PEMBAHASAN
teori dengan aplikasi Asuhan Keperawatan pada Tn.A dengan post operasi
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Fungsi
dan kegunaan pengkajian adalah untuk mendapatkan data yang lengkap dan
akurat baik yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien dan keluarga
atau petugas kesehatan yang terkait. Data juga diperoleh dari dokumentasi
rekam medik pasien atau catatan perawatan, observasi dan pemeriksaan fisik
pasien.
Fokus pengkajian pada apendisitis menurut Doenges, Moorhouse, dan
Geissler (2000) dari wawancara diperoleh data nyeri pada daerah perut bagian
abdomen terdapat terdapat luka post operasi dari region II sampai diatas
simpisis.
Pada pemeriksaan penunjang tidak dicantumkan data pemeriksaan
47
2
pemeriksaan penunjang post operasi tidak ada, yang ada hanya pemeriksaan
13,3 dtk, APTT (activated partial thromboplastin time) 30,4 dtk, ureum darah
12,5 mg/dl, kreatinin darah 0,72 mg/dl, glukosa sewaktu 104 mg/dl.
Pemeriksaan penunjang yang lain yaitu foto polos abdomen dengan hasil
dengan post operasi apendiktomi hari ke-3 adalah pengkajian dasar meliputi
permasalahan yang ada pada pasien. Sedang data identitas penanggung jawab
pada luka post operasi di region II sampai diatas simpisis seperti teriris-iris,
skala nyeri 4, bertambah nyeri jika bergerak terutama saat ambulasi miring ke
kiri. Riwayat penyakit dahulu pasien belum pernah menderita penyakit yang
sama seperti yang sekarang diderita, belum pernah dirawat di rumah sakit dan
belum pernah operasi. Pasien dulu memiliki riwayat penyakit maag, tapi tidak
respirasi 22 kali per menit, suhu 36,6 OC. Pada pemeriksaan head to toe
adanya luka post operasi, keadaan luka bersih dan kering. Auskultasi
normal atau tidak. Pada tangan kiri terpasang infus RL 20 tetes per menit.
Pada pemeriksaan kulit terlihat bersih, turgor kulit cukup. Pada pemeriksaan
kulit, tidak dikajinya warna dan kelembaban kulit sehingga data kurang
laparatomi dengan sayatan mulai dari regio II sampai di atas simpisis, hal ini
berbeda dengan teknik operasi apendiktomi secara umum dalam teori yang
menyebabkan pasien tampak pucat dan lemas, dalam mengkaji pola nutrisi ini
tidak dicantumkan data intake dan output, tidak mengkaji turgor kulit, warna
dan kelembaban kulit dan tidak mengkaji BB, TB dan LILA pasien, sehingga
data yang didapat kurang mendukung. Pada pola eliminasi BAB dan BAK
pasien lancar, tidak mengalami gangguan. Pada pola aktivitas dan latihan
keterbatasan gerak karena pasien merasa nyeri pada luka post operasi bila
bergerak terutama saat ambulasi miring ke kiri. Pada pola istirahat dan tidur
pasien tidak mengalami gangguan tidur, pasien biasa tidur 4-5 jam/hari. Pada
pola persepsi kognitif pasien kurang paham dengan kondisi penyakit yang
sekarang diderita. Pada pola persepsi dan konsep diri pasien berharap cepat
sembuh, ingin cepat pulang dan berkumpul bersama keluarga. Pada pola
peran dan hubungan tidak ada masalah. Pada pola reproduksi seksualitas
pasien berjenis kelamin perempuan. Pada pola koping dan pertahanan jika ada
masalah pasien selalu membicarakan bersama keluarga. Pada pola nilai dan
Untuk terapy tanggal 5 Juli 2010 diberikan Vitamin K 3x1 amp, Fosmicin 2x2
gr dan Ketorolac 2x3 mg. Dalam mencantumkan terapi ini tidak lengkap
karena tidak disertai dengan penulisan dosis terutama pada terapi pemberian
5
3x10 mg.
kasus
Dalam penyusunan asuhan keperawatan pada pasien dengan post
sebagai berikut:
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
Menurut NANDA (2005), nyeri akut adalah pengalaman emosional dan
yang dapat diantisipasi atau diprediksi durasi nyeri kurang dari 6 bulan.
