Anatomi
Makroskopik
Genetalia
A. Interna
terdiri dari :
OVARIUM
Jumlah sepasang
Terletak di dalam pelvis minor
Berbentuk bulat memenjang, agak pipih (seperti buah almond
dengan ukuran 3x1,5x1 cm)
Terdiri dari cortex, dan medulla (berisikan pembuluh darah, limf dan
saraf)
Dilekatkan oleh mesovarium pada lig latum (berupa lipatan
peritoneum sebelah lateral kiri dan kanan uterus. Meluas sampai
dinding panggul dan dasar panggul, sehingga seolah-olah
menggantung pada tubae)
Difiksasi oleh
o Lig suspensorium ovarii (lig infundibulopelvicum) : lig ini
menggantungkan uterus pada dinding panggul antara sudut
tuba.
o Pada yang ke ovarium terdapat lig ovarii propium
o Lig teres uteri (lig rotundum) : terdapat d bag atas lateral dari
uterus, caudal dari tuba, kedua lig ini melalui canalis inguinalis
ke bag cranial labium majus. Pada saat kehamilan mengalami
hipertrofi dan dapat diraba dengan pemeriksaan luar.
TUBA UTERINA (SALPINX)
Jumlah sepasang kanan dan kiri
Merupakan saluran muscular, panjang 10cm. Menjulur dari uterus
kearah ovarium dengan ujung distal terbuka ke dalam rongga
peritoneum disebut ostium abdominale
1
UTERUS
Organ muscular, berbentuk buah jambu (peer) agak pipih
facies vesicalis, di dataran ventral menghadap ke VU
fascies intestinalis, di dataran dorsal menghadap ke usus
margo lateralis kanan dan kiri
dinding uterus dari luar ke dalam terdiri dari perimetrium,
myometrium, dan endometrium.
Uterus di bagi atas :
o Fundus uteri : bagian yang terletak di atas (proximal) osteum
tuba uterina.
o Corpus uteri : bagian tengah uterus yang berbentuk bulat
melebar. Batas antara corpus uteri dan cervix uteri dibentuk
oleh isthmus uteri, suatu penyempitan di dalam uteri, terletak
antara ostium uteri internum anatomicum dengan ostium uteri
histologicum. Distal dari istmus uteri terdapat ruangan
melebar disebut cervix uteri.
o Cervix uteri : bag yang paling sempit dan menonjol ke dalam
rongga vagina. Pada bagian ujung distal cervix ada bagunan
yang menyempit disebut ostum uteri externum. Rongga di
dalam cervix uteri disebut canalis cervicis.
VAGINA
Bentuk tabung muskular, muali servix sampai genitalia externa.
Panjang antara 8-12 cm.
Bagian distal cervix menonjol ke dalam rongga vagina disebut portio
vaginalis
Cervicis uteri. Bagian cervix proximalnya disebut portio
supravaginalis
cervicis uteri.
Rongga vagina yang mengelilingi portio vaginalis cervicis disebut fornix
yang
dapat dibedakan fornix lateralis dextra dan sinistra, fornix anterior
dan
posterior.
Tunika mukosa membentuk rugae yang transversal pada dinding
vebtral dan dorsal disebut columna rugarum.
Fascia endopelvis memadat menjadi ligamentum fasialis yang
berfungsi menunjang servix dan vagina.
Ligamentum-ligamentum yang ikut memfiksasi uterus diantaranya :
o Lig.Cardinale (Mackenrodts)/lig.cervicalis lateralis : melewati
sebelah lateral servix dan bagian atas vagina ke dinding
pelvis.
o Lig.utero-sacrale/lig.recto uterina : melewati bagian belakang
servix dan fornix vagina ke fascia yang melapisi sendi sacroiliaca. Mulai dari isthmus ke jaringan pengikat disebelah
lateral dari rectum setinggi vertebrata sacralis III,
mengandung otot polos.
2
B. Eksterna
Clitoris
Clitoris merupakan suatu bangunan yang terdiri dari:
Urethra Feminina
Panjangnya 3-4 cm, predisposisi ISK, berjalan dari leher kandung kemih
menuju ostium urethrae externum yang terletak diantara clitoris dengan
vagina.
Perineum
Diafragma Pelvis
4 .Diameter obliqua
5.Diameter transversa
6.Diameter conjugata
Pada
neonatus,
ovarium
manusia
mengandung sekitar 2 juta oosit . pada
saat pubertas tersisa sekitar 100.000 oosit.
Jumlah oosit semakin berkurang selama
masa reproduksi akibat proses mitosis
oogonium primitif pada masa janin berhenti
dan tidak berlanjut. Saat proses mitosis
berhenti, oosit yang baru terbentuk masuk
ke tahap profase dari pembelahan meiosis
pertama. Oosit akan tetap berada pada
tahap profase meiosis sampai mereka di
stimulasi dan menjadi matang untuk proses
ovulasi atau mengalami degerasi menjadi
folikel
atresia.
Folikel primer berada dibagian superfisial
sehingga memungkinkan untuk terjadinya
ovulasi pada saat folikel sudah matang
(
folikel
dgraaf )
dimana
terdapat
area
sekeliling
oosit yang
disebut
zona
pellucida
oosit,
folikel
mengempis
Tuba Uterus
Lumen Tuba Falopii dilapisi epitel kolumnar dengan silia panjang pada
permukaan selnya. Silia bergerak konsisten ke arah uterus untuk memfasilitasi
pergerakan zygote ke dalam uterus agar mengadakan implantasi pada
endometrium.
Uterus
Sebagian besar dinding
uterus terdiri dari otot
polos
yang
dinamakan
miometrium. Uterus harus
mampu untuk membesar
selama
kehamilan.
