Anda di halaman 1dari 81

Anatomi Fisiologi Payudara, dan

Proses Laktasi
Mar 15

Posted by iang

1 Anatomi payudara

Payudara adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit dan di atas otot dada, tepatnya pada
hemithoraks kanan dan kiri dengan batas-batas yang tampak dari luar sebagai berikut:

– Superior : iga II atau III

– Inferior : iga VI atau VII

– Medial : pinggir sternum

– Lateral : garis aksillaris anterior

Dalam keadaan normal hanya terdapat sepasang kelenjar payudara, sedang pada beberapa
jenis hewan, kelenjar susu dapat membentang dari sekitas lipat paha sampai dada, kelenjar
mamma merupakan ciri pembeda pada semua mamalia. Payudara manusia berbentuk kerucut
tapi sering kali berukuran tidak sama.Payudara dewasa beratnya kira-kira 200 gram, yang
umumya lebih besar dari yang kanan. Pada waktu hamil payudara membesar, mencapai 600
gram pada waktu menyusui mencapai 800 gram.

Payudara tampak depan

Ada tiga bagian utama payudara, yaitu:


1. Korpus (badan), yaitu yang membesar
2. Aerola, yaitu yang kehitaman di tengah
3. Papilla, atau putting, yaitu yang menonjol di puncak payudara

Kulit puting susu berpigmen banyak dan tidak berambut. Papilla dermis mengandung banyak
kelenjar sebasea. Ada empat macam bentuk puting, yaitu bentuk yang normal/umum,
pendek/datar, panjang dan terbenam (inverted). Namun bentuk-bentuk putting ini tidak selalu
berpengaruh pada proses laktasi, yang penting adalah bahwa putting susu dan areola dapat
ditarik sehingga membentuk tonjolan atau “dot” ke dalam mulut bayi. Pada beberapa kasus
dapat terjadi dimana putting tidak lentur, terutama pada bentuk puting terbenam, sehingga
butuh penanganan khusus.

Bentuk-bentuk putting susu

Kulit areola juga berpigmen banyak tetapi berbeda dengan kulit puting susu ia kadang-
kadang mengandung folikel rambut. Kelenjar sebaseanya biasanya terlihat sebagai nodulus
kecil pada permukaan areola dan disebut tuberkel montgomery. Pada papilla dan areola saraf
peraba yang sangat penting untuk reflex menyusui. Bila putting diisap, terjadilah reflex yang
sangat diperlukan dalam proses menyusui.

Payudara dibagi menjadi empat kuadran. Dua garis khayalan ditarik melalui puting susu,
masing-masing saling tegak lurus. Jika payudara dibayangkan sebagai piring sebuah jam, satu
garis menghubungkan ”jam 12 dengan jam 6” dan garis lainnya menghubungkan ”jam 3
dengan jam 9”. Empat kuadran yang dihasilkannya adalah kuadran atas luar (supero lateral),
atas dalam (supero medial), bawah luar (infero lateral), dan bawah dalam (infero medial).
Ekor payudara merupakan perluasan kuadran atas luar (supero lateral).3 Ekor payudara
memanjang sampai ke aksilla dan cenderung lebih tebal ketimbang daerah payudara lainnya.
Kuadran luar atas ini mengandung massa jaringan kelenjar mamma yang lebih banyak atau
langsung di belakang areola dan sering menjadi tempat neoplasia. Pada kuadran medial atas
dan lateral bawah, jaringan kelenjar lebih sedikit jumlahnya, dan paling minimal adalah yang
di kuadran medial bawah. Jaringan kelenjar payudara tambahan dapat terjadi disepanjang
garis susu yang membentang dari lipatan garis aksillaris anterior, menurun hingga lipatan
paha.

Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot penyokong, lemak,
pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe.3 Jaringan kelenjarnya terdiri dari 15-25 lobus
yang tersebar radier mengelilingi puting.3,4 Tiap-tiap segmen mempunyai satu aliran yang
akan berdilatasi, sesampainya di belakang areola.

Pada retro areolar ini, duktus yang berdilatasi itu menjadi lembut, kecuali selama masa
menyusui, ia akan mengalami distensi. Masing-masing duktus ini tak berisi, dan mempunyai
satu bukaan ke arah puting (duktus eksretorius). Tiap lobus dibagi menjadi 50-75 lobulus,
yang bermuara ke dalam suatu duktus yang mengalirkan isinya ke dalam duktus aksretorius
lobus itu. Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut
mungkin terdapat jaringan lemak. Diantara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut
ligamentum Cooper yang merupakan tonjolan jaringan payudara yang bersatu dengan lapisan
luar fasia superfisialis yang berfungsi sebagai struktur penyokong dan memberi rangka untuk
payudara.

Vaskularisasi payudara terdiri atas :

1. Arteri

Payudara mendapat perdarahan dari :

1. Cabang-cabang perforantes a.mammaria interna. Cabang-cabang I, II, III, dan IV dari


a. mammaria interna menembus dinding dada dekat pinggir sternum pada interkostal
yang sesui, menembus m.pektoralis mayor dan memberi pendarahan tepi medial
glandula mamma.
2. Rami pektoralis a. thorako-akromialis Arteri ini berjalan turun diantara m. pektoralis
minor dan m. pektoralis mayor. Pembuluh ini merupakan pembuluh utama m.
pektoralis mayor, arteri ini akan mendarahi glandula mamma bagian dalam (deep
surface).
3. A. thorakalis lateralis (a. mammaria eksterna) Pembuluh darah ini jalan turun
menyusuri tepi lateral m. pektoralis mayor untuk mendarahi bagian lateral payudara.
4. A. thorako-dorsalis Pembuluh darah ini merupakan cabang dari a. subskapularis.
Arteri ini mendarahi m. latissimus dorsi dan m. serratus magnus. walaupun arteri ini
tidak memberikan pendarahan pada glandula mamma, tetapi sangat penting artinya.
Karena pada tindakan radikal mastektomi, perdarahan yang terjadi akibat putusnya
arteri ini sulit dikontrol, sehingga daerah ini dinamakan ”the bloody angel”.
5. Vena

Pada daerah payudara, terdapat tiga grup vena :


1. Cabang-cabang perforantes v. mammaria interna Vena ini merupakan vena terbesar
yang mengalirkan darah dari payudara. Vena ini bermuara pada v. mammaria interna
yang kemudian bermuara pada v. innominata.
2. Cabang-cabang v. aksillaris yang terdiri dari v. thorako-akromialis, v. thorakalis
lateralis dan v. thorako-dorsalis.
3. Vena-vena kecil yang bermuara pada v. interkostalis. Vena interkostalis bermuara
pada v. vertebralis, kemudian bermuara pada v. azygos (melalui vena-vena ini
metastase dapat langsung terjadi di paru)

Sistem limfatik pada payudara terdiri dari:

1. Pembuluh getah bening Pembuluh getah bening aksilla :

Pembuluh gatah bening aksilla ini mengalirkan getah bening dari daerah- daerah sekitar
areola mamma, kuadran lateral bawah dan kuadran lateral atas payudara. Pembuluh getah
bening mammaria interna: Saluran limfe ini mengalirkan getah bening dari bagian dalam dan
medial payudara. Pembuluh ini berjalan di atas fasia pektoralis lalu menembus fasia tersebut
dan masuk ke dalam m. pektoralis mayor. Lalu jalan ke medial bersama-sama dengan sistem
perforantes menembus m. interkostalis dan bermuara ke dalam kelenjar getah bening
mammaria interna. Dari kelenjar mammaria interna, getah bening mengalir melalui trunkus
limfatikus mammaria interna. Sebagian akan bermuara pada v. kava, sebagian akan bermuara
ke duktus thorasikus (untuk sisi kiri) dan duktus limfatikus dekstra (untuk sisi kanan).
Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kuadran medial bawah payudara. Pembuluh ini
berjalan bersama-sama vasa epigastrika superior, menembus fasia rektus dan masuk ke dalam
kelenjar getah bening preperikardial anterior yang terletak di tepi atas diafragma di atas
ligamentum falsiform. Kelenjar grtah bening ini juga menampung getah bening dari
diafragma, ligamentum falsiforme dan bagian antero-superior hepar. Dari kelenjar ini, limfe
mengalir melalui trunkus limfatikus mammaria interna.