Batasan karakteristik mayor nyeri yaitu adanya laporan secara verbal
(NANDA, 2005).
Diagnosa ini ditegakkan atas dasar pasien mengatakan nyeri pada luka
post operasi pada perut bagian kanan bawah sampai simfisis yang
skala nyeri 4, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 82 kali per menit,
karena pasien merasa nyeri pada luka post operasi apabila bergerak.
Masalah keperawatan ini diprioritaskan pada urutan pertama karena
dengan situasi yang tidak gawat dan tidak mengancam kehidupan pasien.
dikelola pasien, nyeri dengan skala 4 termasuk dalam skala sedang yang
disertai ekspresi wajah menahan nyeri dan merasa nyeri bila bergerak
kebutuhan rasa aman dan nyaman, dimana kebutuhan rasa aman dan
fisiologis.
Menurut Wilkinson (2000), intervensi prioritas dari diagnosa nyeri akut
secara perlahan-lahan.
f. Mengkaji tanda-tanda vital dan keadaan umum,
g. Berkolaborasi medis dalam memberikan ketorolac 3 mg per
IV.
Penulisan intervensi mengacu pada NIC NOC. Pada penulisan
yang diharapkan dari semua kriteria hasil sehingga tidak ada acuan
dalam menentukan evaluasi dan tidak ada data yang muncul secara
Sedangkan kendala yang dialami penulis adalah pada saat jam besuk,
8
ruangan agak ramai sehingga pasien tidak dapat istirahat dan pasien
masih takut nyeri bila bergerak. Adapun data yang menunjang dari
(NANDA, 2005).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu hari,
akhir dan skala awal, sedangkan tujuan dari skala yang diharapkan
Secara teori untuk memunculkan diagnosa tersebut harus terdapat salah satu
(Carpenito, 2000).
Diagnosa keperawatan ini ditegakkan atas dasar respirasi 22 kali per menit,
suhu 36,6 OC, terdapat luka jahitan post operasi bagian perut dari region II
sampai diatas simpisis, keadaan luka kering dan bersih, luka pada
pemasangan infus. Pada pasien post operasi apendiktomi terdapat luka jahitan
adanya luka operasi yang termasuk kategori besar bilamana tidak diantisipasi
membaik yang ditandai dengan tidak adanya tanda-tanda infeksi seperti rubor,
kalor, dan dolor serta luka baik terlihat bersih dan kering. Atas dasar itulah
10
meliputi pantau tanda dan gejala infeksi, instruksikan untuk menjaga higiene
luka.
g. Berkolaborasi memberikan antibiotik secara IV yaitu Fosmicin 2x2 gr.
Pada intervensi juga tidak dicantumkan skala awal dan skala yang
diharapkan dari semua kriteria hasil, sehingga tidak ada acuan dalam
menentukan evaluasi dan tidak ada data yang muncul secara tiba-tiba.
Kekuatan dalam mengatasi masalah ini adalah penulis merawat luka dengan
yang bersih dan kering, tersedianya sarana dan prasarana seperti alat-alat
yang steril, obat-obat antibiotik yang berkualitas dan pasien tidak ada faktor
alergi. Kendala yang dihadapi yaitu kurangnya peran serta keluarga dalam
Hasil yang telah dicapai setelah pelaksanaan asuhan keperawatan pada hari
pertama adalah luka dalam keadaan bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi,
suhu badan 36,6 OC. Berdasarkan data yang penulis dapat, maka masalah
tindakan yang telah dilakukan yaitu kaji keadaan luka, berikan perawatan
ruangan. Dalam penulisan evaluasi hanya dicantumkan skala akhir dan skala
dengan anoreksia.
12
dimana individu yang tidak puasa atau beresiko mengalami penurunan berat
keadaan umum lemah, membran mukosa sedikit kering dan wajah sedikit
pucat. Untuk BB, nilai albumin dan keadaan kulit tidak dicantumkan,
adalah anoreksia.
