenesis kandidiasis vulvovaginalis rekuren
Kurang lebih 10-20% wanita yang mengalami KVV akut akan berkembang menjadi KVV
rekuren. Definisi KVVR adalah 4 atau lebih episode infeksi kandidiasis selama 12 bulan/1
tahun. KVVR merupakan bentuk dari KVV komplikasi. KVV rekuren seringkali
disebabkan karena pemakaian antibiotika yang menurunkan jumlah kuman Lactobacilli
dan bakteri lainnya yang justru akan meningkatkan kolonisasi jamur 10-30%.

Sedangkan transmisi seksual dari pasangan prianya belum bisa dianggap sebagai penyebab
rekurensi KVV pada wanita. KVV rekuren sering disebabkan karena kambuh, yang bisa
terjadi karena pengobatan sebelumnya yang tidak adekuat. Hasil kultur negatif yang diambil
dari wanita yang sedang dalam interval bebas simtom akan menjadi positif lagi setelah
beberapa minggu. Teori ini dikuatkan dengan adanya fakta hasil pemetaan DNA seringkali
menunjukkan galur yang sama pada wanita dengan KVV rekuren tersebut. Abstinensia
seksual selama pengobatan harus dianjurkan untuk mengurangi iritasi traumatik
darihubungan seksual dan juga untuk mengurangi kemungkinan transmisi jaur dari wanita ke
pasangannya. Kolonisasi kandida pada penis seringkali asimtomatik, hal ini bisa timbul 20%
dari pra pasangan wanita yang mengalami KVV rekuren.
Manifestasi
1. Vaginosis bakterial
- Asimtomatik pada sebagian penderita vaginosis bakterialis
- Bila ada keluhan umumnya berupa cariran yang berbau amis seperti ikan terutama setelah
melakukan hubungan seksual
- Pada pemeriksaan didapatkan jumlah duh tubuh vagina tidak banyak, berwarna putih,
keabu-abuan, homogen, cair, dan biasanya melekat pada dinding vagina

Gambaran Fluor albus akibat Vaginosis bakterial

Pada vulva atau vagina jarang atau tidak ditemukan inflamasi


Pemeriksaan pH vagina >4,5 , penambahan KOH 10% pada duh tubuh vagina tercium
bau amis (whiff test)
Pada sediaan apus vagina yang diwarnai dengan pewarnaan gram ditemkan sel epitel
vagina yang ditutupi bakteri batang sehingga batas sel menjadi kabur (clue cells)

2. Trichomoniasis
- Asimtomatis pada sebagian wanita penderita trichomoniasis
- Bila ada keluhan, biasanya berupa cairan vagina yang banyak, sekitar 50% penderita
mengeluh bau yang tidak enak disertai gatal pada vulva dan dispareunia.
- Pada pemeriksaan, sekitar 75% penderita dapat ditemukan kelainan pada vulva dan
vagina. Vulva tampak eritem, lecet dan sembab. Pada pemasangan spekulum terasa nyeri,
dan dinding vagina tampak eritem
- Sekitar 2-5% serviks penderita tampak gambaran khas untuk trichomoniasis, yaitu
berwarna kuning, bergelumbung, biasanya banyak dan berbau tidak enak
- Pemeriksaan pH vagina >4,5

Gambaran fluor albus pada Trichomonas vaginalis

3. Candidiasis vulvovaginalis
-

Duh tubuh vagina disertai gatal pada vula


Disuria eksternal dan dipareunia superfisial
Pada pemeriksaan tampak vulva eritem, edem dan lecet

Vagina dengan Fluor albus

Pada pemeriksaan spekulum tampak duh tubuh vagina dengan jumlah yang bervariasi,
konsistensi dapat cair atau seperti susu pecah

Pemeriksaan vagina dengan spekulum

Pada kasus yang lebih berat pemeriksaan inspekulo menimbulkan rasa nyeri pada
penderita. Mukosa vagina dan ektoserviks tampak eritem, serta pada dinding vagina
tampak gumpalan putih seperti keju.
Pemeriksaan pH vagina berkisar 4-4,5