1. Kelenjar-kelenjar getah bening Kelenjar getah bening aksilla Terdapat enam grup
kelenjar getah bening aksilla :
 Kelenjar getah bening mammaria eksterna. Untaiab kelenjar ini terletak di bawah tepi
lateral m. pektoralis mayor, sepanjang tepi medial aksilla. Grup ini dibagi dalan 2
kelompok :

– Kelompok superior, terletak setinggi interkostal II-III.

– Kelompok inferior, terletak setinggi interkostal IV-V-VI.

 Kelenjar getah bening skapula. Terletak sepanjang vasa subskapularis dan thorako-
dorsalis, mulai dari percabangan v.aksillaris menjadi v.subskapularis, sampai ke
tempat masuknyav.thorako-dorsalis ke dalam m.latissimus dorsi.
 Kelenjar getah bening sentral (Central nodes). Terletak di dalam jaringan lemak di
pusat ketiak. Kadang-kadang beberapa diantaranya terletak sangat superfisial, di
bawah kulit dan fasia pada pusat ketiak, kira-kira pada pertengahan lipat ketiak depan
dan belakang. Kelenjar getah bening ini adalah kelenjar getah bening yang paling
mudah diraba dan merupakan kelenjar aksilla yang terbesar dan terbanyak jumlahnya.
 Kelenjar getah bening interpektoral (Rotters nodes). Terletak antara m.pektoralis
mayor dan minor, sepanjang rami pektoralis v.thorako-akromialis. Jumlahnya satu
sampai empat.
 Kelenjar getah bening v.aksillaris. Kelenjar-kelenjar ini terletak sepanjang v.aksillaris
bagian lateral, mulai dari white tendon m.latissimus dorsi sampai ke sedikit medial
dari percabangan v.aksillaris – v.thorako akromialis.
 Kelenjar getah bening subklavikula. Terletak sepanjang v.aksillaris, mulai dari sedikit
medial percabangan v.aksillaris – v.thorako-aktomialis sampai dimana v.aksillaris
menghilang dibawah tendo m.subklavius. Kelenjar ini merupakan kelenjar aksilla
yang tertinggi dan termedial letaknya. Semua getah bening yang berasal dari kelenjar-
kelenjar getah bening aksilla masuk ke dalam kelenjar ini. Seluruh klenjar getah
bening aksilla ini terletak di bawah fasia kostokorakoid.

– Kelenjar getah bening prepektoralKelenjar getah bening ini merupakan kelenjar tunggal
yang kadang-kadang terletak di bawah kulit atau di dalam jaringan payudara kuadran lateral
atas. disebut prepektoral karena terletak di atas fasia pektoralis.

– Kelenjar getah bening mammaria internaKelenjar-kelenjar ini tersebar sepanjang trunkus


limfatikus mammaria interna, kira-kira 3 cm dari pinggir sternum. terletak di sdalam lemak di
atas fasia endothorasika, pada sela iga. diperkirakan jumlahnya sekitar 6-8 buah.
© Anatomical Society of Great Britain and Ireland 2005

2 Fisiologi Payudara

Payudara mengalami 3 macam perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama


ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke
klimakterium dan menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan progesteron yang
diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan
timbulnya asinus. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar
hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum
menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. kadang-kadang timbul benjolan yang
nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi, payudara menjadi tegang
dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu
itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu
menstruasi mulai, semuanya berkurang. 5 Perubahan ketiga terjadi pada waktu hamil dan
menyusui. Pada kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel ductus lobul dan ductus
alveolus berploliferasi, dan tumbuh ductus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis
anterior memicu (trigger) laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus,
kemudian dikeluarkan melalui ductus ke puting susu.

3 Proses Laktasi

Laktasi atau menyusui mempunyai 2 pengertian yaitu produksi dan pengeluaran ASI.
Keduanya harus sama baiknya. Pada saat hamil payudara membesar karena pengaruh
berbagai hormon, antara lain estrogen, progesteron, HPL, dan prolaktin. Hormon lain yang
berfungsi memperlancar pembentukkan ASI (sintesa protein) adalah insulin,
kortikosteroid, tiroksin, dan lain-lain.

Di dalam bagan payudara terdapat bangun yang disebut alveolus, yang merupakan tempat
dimana air susu diproduksi. Dari alveolus ini ASI disalurkan ke dalam saluran kecil
(duktulus), dimana beberapa saluran kecil bergabung membentuk saluran yang lebih besar
(duktus). Di bawah areola, saluran yang besar ini mengalami pelebaran yang disebut sinus.
Akhirnya semua saluran yang besar ini mengalami pelebaran yang disebut sinus. Akhirnya
semua saluran yang besar ini memusat ke dalam putting dan bermuara ke luar. Di dalam
dinding alveolus maupun saluran, terdapat otot yang bila berkontraksi dapat memompa ASI
keluar.

Hormon Prolaktin

Ketika bayi menyusu, payudara mengirimkan rangsangan ke otak. Otak kemudian bereaksi
mengeluarkan hormon Prolaktin yang masuk ke dalam aliran darah menuju kembali ke
payudara. Hormon Prolaktin merangsang sel-sel pembuat susu untuk bekerja, memproduksi
susu.

Sel-sel pembuat susu sesungguhnya tidak langsung bekerja ketika bayi menyusu. Sebagian
besar hormon Prolaktin berada dalam darah selama kurang lebih 30 menit, setelah proses
menyusui. Jadi setelah proses menyusu selesai, barulah sebagian besar hormon Prolaktin
sampai di payudara dan merangsang sel-sel pembuat susu untuk bekerja. Jadi, hormon
Prolaktin bekerja untuk produksi susu berikutnya. Susu yang disedot/dihisap bayi saat ini,
sudah tersedia dalam payudara, pada muara saluran ASI.

Sederhananya, mekanisme produksi susu dalam payudara prinsipnya mirip dengan tanaman
teh atau tanaman kembang kertas. Jika kita memetik pucuk teh atau kembang kertas, maka
akan tumbuh dari bawah ketiak daun, dua buah cabang baru. Jadi semakin sering dipetik,
semakin banyak pucuk mudanya. Jika tidak dipetik, tidak akan ada cabang baru.
Begitu pula dengan ASI, semakin sering disedot bayi, semakin banyak ASI yang diproduksi.
Semakin jarang bayi menyusu, semakin sedikit ASI yang diproduksi. Jika bayi berhenti
menyusu, maka payudara juga akan berhenti memproduksi ASI.

