Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM

1. Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita


Terdiri dari alat / organ eksternal dan internal, sebagian besar terletak dalam
rongga panggul. Eksternal (sampai vagina): fungsi kopulasi, Internal: fungsi ovulasi,
fertilisasi ovum, transportasi blastocyst, implantasi, pertumbuhan fetus, kelahiran.
Fungsi sistem reproduksi wanita dikendalikan/dipengaruhi oleh hormon-hormon
gondaotropin/steroid dari poros hormonal thalamus – hipothalamus – hipofisis–
adrenal–ovarium. Selain itu terdapat organ/sistem ekstragonad/ ekstragenital yang
juga dipengaruhi oleh siklus reproduksi: payudara, kulit daerah tertentu, pigmen dan
sebagainya.
a. Genitalia Eksterna

Gambar 1. Sistem Reproduksi Wanita

1) Vulva: Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum),
terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen,
vestibulum, orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding
vagina.
a) Mons pubis / mons veneris: Lapisan lemak di bagian anterior symphisis
os pubis. Pada masa pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.
b) Labia mayora: Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan
belakang, banyak mengandung pleksus vena. Homolog embriologik
dengan skrotum pada pria. Ligamentum rotundum uteri berakhir pada
batas atas labia mayora. Di bagian bawah perineum, labia mayora
menyatu (pada commisura posterior).
c) Labia minor: Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak
mempunyai folikel rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos
dan ujung serabut saraf.
2) Clitoris: Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior
vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina.
Homolog embriologik dengan penis pada pria. Terdapat juga reseptor
androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf,
sangat sensitif.
a) Vestibulum: Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet,
batas lateral labia minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6
lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum, introitus vaginae,
ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri.
Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.
b) Introitus /orificium vagina: Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada
gadis (virgo) tertutup lapisan tipis bermukosa yaitu: selaput dara/hymen,
utuh tanpa robekan. Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran
darah menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis,
septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek
dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya
berbentuk fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut parous.
Corrunculae myrtiformis adalah sisa-sisa selaput dara yang robek yang
tampak pada wanita pernah melahirkan/para. Hymen yang abnormal,
misalnya primer tidak berlubang (hymen imperforata) menutup total
lubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul di rongga
genitalia interna.
c) Vagina: Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi
cervix uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal
ventral. Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran:
fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina
memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel
skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid. Fungsi vagina: untuk
mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk
kopulasi (persetubuhan). Bagian atas vagina terbentuk dari duktus
Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu
fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri. Titik
Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3
anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus
vaginal.
d) Perineum: Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas
otot-otot diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma
urogenitalis (m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra).
Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan vagina.
Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi)
untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.
b. Genitalia Interna

Gambar 2. Sistem Reproduksi Wanita

1) Uterus (rahim): Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi
peritoneum (serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi,
retensi dan nutrisi konseptus. Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi
dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan.
Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri. Dinding rahim
terdiri dari 3 lapisan yaitu: Lapisan serosa (lapisan peritoneum), di luar.
Lapisan otot (lapisan miometrium), di tengah. Lapisan mukosa
(endometrium), di dalam. Fungsi utama uterus:
a) Setiap bulan berfungsi dalam pengeluaran darah haid dengan adanya
perubahan dan pelepasan dari endometrium.
b) Tempat janin tumbuh dan berkembang.
c) Tempat melekatnya plasenta.
d) Pada kehamilan, persalinan dan nifas mengadakan kontraksi untuk
lancarnya persalinan dan kembalinya uterus pada saat involusi.
2) Serviks uteri (mulut rahim): Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars
vaginalis (berbatasan/menembus dinding dalam vagina) dan pars
supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan
ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina
yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum
(luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan
ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan
(nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah
pernah/riwayat melahirkan (primipara/multigravida) berbentuk garis
melintang. Posisi serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina
ischiadica. Kelenjar mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks yang
mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai
garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviks
dipengaruhi siklus haid.
3) Corpus uteri (batang/badan rahim): Terdiri dari: paling luar lapisan
serosa/peritoneum yang melekat pada ligamentum latum uteri di intra
abdomen, tengah lapisan muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis
(dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular),
serta dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal
dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium.
Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri
berada di atas vesica urinaria. Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan
serviks uterus bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita.
4) Ligamenta penyangga uterus: Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum
uteri, ligamentum cardinale, ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina
propium, ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina,
ligamentum rectouterina.
5) Vaskularisasi uterus: Terutama dari arteri uterina cabang arteri
hypogastrica/illiaca interna, serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis.
6) Salping / Tuba Falopii: Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus
Mulleri. Sepasang tuba kiri-kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan
transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri. Dinding tuba terdiri tiga
lapisan: serosa, muskular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan
epitel bersilia. Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis,
serta pars infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan
ketebalan dinding yang berbeda-beda pada setiap bagiannya.
a) Pars isthmica (proksimal/isthmus): Merupakan bagian dengan lumen
tersempit, terdapat sfingter uterotuba pengendali transfer gamet.
b) Pars ampularis (medial/ampula): Tempat yang sering terjadi fertilisasi
adalah daerah ampula / infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik)
sering juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini.
c) Pars infundibulum (distal): Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae
abdominale pada ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium.
Fimbriae berfungsi “menangkap” ovum yang keluar saat ovulasi dari
permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba.
d) Mesosalping: Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium
pada usus).
7) Ovarium: Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga
peritoneum, sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat
dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula.
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi
ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di
korteks), ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon
steroid (estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum
pascaovulasi).  Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii melalui
perlekatan fimbriae. Fimbriae “menangkap” ovum yang dilepaskan pada saat
ovulasi. Fungsi ovarium adalah: Mengeluarkan hormon estrogen dan
progesterone dan mengeluarkan sel telur setiap bulan.
8) Vagina: Adalah liang atau saluran yang menghubungkan vulva dan rahim,
terletak diantara kandung kencing dan rectum. Dinding depan vagina
panjangnya 7-9 cm dan dinding belakang 9-11 cm. Dinding vagina berlipat-
lipat yang berjalan sirkuler dan disebut rugae, sedangkan ditengahnya ada
bagian yang lebih keras disebut kolumna rugarum. Dinding vagina terdiri dari
3 lapisan yaitu: lapisan mukosa yang merupakan kulit, lapisan otot dan
lapisan jaringan ikat. Berbatasan dengan serviks membentuk ruangan
lengkung, antara lain forniks lateral kanan kiri, forniks anterior dan posterior.
Bagian dari serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut portio. Suplai
darah vagina diperoleh dari arteria uterina, arteria vesikalis inferior, arteria
hemoroidalis mediana san arteria pudendus interna. Fungsi penting vagina
adalah: Saluran keluar untuk mengalirkan darah haid dan sekret lain dari
Rahim dan Alat untuk bersenggama dan Jalan lahir pada waktu bersalin.