Diagnosis
Diagnosis penyebab leukorea dapat dicari dengan memperoleh :
a. Anamnesis
Dengan anamnesis harus terungkap apakah lekore ini termasuk fisiolgis atau patologis. Selain
disebabkan karena infeksi harus difikirkan juga kemungkinan ada benda asing atau
neoplasma
b. Pemeriksaan klinis
Pada pemeriksaan speculum harus diperhatikan sifat cairannya seperti kekentalan, warn, bau
serta kemungkinan adanya benda asing, ulkus dan neoplasma (kelompok khusus).
Pemeriksaan dalam dilakukan setelah pengambilan sediaan untuk pemeriksaan laboratorium
c. Pemeriksaan laboratorium
Dibuat sediaan basah NaCl 0,9% fisiologis untuk trikomoniasis, KOH 10% untuk kandidias,
pengecatan gram untuk bakteri penyebab gonore. Pemeriksaan tambahan dilakukan bila ada
kecurigaan keganasan. Kultur dilakukan pada keadaan klinis ke arah gonore tetapi hasil
pemeriksaan gram negatif. Pemeriksaan serologis dilakukan bila kecurigaan ke arah klamidia.
Diagnosis penyebab infeksi:
1) Trikomoniasis

Anamnesis: sering tidak menunjukkan keluhan , kalau ada biasanya berupa duh tubuh
vagina yang banyakmdan baerbau maupun dispareunia, perdarahan pasca coitus dan
perdarahan intermestrual
Jumlah lekore banyak,berbau, menimbulkan iritasi dan gatal. Warna sekret putih,
kuning atau purulen. Konsistensi homogen, basah, frothy atau berbusa (foamy).
Terdapat eritem dan edema pada vulva disertai dengan ekskoriasi. Sekitar 2-5%
tampak strawberry servix yang sangat khas pada trichomonas.
Laboratorium: pH>4,5 dan Sniff test (+)

Mikroskopik: pemeriksaan sediaan basah dengan larutan garam fisiologis terlihat


pergerakan trichomonas berbentuk ovoid, ukuran lebih besar dari PMN dan
mempunyai flagel, leukosit (+) dan clue cell dapat (+)

2) Kandidosis vulvovaginal

Anamnesis: keluhan panas, atau iritasi pada vulva dan keputihan yang tidak
berbau .Rasa gatal/iritasi disertai keputihan tidak berbau atau berbau asam. Keputihan
bisa banyak, putih keju atau seperti kepala susu/krim, tetapi kebanyakan seperti susu
pecah. Pada dnding vagina biasanya dijumpai gumpalan keju (cottage cheeses). Pada
vulva/dan vagina terdapat tanda-tanda radang, disertai maserasi, psuedomembran,
fissura dan lesi satelit papulopustular
Laboratorium: pH vagina<4,5 dan Whiff test (-)
Mikroskopik: pemeriksaan sediaan basah dengan KOH 10% atau dengan pewarnaan
gram ditemukan blastopora bentuk lonjong, sel tunas, pseudohifa dan kadang kadang
hifa asli bersepta

3) Vaginosis bacterial

Anamnesis: Mempunyai bau vagina yang khas yaitu bau amis terutama waktu
berhubungan seksual, namun sebagian besar dapat asimtomatik
Keputihan dengan bau amis seperti ikan. Sekret berlebihan, banyaknya sedang
sampai banyak, homogen, warna putih atau keabu-abuan, melekat pada dinding
vagina. Tidak ada tanda-tanda inflamasi.
Laboratorium:pH >4,5 biasanya berkisar antara 5-5,5 dan Whiff test (+)
Mikroskopik: clue cell (+) jarang terdapat leukosit

4) Servisitis Gonore

Anamnesis: Gejala subjektif jarang ditemukan . Pada umumnya wanita datang berobat
kalau sudah ada komplikasi. Sebagian besar penderita ditemukan pada pemeriksaan
antenatal atau pemeriksaan keluarga berencana
Duh tubuh serviks yang mukopurulen. Serviks tampak eritem, edema, ektopi dan
mudah berdarah pada saat pengambilan bahan pemeriksaan.
Laboratorium: kultur
Mikroskopik: Pemeriksaan sedian langsung dengan pengecatan gram ditemukan
diplokokus gram negatif, intraseluler maupun ekatraseluler

