Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Review Konsep Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita


I.1 Anatomi

I.2 Fisiologi
I.2.1 GENITALIA EKSTERNA
a. Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum),
terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris,
hymen, vestibulum, orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar
pada dinding vagina.
b. Mons pubis / mons veneris
Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa
pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.
c. Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang,
banyak mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan
skrotum pada pria. Ligamentum rotundum uteri berakhir pada
batas atas labia mayora. Di bagian bawah perineum, labia mayora
menyatu (pada commisura posterior).
d. Labia minora
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai
folikel rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan
ujung serabut saraf.

1
e. Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior
vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding
anterior vagina. Homolog embriologik dengan penis pada pria.
Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh
darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif.
f. Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas
lateral labia minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6
lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum, introitus
vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene
kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.
g. Introitus / orificium vagina
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup
lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa
robekan. Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah
menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis,
septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat
robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan
(misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut
parous. Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang
robek yang tampak pada wanita pernah melahirkan / para. Hymen
yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen
imperforata) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan
darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna.
h. Vagina
Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi
cervix uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian
kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi
dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix
lateral kanan dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan
dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis,
berubah mengikuti siklus haid. Fungsi vagina : untuk
mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan
untuk kopulasi (persetubuhan). Bagian atas vagina terbentuk dari
duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara
klinis yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar

2
cervix uteri. Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah
sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding vagina, sangat sensitif
terhadap stimulasi orgasmus vaginal.
i. Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas
otot-otot diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan
diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus profunda,
m.constrictor urethra). Perineal body adalah raphe median
m.levator ani, antara anus dan vagina. Perineum meregang pada
persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk
memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.
I.2.2 GENITALIA INTERNA
a. Uterus
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi
peritoneum (serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat
implatansi, retensi dan nutrisi konseptus. Pada saat persalinan
dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks
uterus, isi konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, cornu,
isthmus dan serviks uteri.
b. Serviks uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan /
menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri
dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen
dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina
yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri
externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar
mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum).
Sebelum melahirkan (nullipara/primigravida) lubang ostium
externum bulat kecil, setelah pernah/riwayat melahirkan
(primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi serviks
mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar
mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks yang
mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan
berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas
lendir serviks dipengaruhi siklus haid.
c. Corpus uteri
Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat
pada ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan

3
muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke
dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta
dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri,
menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-
hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan
fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria.
Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus
bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita
(gambar).
d. Ligamenta penyangga uterus
Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum
cardinale, ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium,
ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina,
ligamentum rectouterina.
e. Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca
interna, serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis.
f. Salping / Tuba Falopi
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang
tuba kiri-kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan
transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri. Dinding tuba
terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular)
serta mukosa dengan epitel bersilia. Terdiri dari pars interstitialis,
pars isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum dengan
fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang
berbeda-beda pada setiap bagiannya (gambar).
g. Pars isthmica (proksimal/isthmus)
Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter
uterotuba pengendali transfer gamet. Pars ampularis
(medial/ampula)
Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula /
infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga
terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini. Pars infundibulum
(distal) Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale
pada ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae
berfungsi menangkap ovum yang keluar saat ovulasi dari
permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba.
Mesosalping

4
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada
usus).
h. Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga
peritoneum, sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai
jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari
korteks dan medula.
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel
menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan
terluar epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran ovum),
sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka
interna folikel, progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi).
Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii melalui
perlekatan fimbriae. Fimbriae menangkap ovum yang
dilepaskan pada saat ovulasi. Ovarium terfiksasi oleh ligamentum
ovarii proprium, ligamentum infundibulopelvicum dan jaringan
ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis
inferior terhadap arteri renalis.

II. Konsep Abortus Inkomplit


II.1 Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
sebelum janin mampu hidup diluar kandungan (Nugroho, 2010).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan, sedangkan abortus inkomplit adalah
sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang
tertinggal (Manuaba, 2008).
Abortus inkomplit adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi
masih tertinggal di dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis
servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau
menonjol pada ostium uteri eksternum, perdarahannya masih terjadi dan
jumlahnya bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa,
yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga
perdarahan berjalan terus (Syaifuddin, 2002).