Hormon Oksitosin

Setelah menerima rangsangan dari payudara, otak juga mengeluarkan hormon Oksitosin
selain hormon Prolaktin. Hormon Oksitosin diproduksi lebih cepat daripada Prolaktin.
Hormon ini juga masuk ke dalam aliran darah menuju payudara. Di payudara, hormon
Oksitosin ini merangsang sel-sel otot untuk berkontraksi. Kontraksi ini menyebabkan ASI
hasil produksi sel-sel pembuat susu terdorong mengalir melalui pembuluh menuju muara
saluran ASI. Kadang-kadang, bahkan ASI mengalir hingga keluar payudara ketika bayi
sedang tidak menyusu. Mengalirnya ASI ini disebut refleks pelepasan ASI.

Produksi Hormon Oksitosin bukan hanya dipengaruhi oleh rangsangan dari payudara.
Hormon oksitosin juga dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan ibu. Jadi ketika ibu mendengar
suara bayi, meskipun mungkin bukan bayinya, ASI dapat menetes keluar. Suara tangis bayi,
sentuhan bayi, atau ketika ibu berpikir akan menyusui bayinya, atau bahkan ketika ibu
memikirkan betapa sayangnya kepada sang bayi, ASI dapat menetes keluar.

Jika refleks pelepasan ASI ibu tidak bekerja dengan baik, maka bayi akan mengalami
kesulitan memperoleh ASI karena harus mengandalkan hanya pada kekuatan sedotan
menyusunya. Akibatnya, bayi akan kelelahan dan memperoleh sedikit ASI. Kadang-kadang
hal ini membuatnya frustasi, dan kemudian menangis. Peristiwa ini kelihatannya seperti
seolah-olah payudara berhenti memproduksi ASI, padahal tidak. Payudara tetap
memproduksi ASI, tetapi ASI tidak mengalir keluar. Jadi perkara refleks pelepasan ASI ini
sangat penting bagi bayi.

Pada beberapa wanita, mulai kehamilan 5 bulan kadang-kadang keluar cairan yang di sebut
kolostrum, dan ini tidak apa-apa.

Selama kehamilan, ASI tidak keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi.
Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen turun dengan drastis, dan pada
saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini, diharapkan sekresi juga
makin cepat

Ada 2 refleks yang sangat penting dalam proses laktasi, yaitu refleks prolaktin dan refleks
aliran. Kedua refleks ini bersumber dari perangsangan putting susu akibat isapan bayi.

1. Refleks prolaktin

Seperti telah dijelaskan diatas, dalam putting susu banyak terdapat ujung saraf peraba. Bila
ini dirangsang, maka akan timbul implus (aliran listrik) yang menuju hipotalamus selanjutnya
kekelenjar hipofisis bagian depan sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormon prolaktin.
Hormon inilah yang memegang peran utama dalam produksi ASI di tingkat afeolus. Dengan
demikian mudah dipahami bahwa makin sering rangsangan penyusuan makin banyak pula
produksi ASI.

2. Refleks Aliran (Let down reflex)

Rangsangan yang berasal dari putting susu, tidak hanya diteruskan sampai kekelenjar
hipofisis depan, tetapi juga kekelenjar hipofisis bagian belakang. Akibatnya bagian ini
mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon ini berfungsi memacu kontraksi otot polos yang
ada di dinding alveolus dan dinding saluran, sehingga asi di pompa keluar. Makin sering
menyusui, pengkosongan alveolus dan saluran makin baik sehingga kemungkinan terjadinya
bendungan susu makin kecil, dan menyusui makin lancar. Saluran asi yang mengalami
bendungan tidak hanya mengganggu penyususan, tetapi juga mudah terkena infeksi.

Dengan keluarnya oksitosin, hormon ini akan memacu otot rahim sehingga involusi rahim
makin cepat dan baik. Tidak jarang perut ibu merasa mulas pada hari pertama menyusu ini
adalah mekanisme alamiah yang baik untuk kembalinya rahim ke bentuk semula.
Tiga refleks yang penting dalam mekanisme isapan bayi, yaitu

1. reflek menangkap (rooting reflek)

Reflek ini terjadi bila bayi baru lahir tersentuh pipinya. Dia akan menoleh ke arah sentuhan
bila pipinya dirangsang dengan papila, maka akan membuka mulut dan berusaha untuk
menangkapnya.

1. reflek mengisap

Reflek ini mulai apabila langit-langit mulut bayi tersentuh, sentuhan ini mencapai bagian
palatum, maka sebagian besar areola harus tertangkap mulut bayi maka sinuslaktiverus yang
berada di bawah areola akan tertekan antara gusi, lidah dan palatum, sehingga pemerasan ASI
lebih sempurna

1. reflek menelan

Bila mulut masuk ia akan menelannya.

Zat Penghambat

Produksi ASI juga dikendalikan di dalam payudara itu sendiri. Bila dalam satu payudara ada
banyak ASI yang tertinggal, maka zat penghambat akan memerintahkan sel-sel pembuat susu
untuk berhenti bekerja. Penghentian ini diperlukan untuk mencegah payudara yang
bersangkutan mengalami efek kepenuhan.

Hal ini menjelaskan kepada kita mengapa jika bayi lebih banyak menyusu pada satu
payudara, maka payudara tersebut menghasilkan lebih banyak ASI dan ukurannya menjadi
lebih besar dari payudara lainnya. Agar satu payudara tetap menghasilkan ASI, maka ASI
yang ada di dalamnya harus dikeluarkan. Jadi, jika bayi tidak menyusu pada salah satu atau
kedua payudara, ASI SEBAIKNYA DIKELUARKAN DENGAN CARA DIPERAH.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia pada umumnya mempunyai payudara, tetapi antara laki-laki dan
perempuan berbeda dalam fungsinya. Payudara yang matang adalah salah satu tanda kelamin
sekunder dari seorang gadis dan merupakan salah satu organ yang indah dan menarik. Untuk
mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya, maka organ ini menjadi sumber utama
dari kehidupan, karena air susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting pada
bulan-bulan pertama kehidupan.
Menjelang akhir kehamilan, kelenjar mamae Ibu berkembang penuh untuk menyusui,
tetapi hanya beberapa mililiter cairan di sekresi setiap hari sampai setelah bayi di lahirkan
cairan ini di namakan kolostrum.. Penting untuk diketahui oleh ibu-ibu supaya menyususi
harus dilaksanakan berdasarkan permintaan/kebutuhan bayinya dan dilaksanakan secara
teratur sepanjang hari baik pagi maupun malam hari. Hal ini yang merupakan hambatan
paling besar untuk ibu-ibu, terutama ibu-ibu yang bekerja atau bagi ibu-ibu di negara-negara
maju, yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pola menyusui yang demikian ketat.
Tetapi, meskipun demikian, harus diketahui bahwa ibu-ibu yang sudah melaksanakan pola
laktasi yang ketat itu, tetap saja antara 3-12 % akan menjadi hamil lagi sebelum kembalinya
haid pertama setelah melahirkan.
Laktasi bukan merupakan metode kontrasepsi yang dapat diandalkan. Ironinya, banyak
wanita yang tidak menyadari hal ini, dan masih banyak ibu-ibu yang baru melahirkan yang
tidak mendapatkan informasi maupun konseling mengenai keluarga berencana.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana struktur anatomi payudara wanita?
2. Bagaimana tahap perkembangan payudara?
3. Apa yang dimaksud dengan kolostrum?
4. Bagaimana fisiologi laktasi?
5. Bagaimana perana bidan dalam pemberian ASI?
6. Apakah yang diamksud dengan ASI?
7. Apakah yang dimaksud dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)?
8. Bagaimanakah agar bayi mendapat ASi Eksklusif?
9. Apa manfaat ASI Eksklusif?
10. Apa sajakah masalah yang sering ada pada saat menyusui?