5) Klamidiasis

Anamnesis: gejala sering tidak khas, asimtomatik, atau sangat ringan


Eksudat seviks mukopurulen, erosi seviks, atau folikel-folikel kecil (microfollicles)
Laboratorium: pemeriksaan serologis untuk deteksi antigen melalui ELISA
Mikroskopik: dengann pengecatan giemsa akan ditemukan badan elementer dan
badan retikulat

Tabel : Penyebab, Gejala Klinis, Diagnosis Infeksi Vagina


Kandidosis
Trichomoniasi
Vaginosis
Vulvovaginalis
s
Bakterial
PENYEBAB

C.albicans

T.vaginalis

G.vaginalis
Bakteri

anaerob
Mycoplasma
KELUHAN
-

bau duh tubuh


vagina
lecet pada vulva
iritasi pada vulva
dispareunia

Bau asam

Bau

Bau amis

Jarang

Jarang

Jarang

Jarang

Sedikit-sedang

Banyak

Sedang

Putih

Kuning

Encer/menggumpal/chee
sy plaques

Encer/berbusa
purulen

Putih
Keabuan

GEJALA
-

Vulvitis/vaginitis
Duh tubuh vagina
Jumlah
Warna
konsistensi

Encer/berbus
a.
Homogen,
tipis, melekat
pada dinding
vagina

DIAGNOSIS
pH vagina
Whiff test
Mikroskopis
KOH 10%

4,5

> 4,5

> 4,5

(-)

seringkali (+)

(+)

Bentuk ragi/sel tunas

Gram

Pseudohifa bentuk ragi


(+)
Clue
cells,
PMN sedikit,
lactobacilli
sedikit (-)

NaCl

Gerakan
Trichomonas
(+)
Banyak
PMN

sel

PEMERIKSAAN PAP SMEAR

Pemeriksaan Pap Smear untuk pertama kali harus dilakukan segera setelah wanita tersebut
mulai melakukan hubungan seksual dan harus diulangi setelah 1 tahun, karena sel-sel
abnormal dapat terluput dari sekali pemeriksaan. Jika tidak didapati kelainan pada salah satu
hasil pemeriksaan Pap Smear, pemeriksaan dapat dilakukan secara teratur dengan interval 2
tahun sekurang-kurangnya sampai wanita hamil.

Pengertian Pap Smear

Pap Test (Pap Smear) adalah pemeriksaan sitologik epitel porsio dan endoservik uteri untuk
penentuan adanya perubahan pra ganas maupun ganas di porsio atau servik uteri (Tim
PKTP,RSUD Dr. Soetomo/ FK UNAIR, 2000). Sedangkan menurut Hariyono Winarto dalam
seminarnya pada tanggal 05-10-2008 tentang Pap Smear Sebagai Upaya Menghindari Kanker
Leher Rahim Bagi Wanita Usia Reproduksi, pengertian Pap Test (Pap Smear) adalah suatu
pemeriksaan dengan cara mengusap leher rahim ( scrapping ) untuk mendapatkan sel-sel
leher rahim kemudian diperiksa sel-selnya, agar dapat ditahui terjadinya perubahan atau
tidak.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pap Smear adalah pemeriksaan usapan
pada leher rahim untuk mengetahui adanya perubahan sel-sel yang abnormal yang diperiksa
dibawah mikroskop.

Tujuan Pap Smear

Menemukan sel abnormal atau sel yang dapat berkembang menjadi kanker termasuk infeksi
HPV . (Ramli, dkk: 2000). Untuk mendeteksi adanya pra-kanker, ini sangat penting
ditemukan sebelum seseorang menderita kanker. (Hariyono.W, 2008). Mendeteksi kelainan
kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim.
Mendeteksi adanya kelainan praganas atau keganasan servik uteri (Tim PKTP, RSUD Dr.
Soetomo / FK UNAIR, 2000).