5
II.2 Etiologi
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi
terdapat beberapa faktor sebagai berikut:
II.2.1Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian
janin dan cacat bawahan yang menyebabkan hasil konsepsi
dikeluarkan. Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi
karena :
a. Faktor kromosom, gangguan terjadi sejak semula pertemuan
kromosom, termasuk kromosom seks.
b. Faktor lingkungan endometrium
Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi
hasil konsepsi.
Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu
pendek.
c. Pengaruh luar
Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil
konsepsi.
Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan
pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.
II.2.2Kelainan Pada Plasenta
Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak
dapat berfungsi. Gangguan pada pembuluh darah plasenta yang
diantaranya pada penderita diabetes mellitus. Hipertensi menyebabkan
gangguan peredaran darah plasenta sehingga menimbulkan keguguran.
II.2.3Penyakit Ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria,
sifilis, anemia dan penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit
ginjal, penyakit hati, dan penyakit diabetes melitus.
II.2.4Kelainan yang terdapat dalam rahim. Rahim merupakan tempat
tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk
mioma uteri, uterus arkuatus, uterus septus, retrofleksia uteri, serviks
inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks),
robekan serviks postpartum (Manuaba, 2010).

II.3 Manifestasi klinik

II.3.1 Nyeri hebat


II.3.2 Perdarahan banyak
II.3.3 Sudah terjadi abortus dengan mengeluarkan jaringan tetapi
sebagian masih berada di dalam uterus

6
II.3.4 Pemeriksaan dalam:
a. Servik masih membuka, mungkin teraba jaringan sisa
b. Perdarahan mungkin bertambah setelah pemeriksaan dalam
II.3.5 Pembesaran uterus sesuai usia kehamilan
II.3.6 Tes kehamilan mungkin masih positif akan tetapi kehamilan tidak
dapat dipertahankan

II.4 Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis
kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut
menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga
merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan <8 minggu hasil
konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koralis belum
menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8-14 minggu
villi korialis menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta
tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan.
Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah
ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta.
Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap.
Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai
bentuk. Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya
benda kecil tanpa bentuk yang jelas dan mungkin pula janin telah mati
lama. Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu yang
cepat maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah, isi uterus dinamakan
mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah
diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi sehingga semuanya tampak
seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion
tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan
korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi
proses mumifikasi dimana janin mengering dan karena cairan amnion
berkurang maka ia jadi gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih
lanjut ia menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus).
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan
adalah terjadinya maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek,

7
perut membesar karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-
merahan dan dapat menyebabkan infeksi pada ibu apabila perdarahan yang
terjadi sudah berlangsung lama (Prawirohardjo, 2005).

II.5 Pathway

Perdarahan dan Nekrosis


Hasil konsepsi terlepas
dari uterus

Uterus berkontraksi

Hasil kosepsi keluar

Hasil konsepsi keluar Merasa kehilangan Hasil konsepsi tidak


sempurna keluar sempurna
Ansietas

Perdarahan
Nyeri
Defisit volume
cairan

Intoleransi aktiitas Gangguan istirahat


tidur

Sumber: Sujiyatini (2009)

8
II.6 Komplikasi

II.6.1 Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa
hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian
karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan
pada waktunya.
II.6.2 Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus
dalam posisi hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau kepastian
terjadinya perforasi, laparotomi harus segera dilakukan untuk
menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan perlunya alat-alat
lain.
II.6.3 Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan dan karena infeksi
berat.
II.6.4 Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi tiap abortus, tetapi
biasanya ditemukan abortus inkomplit yang berkaitan erat dengan
suatu abortus yang tidak aman (Sujiyatini, 2009).

II.7 Prognosis
II.7.1 Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abotus
yang rekuren mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %
II.7.2 Pada wanita keguguran dengan etiologi yang tidak diketahui,
kemungkinan keberhasilan kehamilan sekitar 40-80 %
II.7.3 Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas
jantung janin pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita
dengan 2 atau lebih aborsi spontan yang tidak jelas.Prognosis

9
keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan
sebelumnya.