C. Tujuan penulisan

1. Agar dapat menambah wawasan dan mengenal lebih dalam lagi payudara kita.
2. Dan apa yang kita pelajari dan amati bisa membantu kepada setiap orang yang bermasalah
dalam organ mamaenya masing- masing.
3. Agar kita dapat mengetahui betapa penting laktasi
4. Mengetahui bagaimana proses dan perawatan laktasi
5. Agar kita dapat mengetahui tentang payudara dan susunan-susunan payudara sehingga kita
atau seprang Ibu dapat merawat dan menjaga kesehatan payudaranya.
6. Khususnya seorang Ibu agar mengetahui tentang kolostrum dan kandungan gizi yang
terdapat dalam ASI.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Payudara
Payudara adalah Organ tubuh yang terletak bagian bawah kulit dan di atas otot dada.
Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Dengan kata lain,
payudara terletak di dinding depan fasia superfisialis antara tulang dada sampai tulang iga ke
enam, bentuknya cembung ke depan bervariasi dan di tengahnya terdapat putting susu yang
terdiri dari kulit dan jaringan erektil (Maryunani, 2010). . Payudara manusia berbentuk
kerucut tapi sering kali berukuran tidak sama.Payudara dewasa beratnya kira-kira 200 gram,
yang umumya lebih besar dari yang kanan. Pada waktu hamil payudara membesar, mencapai
600 gram pada waktu menyusui mencapai 800 gram.

Gambar anatomi payudara:


Ada tiga bagian utama payudara, yaitu :
1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar
2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah
3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.

Puting payudara dikelilingi oleh areola, suatu daerah berpigmen yang ukurannya
bervariasi, yang bertambah gelap saat hamil serta kaya akan pasokan pembuluh darah dan
serat saraf sensorik.
Disekitar puting payudara terdapat tuberkel Montgomeri, kelenjar sebasea yang
mengalami hipertrofi dan menjadi menonjol saat hamil, menghasilkan pelumas dan memberi
perlindungan. Pemakaian sabun dalam jumlah besar dapat meningkatkan risiko kerusakan
puting payudara, terutama kekeringan dan retak. Kepekaan puting payudara dan daerah di
sekitarnya sangat meningakt segera setelah persalinan. Persiapan menyebabkan influks
implus saraf aferen ke hipotalamus yang mengontrol laktasi dan perilaku ibu.
Dalam korpus mamae terdapat alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu.
Alveolus terdiri dari beberapa sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan
pembuluh darah. Beberapa alveolus mengelompok membentuk lobules (kelenjar sekresi)
kemudian beberapa lobulus berkumpul menjadi 15-20 buah lobulus pada tiap payudara.
Dari alveolus, ASI disalurkan ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa
saluran kecil bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus). Di bawah
areola saluran besar melebar disebut Sinus Laktiferus. Akhirnya, semua memusat ke dalam
putting bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot
polos yang bila berkontraksi memompa ASI keluar.

Gambar: payudara retro areolar


Pada retro areolar ini, duktus yang berdilatasi itu menjadi lembut, kecuali selama masa
menyusui, ia akan mengalami distensi. Masing-masing duktus ini tak berisi, dan mempunyai
satu bukaan ke arah puting (duktus eksretorius). Tiap lobus dibagi menjadi 50-75 lobulus,
yang bermuara ke dalam suatu duktus yang mengalirkan isinya ke dalam duktus aksretorius
lobus itu. Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut
mungkin terdapat jaringan lemak. Diantara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut
ligamentum Cooper yang merupakan tonjolan jaringan payudara yang bersatu dengan lapisan
luar fasia superfisialis yang berfungsi sebagai struktur penyokong dan memberi rangka untuk
payudara.

Payudara mendapat perdarahan dari :

1. Cabang-cabang perforantes a.mammaria interna. Cabang-cabang I, II, III, dan IV dari a.


mammaria interna menembus dinding dada dekat pinggir sternum pada interkostal yang
sesui, menembus m.pektoralis mayor dan memberi pendarahan tepi medial glandula mamma.

2. Rami pektoralis a. thorako-akromialis Arteri ini berjalan turun diantara m. pektoralis minor
dan m. pektoralis mayor. Pembuluh ini merupakan pembuluh utama m. pektoralis mayor,
arteri ini akan mendarahi glandula mamma bagian dalam (deep surface).

3. A. thorakalis lateralis (a. mammaria eksterna) Pembuluh darah ini jalan turun menyusuri tepi
lateral m. pektoralis mayor untuk mendarahi bagian lateral payudara.

4. A. thorako-dorsalis Pembuluh darah ini merupakan cabang dari a. subskapularis. Arteri ini
mendarahi m. latissimus dorsi dan m. serratus magnus. walaupun arteri ini tidak memberikan
pendarahan pada glandula mamma, tetapi sangat penting artinya. Karena pada tindakan
radikal mastektomi, perdarahan yang terjadi akibat putusnya arteri ini sulit dikontrol,
sehingga daerah ini dinamakan ”the bloody angel”.

5. Vena

Pada daerah payudara, terdapat tiga grup vena :

1. Cabang-cabang perforantes v. mammaria interna Vena ini merupakan vena terbesar yang
mengalirkan darah dari payudara. Vena ini bermuara pada v. mammaria interna yang
kemudian bermuara pada v. innominata.

2. Cabang-cabang v. aksillaris yang terdiri dari v. thorako-akromialis, v. thorakalis lateralis dan


v. thorako-dorsalis.

3. Vena-vena kecil yang bermuara pada v. interkostalis. Vena interkostalis bermuara pada v.
vertebralis, kemudian bermuara pada v. azygos (melalui vena-vena ini metastase dapat
langsung terjadi di paru)

Sistem limfatik pada payudara terdiri dari:

1. Pembuluh getah bening Pembuluh getah bening aksilla :

Pembuluh gatah bening aksilla ini mengalirkan getah bening dari daerah- daerah sekitar
areola mamma, kuadran lateral bawah dan kuadran lateral atas payudara. Pembuluh getah
bening mammaria interna: Saluran limfe ini mengalirkan getah bening dari bagian dalam dan
medial payudara. Pembuluh ini berjalan di atas fasia pektoralis lalu menembus fasia tersebut
dan masuk ke dalam m. pektoralis mayor. Lalu jalan ke medial bersama-sama dengan sistem
perforantes menembus m. interkostalis dan bermuara ke dalam kelenjar getah bening
mammaria interna. Dari kelenjar mammaria interna, getah bening mengalir melalui trunkus
limfatikus mammaria interna. Sebagian akan bermuara pada v. kava, sebagian akan bermuara
ke duktus thorasikus (untuk sisi kiri) dan duktus limfatikus dekstra (untuk sisi kanan).
Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kuadran medial bawah payudara. Pembuluh ini
berjalan bersama-sama vasa epigastrika superior, menembus fasia rektus dan masuk ke dalam
kelenjar getah bening preperikardial anterior yang terletak di tepi atas diafragma di atas
ligamentum falsiform. Kelenjar grtah bening ini juga menampung getah bening dari
diafragma, ligamentum falsiforme dan bagian antero-superior hepar. Dari kelenjar ini, limfe
mengalir melalui trunkus limfatikus mammaria interna.

Payudara mengalami 3 macam perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama


ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke
klimakterium dan menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan progesteron yang
diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan
timbulnya asinus. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar
hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum
menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. kadang-kadang timbul benjolan yang
nyeri dan tidak rata.