Pembesaran uterus terjadi
akibat hipertrofi sel otot
polos miometrium (miosit)
dan penambahan miosit
baru dari stem sel yang
terdapat dalam jaringan
ikat miometrium.
Rongga uterus dilapisi oleh
endometrium.
Endometrium
merupakan
organ target dan kelenjar
endokrin.
Dibawah
pengaruh produksi siklis
hormon ovarium endometrium mengalami perubahan mikroskopik pada struktur
dan fungsi kelenjar.
Selama fase pra ovulasi siklus menstruasi, sel epitel permukaan endometrium
mengadakan proliferasi di bawah pengaruh estrogen. Kelenjar endometrium
mengalami proliferasi dan masuk kedalam lapisan subepitelial atau stroma.
Arteri muskular kecil (arteria spiralis ) tumbuh kedlam lapisan basal
endometrium.
Setelah ovulasi, suasana hormonal uterus berubah dari dominan estrogen
menjadi dominan progesteron sehingga mitosis epitel kelenjar berhenti.
Endometrium pasca ovulasi disebut endometrium sekretorik.
Pasca ovulasi, sel stroma endometrium membesar dan tampak berbuih yang
menadakan adanya peningkatan metabolisme. Sel-sel tersebut menjadi
eosinofilik dan disebut sebagai sel desidua. Desidualisasi endometrium diawali
sekitar arteri spiralis yang kemudian menyebar dibawah epitel permukaan dan
kelenjar saat 10 hari pasca ovulasi.
Jika tidak terjadi kehamilan, produksi progesteron corpus luteum berhenti pada
hari ke 13 14 pasca ovulasi. Endometrium mengalami nekrosis iskemik dan
meluruh sebagai debris menstruasi.
Bila terjadi kehamilan, masa hidup corpus luteum memanjang
memperpanjang produksi progesteron dan desidualisasi stroma berlanjut.
dan
10
Cervix
Cervix uterus merupakan bagian yang menghubungkan vagina dengan tuba
uterina melalui os external canalis cervicalis yang dilapisi oleh membran mucosa
yang disebut endocervix. Bagian ini mengandung mucus yang disekresikan oleh
kelenjar tubular yang dilapisi oleh epitel kolumner dan dipenuhi oleh sel silia.
Servik terutama terdiri dari jaringan ikat. Struktur ini dilapisi satu lapis epitel
kelenjar penghasil mukus dibagian dalam servik (canalis endoservicalis) dan
epitel skuamosa berlapis pada ektoservik.
Transisi epitel kelenjar dan skuamosa dikenal sebagai zona transformasi yang
penting oleh karena sering mengalami perubahan displastik yang dapat menjadi
keganasan.
Vagina
Organ vagina memiliki 3 lapisan yakni lapisan mukosa, muskularis dan
adventisia.Lapisan dalam vagina merupakan saluran yang berlipat-lipat yang
disebut rugae vaginae.
Epitel Yang terdapat pada vagina adalah epitel squamosa tidak bertanduk.
Setelah masa pubertas, epitel pada vagina mengalami penebalan dan kaya akan
11
glikogen. Tidak seperti mamalia lain, epitel vagina pada manusia tidak
mengalami perubahan secara signifikan selama siklus menstruasi. Tapi yang
mengalami perubahan hanyalah kadar glikogen yang meningkat pada masa
setelah ovulasi dan berkurang pada saat akhir masa siklus.
Produksi glikogen pada epitel vagina dipengaruhi oleh estrogen. Hormon ini
menstimulasi epitel vagina sehingga dapat memproduksi dan menyimpan
glikogen dalam jumlah yang besar, yang kemudian dilepaskan pada lumen
vagina untuk membasahi daerah sekitarnya. Secara alami, flora normal vagina
akan memetabolisme glikogen membentuk asam laktat yang bertanggung jawab
dalam merendahkan suasana pH vagina, terutama saat pertengahan siklus
menstruasi. Suasana asa ini sangat berperan dalam mencegah invasi bakteri
patologis.
12
13
Leukorrhea (lekore) atau fluor albus atau keputihan ialah cairan yang
keluar dari saluran genitalia wanita yang bersifat berlebihan dan bukan
merupakan darah. Menurut kamus kedokteran Dorlan leukorrhea adalah
sekret putih yang kental keluar dari vagina maupun rongga uterus.
Walaupun arti kata lekore yang sebenarnya adalah sekret yang berwarna
putih,
tetapi
sebetulnya
warna
sekret
bervariasi
tergantung
penyebabnya. Lekore bukan penyakit melainkan gejala dan merupakan
gejala yang sering dijumpai dalam ginekologi.
3.2.
14
Keputihan fisiologis
Dalam kondisi normal, kelenjar di serviks menghasilkan cairan bening
yang keluar tercampur dengan bakteri, sel-sel yang terpisahkan dan cairan
vagina dari kelenjar Bartholin. Pada wanita, keputihan adalah hal yang alami
dari tubuh untuk membersihkan diri, sebagai pelumas dan pertahanan
berbagai infeksi. Dalam kondisi normal keputihan tampak jernih, berawan
putih atau kekuningan bila kering pada pakaian. Bersifat nonirritant, tidak
mengganggu, tidak ada darah dan memiliki pH 3,5 sampai 4,5. (2, 3).