2. Pengertian
Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar
lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali
organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti
perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009).
Masa nifas atau puer perium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadijono 2008).
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak
bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal
sebelum hamil (Bobak, 2010).

3. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh
tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).
a. Teori penurunan hormone: 1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan
hormone progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –
otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga
timbul his bila progesterone turun.
b. Teori placenta menjadi tua: Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone
menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi Rahim: Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan
iskemik otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
d. Teori iritasi mekanik: Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus
franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin
akan timbul kontraksi uterus.
e. Induksi partus: Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang
dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus
frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian
oksitosin menurut tetesan perinfus.

4. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat - alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”.
Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni
memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh hormon
laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamae. Otot-otot uterus
berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah yang ada antara
nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan
setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera
post partum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan
oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat
pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat
implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm
itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin
regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai
waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur
kembali seperti sedia kala (Hafifah, 2011).
5. Pathway POST PARTUM NORMAL

Perubahan fisiologi Perubahan psikologi

Proses involusi Vagina dan perinium Laktasi Taking in Taking Hold letting go

Peningkatan kadar struktur dan karakter


Ocytosin, peningkatan payudara ibu Perubahan
Kontraksi uterus Ruptur jaringan Butuh perlindungan peran menjadi
orang tua

Trauma personal pembuluh dan pelayanan


Mekanis hygiene darah rusak Hormon Aliran darah di Berfokus pada diri Belajar Kondisi
Kurang baik estrogen payudara berurai sendiri dan lemas mengenai pera- tubuh menga-
Dari uterus (involusi) watan diri dan bayi lami perubahan

Genetelia Perdarahan Prolaktin Retensi darah di


Nyeri Akut Kotor meningkat pembuluh payudara Gangguan Butuh informasi
Pola tidur

Pembentukan Bengkak Defesiensi


Risiko ASI Pengetahuan
Infeksi
ASI keluar Penyempitan pada duktus intiverus

Payudara bengkak ASI tidak keluar Reaksi ASI Mastitis

Ketidakefektifan Pemberian ASI


5. Klasifikasi
Nifas dibagi menjadi 3 periode yaitu:
a. Peurperium Dini adalah kondisi kepulihan dimana seorang ibu sudah
diperbolehkan berdiri dan berjalan.
b. Peurperium Intermedial adalah kondisi kepulihan organ genitalia menyeluruh
dengan lama ± 6-8 minggu.
c. Remote peurperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila saat hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.
Waktu yang diperlukan untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan
ataupun tahunan (Bobak, 2010).

6. Komplikasi
a. Perdarahan: Perdarahan adalah penyebab kematian terbanyak pada wanita
selama periode post partum. Perdarahan post partum adalah : kehilangan darah
lebih dari 500 cc setelah kelahiran kriteria perdarahan didasarkan pada satu atau
lebih tanda-tanda sebagai berikut: Kehilangan darah lebih dai 500 cc, Sistolik
atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg, Hb turun sampai 3 gram
%. Perdarahan post partum dapat diklasifikasi menurut kapan terjadinya
perdarahan dini terjadi 24 jam setelah melahirkan. Perdarahan lanjut lebih dari
24 jam setelah melahirkan, syok hemoragik dapat berkembang cepat dan menadi
kasus lainnya, tiga penyebap utama perdarahan antara lain :
1) Atonia uteri: pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi dengan
baik dan ini merupakan sebap utama dari perdarahan post partum. Uterus
yang sangat teregang (hidramnion, kehamilan ganda, dengan kehamilan
dengan janin besar), partus lama dan pemberian narkosis merupakan
predisposisi untuk terjadinya atonia uteri.
2) Laserasi jalan lahir: perlukan serviks, vagina dan perineum dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan segera.
3) Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta
disebapkan oleh gangguan kontraksi uterus.retensio plasenta adalah :
tertahannya atau belum lahirnya plasenta atau 30 menit selelah bayi lahir.
4) Lain-lain
a) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus
sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka
b) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan parut
pada uterus setelah jalan lahir hidup.
c) Inversio uteri (Wikenjosastro, 2009)
b. Infeksi puerperalis: Didefinisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama
masa post partum. Insiden infeksi puerperalis ini 1 % - 8 %, ditandai adanya
kenaikan suhu > 380 dalam 2 hari selama 10 hari pertama post partum. Penyebap
klasik adalah : streptococus dan staphylococus aureus dan organisasi lainnya
c. Endometritis: Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh
infeksi puerperalis. Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membrane
memiliki resiko tinggi terjadinya endometritis.
d. Mastitis: Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau
pecahnya puting susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan
pembengkakan, mastitis umumnya di awali pada bulan pertamapost partum.
e. Infeksi saluran kemih: Insiden mencapai 2-4 % wanita post partum, pembedahan
meningkatkan resiko infeksi saluran kemih. Organisme terbanyak adalah
Entamoba coli dan bakterigram negatif lainnya.
f. Tromboplebitis dan thrombosis: Semasa hamil dan masa awal post partum,
faktor koagulasi dan meningkatnya status vena menyebapkan relaksasi sistem
vaskuler, akibatnya terjadi tromboplebitis (pembentukan trombus di pembuluh
darah dihasilkan dari dinding pembuluh darah) dan thrombosis (pembentukan
trombus) tromboplebitis superficial terjadi 1 kasus dari 500 – 750 kelahiran pada
3 hari pertama post partum.
g. Emboli: Yaitu: partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil
menyebapkan kematian terbanyak di Amerika.
h. Post partum depresi: Kasus ini kejadinya berangsur-angsur, berkembang lambat
sampai beberapa minggu, terjadi pada tahun pertama. Ibu bingung dan merasa
takut pada dirinya. Tandanya antara lain, kurang konsentrasi, kesepian tidak
aman, perasaan obsepsi cemas, kehilangan kontrol, dan lainnya. Wanita juga
mengeluh bingung, nyeri kepala, ganguan makan, dysmenor, kesulitan
menyusui, tidak tertarik pada sex, kehilanagan semangat (Bobak, 2010).

