Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Teori


I. Anatomi dan Fisiologi
Alat Genetalia Eksterna

Alat Genetalia Eksterna


Sumber : Elaine N. Marrieb, 2001
a. Mons Pubis
Adalah bantalan berisi lemak yang terletak di permukaan anterior
simfisis pubis. Mons pubis berfungsi sebagai bantalan pada waktu
melakukan hubungan seks.
b. Labia Mayora (bibir besar)
Labia mayora ialah dua lipatan kulit panjang melengkung yang
menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis.
Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengelilingi labia
monora, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora
melindungi labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina (muara
vagina).
c. Labia Minora (bibir kecil)
Labia minora, terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan
kulit yang panjang, sempit dan tidak berambut yang memanjang ke arah
bawah dari bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette. Sementara
bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen,
permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina; merah
muda dan basah. Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia
berwarna merah kemurahan dan memungkinkan labia minora
membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik.
d. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang terletak
tepat dibawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian
yang terlihat adalah sekitar 6 x 6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris
di namai glans dan lebih sensitif daripada badannya. Saat wanita secara
seksual terangsang, glans dan badan klitoris membesar.
e. Vulva
Adalah bagian alat kandungan luar yang berbentuk lonjong, berukuran
panjang mulai dari klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil, sampai ke
belakang dibatasi perineum.
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau
lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette.
Vestibulum terdiri dari muara utetra, kelenjar parauretra (vestibulum
minus atau skene), vagina dan kelenjar paravagina (vestibulum mayus,
vulvovagina, atau Bartholini). Permukaan vestibulum yang tipis dan
agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia (deodorant semprot,
garam-garaman, busa sabun), panas, rabas dan friksi (celana jins yang
ketat).
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan
tipis,terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di
garis tengah dibawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa
navikularis terletak di antara fourchette dan himen.
h. Perineum
Perineum terletak diantara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm.
Jaringan yang menopang perineum adalah diafragma pelvis dan
urogenital. Perineum terdiri dari otot-otot yang dilapisi, dengan kulit dan
menjadi penting karena perineum dapat robek selama melahirkan.