Keadaan keputihan fisiologis :
1. Bayi baru lahir sampai usia 10 hari pengaruh estrogen dari plasenta
terhadap terus dan vagina
2. Waktu di sekitar Menarche penurunan estrogen menyebabkan
gangguan produksi glikogen dan laktobasilus(doderlein) utk hambat
pertumbuhan bakteri
3. Wanita dewasa jika dirangsang sebelum atau saat koitus transudasi
dinding vagina
4. Waktu sekitar ovulasi sekret dari kelenjar serviks uteri jadi encer
5. Wanita dengan penyaki menahun, neurosis, dan ektopion porsionis
uteri
Keputihan patologis
Keputihan dikatakan patologis jika disertai oleh perubahan bau dan warna
serta jumlah yang tidak normal. Keluhan bisa disertai rasa gatal, edema
genital, disuria, nyeri bawah perut atau nyeri pinggang.
Klasifikasi keputihan patologis berdasarkan etiologinya:
1. Infeksi menular seksual eg: gonore,sifilis,trikomoniasis,ulkus mole
herpes genitalis,kondiloma akuminata dan infeksi HIV
2. Infeksi endogen oleh flora normal komensal yang tumbuh berlebian
eg : VVK dan VB
3. Infeksi iatrogenik akibat bakteri atau MO yang masuk ke saluran
reproduksi
akibat
prosedur
medik
atau
intervensi
selama
kehamilan,pada partus atau postpartus dan dapat juga karena
kontaminasi instrumen
a
Infeksi
-
Bakteri
trachomatis,
Jamur
Protozoa
Gardanerrella
vaginalis,
Chlamidia
15
Virus
Herpes
dan
Human
Papilloma
Virus.
Iritasi
Kebiasaan penggunaan bahan atau alat dalam kehidupan seharihari seperti pakaian dalam tidak menyerap keringat, ikat
pinggang dari nilon, celana jeans yang ketat, deodorant vagina,
tisu toilet yang berwarna dan berparfum, douching vagina
( vaginal spray maupun vaginal wipes ), antiseptik vagina yang
16
Trikomoniasis
Trikomoniasis adalah infeksi protozoa flagellate yaitu Trichomonas
vaginalis, pada saluran genitalia. Wanita merupakan pembawa utama penyakit
ini. Infeksi biasanya asimptomatis atau muncul bersama non-gonococcal
urethritis ( NGU ). Ditularkan melalui hubungan seksual. Penularan pada
neonatus didapatkan dari ibu yang terinfeksi selama persalinan
Trichomonas vaginalis merupakan satu-satunya spesies Trichomonas yang
bersifat pathogen pada manusia dan dapat dijumpai di traktus urogenital. Pada
wanita, ia hidup di vagina dan kelenjar Skene (uretra). Pada pria, ia hidup dalam
uretra Pertama kali ditemukan oleh Donne pada tahun 1836, berbentuk ovoid
dengan ukuran 10-20 mu, mempunyai membrane undulate yang pendek. Pada
sediaan basah mudah terlihat karena gerakannya yang berputar-putar diantara
sel epitel dan leukosit dengan flagel anterior dan membran bergelombang.
T.vaginalis tidak dapat hidup di sekret yang asam,tidak tahan
desinfektan,zat pulasan dan antibiotik. Berkembangbiak secara belah
pasang,masa inkubasi 4-20 hari rata-rata 7 hari.
T. vaginalis cepat mati jika mengering, terkena sinar matahari, dan
terpapar air selama 35-40 menit. Pada kondisi hygiene yang kurang, dapat
terjadi penularan melalui handuk,alat sanitasi(toilet seat) atau pakaian yang
terkontaminasi.
Insiden tertinggi pada wanita dengan pasangan seksual multiple dan
infeksi PMS lain, biasanya meningkat pada kehamilan. T. vaginalis mempunyai
reseptor androgen dan estrogen spesifik, sehingga hormone steroid dapat
mempengaruhi organism secara langsung.
Resistensi relatif terhadap infeksi oleh T. vaginalis pada gadis
premenarche dan wanita yang sudah menopouse berkaitan dengan karakteristik
vagina hipoestrogenik, misalnya pH tinggi, dan glikogen relatif kurang.
Sedangkan lingkungan vagina pada bayi perempuan baru lahir mirip dengan
wanita dewasa dengan glikogen dalam jumlah besar dan epitel yang tebal lebih
mudah terinfeksi T. vaginalis.
Kandidiasis Vulvavaginalis ( KVV )
Kandidiasis genital adalah infeksi pada vulva, vagina, prepusium, dan
glands penis yang disebabkan oleh Candida albicans atau kadang-kadang
species Candida yang lain, Torulopsis sp, atau yeast lain.
Candida adalah mikroorganisme oportunitis, dapat dijumpai di seluruh
badan, terutama mulut, kolon, kuku, vagina dan saluran anorektal. Tumbuh
sebagai blastopor bentuk oval tanpa kapsul, dan bereproduksi melalui
pembentukan tunas, hifa yang pipih, memanjang, dan tidak bercabang.
Candida sp. yang paling sering menyebabkan infeksi adalah Candida
albicans. Selain itu ada juga spesies Candida non-albicans yang bisa menginfeksi
yaitu Candida galbrata. Secara klinis, sering sulit membedakan apakah vaginitis
yang terjadi disebabkan oleh Candida albicans atau non-albicans. Biasanya
Candida yang non-albicans sering resisten terhadap terapi.
Vaginosis Bakterial (vaginitis nonspesifik)
17
Fluor albus dapat disebabkan oleh banyak hal, keputihan fisiologis dapat
ditemukan dalam beberapa situasi sebagai berikut, bayi yang baru lahir
sampai sekitar umur 10 hari karena pengaruh estrogen dari plasenta ke rahim
dan janin vagina, sebelum menarche karena pengaruh dari Hormon estrogen
dan dapat hilang sendiri, wanita dewasa yang terangsang oleh pengeluaran
transudasi dinding vagina.
Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah vagina debit bisa
dianggap normal, namun perubahan itu selalu ditafsirkan sebagai Infeksi
pasien, terutama disebabkan oleh jamur. Beberapa wanita juga memiliki
keputihan yang banyak. Dalam kondisi normal, cairan yang keluar dari vagina
mengandung keputihan, sel-sel vagina yang terpisah dan lendir serviks, yang
akan bervariasi karena usia, siklus menstruasi kehamilan, penggunaan pil KB.
Lingkungan vagina yang normal ditandai oleh hubungan dinamis antara
Lactobacillus acidophilus dengan lainnya flora endogen , estrogen, Glikogen,
pH dari vagina dan metabolit lainnya. Lactobacillus acidophilus menghasilkan
endogen peroksida yang berfungsi sebagai racun bagi bakteri patogen.
Karena adanya estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen, lactobacillus
(Doderlein) dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH vagina rendah
untuk 3,8-4,5 dan pada tingkat ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri
lainnya.
Patologis keputihan bisa disebabkan oleh infeksi menular seksual (Chlamydia
trachomatis, Neisseria gonorrhoeae, Trichomonas vaginalis), lainnya Infeksi
tersebut dapat vulvovaginalis-candidiasis (Candida albicans) ,vaginosis
bakteri (Gardnerella vaginalis), karena objek asing dan proses keganasan.
Penyebab paling umum dari patologis fluor albus adalah terinfeksi. Disini
fluida mengandung banyak leukosit dan sedikit kekuningan hingga hijau,
seringkali lebih tebal dan bau.
Trikomoniasis
18
20
(++)pH
Amin
Bau
3.5.
Trikomoniasis
Trikomonasiasis dqpat asimptomatis atau muncul dengan gejala fluor
albus yang kental, bau busuk, warna kuning kehijauan,berbuih,banyak dan
pruritus pada vulva. Vagina dan serviks umumnya juga mengalami peradangan,
kadang ditemukan perdarahan ringan dengan ulserasi pada serviks ( colpitis
macularis atau strawberry cervix ). Bila ditemukan pada trimester kedua
21
3.6.
Anamnesis
Tanyakan mengenai usia, metode kontrasepsi yang dipakai oleh akseptor
KB, kontak seksual, perilaku, jumlah, bau dan warna leukore, masa inkubasi,
penyakit yang diderita, penggunaan obat antibiotik atau kortikosteroid dan
keluhan-keluhan lain.
Pemeriksaan Fisik dan Genital
Inspeksi Kulit perut bawah, rambut pubis, terutama perineum, dan anus.
Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna. Pemeriksaan spekulum untuk vagina dan
serviks, pemeriksaan bimanual pelvis, palpasi kelenjar getah bening dan femoral.
Laboratorium
Hasil pengukuran pH cairan vagina dapat ditentukan dengan kertas
pengukur pH. Keadaan pH diatas 4,5 sering disebabkan oleh trichomoniasis.
Tetapi tidak cukup spesifik. Cairan juga dapat diperiksa dengan melarutkan
sampel dengan 2 tetes larutan normal saline 0,9% diatas objek glass dan sampel
kedua di larutkan dalam KOH 10%. Penutup objek glass ditutup dan diperiksa
dibawah mikroskop. Trichoma vaginalis atau clue cells ( sel epitel dengan batas
yang gelap oleh bakteri kecil ), biasanya mudah diindentifikasi pada preparat
saline yang mana merupakan karakteristik dari vaginosis bakteri. Leukosit yang
meningkat tanpa trikomonas atau ragi biasanya mengarahkan terjadinya
cervisitis. Sel ragi atau pseudohyphae dari candida lebih mudah didapatkan pada
preparat KOH. Namun kultur T. vaginalis lebih sensitif dibanding pemeriksaan
mikroskopik.
22
SINDROMA
Normal
3.8-4.2
Putih,jernih,h
alus
Vaginosis
Bakterialis
>4.5
Vaginosis
Trikomonas
>4.5
Vulvovaginitis
Candida
>4.5
Tipis,homogen,p
utih
abuabu,lengket,seri
ngkali
tambah
banyak
Kuninghijau,berbuih
,lengket,tambah
banyak
Putih,seperti
keju,kadangkadang tambah
banyak
23
Bau amis
(KOH)
Uji Whiff
Keluhan
utama
pasien
Ada
Mungkin ada
Tidak ada
Keputihan,berbui
h,bau
busuk,pruritus
vulva,disuria
Gatal/panas,kep
utihan
Mikrosko
pik
Laktobasili,se
l-sel epitel.
1 laktobasili
2 epitel
Keputihan,bau
busuk (mungkin
tambah
tidak
enak
setelah
koitus),kemungki
nan gatal
Sel-sel
clue
dengan bakteri
kokoid
yang
melekat,tidak
ada leukosit
3 sel clue
Trikomonas
leukosit
>10
lapangan
pandang kuat
4 trikomonas
5 leukosit
Kuncup
jamur,hife,pseud
oifa
(preparat
basah KOH)
6 kuncup jamur
7 pseudohife
3.7.
Neisseria gonorrhoeae
Biasainya menyerang saluran urogenitalis (karena epitel yang selapis toraks)
.Keputihan disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae dari endocervicitis adalah
purulen, tipis dan agak bau. Dengan keluhan tambahn fluor albus,infeksi ada
beberapa kali disertai dengan keluhan disuria, dispareunia dan bawah perut
nyeri, demam, mual dan muntah.
Chlamydia trachomatis
Keputihan disebabkan oleh Chlamydia trachomatis ditandai dengan purulen atau
eksudat mukopurulen terlihat di endoserviks dan serviks rapuh dan berdarah
mudah menjadi pendarahan postcoitus atau perdarahan intermenstruasi
Herpes genital
Disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV) yang mengakibatkan ulkus genital.