7. Penatalaksanaan Medis
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas,
pemberian informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan (Bobak, 2010).
8. Pengkajian
a. Identitas: Mengkaji identitas pasien yang meliputi nama, usia, jenis kelamin,
status pernikahan, agama, dan pekerjaan alamat.
b. Keluhan Utama: Biasanya klien mengeluh nyeri / ketidaknyamanan pada daerah
kemaluannya setelah melahirkan.
c. Riwayat Kesehatan Saat Ini: Biasanya klien mengeluh nyeri pada bagian
kemaluannya disaat klien bergerak dan berkurang apabila beristirahat.
d. Riwayat Kesehatan Terdahulu: Perlu ditanyakan mengenai kondisi penyakit
sebelumnya seperti hipertensi, DM, Jantung atau keluhan yang lainnya.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga: Yang perlu ditanyakan adalah penyakit yang
sifatnya menurun (hipertensi, DM, Jantung) dan penyakit menular serta
mempunyai riwayat persalinan kembar.
f. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan: Karena kecemasannya terhadap
jahitan perineum biasanya klien BAK atau BABnya menjadi sulit dan takut
karena jahitannya dapat robek. Oleh karena itu perlu dilakukan perawatan
dan pengetahuan tentang cara vulva hygiene setiap BAK atau BAB agar
dapat terjadi infeksi dan jahitannya dapat kering.
2) Pola nutrisi metabolic: Pada ibu hamil post natal terjadi peningkatan nafsu
makan dan kehilangan rata – rata berat badan 5,5 kg.
3) Pola eliminasi: Pada penderita post partum sering terjadi adanya perasaan
sering atau susah untuk BAK yang ditimbulkan oleh terjadinya udema dari
trigono, yang menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga sering terjadi
konstipasi. Selain itu klien takut BAB atau BAK karena jahitannya robek
atau nyerinya bertambah.
4) Pola aktivitas-latihan: Biasanya klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari
dengan terbatas, misalnya makan, minum, duduk dan biasanya klien dengan
nyeri perineum terjadi keterbatasan aktivitas.
5) Pola tidur – istirahat: Pada klien nifas terjadi perubahan pada pola istirahat
dan tidur karena merasakan nyeri pada perineum.
6) Pola kognitif perceptual: Pada pola sensori klien mengalami nyeri pada
perineum akibat luka jahitan dan nyeri perut akibat involusi uteri. Pada pola
kognitif terjadi pada ibu primipara yang mengalami kecemasan atas nyeri
yang dialaminya.
7) Pola toleransi – koping stress: Klien berpenampilan rapi, berbicara pelan-
pelan, dan selalu minta pertimbangan suami atau ibunya jika ada masalah
atau harus mengambil keputusan.
8) Persepsi diri / konsep diri: Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan
kehailannya lebih menjelang persalinan. Dampak psikologisnya adalah
terjadinya perubahan konsep diri yaitu Body Image dan ideal diri.
9) Pola seksual – reproduksi: Terjadi perubahan sexsual atau disfungsi sexual
yaitu perubahan dalam hubungan sexual yang tidak adekuat karena adanya
proses persalinan dan nifas.
10) Pola hubungan dan peran: Dalam hubungan peran biasanya mengalami
sedikit gangguan karena masa nifas adalah masa dimana ibu harus istirahat
dan melakukan aktivitas terbatas.
11) Pola nilai kepercayaan: Klien dengan masa nifas tidak dapat melakukan
ibadah, tetapi klien hanya bisa berdoa karena klien masih dalam keadaan
bedrest dan belum bersih.
g. Pengkajian fisik
1) Pemeriksaan kulit
a) Inspeksi : kebersihan, warna, pigmentasilesi/perlukaan, pucat,
sianosis, dan ikterik. Normal : kulit tidak ada ikterik/pucat/sianosis.
b) Palpasi : kelembapan, suhu permukaan kulit, tekstur, ketebalan,
turgor kulit,dan udema. Normal : lembab, turgor baik/elastic, tidak
ada edema.
2) Pemeriksaan kepala
a) Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya lesi
atau tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala, warna, rambut, jumlah
dan distribusi rambut. Normal : simetris, bersih, tidak ada lesi,
tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan gizi(rambut jagung dan
kering)
b) Palpasi  : adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur rambut.
Normal : tidak ada penonjolan /pembengkakan, rambut lebat dan
kuat/tidak rapuh.
3) Pemeriksaan wajah
a) Inspeksi  : warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan.
Normal : warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak
pucat/ikterik, simetris.
b) Palpasi  : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang. Normal :
tidak ada nyeri tekan dan edema.
4) Pemeriksaan mata
Inspeksi : bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata,
kesimestrisan, bola mata, warna konjunctiva dan sclera (anemis/ikterik),
penggunaan kacamata / lensa kontak, dan respon terhadap cahaya. Normal:
simetris mata kika, simetris bola mata kika, warna konjungtiva pink, dan
sclera berwarna putih.
5) Pemeriksaan telinga
Inspeksi  : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas, posisi
telinga, warna, liang telinga (cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu
dengar. Normal : bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus,
warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan alat bantu
dengar. Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan  tragus. Normal:
tidak ada nyeri tekan.
6) Pemeriksan hidung dan sinus