Selama beberapa hari menjelang menstruasi, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga
pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan
foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi
mulai, semuanya berkurang. 5 Perubahan ketiga terjadi pada waktu hamil dan menyusui.
Pada kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel ductus lobul dan ductus alveolus
berploliferasi, dan tumbuh ductus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior
memicu (trigger) laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian
dikeluarkan melalui ductus ke puting susu.

Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan
terbenam (inverted). Puting payudara dikelilingi oleh areola mamae , suatu daerah berpigmen
yang ukurannya bervariasi, yang bertambah gelap saat hamil serta kaya akan pasokan
pembuluh darah dan serat saraf sensorik. Disekitar puting payudara terdapat tuberkel
Montgomeri, kelenjar sebasea yang mengalami hipertrofi dan menjadi menonjol saat hamil,
menghasilkan pelumas dan memberi perlindungan. Pemakaian sabun dalam jumlah besar
dapat meningkatkan risiko kerusakan puting payudara, terutama kekeringan dan retak.
Kepekaan puting payudara dan daerah di sekitarnya sangat meningakt segera setelah
persalinan. Persiapan menyebabkan influks implus saraf aferen ke hipotalamus yang
mengontrol laktasi dan perilaku ibu.

Gambar: Bentuk-bentuk putting susu

Namun, bentuk- bentuk puting ini tidak selalu berpengaruh pada proses laktasi,
karena pada dasarnya bayi menyusu pada payudara ibu bukan pada puting. Pada beberapa
kasus dapat terjadi dimana putting tidak lentur, terutama pada bentuk puting tebenam,
sehingga butuh penanganan khusus.

B. Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin) dan
pengeluaran ASI (oksitosin). Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19
minggu, dan berakhir ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon
esterogen dan progesteron yang membantu maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin
berfungsi untuk produksi ASI. Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat
tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen
dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga
terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi, terdapat dua refleks yang berperan, yaitu refleks
prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan putting susu dikarenakan
hisapan bayi
skema reflek pada laktasi

1. Refleks Prolaktin

Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, tetapi
jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan
progesteron yang masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan
berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan
bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris
yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui
medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi
prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin.
Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin.
Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar
prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai
penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada
isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung.

Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu
ke 2 – 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti:
stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting susu.

2. Refleks Aliran (Let Down Reflek)

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang


berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian
dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan
kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan
masuk ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke mulut
bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi, mendengarkan suara
bayi mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. Faktor-faktor yang menghambat
reflek let down adalah stress seperti keadaan bingung, cemas, pikiran kacau, dan takut.

Mekanisne hisapan bayi

Bayi yang sehat mempunyai 3 refleksi intrinsik, yang diperlukan untuk berhasilnya
menyusui seperti:

1. Refleksi mencari (Rooting reflex)


Payudara ibu yang menempel pada pipi atau derah sekeliling mulut merupakan rangsangan
yang menimbulkan refleks mencari pada bayi. Ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju
puting susu yang menempel tadi diikuti dengan membuka mulut dan kemudian puting susu
ditarik masuk ke dalam mulut.
2. Refleks mengisap (Sucking reflex)

Tehnik menyusui yang baik adalah apabila kalang payudara sedapat mungkin semuanya
masuk ke dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan pada ibu yang kalang
payudaranya besar. Untuk itu maka sudah cukup bila rahang bayi supaya menekan sinus
laktiferus yang terletak di puncak kalang payudara di belakang puting susu. Tidak dibenarkan
bila rahang bayi hanya menekan puting susu saja, karena bayi hanya dapat mengisap susu
sedikit dan pihak ibu akan timbul lecet-lecet pada puting susunya.

Puting susu yang sudah masuk ke dalam mulut dengan bantuan lidah, di mana lidah
dijulurkan di atas gusi bawah puting susu ditarik lebih jauh sampai pada orofaring dan rahang
menekan kalang payudara di belakang puting susu yang pada saat itu sudah terletak pada
langit-langit keras (palatum durum). Dengan tekanan bibir dan gerakan rahang secara
berirama, maka gusi akan menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus, sehingga air susu
akan mengalir ke puting susu, selanjutnya bagian belakang lidah menekan puting susu pada
langit-langit yang mengakibatkan air susu keluar dari puting susu. Cara yang dilakukan oleh
bayi ini tidak akan menimbulkan cedera pada puting susu.

3. Refleks menelan (Swallowing reflex)

Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan disusul dengan gerakan mengisap (tekanan
negatif) yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu akan bertambah
dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk ke lambung. Keadaan akan terjadi berbeda
bila bayi diberisusu botol di mana rahang mempunyai peranan sedikit di dalam menelan dot
botol, sebab susu dengan mudah mengalir dari lubang dot. Dengan adanya gaya berat, yang
disebabkan oleh posisi botol yang dipegang ke arah bawah dan selanjutnya dengan adanya
isapan pipi (tekanan negatif) kesemuanya ini akan membantu aliran susu, sehingga tenaga
yang diperlukan oleh bayi untuk mengisap susu menjadi minimal. Kebanyakan bayi-bayi
yang masih baru belajar menyusui pada ibunya, kemudain dicoba dengan susu botol secara
bergantian, maka bayi tersebutkan menjadi bingung puting (nipple confusion). Sehingga
sering bayi menyusu pada ibunya, caranya menyusui seperti mengisap dot botol, keadaan ini
berakibat kurang baik dalam pengeluaran air susu ibu. Oleh karena itu kalau terpaksa bayi
tidak bisa langsung disusui oleh ibunya pada awal-awal kehidupan, sebaiknya bayi diberi
minum melalui sendok, cangkir atau pipet, sehingga bayi tidak mengalami bingung putting.

4. Pengeluaran ASI (Oksitosin)


Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan
rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria posterior, sehingga keluar hormon
oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan
mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi
oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka
secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis

C. Dukungan Bidan dalam Pemberian ASI


Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI, dengan:
1. Memberikan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam pertama.
Bayi mulai menyusui sendiri setelah lahir, sering disebut inisiasi menyusu dini (early
initiation) atau permulaan menyusu dini. Hal ini merupakan peristiwa penting, dimana bayi
dapat melakukan kontak kulit langsung dengan ibunya dengan tujuan dapat memberikan
kehangatan. Selain itu, dapat membangkitkan hubungan/ikatan antara ibu dan bayi.
Pemberian ASI seawal mungkin lebih baik, jika memungkinkan paling sedikit 30 menit
setelah lahir.
2. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum
yang timbul.
Tujuan dari perawatan payudara untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah
tersumbatnya saluran susu, sehingga pengeluaran ASI lancar. Perawatan payudara dilakukan
sedini mungkin, bahkan tidak menutup kemungkinan perawatan payudara sebelum hamil
mulai dilakukan sebelum menyentuh puting susu, pastikan tangan ibu selalu bersih dan cuci
tangan sebelum menyusui. Kebersihan payudara paling tidak dilakukan minimal 1 kali dalam
sehari, dan tidak diperkenankan mengoleskan krim, minyak, alkohol ataupun sabun pada
puting susu.
3. Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
Membantu ibu segera untuk menyusui bayinya setelah lahir sangatlah penting
semakin sering bayi mengisap puting susu ibu, maka pengeluaran ASI juga semakin lancar.
Hal ini disebabkan, isapan bayi akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk segera
mengeluarkan hormon oksitosin yang bekerja merangsang otot polos untuk memeras ASI.
Pemberian ASI tidak terlepas dengan teknik/posisi ibu dalam menyusui.
Posisi menusui dapat dilakukan dengan:
a. Posisi berbaring miring
Posisi ini baik dilakukan pada saat pertama kali atau ibu dalam keadaan lelah/nyeri.
b. Posisi duduk
Pada saat pemberian ASI dengan posisi duduk dimaksudkan untuk memberikan
topangan/sandaran pada punggung ibu dalam posisi tegak lurus (90 derajat) terhadap
pangkuannya. Posisi ini dapat dilakukan dengan bersila diatas tempat tidur/lantai/duduk di
kursi.
c. Posisi ibu tidur terlentang
Seperti halnya pada saat dilakukan inisiasi menyusu dini, maka posisi ini juga dapat
dilakukan oleh ibu. Posisi bayi berada diatas dada ibu diantara payudara ibu.
Tanda –tanda bayi bahwa telah berada pada posisi yang baik pada payudara, antara lain:
a) Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu.
b) Mulut dan dagu bayi berdekatan dengan payudara.
c) Areola tidak akan tampak jelas
d) Bayi akan melakukan hisapan lamban dan dalam , dan menelan ASInya.
e) Bayi terlihat senang dan tenang.
f) Ibu tidak akan merasa nyeri pada daerah payudaranya.
4. Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung).
Rawat gabung merupakan salah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru
dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam ruangan selama 24 jam
penuh.
Manfaat rawat gabung dalam proses laktasi dapat dilihat dari:
a) Aspek fisik
Kedekatan ibu dengan bayinya dapat mempermudah bayi menyusu setiap saat, tanpa jadwal.
Dengan demikian, semakin sering bayi menyusu maka ASI segera keluar.
b) Aspek fisiologis
Bila ibu selalu dekat dengan bayinya, maka bayi lebih sering disusui sehingga bayi
mendapatkan nutrisi alami dan kecukupan ASI. Refleks oksitosin yang ditimbulkan dari
proses menyusui akan membantu involusio uteri dan produksi ASI akan dipacu oleh refleks
prolaktin. Selain itu, berbagai penelitian menyatakan bahwa dengan ASI eksklusif dapat
menjarangkan kehamilan/atau dapat digunakan sebagai KB alami.
c) Aspek psikologis
Rawat gabung dapat menjalin hubungan baik antara ibu dan bayi atau proses lekat ( early in
fant mother bounding). Hal ini disebabkan oleh adanya sentuhan badanniah ibu dan bayi.
Kehangatan tubuh ibu memberikan stimulasi mental yang diperlukan bayi, sehingga
mempengaruhi kelanjutan perkembangan psikologis bayi. Ibu yang dapat memberikan ASI
secara eksklusif merupakan kepuasan tersendiri.
d) Aspek edukatif
Rawat gabung memberikan pengalaman bagi ibu dalam hal cara merawat bayi dan merawat
dirinya sendiri pasca melahirkan. Pada saat dorongan suami dan keluarga sangat dibutuhkan
ibu.
e) Aspek ekonomi
Rawat gabung tidak hanya memberikan manfaat pada ibu maupun keluarga, tetapi juga untuk
rumah sakit maupun pemerintah. Hal ini merupakan suatu penghematan dalam pembelian
susu buatan dan peralatan lain yang di butuhkan.
f) Aspek medis
Pelaksanaan rawat gabung dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Selain itu, ibu
dapat melihat perubahan fisik atau prilaku bayinya yang menyimpang dengan cepat sehingga
dapat segera menanyakan kepada petugas kesehatan sekiranya ada hal-hal dianggap tidak
wajar.

5. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.

Pemberian ASI sebaiknya sesering mungkin tidak perlu dijadwal, bayi disusui sesuai
dengan keinginan (on demand). Bayi dapat menentukan sendiri kebutuhannya. Bayi yang
sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan asi dalam lambung akan
kosong dalam 2 jam. Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan
bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi berikutnya.

6. Memberikan kolostrum dan ASI saja.


ASI dan kolostrum merupakan makanan yang terbaik untuk bayi. Kandungan dan
komposisi ASI sangat sesuai dengan kebutuhan bayi pada keadaan masing-masing ASI dari
ibu yang melahirkan prematur sesuai dengan kebutuhan prematur dan juga sebaliknya ASI
dari ibu yang melahirkan cukup bulan maka sesuai dengan kebutuhan bayi cukup bulan juga.

7. Menghindari susu botol dan dot/empeng bayi.


Pemberian susu dengan botol dan kempengan dapat membuat bayi binggung dan
menolak menyusu atau hisapan bayi kurang baik. Hal ini disebabkan, mekanisme menghisap
dari puting susu ibu dengan botol jauh berbeda.

D. Air Susu Ibu (ASI)


ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam organik yang
disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi.
Komposisi asi tidak sama berdasarkan waktu ke waktu, hal ini berdasarkan stadium laktasi.

ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu:

1. Kolustrum,

Kolustrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolustrum ini disekresi oleh kelenjar
payudara pada hari pertama sampai hari ke empat pasca persalinan. Kolustrum merupakan
cairan dengan viskositas kental , lengket dan berwarna kekuningan. Kolustrum mengandung
tinggi protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi
daripada ASI matur. Selain itu, kolustrum masih mengandung rendah lemak dan laktosa.

Protein utama pada kolustrum adalah imunoglobulin (IgG, IgA dan IgM), yang digunakan
sebagai zat antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasite.
Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran kita, tetapi volume kolostrum yang
ada dalam payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Volume
kolostrum antara 150-300 ml/24 jam. Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk
membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan
saluran pencernaan makanan bagi bayi makanan yang akan datang.

2. ASI Transisi / Peralihan


ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang,
yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10. Selama dua minggu, volume air susu bertambah
banyak dan berubah warna serta komposisinya. Kadar imunoglobulin dan protein menurun,
sedangkan lemak dan laktosa meningkat.

3. ASI Matur
ASI matur disekresi pada hari ke sepuluh dan seterusnya. ASI matur tampak berwarna
putih. Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak menggumpal bila dipanaskan.

Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama disebut foremilk.
Foremilk lebih encer. Foremilk mempunyai kandungan rendah lemak dan tinggi laktosa, gula,
protein, mineral dan air. Selanjutnya, air susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya akan
lemak dan nutrisi. Hindmilk membuat bayi akan lebih cepat kenyang. Dengan demikian, bayi
akan membutuhkan keduanya, baik foremilk maupun hindmilk. Dibawah ini bisa kita lihat
perbedaan komposisi antara kolustrum, ASI transisi dan ASI matur.
Gambar. Perbedaan kolustrum, ASI transisi dan
ASI matur

Tabel. Kandungan kolustrum, ASI transisi dan ASI matur

Kandungan Kolustrum Transisi ASI matur


Energi (kgkal) 57,0 63,0 65,0
Laktosa (gr/100 ml) 6,5 6,7 7,0
Lemak (gr/100 ml) 2,9 3,6 3,8
Protein (gr/100 ml) 1,195 0,965 1,324
Mineral (gr/100 ml) 0,3 0,3 0,2
Immunoglubin :
Ig A (mg/100 ml) 335,9 - 119,6
Ig G (mg/100 ml) 5,9 - 2,9
Ig M (mg/100 ml) 17,1 - 2,9
Lisosin (mg/100 ml) 14,2-16,4 - 24,3-27,5
Laktoferin 420-520 - 250-270

E. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


1. Pengertian IMD
a. Inisiasi menyusu dini adalah memberikan kesempatan kepada bayi untuk mulai menyusu

sendiri segera setelah bayi dilahirkan. ( Sintha,2008).

b. Inisiasi Menyusu Dini adalah perilaku pencarian puting payudara ibu sesaat setelah bayi

lahir. (Prasetyono,2008)
c. Masa - masa belajar menyusu dalam satu jam pertama hidup bayi diluar kandungan disebut

Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami

mengembalikan bayi untuk menyusui, yaitu dengan memberi kesempatan pada bayi untuk

mencari dan mengisap ASI sendiri, dari satu jam pertama pada awal kehidupannya. (Roesli,

2008).

d. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah perilaku bayi untuk mencari puting susu ibunya dan

melakukan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya ketika satu jam pertama setelah bayi

dilahirkan (Baskoro, 2008).

e. Inisiasi menyusu dini adalah permulaan yang awal sekali dimana bayi diberi kesempatan

menyusu atau mencari puting payudara dengan cara merangkak di dada ibu ( Khasanah,2011

f. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah rangkaian kegiatan dimana bayi yang baru saja lahir

secara naluri melakukan aktivitas – aktivitas yang diakhiri dengan menemukan puting susu

ibunya dan segera menyusu dari puting susu ibunya (Hartati, 2008).