Gejalan klinis dapat sistemik atau lokal (gatal dan panas lokal). Pasien
mengalami sindroma menyerupai virus (demam,rasa tak enak badan,parestesia
vulva dan pembentukan vesikula). Vesikula banyak dapat menyebabkan ulkus
dangkal,nyeri dan dapat bergabung jadi satu
Sifilis
Diakibatkan Treponema pallidum,dibagi menjadi beberapa macam
-
Sifilis primer : ulkus keras dan tidak nyeri,soliter dan timbul di vulva,vagina
dan serviks. Dapat terjadi ulkus ekstragenital
Sifilis sekunder : sistemik yaitu ruam makulopapular di telapak tangan dan
kaki,bercak mukosa dan kondiloma lata,lesi putih abu-abu yang meninggi
dan besar. Tidak nyeri dan adenopati
Sifilis tersier : mengenai CVS,CNS dan muskuloskeletal
24
Uretoritis nonspesifik
Manifestasi klinis pada wanita sering tidak khas, asimptomatis atau sangat
ringan. Jika ada, keluhan berupa fluor albus kekuninhan ( mukopurulen ).
Klamidiosis sering ditemukan pada wanita dengan pasangan seksual yang
menderita uretrotis nonspesifik. Pada pemeriksaan klinis dapat ditemukan
eksudat serviks mukopurulen, atau erosi serviks.
3.8.
Menghilangkan gejala
Memberantas penyebabnya
Mencegah terjadinya infeksi ulang
Pasangan diikutkan dalam pengobatan
Untuk fluor albus yang fisiologis, tidak ada penatalaksanaan khusus yang
perlu dilakukan. Cukup dengan mengedukasi pasien agar kecemasan berkurang.
Sedangkan pada fluor albus yang patologis, pengobatan dilakukan berdasarkan
etiologi yang telah ditentukan dalam diagnosis.
Trikomniasis
Metronidazol per oral sangat efektif untuk mengeradikasi T.vaginalis dari
semua bagian tubuh dan di Amerika Serikat merupakan satu satunya obat oral
yang tersedia untuk terapi trikomoniasis. Perempuan hamil dapat diterapi
dengan metronidazol dosis tunggal. Semua pasangan seksual harus diterapi
sebelum mereka kembali melakukan hubungan kelamin.
Infeksi vagina yang disebabkan oleh T.vaginalis
sudah sangat jarang,
kemungkinan karena banyaknya penggunaan metronidazole oleh populasi yang
secara seksual aktif untuk mengobati vaginosis bakterial.Metronidazole 2 gram
dosis tunggal
Metronidazole memiliki antiparasit dan efek antimikroba, yang efektif terhadap
trikomoniasis dan beberapa bakteri obligate lainnya. Percobaan menggunakan
metronidazole
menunjukkan
90-95%
angka
kesembuhan,
sedangkan
penggunaan dari tinidazol menghasilkan 86 - 100% angka kesembuhan.
Pemberian terapi di pasien dan pasangan seksual akan menghilangkan gejala,
menyembuhkan mikrobiologi dan transmisi berkurang.
Metronidazole gel di pengobatan trikomoniasis kurang efektif dibandingkan
sediaan oral. Pemberian topikal anti-microbials tidak dapat mencapai terapi
tingkatan dalam uretra atau perivaginal kelenjar, sehingga penggunaan topikal
tidak dianjurkan. Namun, dalam pasien dengan trikomoniasis berulang dengan
metronidazol , terapi tambahan dapat diberikan topikal terapi intra-vaginal
metronidazol 500 mg setiap malam selama 3-7 hari. Tindak lanjut setelah Terapi
tidak diperlukan lagi ketika tidak memiliki gejala. Pasangan seksual dari pasien
dengan trikomoniasis juga harus diobati. Pasien juga disarankan untuk
menjauhkan diri dari hubungan seks sampai sembuh (pengobatan telah selesai
dan pasien / tanpa gejala seksual mitra).
-
Kandidiasis Vulvovaginalis
Kandidiasis genital dapat diterapi secara topikal atau oral. Obat golongan
azol efektif pada pada 80% sampai 90% pasien yang menyelesaikan terapi.
Infeksi rekuren dapat diteapi dengan kombinasi preparat topikal dan oral.
Kandidiasis vulvovagina rekuren didefinisikan sebagai empat kali atau lebih
infeksi simtomatik dalam satu tahun. Terapi untuk laki laki pasangan
perempuan yang mengidap infeksi rekuren terbukti tidak mengurangi
kekambuhan infeksi. Pemberian yogurth oral setiap hari dan hiposentisisasi
dengan preparat preparat anti gen C. Albicans dilaporkan berhasil pada
sebagian pasien perempuan
-
Topikal
Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 14 hari
Sistemik
Nistatin
tablet
4
x
1
Ketokonazol
oral
2
x
Nimorazol
2
Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal
tablet
selama
14
hari
200
mg
selama
7
hari
gram
dosis
tunggal
Vaginosis Bakterial
-
Metronidazole 2 x 500 mg
Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan
3.9.