II.8 Penanganan Medis


II.8.1 Pemeriksaan umum:
a. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum
pasien, termasuk tanda-tanda vital.
b. Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak,
pingsan, tekanan sistolik kurang 90 mmHg, nadi lebih 112
kali per menit).
c. Jika dicurigai terjadi syok, segera lakukan penanganan
syok. Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan
kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi
mengenai kondisi wanita karena kondisinya dapat
memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat penting
untuk memulai penanganan syok dengan segera.
d. Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkaan kemungkinan
kehamilan ektopik terganggu.
e. Pasang infus dengan jarum infus besar (16 G atau lebih),
berikan larutan garam fisiologik atau ringer laktat dengan
tetesan cepat 500 cc dalam 2 jam pertama (Syaifuddin,
2006).

II.8.2 Penanganan Abortus Inkomplit


a. Menentukan besar uterus, kenali dan atasi setiap komplikasi
(perdarahan hebat, syok dan sepsis).
b. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia
kehamilan < 16 minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi
dengan:
a) Aspirasi Vacum Manual merupakan metode evakuasi
yang terpilih.
b) Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya
dilakukan jika AVM tidak tersedia.
c) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri
ergometrium 0,2 mg im (diulangi setelah 15 menit jika
perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulangi
setelah 4 jam jika perlu).

c. Jika kehamilan > 16 mingguan

10
a) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan
IV (garam fisiologis arau RL ) dengan kecepatan 40 tetes /
menit sampai terjadi ekspulsi konsepsi.
b) Jika perlu berikan misoprostol 200 mg pervaginam
setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil
konsepsi(maksimal 80 mg)
c) Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam
uterus
d. Bila tidak ada tanda-tanda infeksi beri antibiotika profilaksis
(sulbenisillin 2 gram/IM atau sefuroksim 1 gram oral).
e. Bila terjadi infeksi beri ampicillin 1 gram dan Metrodidazol
500mg setiap 8 jam.
f. Bila pasien tampak anemik, berikan sulfasferosus 600
mg/hari selama 2 minggu (anemia sedang) atau transfusi
darah (anemia berat).
g. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan (Syaifuddin, 2006).

III.Rencana Asuhan Klien dengan Abortus Inkomplit


III.1 Pengkajian
III.1.1 Identitas klien
Meliputi nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,
status perkawinan, alamat dan lain-lain.
III.1.2 Riwayat obstetri
a. Riwayat menstruasi (Menarche, siklus, lama, banyak, warna,
bau, flour albous, HPHT, disminore)
b. Riwayat kehamilan
c. Riwayat kehamilan sekarang (HPL, ANC, Keluhan, TT)
d. Riwayat kontrasepsi
III.1.3 Riwayat persalinan
Mengkaji persalinan sebelumnya, keadaan anak pasien mulai dari
kandungan hingga saat ini, bagaimana kesehatan anaknya.
III.1.4 Aktivitas/latihan
a. Nutrisi (sebelum dan selama hamil)
b. Eliminasi (sebelum dan selama hamil)
c. Istirahat (sebelum dan selama hamil)
d. Aktivitas (sebelum dan selama hamil)
e. Pola hubungan seksualitas (sebelum dan selama hamil)
f. Personal hygiene (sebelum dan selama hamil)
III.1.5 Riwayat psikososial
III.1.6 Sirkulasi
III.1.7 Data spiritual
III.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan kadar Hb, golongan darah dan uji padanan silang
(Crossmatch), bila terdapat tanda-tanda sepsis berikan antibiotik

11
yang sesuai, temukan dan hentikan segera sumber perdarahan,
lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pasca tindakan dan
perkembangan lanjut (Prawirohardjo, 2006).

III.2 Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


Diagnosa I: kekurangan volume cairan
III.2.1 Definisi
Penurunan cairan intravaskular, interstitial, dan atau intraseluler. Ini
mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanapa perubahan
pada natrium.