Prinsip dalam Inisiasi Menyusu Dini ( IMD) adalah bayi diberikan kesempatan untuk

mengembangkan instingnya dalam menyusu kepada ibunya. Setiap bayi lahir memiliki

insting dan refleks yang sangat kuat pada satu jam pertama kelahirannya. Lebih dari 1 jam

maka refleks bayi akan menurun dan baru menguat kembali setelah 40 jam. Jadi, sangatlah

penting agar tidak melewatkan waktu 1 jam pertama ini.

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang dapat mendorong kita untuk melakukan IMD

sesaat setelah bayi dilahirkan :

a. Percayalah bahwa bayi dapat melakukan ini sendiri. Sebenarnya ada kodrat alami seorang

bayi yang baru lahir untuk menyusu pada ibunya.


b. Ini merupakan tahap awal yang baik,bila ingin memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan

pertama. Bayi akan menyukai ASI dan ibu tidak akan kekurangan untuk memberikan ASI

dan IMD juga mengurangi rasa nyeri saat harus menyusui.

c. Jangan mengkhawatirkan bayi kita akan kedinginan karena tanpa pakaian apapun harus

dibiarkan selama 1 jam untuk mencari puting susu ibunya. Hal ini karena kulit ibu dapat

menghangatkan bayi secara sempurna.

d. Inisiasi Menyusu Dini dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi, serta mengurangi tingkat

kematian bayi baru lahir.

e. Gerakan bayi yang merangkak mencari puting susu dapat menekan rahim dan mengeluarkan

hormon yang membantu menghentikan perdarahan ibu.

f. Bila bayi melakukan IMD menangis, jangan cepat-cepat menyerah untuk memberikan ASI.

Bayi yang menangis belum tentu karena merasa lapar,biarkan bayi menemukan susu sendiri.

g. Bila persalinan harus melalui proses Caesar kita tetap dapat melakukan IMD walaupun

kemungkinan keberhasilannya hanya 50% daripada persalinan normal.

h. IMD dapat meningkatkan ikatan batin antara ibu dan anak.

F. ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu kepada bayi umur 0 – 6 bulan tanpa diberikan
makanan atau minuman tambahan selain obat untuk terapi ( pengobatan penyakit ). ASI
merupakan satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik,
psikologi sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi , hormon, unsur kekebalan
pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur
zat makanan. ASI adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah yang memenuhi
kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit.
Keseimbangan zat – zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susu
memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang sama ASI
juga sangat kaya akan sari – sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan
perkembangan system saraf.
Ibu bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayi, banyak solusi
yang ditawarkan untuk tetap memberikan ASI eksklusif, dan yang terpenting di sini adalah
perubahan mindset serta komitment sebagai orang tua yang selalu mementingkan kesehatan
dan tumbuh kembang bayi.

Ada beberapa hal yang harus diketahui oleh ibu bekerja dalam pemberian ASI Eksklusif
yaitu :

1. Langkah-langkah pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja


a. Siapkan ASI perah sekurang-kurangnya 2 minggu sebelum masuk kerja.
b. ASI perah diberikan dengan sendok / cangkir dan jangan dengan DOT.
c. Perahlah ASI di tempat kerja tiap 2 - 3 jam.
d. Perbanyak minum terutama sebelum dan sesudah menyusui atau memerah ASI
e. Susuilah bayi selama masih bersama ibu.

2. Cara memerah air susu ibu


a. Siapkan cangkir bermulut lebar
b. Cuci tangan dengan sabun antiseptic dan air bersih.
c. Oleskan sedikit ASI ke puting dan Areola mamae
sebelum memerah.
d. Letakkan jari telunjuk, jari tengah, dan ibu jari di
daerah areola pada posisi jam 6 dan jam 12 atau jam 3 dan jam 9.
e. Lakukan gerakan tekan - lepas - tekan - lepas sampai payudara terasa kosong.
f. Lakukan pada kedua payudara selama ± 20 - 30 menit .
g. Perah ASI tiap 2 - 3 jam, termasuk malam hari.
h. Simpan ASI perahan dengan tempat tertutup dan beri label (tanggal, jam saat diperah), lalu
simpan di kulkas / termos Es.

3. Cara penyimpanan ASI perah


4. Cara memberikan ASI perah.
a. Keluarkan ASI perahan dari kulkas, diamkan sampai cair, hangatkan ASI dengan cara
merendam tempat ASI dalam air panas.
b. Ibu / pengasuh duduk nyaman.
c. Pegang bayi tegak lurus / setengah tegak di pangkuan ibu.
d. Sentuhkan sendok / cangkir ke bibir bayi.
e. Biarkan bayi menghisap / menjilat ASI.
f. Jangan menuangkan ASI ke mulut bayi.
g. Sendawakan bayi.

TIPS UNTUK MELANCARKAN ASI EKSKLUSIF

1. Pijat Payudara / Breast Massage


Perawatan payudara selama hamil berperan besar dalam mewujudkan
tercapainya program ASI Eksklusif. Breast massage bertujuan untuk relaksasi dan membantu
refleks mengeluarkan ASI. Breast massage sebaiknya dilakukan sedini mungkin yakni saat
usia kehamilan 5 - 6 bulan. Dan jika umur kehamilan telah memasuki trimester ke-3, breast
massage tidak boleh dilakukan karena dapat menimbulkan kontraksi rahim. Breast massage
dapat dilakukan lagi setelah si buah hati lahir.
Cara Breast massage :
Bersihkan payudara dengan air hangat, lalu pijat dengan menggunakan minyak
(baby oil atau minyak kelapa / VCO). Pijat payudara dalam beberapa menit dari arah pangkal
(atas) payudara menuju puting (bawah) dengan gerakan memutar pada satu area payudara.
Lakukan hal yang sama pada area payudara yang lain . Pijat bagian atas dan bawah payudara
dari arah pangkal ke arah puting, kemudian lanjutkan gerakan yang sama pada bagian
samping payudara dari dada ke arah putting.

2. Perawatan puting dan usaha menyusui secara langsung


Puting susu menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan pemberian ASI
Eksklusif, tidak jarang ibu merasakan putus asa untuk memberi ASI oleh karena masalah
puting susu seperti misalnya puting susu lecet, puting susu gepeng, datar ataupun radang pada
payudara yang sering disebut mastitis. Masalah tersebut dapat diatasi dengan cara melakukan
perawatan secara rutin pada puting susu, dan usahakan menyusui secara langsung.