1. Alat Genetalia Interna

Alat Genetalia Interna


Sumber : Winkjosastro, 2007

a. Ovarium
Ovarium merupakan organ yang berfungsi untuk perkembangan dan
pelepasan ovum, serta sintesis dari sekresi hormone steroid. Ukuran
ovarium, panjang 2,5 – 5 cm, lebar 1,5 – 3 cm, dan tebal 0,6 – 1 cm.
Normalnya, ovarium terletak pada bagian atas rongga panggul dan
menempel pada lakukan dinding lateral pelvis di antara muka eksternal
yang divergen dan pembuluh darah hipogastrik Fossa ovarica waldeyer.
Ovarium melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium. Dua
fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi
hormon. Ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormon seks
steroid (estrogen, progesteron, dan androgen) dalam jumlah yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan fungsi wanita
normal.
b. Vagina
Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rectum dan di
belakang kandung kemih dan uretra, memanjang dari introitus (muara
eksterna di vestibulum di antara labia minora vulva) sampai serviks
(portio). Vagina merupakan penghubung antara genetalia eksterna dan
genetalia interna. Bagian depan vagina berukuran 6,5 cm, sedangkan
bagian belakang berukuran 9,5 cm. Vagina mempunyai banyak fungsi
yaitu sebagai saluran keluar dari uterus dilalui sekresi uterus dan kotoran
menstruasi sebagai organ kopulasi dan sebagai bagian jalan lahir saat
persalinan. Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat
dan mampu meregang secara luas. Ceruk yang terbentuk di sekeliling
serviks yang menonjol tersebut disebut forniks: kanan, kiri, anterior dan
posterior. Mukosa vagina berespons dengan cepat terhadap stimulasi
estrogen dan progesteron. Sel-sel mukosa tanggal terutama selama
siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang diambil dari
mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks
steroid. Cairan vagina berasal dari traktus genitalia atas atau bawah.
Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen
mempertahankan keasaman. Apabila pH naik di atas lima, insiden
infeksi vagina meningkat (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004).
c. Uterus
Uterus merupakan organ muskular yang sebagian tertutup oleh
peritoneum / serosa. Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng.
Uterus wanita nullipara panjang 6-8 cm, dibandingkan dengan 9-10 cm
pada wanita multipara. Berat uterus wanita yang pernah melahirkan
antara 50-70 gram. Sedangkan pada yang belum pernah melahirkan
beratnya 80 gram / lebih. Uterus terdiri dari:
1) Fundus uteri, merupakan bagian uterus proksimal, kedua tuba
fallopi berinsensi ke uterus.
2) Korpus uteri, merupakan bagian uterus yang terbesar. Rongga
yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri. Dinding
korpus uteri terdiri dari 3 lapisan: serosa, muskula dan mukosa.
Mempunyai fungsi utama sebagai janin berkembang.
3) Serviks, merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus, terletak
dibawah isthmus. Serviks memiliki serabut otot polos, namun
terutama terdiri atas jaringan kolagen, ditambah jaringan elastin
serta pembuluh darah.
4) Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan: endometrium,
miometrium, dan sebagian lapisan luar peritoneum parietalis.
d. Tuba Falopii
Tuba falopii merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu
uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum
mencapai rongga uterus. Panjang tuba fallopi antara 8-14 cm. Tuba
falopii oleh peritoneum dan lumennya dilapisi oleh membran mukosa.
Tuba fallopi terdiri atas: pars interstialis : bagian tuba yang terdapat di
dinding uterus, pars ismika : bagian medial tuba yang sempit
seluruhnya, pars ampularis : bagian yang terbentuk agak lebar tempat
konsepsi terjadi, pars infudibulum : bagian ujung tuba yang terbuka ke
arah abdomen mempunyai rumbai/umbul disebut fimbria.
e. Serviks
Bagian paling bawah uterus adalah serviks atau leher. Tempat
perlekatan serviks uteri dengan vagina, membagi serviks menjadi
bagian supravagina yang panjang dan bagian vagina yang lebih pendek.
Panjang serviks sekitar 2,5 sampai 3 cm, 1 cm menonjol ke dalam
vagina pada wanita tidak hamil. Serviks terutama disusun oleh jaringan
ikat fibrosa serta sejumlah kecil serabut otot dan jaringan elastic
(Evelyn, 2002).

2. Anatomi Tulang Panggul

Anatomi Tulang Panggul


Sumber : Syaifuddin, 2007
Tulang panggul (os sakrum) terdiri atas kiri dan kanan yang melekat
satu sama lain di garis medianus persambungan tulang rawan disebut
simpisis oseum pubis sehingga terbentuk gelang panggul yang disebut
singulum ekstremitas inferior. Os sakrum dibentuk oleh os ileum (tulang
usus), os pubis (tulang kemaluan), dan os iskii (tulang duduk). Di dalam os
ileum terdapat lekuk besar yang disebut fossa iliaka, di depan krisna iliaka
terdapat tonjolan spina iliaka anterior superior dan di belakang spina iliaka
posterior superior. Os iskii terdiri atas korpus ossis iskii, di belakang
asetabulum korpus ossis iskii mempunyai taju yang tajam disebut spina
iskiadika yang terdapat insisura iskiadika mayor dan dibawahnya spina
iskiadika minor. Os pubis terdiri dari pubis kanan dan kiri yang terdapat
tulang rawan disebut simpisis pubis. (Syaifuddin, 2007).
3. Anatomi Konjugata Obstetrika

Konjugata Obstetrika
Sumber : Harry, 2003
Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke
promontorium panjangnya lebih kurang 11 cm. Jarak terjauh garis
melintang pada pintu atas panggul disebut diameter tranversa. Bila ditarik
garis dari artikulasio sakroiliaka ke titik persekutuan antara diameter
transversa dan konjugata vera dan diteruskan ke linea innominata, disebut
diameter oblikua. Konjugata vera sama dengan konjugata diagonalis
dikurangi 1,5 cm. Konjugata obstetrika merupakan konjugata yang paling
penting yaitu jarak antara bagian tengah dalam simfisis dengan
promontorium.