III.2.2 Batasan Karakteristik


Perubahan status mental
Penurunan tekanan darah
Penurunan volume nadi
Penurunan turgol kulit
Penurunan haluaran urine
Penurunan pengisian vena
Membran mukosa kering
Kulit kering
Peningkatan hematokrit
Peningkatan suhu tubuh
Peningkatan frekuensi nadi
Haus
Kelemahan
III.2.3 Faktor yang Berhubungan
Kehilangan cairan aktif
Kegagalan mekanisme regulasi
Asupan cairan yang tidak adekuat
Diagnosa II: nyeri akut
III.2.4 Definisi
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (international
association for the study of pain) awitan yang tiba tiba atau lambat
dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan.
III.2.5 Batasan Karakteristik

12
Perubahan selera makan
Perubahan tekanan darah
Perubahan frekuensi jantung
Perubahan frekuensi pernapasan
Mengekspresikan perilaku (mis., gelisah, merengek, menangis,
waspada, iritabilitas, mendesah)
Sikap melindungi area nyeri
Laporan isyarat
Fokus pada diri sendiri
Melaporkan nyeri secara verbal.
III.2.6 Faktor yang Berhubungan
Agens cedera (mis., biologis, zat kimia, fisik, psikologis).
Diagnosa III: ansietas
III.2.7 Definisi
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon
otonom, perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya.
III.2.8 Batasan Karakteristik
Perilaku

Agitasi
Gelisah
Gerakan ekstra
Insomnia
Kontak mata yang buruk
Tampak waspada
Afektif
Berfokus pada diri sendiri
Distres
Gelisah
Gugup
Ketakutan
Fisiologis
Gemetar
Peningkatan keringat
Tremor
Wajah tegang

13
III.2.9 Faktor yang Berhubungan

Ancaman kematian
Ancaman paa status terkini
Hereditas
Hubungan interpersonal
Kebutuhan yang tidak terpenuhi
Konflik nilai
Konflik tentang tujuan hidup
III.3 Perencanaan
Diagnosa I: kekurangan volume cairan

NOC NIC Rasional


Setelah dilakukan 1. Monitor vital sign. 1. Menentukan tindakan
intervensi ...x24 jam selanjutnya.
2. Monitor status hidrasi
2. Menentukan status hidrasi
diharapkan kadar
(kelembaban membran
pasien.
elektrolit dan asam
mukosa, nadi adekuat,
basa seimbang, hidrasi
turgol kulit baik)
dengan kriteria hasil: 3. Monitor hasil Lab yang
3. Menentukan tindakan
Kriteria Hasil sesuai dengan retensi
selanjutnya.
Tanda vital dalam cairan (BUN, Ht, albumin,
batas normal. total protein).
Tidak ada tanda- 4. Monitor intake dan
4. Menentukan
tanda dehidrasi, outpute.
keseimbangan intake dan
elastisitas
turgol 5. Anjurkan pasien untuk
outpute.
kulit baik, mempertahankan intake 5. Mengurangi resiko
membran mukosa cairan. kekurangan volume cairan
lembab. 6. Anjurkan keluarga untuk
semakin bertambah.
Memiliki Hb dan membantu pasien 6. Peran keluarga penting
Ht dalam batas mempertahankan intake dalam hal mebantu
normal untuk cairan. keluarganya sembuh.
pasien 7. Kolaborasi pemberian
Tidak mengalami 7. Mencegah kekurangan
cairan intravena.
haus yang tidak cairan yang berlebih.