Masalah ini ditempatkan pada prioritas ketiga karena merupakan masalah
potensial kekurangan nutrisi yang ditandai dengan pasien mau makan sedikit
yang begitu mendasar dan penting. Sehingga masalah ini tidak luput untuk
ditangani agar tidak terjadi masalah kekurangan nutrisi. Apabila masalah ini
terjadi, hal ini akan menghambat proses penyembuhan luka karena kurangnya
intake protein dalam nutrisi yang berfungsi untuk mengganti sel-sel yang
kalori pada catatan asupan, berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan
nutrisi pasien adekuat. Penulisan juga tidak mencantumkan skala awal dan
skala yang diharapkan dari semua kriteria hasil, sehingga tidak ada acuan
dalam menentukan evaluasi dan tidak ada data yang muncul secara tiba-tiba.
mau makan sedikit demi sedikit dan tidak adanya respon alergi dalam
intake dan output sehingga kesulitan untuk mencari data yang adekuat.
Hasil yang telah dicapai setelah pelaksanaan asuhan keperawatan pada hari
pertama adalah pasien mau makan sedikit demi sedikit, nafsu makan pasien
bertambah, habis ½ porsi, wajah tidak terlihat pucat, infus RL 20 tetes per
menit masuk lancar. Berdasarkan data yang penulis dapat, maka masalah
dilakukan yaitu anjurkan pasien makan sedikit tapi sering, kolaborasi dengan
ahli gizi dalam pemberian diet yang tepat, sajikan makanan selagi hangat,
dicantumkan skala akhir dan skala awal, sedangkan tujuan dari skala yang
operasi.
Menurut NANDA (2005), gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan
dalam pergerakan fisik pada bagian tubuh tertentu atau pada satu atau lebih
ekstremitas.
Batasan karakteristik mayor gangguan mobilitas fisik yaitu keterbatasan
gangguan mobilitas fisik yang tepat karena adanya luka post operasi.
keterbatasan karena adanya luka post operasi. Setiap kali pasien melakukan
ambulasi miring kiri, pasien merasa sakit pada daerah post operasi. Ambulasi
secara permanen, pasien mau berlatih ambulasi miring kiri secara bertahap
secara permanen atau bisa menyebabkan kekakuan otot maupun sendi karena
tidak adanya usaha dalam latihan ambulasi jalan, gerakan ROM, ambulasi
mobilitas fisik meliputi bantu pasien untuk menggunakan fasilitas alat bantu
jalan, tempatkan tempat tidur pada posisi yang mudah dijangkau, monitor
post operasi.
e. Menginstruksikan keluarga pasien untuk membantu aktivitas pasien
secara mandiri.
tidak disebutkan semua, cukup 3 kriteria hasil yang bisa dicapai dalam
jangka waktu pendek diantaranya gerakan otot, gerakan sendi dan ambulasi
jalan.
17
Penulisan intervensi juga tidak mencantumkan skala awal dan skala yang
diharapkan dari semua kriteria hasil, sehingga tidak ada acuan dalam
menentukan evaluasi dan tidak ada data yang muncul secara tiba-tiba. Faktor
pasien selama satu hari, hanya penulis menganjurkan pada keluarga pasien
pasien mau latihan jalan walaupun secara perlahan, pasien mau berlatih
miring kiri secara pelan, dan pasien mau melakukan aktivitas secara mandiri
bantu pasien dalam ambulasi jalan, latih pasien dalam gerakan ROM pasif
skala akhir dan skala awal, sedangkan tujuan dari skala yang diharapkan
pengobatannya.
Masalah keperawatan ini diprioritaskan pada urutan kelima karena
tingkat pengetahuan.
Walaupun diagnosa ini bersifat potensial bila tidak diperhatikan dan diangkat
manifestasi klinis).
d. Mendiskusikan tentang terapi dan perawatan.
Penulisan intervensi juga tidak dicantumkan skala awal dan skala yang
diharapkan dari semua kriteria hasil, sehingga tidak ada acuan dalam
menentukan evaluasi dan tidak ada data yang muncul secara tiba-tiba. Faktor
yang berarti.
Pada diagnosa kelima ini setelah dilakukan tindakan keperawatan hasil yang
masalah kurang pengetahuan teratasi. Dalam diagnosa ini, penulis tidak perlu
akhir dan skala awal, sedangkan tujuan dari skala yang diharapkan tidak
(NANDA, 2005).
Dari data pengkajian didapatkan membran mukosa sedikit kering, pasien
tampak lemah, nadi dalam batas normal, tekanan darah menurun, suhu
dan nilai hematokrit masih dalam batas normal. Pada pengkjian, data