4. Anatomi Kulit Abdomen

Anatomi Kulit Abdomen


Sumber : Winkjosastro, 2005
Kulit terdiri dari 3 lapisan, yaitu :
a. Lapisan epidermis, merupakan lapisan luar, terdiri dari epitel skuamosa
bertingkat. Sel-sel yang menyusunnya dibentuk oleh lapisan germinal
dalam epitel silindris dan mendatar, ketika didorong oleh sel-sel baru ke
arah permukaan, tempat kulit terkikis oleh gesekan. Lapisan luar terdiri
dari keratin, protein bertanduk, Jaringan ini tidak memiliki pembuluh
darah dan sel-selnya sangat rapat.
b. Lapisan dermis adalah lapisan yang terdiri dari kolagen, jaringan fibrosa
dan elastin. Lapisan superfasial menonjol ke dalam epidermis berupa
sejumlah papila kecil. Lapisan yang lebih dalam terletak pada jaringan
subkutan dan fasia. Lapisan ini mengandung pembuluh darah,
pembuluhlimfe dan saraf.
c. Lapisan subkutan mengandung sejumlah sel lemak, berisi banyak
pembuluh darah dan ujung saraf. Lapisan ini mengikat kulit secara
longgar dengan organ-organ yang terdapat dibawahnya. Dalam
hubungannya dengan tindakan SC, lapisan ini adalah pengikat organ-
organ yang ada di abdomen, khususnya uterus. Organ-organ di abdomen
dilindungi oleh selaput tipis yang disebut peritonium. Dalam tindakan
SC, sayatan dilakukan dari kulit lapisan terluar (epidermis) sampai
dinding uterus.

B. Definisi Sectio Caesarea

Seksio secaria merupakan prosedur operatif, yang di lakukan di bawah anestesia


sehingga janin, plasentadan ketuban di lahirkan melalui insisi dinding abdomendan
uterus. Prosedurini biasanya di lakukan setelah viabilitas tercapai ( mis, usia
kehamilan lebih dari 24 minggu ).(Buku Ajar bidan,Myles,edisi 14.2011.hal:567).
Sectio sesarea adalah pengeluaran janin melalui insisi abdomen. Teknik ini
digunakan jika kondisi ibu menimbulkan distres pada janin atau jika telah terjadi
distres janin. Sebagian kelainan yang sering memicu tindakan ini adalah malposisi
janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan ibu.
Sectio sesarea dapat merupakan prosedur elektif atau darurat .Untuk sectio
caesarea biasanya dilakukan anestesi spinal atau epidural. Apabila dipilih anestesi
umum, maka persiapan dan pemasangan duk dilakukan sebelum induksi untuk
mengurangi efek depresif obat anestesi pada bayi .(Buku pre operatif .arif
muttaqin.2010.hal:507)
Sectio caesarea adalah melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen
(laparotomi)dan dinding uterus (histerotomi).Definisi ini tidak mencakup
pengeluaran janin dari rongga abdomen pada kasus rupture uteri atau pada kasus
kehamilan abdomen. (obstetri williams,2005).
Kesimpulan dari ketiga pengertian diatas yaitu, Sectio caesarea adalah
pengeluaran janin melalui insisi dinding abdomen. Teknik ini digunakan jika
kondisi ibu menimbulkan distres pada janin atau jika telah terjadi distres janin.
Sebagian kelainan yang sering memicu tindakan ini adalah malposisi janin, plasenta
previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan ibu.

C. Etiologi Sectio Caesarea


Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan
menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal
yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan
normal ( Dystasia ).
1. Pada Ibu :
a. disproporsi kepala panggul
b. Disfungsi uterus
c. Distosia jaringan lunak
d. Plasenta previa
e. His lemah / melemah
2. Pada Anak :
1. Janin besar
2. Gawat janin
3. Letak lintang
4. Hydrocephalus
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan
menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-
halyang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses
persalinan normal ( Dystasia ) berupa:
1. Fetal distress
2. His lemah / melemah
3. Janin dalam posisi sungsang atau melintang
4. Bayi besar ( BBL≥4,2 kg )
5. Plasenta previa
6. Kalainan letak
7. Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan
panggul)
8. Rupture uteri mengancam
9. Hydrocephalus
10. Primi muda atau tua
11. Partus dengan komplikasi
12. Panggul sempit