normal
Memiliki asupan
cairan oral atau
intravena yang

14
adekuat

Diagnosa II: nyeri akut

NOC NIC Rasional


Setelah dilakukan Pain management Pain management:
1. Kaji secara komprehensip 1. Untuk mengetahui tingkat
intervensi ...x jam
terhadap nyeri termasuk nyeri pasien.
diharapkan nyeri yang
lokasi, karakteristik,
dirasakan klien
durasi, frekuensi, kualitas,
berkurang dengan
intensitas nyeri dan faktor
kriteria hasil :
Pain control presipitasi. .
Klien melaporkan 2. Observasi reaksi
2. Untuk mengetahui tingkat
nyeri berkurang ketidaknyaman secara
ketidaknyamanan
Klien dapat nonverbal.
dirasakan oleh pasien.
mengenal lamanya 3. Gunakan strategi
3. Untuk mengalihkan
(onset) nyeri komunikasi terapeutik
perhatian pasien dari rasa
Klien dapat untuk mengungkapkan
nyeri.
menggambarkan pengalaman nyeri dan
faktor penyebab penerimaan klien terhadap
Klien dapat
respon nyeri.
menggunakan 4. Tentukan pengaruh
teknik non 4. Untuk mengetahui apakah
pengalaman nyeri
farmakologis nyeri yang dirasakan klien
terhadap kualitas
Klien berpengaruh terhadap
hidup( napsu makan, tidur,
menggunakan yang lainnya.
aktivitas,mood, hubungan
analgesik sesuai
sosial).
instruksi 5. Tentukan faktor yang
dapat memperburuk nyeri. 5. Untuk mengurangi factor
yang dapat memperburuk
nyeri yang dirasakan
6. Berikan informasi tentang klien.
6. Pemberian health
nyeri termasuk penyebab
education dapat
nyeri, berapa lama nyeri
mengurangi tingkat
akan hilang, antisipasi
kecemasan dan membantu
terhadap ketidaknyamanan
klien dalam membentuk
dari prosedur.
mekanisme koping
7. Control lingkungan yang

15
dapat mempengaruhi terhadap rasa nyeri.
7. Untuk mengurangi tingkat
respon ketidaknyamanan
ketidaknyamanan yang
klien( suhu ruangan,
dirasakan klien.
cahaya dan suara).
8. Hilangkan faktor
presipitasi yang dapat 8. Agar nyeri yang dirasakan
meningkatkan pengalaman klien tidak bertambah.
nyeri klien( ketakutan,
kurang pengetahuan).
9. Ajarkan cara penggunaan
9. Agar klien mampu
terapi non farmakologi
menggunakan teknik
(distraksi, guide
nonfarmakologi dalam
imagery,relaksasi).
memanagement nyeri
10. Kolaborasi pemberian
yang dirasakan.
analgesic 10.Pemberian analgetik dapat
mengurangi rasa nyeri
pasien

Diagnosa III: ansietas

NOC NIC Rasional


Setelah dilakukan 1. Jelaskan pada pasien 1. Pasien dapat memahami
intervensi ...x24 jam tentang proses penyakit. penyakit yang dialaminya.
2. Orientasikan klien dan 2. Membantu klien dan
diharapkan takut
pasangan pada lingkungan orang terdekat merasa
pasien berkurang atau
persalinan. mudah dan lebih nyaman
teratasi, dengan
pada sekitar mereka.
kriteria hasil: 3. Anjurkan penggunaan
3. Memungkinkan klien
Memiliki teknik relaksasi.
mendapatka keuntungan
informasi untuk maksimum dari periode
mengurangi takut istirrahat, mencegah
Menggunakan
kelelahan otot dan
teknik relaksasi 4. Anjurkan pengungkapan
Mempertahankan memperbaiki aliran darah
rasa rasa takuk dan
hubungan sosial uterus
masalah. 4. Dapat membantu
dan fungsi peran
Mengontrol menurunkan ansietas dan
5. Berikan sedatif bila
respon takut merangsang identifikasi
tindakan lain tidak

16
berhasil. perilaku koping.
5. Memberikan efek
menenangkan.

IV. Daftar Pustaka


Manuaba. (2008). Pengantar kuliah obstetric. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Nugroho, T. (2010). Buku ajar obstetric. Yogyakarta: Nuha Medika
Prawirohardjo, S. (2006). Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka
Sujiyatini. (2009). Asuhan patologi kebidanan. Jakarta: Nuha Medika
Saifuddin, A. B. (2002). Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal
neonatal. Jakarta: JHPIEGO

Pelaihari, Januari 2017

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

( ) ( )

17

Anda mungkin juga menyukai