Inspeksi  : hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna, kesimetrisan), rongga,
hidung ( lesi, sekret, sumbatan, pendarahan), hidung internal (kemerahan,
lesi, tanda2 infeksi). Normal : simetris kika, warna sama dengan warna
kulit lain, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan, perdarahan dan tanda-tanda
infeksi. Palpasi dan Perkusi : frontalis dan, maksilaris  (bengkak, nyeri, dan
septum deviasi). Normal : tidak ada bengkak dan nyeri tekan.
7) Pemeriksaan mulut dan bibir
Inspeksi dan palpasi struktur luar  : warna mukosa mulut dan bibir, tekstur ,
lesi, dan stomatitis. Normal : warna mukosa mulut dan bibir pink,
lembab, tidak ada lesi dan stomatitis. Inspeksi dan palpasi strukur dalam :
gigi lengkap/penggunaan gigi palsu, perdarahan/ radang gusi, kesimetrisan,
warna, posisi lidah, dan keadaan langit2. Normal : gigi lengkap, tidak
ada tanda-tanda gigi berlobang atau kerusakan gigi, tidak ada perdarahan
atau radang gusi, lidah simetris, warna pink, langit2 utuh dan tidak ada
tanda infeksi.
8) Pemeriksaan leher
Inspeksi : warna integritas, bentuk simetris. Normal : warna sama dengan
kulit lain, integritas kulit baik, bentuk simetris, tidak ada pembesaran
kelenjer gondok. Inspeksi dan auskultasi arteri karotis : lokasi pulsasi
Normal : arteri karotis terdengar. Inspeksi dan palpasi kelenjer tiroid :
(nodus/difus, pembesaran,batas, konsistensi, nyeri, gerakan/ perlengketan
pada kulit), kelenjer limfe (letak, konsistensi, nyeri, pembesaran), kelenjer
parotis (letak, terlihat/ teraba) Normal : tidak teraba pembesaran
kel.gondok, tidak ada nyeri, tidak ada . Auskultasi : bising pembuluh
darah.
9) Pemeriksaan dada (dada dan punggung)
a) Inspeksi  : kesimetrisan, bentuk/postur  dada, gerakan nafas
(frekuensi,irama, kedalaman, dan upaya  pernafasan/penggunaan otot-
otot bantu pernafasan), warna kulit, lesi, edema, pembengkakan/
penonjolan. Normal : simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada
tanda-tanda distress pernapasan, warna kulit sama dengan warna kulit
lain, tidak ikterik/sianosis, tidak ada pembengkakan/penonjolan/edema.
b) Palpasi : Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile
fremitus, (perawat berdiri dibelakang pasien, instruksikan pasien untuk
mengucapkan angka “tujuh-tujuh” atau “enam-enam” sambil melakukan
perabaan dengan kedua telapak tangan pada punggung pasien.) Normal:
integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan/massa/tanda-tanda peradangan,
ekspansi simetris, taktil vremitus cendrung sebelah kanan lebih teraba
jelas.
c) Perkusi : paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan bandingkan satu
sisi dengansatu sisi lain pada tinggi yang sama dengan pola berjenjang
sisi ke sisi) Normal : resonan (“dug dug dug”), jika bagian padat lebih
dari pada bagian udara = pekak (“bleg bleg bleg”), jika bagian udara
lebih besar dari bagian padat = hiperesonan (“deng deng deng”).
d) Auskultasi : suara nafas, trachea, bronchus, paru. (dengarkan dengan
menggunakan stetoskop di lapang paru kika, di RIC 1 dan 2, di atas
manubrium dan di atas trachea) Normal : bunyi napas vesikuler,
bronchovesikuler, brochial, tracheal.
10) Pemeriksaan Abdomen (Perut)
a) Inspeksi  : kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi, scar,
ostomy distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus,  dan
gerakan dinding perut. Normal : simetris kika, warna dengan warna
kulit lain, tidak ikterik tidak terdapat ostomy, distensi, tonjolan,
pelebaran vena, kelainan umbilicus.
b) Auskultasi: suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran (bagian
diafragma dari stetoskop) dan suara pembuluh darah dan friction
rub :aorta, a.renalis, a. illiaka (bagian bell). Normal :  suara peristaltic
terdengar setiap 5-20 x/dtk, terdengar denyutan arteri renalis, arteri iliaka
dan aorta.
c) Perkusi semua kuadran  : mulai dari kuadran kanan atas bergerak
searah jarum jam, perhatikan jika klien merasa nyeri dan bagaiman
kualitas bunyinya. Normal : timpani, bila hepar dan limfa
membesar = redup dan apabila banyak cairan = hipertimpani
11) Pemeriksaan ekstermitas atas (bahu, siku, tangan)
a) Inspeksi struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan, Integritas
ROM, kekuatan dan tonus otot. Normal: simetris kika, integritas kulit
baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh. Palapasi: denyutan a.brachialis
dan a. radialis . Normal: teraba jelas
b) Tes reflex :tendon trisep, bisep, dan brachioradialis. Normal: reflek bisep
dan trisep positif
12) Pemeriksaan ekstermitas bawah (panggul, lutut, pergelangan kaki dan
telapak  kaki)
13) Pemeriksaan genitalia (alat genital, anus, rectum)
a) Inspeksi genitalia eksternal : mukosa kulit, integritas kulit, contour
simetris,edema, pengeluaran. Normal: bersih, mukosa lembab, integritas
kulit baik, semetris tidak ada edema dan tanda-tanda infeksi (pengeluaran
pus /bau)
b) Inspeksi vagina dan servik  : integritas kulit, massa, pengeluaran
c) Palpasi vagina, uterus dan ovarium: letak ukuran, konsistensi dan,  massa
14) Pemeriksaan anus dan rectum : feses, nyeri, massa edema, haemoroid,
fistula ani pengeluaran dan perdarahan. Normal : tidak ada nyeri, tidak
terdapat edema /  hemoroid/ polip/ tanda tanda infeksi dan pendarahan

9. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
b. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan diskontinuitas
pemberian ASI.
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis.
d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
e. Resiko infeksi.
10. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


Nyeri Outcome tambahan untuk 1. Pemberian analgetik :
1
Akut Mengukur penyelesaian a. Tentukan lokasi, karakteristik,
dari diagnosis kualitas, keparahan nyeri
Definisi : Pengalaman
sebelum mengobati pasien
sensori dan emosional 1. Kontrol nyeri
b. Cek adanya riwayat alergi obat
tidak menyenangkan yang a. Mengenali kapan
c. Pilih analgesic atau kombinasi
muncul akibat kerusakan terjadi nyeri (5)
analgesic yang sesuai ketika
jaringan aktual atau secara konsisten
lebih dari satu diberikan
potensial atau yang menunjukkan.
2. Manajemen nyeri
digambarkan sebagai b. Menggambarkan
a. Lakukan pengkajian nyeri
kerusakan (International factor penyebab (5)
komprehensif yang meliputi
Association for the Study secara konsisten
lokasi, karakteristik, durasi,
of Pain) : awitan yang tiba- menunjukkan.
frekuensi, kualitas, intensitas
tiba atau lambat dari c. Menggunakan
atau beratnya nyeri dan factor
intensitas ringan hingga tindakan pengurangan
pencetus
berat dengan akhir yang (nyeri) tanpa
b. Pastikan perawatan analgesic
dapat diantisipasi atau analgesik (5) secara
bagi pasien dilakukan dengan
diprediksi. konsisten
pemantauan yang ketat
menunjukkan.
Batasan Karakteristik : c. Gali pengetahuan dan
d. Menggunakan
kepercayaan pasien mengenai
1. Bukti nyeri dengan analgetik yang di
nyeri
menggunakan rekomendasikan (5)
d. Berikan informasi mengenai
standar daftar secara konsisten
nyeri, seperti penyebab nyeri,
periksa nyeri untuk menunjukkan.
berapa lama nyeri akan
pasien yang tidak e. Melaporkan
dirasakan dan antisipasi akibat
dapat perubahan terhadap
ketidaknyamanan akibat
mengungkapkannya gejala nyeri pada
prosedur
2. Diaforesis professional
e. Kendalikan factor lingkungan
3. Dilatasi pupil kesehatan (5) secara
yang dapat mempengaruhi
4. Ekspresi wajah konsisten
respon pasien terhadap
nyeri menunjukkan.
ketidaknyamanan
5. Fokus menyempit f. Melaporkan nyeri
f. Ajarkan prinsip – prinsip
6. Fokus pada diri yang terkontrol (5)
manajemen nyeri
sendiri secara konsisten
g. Kolaborasi dengan pasien,
7. Keluhan tentang menunjukkan. orang terdekat dan tim
intensitas kesehatan lainnya untuk
menggunakan memilih dan
standar skala nyeri mengimplementasikan
8. Perubahan posisi tindakan penurunan nyeri
untuk menghindari nonfarmakologi dan
nyeri farmakologi
9. Perubahan selera 3. Monitor Tanda-Tanda Vital
makan a. Monitor tekanan darah, nadi,
10. Putus asa suhu, dan status pernafasan
11. Sikap melindungi dengan tepat
area nyeri b. Monitor tekanan darah setelah
Faktor-faktor yang pasien minum obat jika
berhubungan : memungkinkan
1. Agens cidera c. Monitor suara paru
biologis (Mis., d. Monitor warna kulit, suhu,
infeksi, iskemia, kelembapan
neoplasma) e. Monitor dan laporkan tanda
2. Agen cidera fisik dan gejala hipertermia dan
(Mis., abses, hipotermia
amputasi, luka
bakar, terpotong,
mengangkat berat,
prosedur bedah,
trauma, olahraga
berlebihan)
3. Agens cidera
kimiawi (Mis., luka
bakar, kapsaisin,
metilen klorida,
agens mustard)
2 Ketidakefektifan NOC NIC
Pemberian ASI 1. Keberhasilan 1. Pengurangan kecemasan
Definisi : Kesulitan Menyusui : Bayi a Gunakan pendekatan yang
memberikan susu pada a. Kesejajaran tubuh tenang dan menyakinkan
bayi atau anak secara yang sesuai dan b Nyatakan dengan jelas harapan
langsung dari payudara, (bayi) menempel
yang dapat memengaruhi dengan baik (5) terhadap perilaku klien
status nutrisi bayi / anak. sepenuhnya c Pahami situasi krisis yang
Batasan Karakteristik: adekuat terjadi dari perspektif klien
1. Bayi menangis b. Genggaman d Berada disisi klien untuk
dalam jam pertama (tangan bayi) pada meningkatkan rasa aman dan
setelah menyusui areola dengan mengurangi ketakutan
2. Bayi menangis pada tepat (5) e Berikan objek yang
payudara sepenuhnya menunjukkan perasaan aman
3. Bayi mendekat adekuat f Dengarkan klien
kearah payudara c. Reflek menghisap g Puji / kuatkan perilaku yang
4. Bayi menolak (5) sepenuhnya baik secara tepat
latching on adekuat h Berikan aktivitas pengganti