D. Klasifikasi Sectio Caesarea


1. Insisi Abdomen
a. InsisiVertikal
Insisi vertical garis tengah infra umbilikus adalah insisi yang paling
cepat dibuat.Insisi ini harus cukup panjang agar janin dapat lahir tanpa
kesulitan.Oleh karenanya, panjang harus sesuai dengan taksiran ukuran
janin
b. Insisi Transversal/Lintang
Kulit dan jaringan subkutan disayat dengan menggunakan insisi
transversal rendah sedikit melengkung.Insisi kulit transversal jelas
memiliki keunggulan kosmetik .walaupun sebagian orang beranggapan
bahwa insisi ini lebih kuat dan kecil kemungkinannya terlepas ,insisi
ini juga memiliki kekurangan,pada sebagian wanita pemajanan uterus
yang hamil dan apendiksnya tidak sebaik pada insisi vertical.
c. Insisi Uterus
Suatu insisi vertical kedalamkorpus uterus diatassegmenbawah uterus
danmencapai fundus uterus namun tindakan ini sudah jarang digunakan
saat ini.
Keuntungannya adalah menghindari risiko robekan ke pembuluh darah
uterus,kemampuan untuk memperluas insisi jika diperlukan ,hanya
pada segment bawah saja. Untuk presentasi kepala,insisi tranversal
melalui segment bawah uterus merupakan tindakan pilihan.secara
umum,insisi transversal:
a) Lebih mudah di perbaiki
b) Terletak ditempat yang paling kecil kemungkinannya
rupture disertai keluarnya janin ke rongga abdomen pada
kehamilan berikutnya.
c) Tidak menyebabkan perleketan usus atau omentum ke
garis insisi..
d. Tekniki sisi sesarea klasik
Kadang-kadang perlu dilakukan insisi klasik untuk melahirkan janin.
Beberapa indikasinya adalah :
a) Apabila segmen bawah uterus tidak dapat dipajankan atau
dimasuki dengan aman karena kandung kemih melekat
atakibat pembedahan sebelumnya, atau apabila sebuah
mioma menempati segmen bawah uterus atau apabila
terdapat karsinoma invasive diserviks.
b) Apabila janin berukuran besar dan terletak melintang
,terutama apabila selaput ketuban sudah pecah dan bahu
terjepit jalan lahir.
c) Pada sebagian kasus plasenta previa dengan implantasi
anterior.
d) Pada sebagian kasus janin yang sengat kecil terutama
dengan presentasi bokong yang segment bawah uterusnya
tidak menipis.
e) Pada sebagian kasus ibu dengan obesitas berat yang hanya
memungkinan untuk menakses bagianatas uterus saja.
e. Seksio sesarea ekstra peritoneum
Tujuan operasi adalah untuk membuka uterus secara ekstra peritoneum
dengan melakukan diseksi melalui ruang retzius dan kemudian
disepanjang salah satu dan di belakang kandung kemih untuk mencapai
segmen bawah uterus. Prosedur ini hanya berlangsung singkat sebagian
besar mungkin karena tersedianya berbagai obat antimikroba yang
efektif.
f. Seksio sesarea postmortem
Kadang-kadang seksio sesarea dilakukan pada seorang wanita yang
baru meninggal atau yang diperkirakan tidak lama lagi akan
meninggal.pada situasi seperti iniprognosis yang memuaskan pada
bayi bergantung pada:
 Antisipasi kematian ibu,bila mungkin
 Usia gestasi janin
 Ketersediaan petugas dan peralatan yang sesuai
 Ketersediaan ventilasi perimortem dan masase jantung bagi ibu
 Pelahiran segera dan resusitasi neonates yang efektif.
2. Vagina (sectio caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila :
a. Sayatan memanjang (longitudinal)
b. Sayatan melintang (tranversal)
c. Sayatan huruf T (T Insisian)
(obstetric wiliams.2006,vol.1,)
E. Patofisiologi Sectio Caesarea
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500
gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan
tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia
jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah
gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan
mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang
pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu
produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar
hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh
karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip
steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan
rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat
regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya
terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir
dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya
janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu
terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar.
Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat
sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi
ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas
usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan
terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian
diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari
mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada
di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun.
Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa
endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada
perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi. (Saifuddin, Mansjoer &
Prawirohardjo, 2002)