Syarat Pengambilan Pap Smear

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan Pap Smear adalah sebagai
berikut :
a. Waktu pengambilan minimal 2 minggu setelah menstruasi dimulai dan sebelum
menstruasi berikutnya.
b. Berikan informasi sejujurnya kepada petugas kesehatan tentang riwayat kesehatan dan
penyakit yang pernah diderita
c. Hubungan intim tidak boleh dilakukan dalam 24 jam sebelum pengambilan bahan
pemeriksaan.
d. Pembilasan vagina dengan macam-macam cairan kimia tidak boleh dikerjakan dalam
24 jam sebelumnya.
e. Hindari pemakaian obat-obatan yang dimasukkan ke dalam vagina 48 jam sebelum
pemeriksaan.
f. Bila anda sedang minum obat tertentu, informasikan kepada petugas kesehatan,
karena ada beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi hasil analisis sel.
(Republika. C, 2007).

Klasifikasi Pap Smear


Negative: tidak ditemukan sel ganas.
Klasifikasi menurut Papanicolau adalah sebagai berikut :
Kelas I : Hanya ditemukan sel-sel normal.
Kelas II : Ditemukan beberapa sel atipik, akan tetapi tidak ada bukti keganasan.
Kelas III : Gambaran sitologi mengesankan ,tetapi tidak konklusif keganasan.
Kelas IV : Gambaran sitologi yang mencurigakan keganasan.
Kelas V : Gambaran sitologi yang menunjukkan keganasan. (Tim PKTP RSUD Dr.
Soetomo/FK UNAIR, 2000).

Interpretasi hasil pap test menurut Papanicolaou:

1) Kelas I : Identik dengan normal smear pemeriksaan ulang 1 tahun lagi.


2) Kelas II : Menunjukkan adanya infeksi ringan non spesifik, kadang disertai:
(a) Kuman atau virus tertentu.
(b) Sel dengan kariotik ringan.
Pemeriksaan ulang 1 tahun lagi, pengobatan yang sesuai dengan kausalnya
Bila ada erosi atau radang bernanah, pemeriksaan ulang 1 bulan setelah pengobatan.
3) Kelas III : Ditemukannya sel diaknostik sedang dengan keradangan berat. Periksa ulang 1
bulan sesudah pengobatan

4) Kelas IV : Ditemukannya sel-sel yang mencurigakan ganas dalam hal demikian dapat
ditempuh 3 jalan, yaitu:
(a) Dilakukan biopsi.
(b) Dilakukan pap test ulang segera, dengan skreping lebih dalam diambil 3 sediaan
(c) Rujuk untuk biopsi konfirmasi.

5) Kelas V : Ditemukannya sel-sel ganas. Dalam hal ini seperti ditempuh 3 jalan seperti pada
hasil kelas IV untuk konfirmasi. (Tim PKTP RSUD Dr. Soetomo/FK UNAIR, 2000).

Alat-alat yang diperlukan untuk pengambilan pap test yaitu :


1) Formulir konsultasi sitologi.
2) Spatula ayre yang dimodifikasi dan cytobrush.
3) Kaca benda yang pada satu sisinya telah diberikan tanda/label.

4) Spekulum cocor bebek (gravels) kering.


5) Tabung berisikan larutan fiksasi alcohol 95 %. (Arif Mansjoer, 2000).

Cara pengambilan sediaan :


1) Sebelum memulai prosedur, pastikan bahwa label wadah specimen diisi, pastikan bahwa
preparat diberi label yang menulis tanggal dan nama serta nomor identitas wanita.
2) Gunakan sarung tangan.
3) Insersi spekulum dengan ukuran tepat, visualisasi serviks, fiksasi speculum untuk
memperoleh pajanan yang diperoleh. Pastikan secara cermat membuang setiap materi yang
menghalangi visualisasi serviks/ mengganggu studi sitologi.
4) Salah satu dari 4 metode pengumpulan spesimen berikut untuk apusan pap dapat
digunakan :
(a) Tempatkan bagian panjang ujung spatula kayu yang ujungnya sedikit runcing/ pengerik
plastic mengenai dan masuk ke dalam mulut eksterna serviks dan tekan. Ambil specimen
kanalis servikalis dengan memutar spatula satu lingkaran penuh
(b) Ujung kapas aplikator berujung kapas dilembabkan dengan normal saline, insersi
aplikator tersebut ke dalam saluran serviks 2 cm dan putar 3600.
(c) Insersi alat gosok sepanjang 1-2 cm ke dalam saluran serviks dan putar 90-1800.
(d) Gunakan kombinasi metode untuk metode memasukkan spatula.