5. Bayi tidak mampu d. Terdengar yang bertujuan untuk
latch- on pada menelan (5) mengurangi tekanan
payudara secara sepenuhnya 2. Dukungan Emosional
tepat adekuat a. Diskusikan dengan pasien
6. Ketidakadekuatan e. Menyusui minimal mengenai pengalaman
defekasi bayi 5 – 10 menit per emosinya
7. Ketidakcukupan payudara (5) b. Eksplorasi apa yang memicu
kesempatan untuk sepenuhnya emosi pasien
menghisap payudara adekuat c. Buat pertanyaan yang
8. Tidak tampak f. Minimal menyusui mendukung dan berempati
pelepasan oksigen 8 kali per hari (5) d. Rangkul dan sentuh pasien
9. Penurunan berat sepenuhnya dengan penuh dukungan
badan bayi terus adekuat e. Dukung penggunaan
menerus g. Buang air kecil mekanisme pertahanan yang
10. Kurang penambahan per hari sesuai sesuai
berat badan bayi usia (5) f. Bantu pasien untuk
11. Tampak sepenuhnya mengenali perasaannya
ketidakadekuatan adekuat seperti adanya cemas, marah,
asupan susu h. Feses cair, kuning, atau sedih
12. Tidak menghisap dan berserat per g. Berikan bantuan dalam
payudara terus - hari sesuai usia (5) pembuatan keputusan
menerus sepenuhnya h. Temani pasien dan berikan
adekuat jaminan keselamatan dan
i. Penambahan berat keamanan selama periode
Factor yang
badan sesuai usia
berhubungan: (5) sepenuhnya cemas
adekuat 3. Manajemen Nutrisi
1. Ambivalensi ibu
j. Bayi puas setelah a. Tentukan status gizi pasien
2. Anomali payudara
makan (5) dan kemampuan (pasien )
ibu
sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan
3. Ansietas ibu
adekuat gizi
4. Diskontinuitas
2. Keberhasilan b. Identifikasi (adanya) alergi
pemberian ASI
Menyusui : Maternal atau intoleransi makanan
5. Keletihan ibu
a. Posisi nyaman yang dimiliki pasien
6. Keluarga tidak
selama menyusui c. Tentukan apa yang menjadi
mendukung
(5) sepenuhnya preferensi makanan bagi
7. Keterlambatan
adekuat pasien
laktogen II
b. Pengeluaran ASI d. Instruksikan pasien mengenai
8. Kurang pengetahuan
(5) sepenuhnya kebutuhan nutrisi (yaitu:
orang tua tentang
adekuat membahas pedoman diet dan
pentingnya
c. Hisapan piramida makanan)
pemberian ASI
dihentikan e. Bantu pasien dalam
9. Tidak cukup waktu
sebelum dipindah menentukan pedoman atau
menyusu ASI
ke payudara lain piramida makanan yang
10. Suplai ASI tidak
(5) sepenuhnya paling cocok dalam
cukup
adekuat memenuhi kebutuhan nutrisi
11. Prematuritas
d. Intake cairan ibu dan prefensi (misalnya.,
12. Penggunaan dot
(5) sepenuhnya Piramida Makanan
13. Pembedahan
adekuat Vegetarian, Piramida
payudara
e. Mengenali isyarat Panduan Makan, dan
sebelumnya
lapar di awal (5) Piramida Makanan untuk
14. Masa cuti
sepenuhnya Lanjut Usia Lebih dari 70
melahirkan yang
adekuat tahun)
pendek
3. Mempertahankan f. Berikan pilihan makanan
Pemberian ASI sambil menawarkan
a. Pertumbuhan bayi bimbingan terhadap pilihan
dalam rentang (makanan) yang lebih sehat,
normal(5) jika diperlukan
sepenuhnya g. Atur diet yang diperlukan
adekuat (yaitu: menyediakan
b. Perkembangan makanan protein tinggi;
bayi dalam menyerahkan menggunakan
rentang normal (5) bumbu dan rempah – rempah
sepenuhnya sebagai alternative untuk
adekuat garam, menyediakan
c. Mengenali tanda – pengganti gula; menambah
tanda penurunan atau mengurangi kalori,
pasokan ASI (5) menambah atau mengurangi
sepenuhnya vitamin, mineral, atau
adekuat suplemen)
d. Puas dengan h. Ciptakan lingkungan yang
proses menyusui optimal pada saat
(5) sepenuhnya mengkonsumsi makanan
adekuat (misalnya, bersih,
berventilasi, santai, dan
bebas dari bau yang
menyengat)
i. Lakukan atau bantu pasien
terkait dengan perawatan
mulut sebelum makan
j. Beri obat – obatan sebelum
(misalnya, penghilang rasa
sakit, antiseptic) jika
diperlukan
k. Anjurkan pasien untuk duduk
pada posisi tegak di kursi,
jika memungkinkan
l. Pastikan makan disajikan
dengan cara yang menarik
dan pada suhu yang paling
cocok untuk konsumsi secara
optimal
m. Anjurkan keluarga untuk
membawa maknan favorit
pasien sementara pasien
berada di rumah sakit atau
fasilitas perawatan, yang
sesuai
n. Anjurkan pasien terkait
dengan kebutuhan diet untuk
kondisi sakit(yaitu: untuk
pasien dengan penyakit
ginjal, pembatasan natrium,
kalium, protein, dan cairan)
o. Tawarkan makanan ringan
yang padat gizi
p. Monitor kalori dan asupan
makan
q. Monitor kecenderungan
terjadinya penurunan dan
kenaikan berat badan