F. Manifestasi Klinis Post op Sectio Caesarea


Persalinan dgn Sectio Caesaria , membutuhkan perawatan yg lebih
koprehensif yaitu: perawatan post operatif & perawatan
post partum.Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doenges
(2001),diantaranya :
1. Nyeri dampak ada luka pembedahan
2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3. Fundus uterus kontraksi kuat & terletak di umbilicus
4. Aliran lokhea sedang & bebas bekuan yg berlebihan
(lokhea tak berlimpah)
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira -kira
600-800ml
6. Emosi labil / perubahan emosional dgn mengekspresikan
ketidakmampuan menghadapi situasi baru
7. Biasanya terpasang kateter urinarius
8. Auskultasi bising usus tak terdengar / samar
9. P e n g a r u h a n e s t e s i b i s a m e m u n c u l k a n m u a l & m u n t a h
10. Status pulmonary bunyi paru jelas & vesikuler
11. Pada kelahiran secara SC tak direncanakan kian bisanya minus paham
prosedur
12. Bonding & Attachment pada anak yg baru dilahirkan.

G. Pemeriksaan Penunjang Sectio Caesarea


Adapun pemeriksaan penunjang pada section caesarea adalah:
1. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
2. Pemantauan EKG
3. Elektrolit
4. Hemoglobin/Hematokrit
5. Golongan darah
6. Urinalisis / kultur urine
7. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
8. Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi.
9. Ultrasound sesuai pesanan
10. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari
kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada
pembedahan.
11. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
12. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
13. Pemeriksaan elektrolit.

H. Komplikasi Sectio Caesarea


1. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari
dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis dan
lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada
gejala - gejala infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan
predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban
pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan
pemberian antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC
klasik dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC transperitonealis profunda.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria
uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri
3. Komplikasi - komplikasi lain seperti:
 Luka kandung kemih
 Embolisme paru – paru
 Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut
pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura
uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea
klasik.

I. Penatalaksanaan Sectio Caesarea


1. Pemberian cairan
Karena 6 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian
cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit
agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ
tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam
fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung
kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai
kebutuhan.
2. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita
flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan
peroral.Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah
boleh dilakukan pada 6 - 8 jam pasca operasi, berupa air putih dan
air teh.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 8 jam setelah
operasi
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar
3) Hari pertama post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya.
4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler)
5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri, dan pada hari ke-3 pasca
operasi.pasien bisa dipulangkan
4. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan.Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
5. Pemberian obat-obatan
1. Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda
setiap institusi
2. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran
pencernaan
 Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
 Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
 Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila
perlu
3. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita
dapat diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C.
6. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti.
7. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,
tekanan darah, nadi,dan pernafasan.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian fokus
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama,
alamat, status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record,
diagnosa medik, yang mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan
umum tanda vital.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi kien
multipara
d. Data riwayat penyakit
1) Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau
penyakit yang dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan
setelah klien operasi.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Meliputi penyakit lain yang dapat mempengaruhi penyakit
sekarang, maksudnya apakah klien pernah mengalami penyakit
yang sama (plasenta previa)
3) Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang diderita klien dan apakah keluarga klien
ada juga mempunyai riwayat persalinan yang sama (plasenta
previa).