Menjelaskan Pencegahan Flour Albus
Pencegahan dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya:
a. Memakai alat pelindung. Hal ini dilakukan untuk mencegah kemungkinan
tertularnya penyakit karena hubungan seksual, salah satunya dengan
menggunakan kondom. Kondom dinilai cukup efektif dalam mencegah
penularan PHS.
b. Pemakaian obat atau cara profilaksis. Pemakaian antiseptik cair untuk
membersihkan vagina pada hubungan yang dicurigai menularkan
penyakit kelamin relatif tidak ada manfaatnya jika tidak disertai dengan
pengobatan terhadap mikroorganisme penyebab penyakitnya. Pemakaian
obat antibiotik dengan dosis profilaksis atau dosis yang tidak tepat juga
akan merugikan karena selain kuman tidak terbunuh juga terdapat
kemungkinan kebal terhadap obat jenis tersebut. Pemakain obat
mengandung estriol baik krem maupun obat minum bermanfaat pada
pasien menopause dengan gejala yang berat.
c. Pemeriksaan dini. Kanker serviks dapat dicegah secara dini dengan
melakukan pemeriksaan pap smear secara berkala. Dengan pemeriksaan
26
Sample lendir diambil dengan alat khusus (cervix brush), bukan dengan spatula kayu dan
hasilnya tidak disapukan ke object-glass, melainkan disemprot cairan khusus untuk
memisahkan kontaminan, seperti darah dan lendir sehingga hasil pemeriksaan lebih
akurat.
3. Thin prep plus test HPV DNA
- Dilakukan bila hasil test Pap smear kurang baik.
-
27
Indikasi
Pap smear merupakan tes skrining yang digunakan untuk mendeteksi pertumbuhan abnormal dari
sel-sel serviks yang sebaiknya dilakukan sedini mungkin sehingga apabila diperlukan pengobatan
dapat dilakukan seawal mungkin sebelum sel berkembang menjadi cancerous dan invasif.
Sel-sel yang dianalisis secara mikroskopik dapat mendeteksi adanya kanker, perubahan
prekanker, peradangan/inflamasi (vaginitis) dan beberapa penyakit menular seksual. Kadangkala Pap
smear juga dapat mendeteksi kanker endometrial atau kanker ovarium, walaupun pemeriksaan ini
tidak ditujukan untuk itu.
The American College of Obstetricians and Gynecologist telah merekomendasikan sebabai
berikut :
Skrining pertama kali : kurang lebih 3 tahun setelah hubungan intim yang pertama kali atau sejak
usia 21 tahun jika saat itu melakukan hubungan yang pertama kali.
Wanita sampai umur 30 tahun, skrining dilakukan setahun sekali.
Wanita usia 30 tahun ke atas:
a. Skrining tiap 2-3 tahun apabila hasil sitologi servikal 3 tahun berturut-turut negatif atau
kombinasi hasil sitologi servikal dan pemeriksaan risiko tinggi HPV negatif.
b. Skrining lebih sering dilakukan pada pasien-pasien dengan hasil Pap positif atau dengan
tes risiko tinggi HPV positif, infeksi HIV, pasien-pasien dengan imunosupresi, mendapat
paparan dietilstilbestrol (DES) in utero, mempunyai riwayat kanker serviiks sebelumnya.
Wanita dengan histerektomi : skrining rutin tidak dilanjutkan apabila serviks telah diangkat dan
tidak ada riwayat pertumbuhan sel yang abnormal atau ke arah keganasan. Apabila wanita
tersebut memiliki riwayat pertumbuhan sel yang abnormal, maka skrining dilakukan setiap
tahun ; pada beberapa pasien skrining tidak dilanjutkan apabila hasil tes sitologi vagina 3 kali
berturut-turut hasilnya negatif.
Wanita yang lebih tua : The American Cancer Society merekomendasikan bahwa skrining
tidak dilanjutkan pada wanita yang berusia lebih dari 70 tahun apabila hasil pemeriksaan Pap
smear 3 kali berturut-turut negative dan hasil Pap smear 10 tahun sebelumnya juga negatif.
The American Cancer Society menyatakan bahwa Pap smear harus diteruskan pada wanita sehat
yang memiliki riwayat kanker serviks, eksposur dietilstilbestrol (DES) in utero, infeksi HIV atau
dengan kelemahan sistem imun.
Test Pap smear untuk hasil terbaik, sebaiknya tidak berhubungan intim minimal 3 hari sebelum
pemeriksaan.
Teknik
Alat dan bahan :
Spekulum
Spatula (spatula Ayre)
Sikat endoserviks (endocervical brush) dan
atau kapas lidi steril (cotton-tipped swab)
Kaca obyek (object glass)
Larutan alkohol 95%
Sarung tangan steril
Lampu gin
Kertas label
Sikat endoserviks
(endocervical
brush)
Spatula (spatula
Ayre)
Prosedur Pemeriksaan
Pemeriksaan Pap smear sebaiknya dilakukan pada pertengahan siklus menstruasi untuk
mencegah ikutnya darah pada saat pengambilan sampel. Hubungan seksual, irigasi vagina (douching),
atau penggunaan supositoria vagina juga dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Faktor lain yang
juga dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan adalah air atau lubrikan pada spesimen yang berasal dari
28
spekulum, darah, mucus atau pus yang dapat menghalangi tampakan dari sel-sel epithelial, kerusakan
sel selama pengambilan sampel dan fiksasi yang tidak tepat.
Beberapa persiapan sederhana yang diperlukan agar hasil Pap smear baik adalah :
Tidak melakukan hubungan seksual 24 jam sebelum pemeriksaan atau sebaiknya 48 jam
Tidak melakukan irigasi ke dalam vagina (douching) 18-72 jam sebelum pemeriksaan
Hindari penggunaan krim vagina atau obat-obatan satu minggu sebelum pemeriksaan.
Sebelum pemeriksaan dilakukan, dokter akan menanyakan secara lengkap riwayat seksual
pasien untuk menentukan apakah pasien memiliki factor risiko terhadap kanker serviks.