5) Sebarkan sel-sel pada preparat yang sudah diberi label. Apabila sel-sel dikumpulkan pada
spatula kayu, tempatkan satu sisi diatas dekat label diatas setengah bagian atas preparat dan
usap 1 kali sampai ke ujung preparat. Kemudian balikkan spatula dan tempatkan sisi datar
lain dekat label pada setengah bagian bawah preparat dan usap satu kali sampai ujung
preparat.
6) Segera semprot preparat dengan bahan fiksasi/ masukkan bahan tersebut didalam tabung
berisi larutan fiksasi.(Helen Varney, 2007).

7) Bila fasilitas pewarnaan jauh dari tempat praktek sederhana, dapat dimasukkan dalam
amplop/pembungkus yang dapat menjamin kaca sediaan tidak pecah. Dengan pengambilan

sediaan yang baik, fiksasi dan pewarnaan sediaan baik serta pengamatan mikroskopik yang
cermat, merupakan langkah yang memadai dalam menegakkan diagnosis. (Ramli,dkk, 2000).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan Pap Smear


Faktor faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan Pap Smear yaitu perubahan sel sel
abnormal pada mulut rahim yang akhirnya dapat terjadi kanker serviks antara lain :

Konseling pra pap smear yang tepat:


1) Waktu pengambilan minimal 2 minggu setelah menstruasi dimulai dan sebelum menstruasi
berikutnya.
2) Berikan informasi sejujurnya kepada petugas kesehatan tentang riwayat kesehatan dan
penyakit yang pernah diderita
3) Hubungan intim tidak boleh dilakukan dalam 24 jam sebelum pengambilan bahan
pemeriksaan.
4) Pembilasan vagina dengan macam-macam cairan kimia tidak boleh dikerjakan dalam 24
jam sebelumnya.
5) Hindari pemakaian obat-obatan yang dimasukkan ke dalam vagina 48 jam sebelum
pemeriksaan.
6) Bila anda sedang minum obat tertentu, informasikan kepada petugas kesehatan, karena ada
beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi hasil analisis sel. (Republika. C, 2007).
Cara pengambilan kesediaan
Pengambilan kesediaan yang tak adekuat (62 %), bisa terjadi kegagalan skrining (15 %),
interpretasi (23 %), dan angka positif palsu (3-15 %). Untuk ketepatan diagnostik perlu
diperhatikan komponen dosenviks dan ektoserviks yang diambil dengan gabungan cytobrush
dan spatula.

Tata Laksana
Terapi Infeksi Vagina
Kandidosis
Vulvovaginalis
TERAPI

Klotrimazol 500 mg intravagina,


dosis
tunggal

Trichomoniasis
Metronidazole 2 gr peroral,
dosis tunggal

Vaginosis
Bakterial
Metronidazol
e
2
gr
peroral, dosis

atau
Klotrimazol 200 mg / intravagina
selama 3 hari
atau
Nistatin 100.000
unit
/
intravagina
selama 14 hari
atau
Flukonazole 150
mg / peroral
dosis
tunggal
atau
Ketokonazole
200
mg
2x1
tablet selama 5
hari atau
Itrakonazole 200
mg 2x1 tablet
selama 1 hari

atau
Metronidazole 2x500
mg
peroral,
selama 7 hari
-

tunggal atau
Metronidazol
e 2x500 mg
peroral,
2
kali selama 2
hari atau
Ampisilin 500
mg
peroral
4xsehari
selama 7 hari
Krim
klindamisin
vagina
2%,
intravagina
selama 7 hari
atau
Gel
metronidazol
e
0,75%
intravagina
2xsehari
selama 5 hari