e. Pola-pola fungsi kesehatan


1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan
cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga
kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan
dirinya
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.
3) Pola aktifitas
Pada klien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat
lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena
mengalami kelemahan dan nyeri.
4) Pola eleminasi
Pada klien postpartum sering terjadi adanya perasaan sering / susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema,
yang menimbulkan infeksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi
karena penderita takut untuk melakukan BAB.
5) Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena
adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
6) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga
dan orang lain.
7) Pola penagulangan stres
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
8) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka jahitan dan
nyeri perut akibat involusi uteri (pengecilan uteri oleh kontraksi uteri),
pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan
merawat bayinya
9) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih
menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan
konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri
10) Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau
fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan
dan nifas.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kontribusi rambut, warna
rambut, ada atau tidak adanya edem, kadang-kadang terdapat adanya
cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan.
2) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses
persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing.
3) Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya,
adakah cairan yang keluar dari telinga.
4) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung.
5) Leher
Pembesaran kelenjar limfe dan tiroid, adanya abstensi vena jugularis.
6) Dada dan payudara
Bentuk dada simetris, gerakan dada, bunyi jantung apakah ada bisisng
usus atau tiak ada. Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya
hiperpigmentasi areola mamae dan papila mamae
7) Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa
nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8) Ginetelia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam
kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
9) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur,
adanya hemoroid.
10) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung
atau ginjal.
11) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi
cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

2. Diagnosa keperawatan yang sering muncul


a. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin,
prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section
caesarea)
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada abdomen
post operasi SC
c. Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan, luka post operasi
d. Cemas berhubungan dengan koping yang tidak efektif

3. Rencana Tindakan
a. Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri
(histamin, prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan
(section caesarea)
Tujuan: Klien akan mengungkapkan penurunan nyeri
Kriteria hasil:
- Mengungkapkan nyeri dan tegang di perutnya berkurang
- Skala nyeri 0-1 ( dari 0 – 10 )
- Dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri
- Kooperatif dengan tindakan yang dilakukan
- TTV dalam batas normal ; Suhu : 36-37°C, TD : 120/80 mmHg, RR
: 18-20x/menit, Nadi : 80-100 x/menit

Tindakan Rasional

1) Kaji lokasi, sifat dan durasi nyeri, Menandakan ketepatan pilihan


khususnya saat berhubungan tindakan. Klien yang menunggu
dengan indikasi kelahiran sesaris. kelahiran sesaria iminen dapat
mengalami berbagai derajat
ketidaknyamanan, tergantung pada
indikasi terhadap prosedur.
Tingkat toleransi ansietas adalah
individual dan dipengaruhi oleh
2) Hilangkan factor-faktor yang
berbagai faktor. Ansietas berlebihan
menghasilkan ansietas (mis;
pada respon terhadap situasi darurat
kehilangan control), berikan
dapat meningkatkan ketidaknyamanan
informasi akurat, dan anjurkan
karena rasa takut, tegang, dan nyeri
keberadaan pasangan.
yang saling berhubungan dan merubah
kemampuan klien untuk mengatasi.
Dapat membantu dalam reduksi
ansietas dan ketegangan dan
meningkatkan kenyamanan.
3) Instruksikan teknik relaksasi;
posisikan senyaman mungkin.
Gunakan sentuhan terapeutik.

a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada


abdomen post operasi SC
Tujuan: Dalam 3 x 24 jam gangguan mobilitas fisik teratasi
dengan kriteria hasil klien mampu melakukan aktivitasnya secara
mandiri
Tindakan Rasional

1) Kaji tingkat mobilitas dari klien 1) Diharapkan dapat mempermudah


pemberian tindakan pengobatan
selanjutnya
2) Diharapkan dapat meningkatkan
2) Motivasi klien untuk kenyamanan dan ambulasi.
melakukan mobilitas secara
bertahap 3) Dapatkan meningkatkan posisi
3) Pertahankan posisi tubuh yang tepat fungsional pada tubuh klien.
4) berikandukungan dan bantuan kelu 4) Memampukan keluarga/orang
arga/orang terdekat pada terdekat untuk aktifitas
latihan gerak klien. dalam perawatan klien
perasaan senang dan nyaman pada
klien.
b. Diagnosa keperawatan : Resiko infeksi berhubungan dengan
perdarahan, luka post operasi
Tujuan umum : Sel darah putih, suhu, nadi, tetap dalam batas
normal. Penyembuhan insisi terjadi dengan tujuan pertama ; uterus
tetap lembut dan tidak empuk dan lochia bebas dari bau.