Pertanyaan yang diajukan termasuk kapan dan bagaimana hasil Pap smear yang terakhir dan
riwayat Pap smear yang abnormal (jika ada), kapan menstruasi terakhir dan apakah ada gangguan
dengan siklus menstruasinya, penggunaan hormonal dan pemakaian kontrasepsi, riwayat keluarga
dari gangguan ginekologik serta gejala vaginal lainya. Pasien harus mengosongkan terlebih
dahulu kandung kencingnya untuk menghindari perasaan tidak nyaman selama prosedur
pemeriksaan.
Alur pemeriksaan pap smear
1. Siapkan alat-alat, letakkan secara steril di atas meja yang telah dialasi duk steril. Letakkan meja
alat dekat dengan meja periksa.
2. Berikan penjelasan tentang prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan, yakinkan pasien bahwa
prosedur yang akan dilakukan tidak menyakitkan.
3. Mintalah pasien untuk membuka pakaian dalamnya dan pasien diposisikan dalam posisi litotomi.
4. Nyalakan lampu periksa dan aturlah agar cahayanya menjangkau medan yang akan diperiksa
(daerahvulva). Usahakan agar letak lampu cukup tinggi dan sinarnya menyorot kebawah sekitar
25 derajat dari bidang datar,
5. Cuci tangan dan pakailah sarung tangan secara steril.
6. Pastikan kandung kemih pasien dalam keadaan kosong.
7. Lakukan prosedur asepsi. Ambillah kapas yang
sudah direndam dalam larutan antiseptic
dengan klemoval.Lakukan usapan vulva dan
perineum secara sistematik dengan prinsi mulai
dari sentral (daerah vagina) keperifer. Usapan
daerah anus harus dilakukan paling akhir.
Buanglah kapas yang sudah selesai digunakan
pada tempat sampah medis.
8. Ambillah spekulum yang sesuai ukuran dan
insersikan ke dalam vagina sehingga serviks
Tervisualisasi dengan baik.
9. Ambil dan letakkan ujung panjang spatula Ayre
pada lubang serviks. Tekan, putar dan Garutkan
dengan gerakan memutar penuh (360derajat)
10. Oleskan specimen pada kaca obyek
11. Letakkan kaca obyek pada tempat yang
aman dan mudah dijangkau.
12. Ambillah endocervical brush dan letakkan
pada lubang serviks. Di antara ibu jari dan
telunjuk, putar sikat searah jarum jam, lalu
berlawanan arah dengan jarum jam.
29
13. Ambil kaca obyek yang telah ditempatkan tadi lalu oleskan sikat dengan gerakan mengecat
yang lembut dan hati-hati untuk mencegah terjadinya kerusakan sel.
14. Tariklah speculum perlahan-lahan dan letakkan pada larutan klorin.
15. Letakkan kaca obyek kedalam larutan alkohol 95%, atau segera
disemprot dengan fiksatif khusus.
16. Tempelkan label pada kaca obyek, beri nama pasien serta
tanggal pemeriksaan.
17. Mempersilahkan pasien mengenakan pakaiannya kembali.
Interpretasi Hasil
Berdasarkan Bethesda System of The National Cancer Institute
yang telah direvisi tahun 2001, dikategorikan menjadi :
1. Negative untuk lesi intraepitelial atau malignansi : tidak
ditemukan sel neoplasia, walaupun organisme lain seperti trichomonas vaginalis, candida,
bacterial vaginosis actinomyces dan herpes simplex virus dijumpai pada kategori ini.
2. Abnormalitas sel epitel, meliputi :
a. Abnormalitas sel squamous, termasuk atypical squamous cell yang dibagi menjadi
undetermined significance (ASC-US) dan cannot exclude high-grade squamous
intraepithelial lesion (ASC-H); low-grade squamous intraepithelial lesion(LSIL) meliputi
HPV dan CIN 1; high-grade squamous intraepithelial lesion (HSIL) meliputi CIN 2, CIN 3
dan CIS.
b. Abnormalitas
sel
glandular,
termasuk
atypical
glandular
cells
(AGC)
endocervical,endometrial atau sel glandular tidak spesifik; atypical glandular cells
(endocervical atau glandular) favor neoplasia; endoservical adenocarcinoma in situ; dan
adenocarsinoma.
3. Keganasan neoplasma yang lainnya (other), seperti sarcoma atau limfoma, namun keduanya
sangat jarang.
Berikut beberapa istilah yang mungkin digunakan:
Normal Tes negatif (tidak ada sel abnormal terdeteksi). Tidak perlu pengobatan atau tes
lebih lanjut sampai Pap smear dan pemeriksaan panggul selanjutnya.
Sel bersisik atipikal tidak terdeterminasi signifikan (Atypical squamous cells of
undetermined significance)
Sel bersisik tipis dan datar, tumbuh di permukaan serviks yang sehat.
Pada kasus ini, Pap smear mengungkap adanya sedikit sel bersisik abnormal, namun
perubahan ini belum jelas memperlihatkan apakah ada sel prakanker.
Dengan tes berbasis cairan, dokter anda dapat menganalisa ulang sampel untuk
mengetahui adanya virus yang dapat menimbulkan kanker, seperti HPV. Jika tidak ada
virus, sel abnormal yang ditemukan tidak menjadi perhatian utama. Jika dikhawatirkan
ada virus, perlu melakukan tes lebih lanjut.
Lesi intraepitelial sel bersisik (Squamous intraepithelial lesion)
Istilah ini digunakan untuk mengindikasi bahwa sel yang diperoleh dari Pap smear
mungkin sel prakanker. Jika perubahan masih tingkat rendah, ukuran, bentuk dan karakteristik
lain dari sel memperlihatkan adanya lesi prakanker yang dalam beberapa tahun akan menjadi
kanker. Jika perubahan termasuk tingkat tinggi, ada kemungkinan lebih besar lesi akan
menjadi kanker lebih cepat. Perlu dilakukan tes diagnostik.
