ASUHAN KEPERAWATAN
Diajukan untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan I dengan dosen pembimbing
Linda Sari Barus., M.Kep., Ns.,Sp. Kep. An.
Disusun Oleh:
30140116001
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Tifus Abdominalis merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus
(Hidayat, 2006)
Demam tipoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
Jadi, tipoid adalah penyakit infeksi pada usus halus yang disebabkan oleh
panjangnya 1 m.
a. Lapisan luar tersusun oleh membran serosa yang merupakan lapisan peri
toneum yang terdiri dari lapisan visceral dan parietal. Peritoneum melipat
dan meliputi usus dan seluruh lapisan visera abdomen. Lipatan lipatan
peritoneum ada yang disebut dengan mesenterium, omentum majus, dan
b. Lapisan berotot terdiri dari 2 lapis serabut lapisan luar terdiri atas serabut
c. Mukosa bagian dalam tebal serta banyak mengandung pembuluh darah dan
lenjar.
d. Dinding submukosa terdapat otot sirkuler dan lapisan yang terdalam yang
areoral dan berisi banyak pembuluh darah, saluran limfe, kelenjar dan
Secara mikrokopis usus halus memiliki tiga struktur yang sangat menambah
luas permukaan dan membantu fungsi utama untuk mengabsorpsi nutrien di usus
hingga 16 juta cm2 meningkat sekitar 1000 kali lipat (bila permukaannya rata
radiografi
b. Vili merupakan tonjolan tonjolan mukosa seperti jari jari yang jumlahnya
sekitar 4 atau 5 juta di sepanjang usus halus. Vili panjangnya 0,5 sampai 1,5
atas absorpsi bahan makanan di usus halus. Enzim pada brush border
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum),
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
(jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang
normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua
muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum
berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal
bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan
usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus
antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan
jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis
dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar
yakni sedikitnya sel goblet dan plak Payeri. Sedikit sulit untuk
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam
bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus,
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan
terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu.
Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi
2) Fungsi Sekresi
3) Digesti
4) Absorbsi
3. Etiologi Tipoid
gram negatif, berfagel, dan tidak berspora, anaerob fakultatif, masuk dalam
batang single atau berpasangan. Salmonella hidup dengan baik pada suhu 37oc
dan dapat hidup pada air yang beku dan dingin, air tanah, air laut dan debu
terkontaminasi dan tiram beku. Parasit hanya pada tubuh manusia. Dapat
dimatikan pada suhu 60oC selama 15 menit. Hidup subur pada medium yang
Dalam serum penderita demam typhoid akan terbentuk antibody terhadap ketiga
Penyakit typhoid ini sangat mudah teriadi pada lingkungan dengan sanitasi
menjadi karier dan menularkan typoid kepada orang lain melalui jari-jari
tidak pernah menderita typoid dapat menularkan typoid dalam urin dan
fasesnya.
c. Feses dapat menularkan salmonella ke orang lain melalui rute fecal oral.
Artinya penularan dari feses dan masuk ke mulut. Sebagai contoh seorang
ibu rumah tangga yang menjadi karier dapat menularkan salmonella kepada
d. Fly (Lalat) dapat menjadi vektor mekanisme penularan typoid. Lalat, dapat
dapat dikatakan bahwa manusia menjadi host dan vector penularan penyakit
ini.
kontak langsung dengan cairan tubuh pasien (darah, urin) dan feses yang
adalah 10-14 hari. Masa awal penyakit, tanda dan gejala penyakit berupa
anoreksia, rasa malas, sakit kepala bagian depan, nyeri otot, lidah kotor (putih
ditengah dan tepi lidah kemerahan, kadang disertai tremor lidah), nyeri perut
sehingga dapat tidak terdiagnosis karena gejala mirip dengan penyakit lainnya.
a. Minggu pertama (awal terinfeksi, setelah masa inkubasi 10-14 hari, gejala
penyakit berupa demam tinggi berkisar 39oC hingga 40oC, sakit kepala dan
pusing, pegal pada otot, mual, muntah, batuk, nadi meningkat, denyut
lemah, perut kembung (distensi abdomen), dapat terjadi diare atau konsti-
pasi, lidah kotor, epistaksis. Pada akhir minggu pertama lebih sering terjadi
diare, namun demikian biasanya diare lebih sering terjadi pada anak-anak
merah yang berupa makula papula disebut roseolae karena adanya trombus
emboli basil pada kulit terjadi pada hari ke-7 dan berlangsung kemudian
roseolae dan umum dapat terlihat dengan jelas pada berkulit putih yaitu
berupa makula merah tua ukuran 2-4 mm, berkelompok, timbul pada kulit
perut, lengan atas atau dada bagian bawah, kelihatan memucat bila ditekan.