1. Servisitis Gonore
- Siprofloksasin 500 mg peroral, dosis tunggal atau
- Ofloksasin 400 mg peroral, dosis tunggal atau
- Tiamfenikol 3,5 gr peroral, dosis tunggal atau
- Seftriakson 250 mg, intramuskuler, dosis tunggal atau
- Spektinomisin 2 gr, intra muskuler, dosis tunggal
- Siprofloksasin, Ofloksasin dan Tiamfenikol tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau
sedang menyusui dan anak-anak.
2. Chlamydia trachomatis
- Doksisiklin 2x200 mg peroral, selama 7 hai atau
- Azitromisisn 1 gr peroral, dosis tunggal atau
- Eritromisin 4x500 mg peroral, selama 7 hari atau
- Tetrasiklin 4x500 mg peroral, selama 7 hari.
- Doksisiklin, Tetrasiklin dan Azitromisin tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau sedang
menyusui dan anak-anak.
3. Vaginalis bacterial
- Metronidazole 2 gram, peroral dosis tunggal atau
- Metronidazole 500 mg peroral, 2x1 hari selama 7 hari atau
- Ampisilin 500 mg peroral 4x1 hari selama 7 hari
Pengobatan lain dapat diberikan
- Krim klindamisin vagina 2% intravagina selama 7 hari atau
- Gel metronidazole 0,75% intravagina sehari 2 kali selama 5 hari
- Metronidazole tidak boleh diberikan pada kehamilan trimester pertama
Penanganan pada partner seksual
- Partner tetap atau sumber kontak : pemeriksaan rutin penyakit menular seksual
(sexual transmitted disease)
- Biasanya tidak diindikasikan untuk pengobatan

4. Trichomoniasis
- Metronidazole 2 gram peroral dosis tunggal atau
- Metronidazole 2x500 mg peroral selama 7 hari
- Pada wanita hamil trimester pertama dapat diberikan pengobatan topikal klotrimazol
100 mg intravagina selama 6 hari
- Metronidazole tidak boleh diberikan pada kehamilan trimester pertama namun dapat
diberikan pada trimester kedua dan ketiga
Penanganan pada partner Seksual
Partner tetap atau sumber kontak : pemeriksaan rutin traktus genitourinarius, pengobatan
dengan tablet metronidazole 2 gram peroral dosis
5. Candidiasis vulvovaginalis
- Klotrimazol 500 mg intravagina dosis tunggal atau
- Klotrimazol 200 mg intravagina selama 3 hari atau
- Nistatin 100.000 unit intravagina selama 14 hari atau
- Fluconazole 150 mg peroral dosis tunggal atau
- Itraconazole 200 mg 2 x 1 tablet selama 1 hari atau
- Imidazole vagina krem, 1 tablet setiap hari selama3-7 hari
Wanita hamil sebaiknya hanya menggunakan penggunaan topikal dengan tablet vagina

Terapi Nonfarmakologi

1). Perubahan Tingkah Laku Keputihan (Fluor albus) yang disebabkan oleh jamur lebih cepat
berkembang di lingkungan yang hangat dan basah maka untuk membantu penyembuhan menjaga
kebersihan alat kelamin dan sebaiknya menggunakan pakaian dalam yang terbuat dari katun
serta tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat (Jones,2005 ). Keputihan bisa ditularkan
melalui hubungan seksualdari pasangan yang terinfeksi oleh karena itu sebaiknya pasangan harus
mendapat pengobatan juga
2). Personal Hygiene Memperhatikan personal hygiene terutama pada bagian alat kelamin sangat
membantu penyembuhan, dan menjaga tetap bersih dan kering, seperti penggunaan produk panty liner
harus betul-betul steril . Bahkan,kemasannya pun harus diperhatikan. Jangan sampai
menyimpan sembarangan, misalnya tanpa kemasan ditaruh dalam tas bercampur dengan
barang lainnya. Karena bila dalam keadaan terbuka, bisa saja panty liner atau tisu basah
tersebut sudah terkontaminasi. Memperhatikan kebersihan setelah buang air besar atau kecil.
Setelah bersih, mengeringkan dengan tisu kering atau handuk khusus. Alat kelamin
jangandibiarkan dalam keadaan lembab.
3).Pengobatan Psikologis Keputihan tersebut tidak disebabakan oleh infeksi melainkan karena gangguan
psikologi seperti kecemasan, depresi, hubungan yang buruk, ataubeberapa masalah psikologi yang lain yang
menyebabkan emosional. Pengobatan yang dilakukan yaitu dengan konsultasi dengan ahlipsikologi. Selain
itu perlu dukungan keluarga agartidak terjadi depresi.
Pencegahan
Tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :
1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari rokok
dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
2. Setia kepada pasangan . Hindari promiskuitas atau gunakankondom untuk mencegah
penularan penyakit menular seksual.