Tindakan Rasional

1) Angkat balutan verban abdomen 1) Memudahkan insisi untuk kering


sesuai indikasi dan meningkatkan penyembuhan
setelah 24 jam pertama menjalani
prosedur pembedahan.
2) Insisi biasanya sudah cukup sembuh
2) Bantu sesuai keperluan dengan untuk pengangkatan benang pada 4-
mengangkat benang kulit 5 hari setelah prosedur
pembedahan.
3) Mandi sering diijinkan setelah hari
3) Anjurkan klien untuk mandi air ke-2 menjalani prosedur kelahiran
hangat setiap hari. caesarea dapat meningkatkan
kebersihan dan dapat merangsang
sirkulasi dan penyembuhan luka
4) Mempertahankan kontraksi
miometrial oleh karena menurunya
penyebaran bakteri melalui dinding
uterus, membantu dalam
pengeluaran bekuan dan selaput.
5) Bekterimial lebih sering pada ibu
4) Berikan oxytoksin atau preparat
yang mengalami ruptur membrane
ergometrium, beri infuse oksitoksin
untuk 6 jam atau lebih lama dari
yang sering dianjurkan secara rutin
pada klien yang mempunyai
untuk 4 jam setelah prosedur
membran tetap utuh sebelum
pembedahan.
5) Ambil darah vaginal dan kultur menjalani kelahiran caesarea,
urine bila infeksi dicurigai. pemasangan kateter tidak tetap,
mempredisposisi klien untuk
kemungkinan infeksi.
6) Menurunkan / mengurangi
kemungkinan endometritis post
partum sebagaimana halnya dengan
komplikasi seperti abses insisi atau
trombophlebitis pelvis.

6. Berikan infus antibiotik profilaksis.

c. Diagnosa : Cemas b/d koping yang tidak efektif.


Tujuan :
Klien akan ;
 Mengungkapkan rasa takut pada keselamat klien dan janin
 Mendiskusikan perasaan tentang kelahiran sesaria
 Tampak benar-benar rileks
 Menggunakan sumber atau sistem pendukung secara efektif

Tindakan Rasional

1) Kaji respons psikologis pada Makin klien merasakan ancaman,


kejadian dan ketersediaan system makin besar tingkat ansietas.
pendukung.
2) Pastikan apakah prosedur Pada kelahiran sesaria yang tidak
direncanakan atau tidak direncanakan, klien/pasangan
direncanakan. biasanya tidak mempunyai waktu
untuk persiapan secara psikologis
maupun fisiologis. Bahkan bila
direncanakan, kelahiran sesaria dapat
membuat ketakutan klien/pasangan
karena ancaman fisik aktual atau
dirasakan pada ibu dan bayi yang
berhubungan dengan prosedur dan
pembedahan itu sendiri.
Membantu membatasi transmisi
ansietas interpersonal, dan
mendemonstrasikan perhatian terhadap
klien/pasangan.
Memfokuskan pada kemungkinan
3) Tetap bersama klien dan tetap keberhasilan hasil akhir dan
tenang. Bicara perlahan. membantu membawa ancaman yang
Tunjukkan empati. dirasakan / aktual ke dalam perspektif.
Mendukung mekanisme koping dasar
4) Beri penguatan aspek positif dari dan otomatik, meningkatkan
ibu dan kondisi janin. kepercayaan diri dan penerimaan, dan
menurunkan ansietas
Klien dapat mengalami penyimpangan
memori dari melahirkan masa lalu atau
persepsi tidak realistis dari
abnormalitas kelahiran sesaria yang
5) Dukung/arahkan kembali
akan meningkatkan ansietas.
mekanisme koping yang
diekspresikan
Memungkinkan kesempatan bagi
klien/pasangan untuk
6) Diskusikan pengalaman / harapan
menginternalisasi informasi.
kelahiran anak pada masa lalu, bila
Menyusun sumber-sumber, dan
tepat.
mengatasi dengan efektif
7) Berikan masa privasi. Kurangi
rangsang lingkungan, seperti
jumlah orang yang ada, sesuai
indikasi keinginan klien.

Anda mungkin juga menyukai