b. Minggu kedua, suhu badan tetap tinggi, bradikardia relatif, terjadi ganguan
pendengaran, lidah tampak kering dan merah mengkilat. Diare lebih sering,
c. Minggu ketiga. Suhu tubuh berangsung angsur turun dan normal kembali di
akhir minggu. Hal itu jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati.
abdomen. Jika denyut nadi meningkat disertai oleh peritonitis lokal maupun
keempat dapat dijumpai adanya pneumonia lobaris atau tro vena femoralis
5. Patofisiologi Tifoid
oleh salmonella biasanya >10. 000 basil kuman. Sebagian kuman dapat
dimusnahkan oleh HCl larnburg dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika
hurnoral mukosa (IgA) usus kurang baik maka basil salmonella akan menembus
sel-sel epitel (sel M) dan selanjutnya ke lamina propia dan berkembang biak di
jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal dan kelenjar getah bening
duktus thoracicus dan menyebar ke seluruh organ terutama hati, sumsum tulang
dan limfa melalui sirkulasi portal dari usus. Hati membesar (hepatomegali)
dengan infiltrasi limfosit, zat plasma dan sel mononuclear, serta terdapat nekrosis
kedua disertai tanda dan gejala infeksi sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit
Pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak
peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini
perforasi usus. Endotoksin basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan
kedua terjadi nekrosis dan dalam minggu ketiga ulserasi plak peyeri dan
Salmonella typhii
Saluran pencernaan
Perubahan nutrisi
dalam urine.
dilakukan pada minggu kedua dan ketiga, serta biakan urin pada minggu
pada biakan darah tinja, urine, cairan empedu atau sumsum tulang.
aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Selain itu tes widal (O dan H
agglutinin) mulai positif pada hari ke sepuluh dan titer akan semakin
intestinal
a. Perdarahan usus. Bila perdarahan yang terjadi banyak dan berat dapat
b. Perforasi usus. Biasanya dapat timbul pada ileus di minggu ketiga atau
katatonia.
berikut:
kebersihan tempat tidur, pakaian, dan peralatan yang dipakai oleh pasien
dan ubah posisi minimal tiap 2 jam untuk menurunkan risiko terjadi
b. Diet dan terapi penunjang. Diet makanan harus mengandung cukup cairan
dan tinggi protein, serta rendah serat. Diet bertahap mulai dari bubur saring,
bubur kasar hingga nasi. Diet tinggi serat akan meningkatkan kerja usus
1) Pemberian antibiotika
10 hari
hari.
hari.
2) Golongan Fluorokuinolon
Norfloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
Siprofloksasin: dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
Ofloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
Pefloksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
Fleroksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
3) Anti radang (antiinflamasi). Kortikosteroid diberikan pada kasus berat
makanan keliling.
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
b. Kaji adanya gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh terutama pada malam
hari, nyeri kepala, lidah kotor, tidak nafsu makan, epistaksis, penurunan
kesadaran
2. Diagnosa Keperawatan
makanan yang tidak adekuat karena klien tidak nafsu makan, mual dan kembung
dengan intake a. Tidak ada mual yang tidak usus dan distensi
pemberian
makanan oral
tidak dapat
diberikan.
baring/pembatasan sehingga
menggunakan 5. Menurunkan
keringat. sehingga
feses mencegah
perkembangan
penyakit typhus
dan efektifitas
terapi.
terus menerus
setelah pemberian
antipiretik dan
antibiotik
kemungkinan
terjadinya
komplikasi
perforasi usus.
terjadi kurang Keseimbangan cairan tanda vital setiap 4 jam. takikardia, demam
laboratorium hemokonsentrasi.
(hematokrit)
berhubungan dengan aktivitas Kriteria hasil 2. Kaji jumlah makanan 2. Untuk identifikasi
tidak adekuatnya a." Tidak ada keluhan yang dikonsumsi klien intake nutrisi klien.
(mual dan muntah), b. Tidak ada takikardia 3. Anjurkan klien untuk metabolisme tubuh dan
pembatasan aktifitas. dan takipnea bila tirah baring selama fase mencegah iritasi usus.
menunjukkan aktivitas.
peristaltik usus.
4. Jelaskan klien
tentang pentingnya
menjaga kebersihan
harus bersih,cuci
5. Berikan catatan
Salemba Medika.
Suriadi & Rita Yuliani. Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan Keperawatan pada Anak.
Edisi I. CV Sagung Seto. Jakarta. 2001.