3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak
lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yangmenyerap keringat, hindari
pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada
waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke
belakang.
5 .Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan flora
normal vagina .Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih
vagina.
6.Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina karena
dapat menyebabkan iritasi.
7.Hindari pemakaian barang- barang yang memudahkan penularan seperti meminjam
perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau
biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.
Komplikasi
Infertilitas/masalah kesuburan atau gangguan haid dan penyakit radang panggul, pelvic
inflamatori disease, eczema dan condylomata acuminata sekitar vulva, vulvovaginitis,
uretritis, pada wanita hamil dapat menyebabkan bayi prematur, gangguan perkembangan
dan berat badan lahir rendah (BBLR) terutama akibat bacterial vaginosis dan infeksi
Trichomonas, serta dapat memfasilitasi terjadinya HIV

Prognosis
Biasanya kondisi-kondisi yang menyebabkan fluor albus memberikan respon terhadap
pengobatan dalam beberapa hari. Kadang-kadang infeksi akan berulang. Dengan
perawatan kesehatan akan menentukan pengobatan yang lebih efektif.

3. Memahami dan menjelaskan thaharah keputihan


Keputihan ini umum dialami oleh wanita. Dalam kitab shahih Bukhari disebutkan,
suatu ketika ada beberapa sahabat perempuan datang bertanya kepada Aisyah radhiallahu
anha tentang batasan berakhirnya haidh. Beliau menjawab :



Jangan kalian tergesa-gesa (menetapkan akhir haidh) hingga kalian melihat cairan putih
Ibnu Hajar al-Asqolani dalam kitabnya fathul bari menjelaskan bahwa cairan putih
sebagaimana di sebut hadits di atas menjadi salah satu tanda akhir masa haidh.
Selain jenis keputihan di atas, ada pula keputihan yang terjadi dalam keadaan tidak
normal, yang umumnya dipicu kuman penyakit dan menyebabkan infeksi. Akibatnya, timbul
gejala-gejala yang sangat mengganggu, seperti berubahnya warna cairan menjadi kekuningan
hingga kehijauan, jumlah berlebih, kental, lengket, berbau tidak sedap, terasa sangat gatal
atau panas. Dalam khazanah Islam, keputihan jenis ini biasa disebut dengan cairan putih
kekuningan (sufrah )atau cairan putih kekeruhan (kudrah ). Terkait dengan kedua hal
ini, di kitab shahih Bukhari disebutkan bahwa Sahabat bernama Ummu Athiyyah
radhiallahuanhaberkata



Kami tidak menganggap al-kudrah (cairan keruh) dan as-sufrah (cairan kekuningan) sama
dengan haidh
Berdasarkan kedua hadis tersebut dapat disimpulkan :
1. Hukum orang yang mengalami keputihan tidak sama dengan hukum orang yang
mengalami menstruasi. Orang yang sedang keputihan tetap mempunyai kewajiban
melaksanakan shalat dan puasa, serta tidak wajib mandi.
2. Cairan keputihan tersebut hukumnya najis, sama dengan hukumnya air kencing. Oleh
karenanya, apabila ingin melaksanakan shalat, sebelum mengambil wudhu, harus istinjak
(cebok), dan membersihkan badan atau pakaian yang terkena cairan keputihan terlebih
dahulu.
Sedangkan apabila cairan keputihan keluar terus-menerus, maka orang yang
mengalaminya dihukumi dharurah/terpaksa, artinya orang tersebut tetap wajib melaksanakan
shalat walaupun salah satu syarat sahnya shalat tidak terpenuhi, yakni sucinya badan dan
pakaian dari najis. Menurut ulama Syafiiyah, ketentuan tersebut bisa dilaksanakan dengan
syarat diawali dengan proses membersihkan, istinjak, wudhu dan kemudian shalat dilakukan
secara simultan setelah waktu shalat masuk.

Anda mungkin juga menyukai