4. Konseling Laktasin
a. Berikan informasi mengenai
manfaat (kegiatan ) menyusui
baik fisiologis maupun
psikologis
b. Berikan materi pendidikan
sesuai kebutuhan
c. Monitor kemampuan bayi untuk
menghisap
d. Beri kesempatan pada ibu untuk
menyusui setelah melahirkan,
jika memungkinkan
3 Gangguan Pola Tidur: 1. Tidur 1. Peningkatan Tidur
a. Jam tidur dengan skala a. Tentukan pola tidur/aktivitas
Definisi: interupsi jumlah
5 (tidak terganggu) pasien
waktu dan kualitas
b. Pola tidur dengan skala b. Jelaskan pentingnya tidur yang
tidurakibat faktor external
5 (tidak terganggu) cukup
Batasan karakteristik : c. Kualitas tidur dengan c. Tentukan efek dari obat yang
skala 5 (tidak dikonsumsi pasien terhadap
1. Kesulitan jatuh tertidur
terganggu) pola tidur
2. Ketidakpuasan tidur
d. Suhu ruangan yang d. Monitor pola tidur pasien dan
3. Menyatakan tidak
nyaman 5 (tidak jumlah jam tidur
merasa cukup istirahat
terganggu) e. Anjurkan pasien untuk
4. Penurunan kemampuan
e. Perasaan segar setelah
berfungsi tidur dengan skala 5 memantau pola tidur
5. Perubahan pola tidur (tidak terganggu) f. Identifikasi obat tidur yang
6. Sering terjaga tana jelas f. Kesulitan tidur dengan dikonsumsi pasien
penyebabnya skala 5 (tidak g. Sesuaikan jadwal pemberian
Faktor-faktor yang terganggu) obat untuk mendukung tidur /
berhubungan: g. Kesulitan memulai siklus bangun pasien
tidur dengan skala 5 h. Dorong pasien untuk
1. Gangguan Karena
(tidak terganggu) menetapkan rutinitas waktu
pasangan tidur
h. nyeri dengan skala 5 tidur untuk memfasilitasi
2. Halangan lingkungan
(tidak terganggu) perpindahan dari terjaga
(misalnya: bising,
i. Mimpi buruk dengan menuju tidur
pajanan cahaya/gelap,
skala 5 (tidak i. Bantu untuk menghilangkan
suhu, kelembapan,
terganggu) situasi stress sebelum tidur
lingkungan yang tidak
j. Diskusikan dengan pasien dan
dikenal)
keluarga mengenai Teknik
3. Imobilisasi
untuk meningkatkan tidur.
4. Kurang privasi
2. Manajemen lingkungan
5. Pola tidur tidak
a. Ciptakan lingkungan yang
menyehatkan.
aman bagi pasien
b. Identifikasi kebutuhan
keselamatan pasien
berdasarkan fungsi fisik dan
kognitif serta riwayat masa lalu
c. Singkirkan benda – benda yang
berbahaya dari lingkungan
d. Sediakan tempat tidur dengan
ketinggian yang rendah, yang
sesuai
e. Lindungi pasien dengan
pegangan pada sisi atau
bantalan disisi ruangan, yang
sesuai
f. Berikan kamar terpisah, seperti
diidentifikasi
g. Sediakan tempat tidur dan
lingkungan yang bersih dan
nyaman
3. Manajemen lingkungan:
Kenyamanan
a. Tentukan tujuan pasien dan
keluarga dalam mengelola
lingkungan dan kenyamanan
yang optimal
b. Mudahkan transisi pasien dan
keluarga dengan adanya
sambutan hangat di lingkungan
yang baru
c. Cepat bertindak jika terdapat
panggilan bel, yang harus
selalu dalam jangkauan
d. Hindari gangguan yang tidak
perlu dan berikan waktu untuk
beristirahat
e. Ciptakan lingkungan yang
tenang dan mendukung
f. Sediakan lingkungan yang
aman dan bersih
g. Sesuaikan suhu ruangan yang
paling menyamankan individu,
jika memungkinkan
Defisiensi pengetahuan NOC NIC
4
Definisi: ketiadaan atau Pengetahuan : manajemen 1. Peningkatan kesadaran
defisiensi informasi penyakit akut kesehatan
kognitif yang berkaitan 1. F a. Ciptakan lingkungan
dengan topik tertentu. aktor-faktor penyebab perawatan kesehatan dimana
Batasan karakteristik : dan factor yang b. pasien dengan permasalahan
1. Ketidakakuratan berkontribusi (5) memahami aksara dapat
melakukan test pengetahuan sangat c. mencari bantuan tanpa
2. Ketidakakuratan banyak. merasa malu atau merasa
melakukan perintah 2. P dicela
3. Kurang pengetahuan erjalanan penyakit d. Gunakan komunikasi yang
4. Perilaku tidak tepat biasanya (5) sesuai dan jelas
(mis., histeria, pengetahuan sangat
bermusuhan, agitasi, banyak. e. Gunakan bahasa sederhana
apatis) 3. M f. berikan informasi penting
Faktor yang anfaat manajemen secara tertulis maupun lisan
berhubungan : penyakit (5) pada pasien sesuai dengan
1. Gangguan fusngsi pengetahuan sangat bahasa utamanya/bahasa ibu
kognitif banyak. g. pertimbangkan hal yang telah
2. Gangguan memori 4. T pasien ketahui tentang
3. Kurang informasi anda dan gejala kondisi kesehatannya atau
4. Kurang minat untuk penyakit (5) risikonya dan
belajar pengetahuan sangat menghubungkan informasi
5. Kurang sumber ilmu banyak. baru dengan apa yang sudah