Sel glandular atipikal (Atypical glandular cells)
30
Sel glandular memproduksi lendir dan tumbuh pada permulaan serviks dan dalam
uterus. Sel glandular atipikal mungkin menjadi abnormal, namun tidak jelas apakah mereka
bersifat kanker. Tes lebih lanjut diperlukan untuk menentukan sumber sel abnormal.
Kanker sel bersisik atau sel adenokarsinoma (Squamous cancer or adenocarcinoma cells)
Sel yang diperoleh dari Pap smear memperlihatkan abnormal, sehingga patologis
hampir yakin ada kanker dalam vagina, serviks atau uterus. Sel bersisik menunjukkan kanker
timbul di permukaan datar sel pada serviks. Adenokarsinoma menunjukkan kanker timbul di
sel glandular. Jika sel sejenis ditemukan, perlu segera melakukan investigasi lebih lanjut.
Selain mencari abnormalitas, dokter akan memutuskan untuk memeriksa jaringan dengan
mikroskop khusus dalam prosedur colposcopy & mengambil sampel jaringan (biopsi).
Colposcopy sering digunakan untuk melengkapi diagnosis.
Hasil negatif palsu tidak berarti ada kesalahan yang dibuat, banyak faktor yang menyebabkan negatif
palsu, yaitu:
-
Jadi, hasil Pap Smear yang normal (negative) menandakan bahwa tidak ada sel-sel atipikal yang
terdeteksi dan servik normal.
Kelebihan Pap Smear :
Bisa dilakukan di berbagai rumah sakit dan bahkan ada di tingkat Puskesmas
Biaya pemeriksaan relatif murah dan terjangkau
Kekurangan Pap Smear
Sampel yang diambil tidak dari seluruh bagian serviks sehingga ada bagian yang bisa
jadi tidak terdeteksi
Mungkin tidak memperlihatkan kondisi sel yang sebenarnya
Akurasi antara 80% hingga 90%
Komplikasi Tindakan
Perdarahan serviks ringan mungkin dapat terjadi segera setelah pemeriksaan.
Hasil yang abnormal,apakah itu valid atau akibat adanya kesalahan teknis sering
menimbulkan kecemasan sehingga banyak yang menginginkan agar dilakukan pemeriksaan
ulangan.
31
32
Daftar Pustaka
Ramayanti. Pola Mikroorganisme Fluor Albus Patologis Yang Disebabkan Oleh infeksi Pada
Penderita Rawat Jalan Di Klinik Ginekologi Rumah Sakit Umum Dr.Kariadi Semarang. Semarang:
Bagian Obstetri Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2004. (Diakses
tanggal 10 Agustus 2011). Diunduh dari: http://eprints.undip.ac.id/12387/1/2004PPDS3634.pdf.
Tjitra E, Reny M, Dewi R M. Karakteristik Penderita Fluor Albus di Puskesmas Cempaka Putih Barat
I Jakarta. Jakarta: Pusat Penelitian Penyakit Menular, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Departemen kesehatan RI. (Diakses tanggal
10 Agustus
2011). Diunduh
dari:http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_074_kulit_%28i%29.pdf
Nasution M A. Mikologi Dan Mikologi Kedokteran Beberapa pandangan Dermatologis. Pidato
Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Dalam Bidang Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin Pada
Fakultas Kedokteran, Diucapkan Di hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara. Medan:
Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU. 2005. (Diakses tanggal 10 Agustus 2011). Diunduh
dari:http://www.usu.ac.id/id/files/pidato/ppgb/2005/ppgb_2005_mansur_amirsyam_nasution.pdf.
Anonim. Vaginal Discharge. Reviewed June 2010, Pubished October 2010. Pharmaceutical Society
Of Australia. Self Care Health Advice For Live. (Diakses tanggal 10 Agustus 2011). Diunduh
dari:http://www.nationalpharmacies.com.au/library/Vaginal_Discharge_Oct2011_V4.pdf
Mayo clinic staff. Vaginal discharge. (Diakses tanggal 11
dari:http://www.mayoclinic.com/health/vaginal-discharge/MY00097.
Tidy
C.
vaginal
discharge.
(Diakses
tanggal
dari:http://www.patient.co.uk/doctor/Vaginal-Discharge.htm.
11
Agustus
Agustus
2011).
2011).
Diunduh
Diunduh
Anonim. Vaginal Discharge: Whats Normal? Whats Not?. KFL & A Public Health. An Accredited
Local Public Health Agency Affiliated With Queens University. (Diakses tanggal 11 Agustus 2011).
Diunduh dari:http://www.kflapublichealth.ca/Files/Resources/224_vaginal_discharge.pdf.
Anonim.
Vaginal
Discharge.
(Diakses
tanggal
8
Maret
2011).
dari:http://www.groupeelva.org/uploads/Articles/Vaginal_Discharge%5B2%5D.pdf
Diunduh
Anonim. Patient Advisories: Vaginal Discharge. (Diakses tanggal 8 Maret 2011). Diunduh dari:
http://www.rafflesmedicalgroup.com/ImgUpd/Vaginal_Discharge.pdf.
Berek, Jonathan S. 2007. Berek & Novak's Gynecology 14th Edition. Lippincott Williams & Wilkins :
Philadelphia
Decherney AH.,Nathan L., Current Obstetric & Gynecologic, 9 th edition, McGraw Hill, New York
USA, 2003.
Fortner, Kimberly el al. 2007. The John Hopkins of Gynecology and Obstetrics. 3rd edition.
Lippincott William and Wilkins : Philadelphia.
Wiknjosastro, Hanifa, Abdul Bari Saifuddin, Triatmojo Rachimhadhi. Ilmu Kandungan, edisi III.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta. 2007
33