pengetahuan 5. T pasien ketahui
6. Salah pengertian anda dan gejala
terhadap orang lain. komplikasi (5) 2. Pengajaran : proses penyakit
pengetahuan sangat a. Kaji
banyak penggunaan tingkat pengetahuan pasien
obat-obatan resep terkait dengan proses penyakit
yang benar (5) yang spesifik
pengetahuan sangat b. Jelaskan
banyak. paktovisiologi penyakit dan
bagaimana hubungannya
dengan anatomi dan visiologi
sesuai kebutuhan
c. Riview
pengetahuan pasien mengenai
kondisinya
d. Kenali
pengetahuan pasien mengenai
kondisinya
e. Jelaskan
tanda dan gejala yang umum
dari penyakit, sesuai
kebutuhan
f. Eksplora
si bersama pasien apakah dia
telah mealakukan manajemn
gejala
g. Jelaskan
mengenai proses penyakit
sesuai kebutuhan
h. Identifik
asi kemungkinan penyebab
sesuai kebutuhan
i. Jelaskan
komplikasi kronik yang
mungkin ada, sesuai
kebutuhan
j. Instruksi
kan pasien mengenai tindakan
untuk mencegah atau
meminimalkan efek samping
penanganan dari penyakit,
sesuai kebutuhan
Risiko Infeksi 1. Kontrol resiko 1. kontrol resiko
5
Definisi : Rentan a. Mengidentifikasi
a. Bersihkan lingkungan dengan
mengalami infasi dan factor resiko (5) secara
baik setelah dipakai pasien lain
multifikasi organism konsisten
b. Pertahankan teknik isolasi
patogenik yang dapat menunjukkan
c. Batasi pengunjung bila perlu
mengganggu kesehatan. b. Mengenali factor
d. Instruksikan pada pengunjung
Faktor Risiko: resiko individu (5)
untuk mencuci tangan saat
1. Kurang secara konsisten
berkunjung dan setelah
pengetahuan untuk menunjukkan
berkunjung meninggalkan
menghindari c. Memonitor factor
pasien
pemajanan resiko di lingkungan
e. Gunakan sabun antimikrobia
patogen (5) secara konsisten
untuk cuci tangan
2. Malnutrisi menunjukkan
f. Cuci tangan setiap sebelum dan
3. Obesitas d. Memonitor factor
setelah tindakan keperawatan
4. Penyakit kronis resiko individu (5)
g. Gunakan baju, sarung tangan
5. Prosedur infasif secara konsisten
sebagai pelindung
menunjukkan
h. Pertahankan lingkungan aseptic
e. Mengembangkan
selama pemasangan alat
strategi yang efektif
i. Ganti letak IV perifer dan line
dalam mengontrol
resiko (5) secara central dan dressing sesuai
konsisten dengan petunjuk umum
menunjukkan j. Pastikan teknik perawatan luka
f. Mengenali perubahan yang tepat
status kesehatan (5) k. Gunakan kateter intermitten
secara konsisten untuk menurunkan infeksi
menunjukkan kandung kencing
l. Tingkatkan intake nutrisi
m. Berikan terapi antibiotic bila
perlu infection protection
(proteksi terhadap infeksi)
n. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan local
o. Monitor hitung granulosit, WBC
p. Monitor kerentanan terhadap
infeksi
q. Batasi pengunjung
r. Pertahankan teknik asepsis pada
pasien yang beresiko
s. Inspeksi kulit dan membrane
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
t. Inspeksi kondisi luka/insisi
bedah
u. Dorong masukan cairan
v. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotic sesuai resep
w. Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
x. Ajarkan cara menghindari
infeksi

4. Implementasi
Pada implementasi, perawat melakukan tindakan berdasarkan,
perencanaan mengenai diagnosa yang telah di buat sebelumnya.
5. Evaluasi
Menurut Nursalam (2011) evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu:
a. Evaluasi formatif
Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan
sampai dengan tujuan tercapai.
b. Evaluasi somatif
Merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini
menggunakan SOAP.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Adaptasi maternal pada periode. Available at:


http://kesehatanbyteguh.blogspot.com/2012/01/adaptasi-maternal-pada-periode.html.
Opened at: 20 maret 2014, 18.21 wita.

Anonim. 2012. Asuhan keperawatan Post partum. Available at:


http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-norhimawat-6281-2-babii.pdf.
Opened at: 20 Maret 2014, 18.00 wita.

Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta : EGC

Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana


AsuhanKeperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan


Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Yoga. 2013. Askep post partum. Available at:


http://yogasrondeng.blogspot.com/2013/09/askep-post-partum-nifas.html. opened at: 20
maret 2014, 18.05 wita

Anda mungkin juga menyukai