3. Asupan Nutrisi yang optimal


Nutrisi optimal merupakan salah satu modal persiapan menyusui. Konsumsi
makanan yang bergizi tinggi dapat menghasilkan kualitas ASI yang baik sehingga dapat
mencukupi kebutuhan Gizi pada bayi.

4. Ubah mindset dan cari dukungan


Perubahan pola pikir dapat menumbuhkan keyakinan pemberian ASI eksklusif.
Karena pikiran positif akan menghasilkan hal yang positif, jadi pada saat anda memutuskan
untuk memberikan ASI Eksklusif pada bayi anda, maka yakinlah bahwa pasti dapat
melaksanakan dengan optimal. Selain perubahan pola pikir juga sangat penting adanya
dukungan dari lingkungan kerja.
Lingkungan kerja yang baik adalah lingkungan kerja yang mendukung
keberhasilan ASI Eksklusif, dengan menyediakan fasilitas, sarana pemberian ASI, serta
disediakan waktu untuk memerah atau memberikan ASI kepada bayinya.

5. Rajin mencari informasi


ASI harus diperah minimal tiap 1 - 3 jam sekali, semakin sering diperah maka
produksi ASI akan semakin meningkat. Produksi ASI sudah dirancang tidak lebih dan tidak
kurang pada setiap bayi. Jika terjadi masalah dengan menyusu, dan masalah pemberian ASI
sebaiknya dapat diatasi secara mandiri, maka dari itu seorang ibu harus lebih rajin membaca
dan mencari informasi tentang cara menangani masalah menyusui, bahkan Anda bisa menjadi
sumber informasi untuk masyarakat sekitar anda.
Ingatlah bahwa pemberian ASI secara maksimal maka secara otomatis sang ibu
telah mentransfer imunitas kepada bayi. Dan keputusan untuk menyusui bayi anda secara
eksklusif merupakan keputusan yang sangat bijaksana.

G. Manfaat Pemberian ASI

Memberikan ASI sangatlah penting dilakukan oleh seorang ibu minimal hingga bayinya
berusia 6 bulan. Berikut merupakan manfaat pemberian ASI menurut Kristiyansari (2009):

1. Manfaat ASI bagi bayi


a. Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik. Bayi yang mendapat ASI memiliki
kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik, dan
mengurangi kemungkinan obesitas.
b. Mengandung antibodi. Apabila ibu mengalami infeksi, maka tubuh ibu akan membentuk
antibodi dan disalurkan dengan bantuan jaringan limfosit. Antibodi di payudara disebut
Mammae Associated Immunocompetent Lymphoid Tissue (MALT).
c. ASI mengandung komposisi yang tepat. ASI terdiri dari proporsi seimbang dan cukup
kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama.
d. Mengurangi karies dentis.
e. Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi. Hubungan fisik ibu dan bayi, kontak kulit ibu ke
kulit bayi yang mengakibatkan perkembangan psikomotor maupun sosial yang baik.
f. Terhindar dari alergi. Pada bayi baru lahir, sistem IgE belum sempurna, pemberian protein
asing yang ditunda sampai usia 6 bulan mengurangi resiko alergi.
g. Meningkatkan kecerdasan bayi. Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung
omega 3 untuk pematangan sel-sel otak.
h. Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena gerakan
menghisap mulut bayi pada payudara.

2. Manfaat ASI bagi ibu


a. Aspek kontrasepsi
Hisapan mulut bayi pada putting merangsang ujung syaraf sensorik sehingga post anterior
hipofise mengeluarkan prolaktin, yang akan masuk ke indung telur, menekan produksi
estergen sehingga tidak terjadi ovulasi. Pemberian ASI membrikan 98% metode kontrasepsi
yang efisien selama 6 bulan pertama dengan metode ASI eksklusif dan belum menstruasi.
b. Aspek keselamatan ibu
Isapan bayi merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis, yang
membantuinvolusi uterusdan mencegah pendarahan post partum. Penundaan haid dan
berkurangnya perdarahan post partum mengurangi resiko anemia defisiensi besi.
c. Aspek penurunan berat badan
Dengan menyusui, tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak sehingga timbunan lemak
akan terpaki.
d. Aspek psikologis
Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.
3. Manfaat ASI bagi keluarga
a. Aspek ekonomi
ASI tidak perlu dibeli, dan bayi yang mendapat ASI cenderung lebih sehat sehingga
mengurangibiaya berobat jika sakit.
b. Aspek psikologi
Kebahagiaan keluarga bertambah karena kelahiran lebih jarang sehingga suasana kejiwaan
keluarga terpenuhi.
c. Aspek kemudahan
ASI dapat diberikan di mana saja, kapan saja. Tidak memerlukan perwatan dot dan
sebagainya.
4. Manfaat ASI bagi negara
a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi
Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dari penyakit
infeksi, misalnya diare, otitis media, dan sebagainya.
b. Menghemat devisa negara
Jika semua ibu menyusui, diperkiraka dapat menghemat devisa sebesar 8,6 milyar yang
seharusnya digunakan untuk membeli susu formula.
c. Menurangi subsidi untuk rumah sakit
Rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi mengurangi komplikasi
nosokomial serta mengurangi biaya perawatan anak sakit.
d. Peningkatan kualitas generasi penerus
Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga kualitas generasi
penerus bangsa akan terjamin.

H. Masalah-Masalah dalam Pemberian ASI

1. Masalah Menyusui Pada Ibu

a. Payudara Bengkak (Engorgement)


Sekitar hari ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkan, payudara sering terasa lebih
penuh, tegang, serta nyeri. Keadaan seperti itu disebut engorgement (payudara bengkak) yang
disebabkan oleh adanya statis di vena dan pembuluh darah bening. Hal ini merupakan tanda
bahwa ASI mulai banyak disekresi.
Apabila dalam keadaan tersebut ibu menghindari menyusui karena alasan nyeri lalu
memberikan prelacteal feeding (makanan tambahan) pada bayi, keadaan tersebut justru
berlanjut. Payudara akan bertambah bengkak atau penuh karena sekresi ASI terus
berlangsung sementara bayi tidak disusukan sehingga tidak terjadi perangsangan pada puting
susu yang mengakibatkan refleks oksitosin tidak terjadi dan ASI tidak dikeluarkan.
Jika hal ini terus berlangsung, ASI yang disekresi menumpuk pada payudara dan
menyebabkan areola (bagian berwarna hitam yang melingkari puting) lebih menonjol, puting
menjadi lebih datar dan sukar dihisap oleh bayi ketika disusukan. Bila keadaan sudah sampai
seperti ini, kulit pada payudara akan nampak lebih merah mengkilat, terasa nyeri sekali dan
ibu merasa demam seperti influenza.
Untuk mencegah terjadinya payudara bengkak, beberapa cara yang dianjurkan antara lain
sebagai berikut :
1) Susukan bayi segera setelah lahir, apabila keadaan memungkinkan
2) Susukan bayi tanpa dijadwal (on demand / sesuka bayi)
3) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi.
4) Lakukan perawatan payudara pasca persalinan secara teratur
5) Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga puting lebih
mudah ditangkap/diisap oleh bayi.
6) Berikan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit pada payudara.
7) Berikan kompres hangat sebelum menyusui untuk memudahkan bayi mengisap (menangkap)
puting susu.
8) Lakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari puting ke arah payudara untuk
mengurangi peningkatan peredaran darah dan terjadinya statis di pembuluh darah dan
pembuluh getah bening dalam payudara
b. Kelainan Puting Susu
Kebanyakan ibu tidak memiliki kelainan anatomis payudara. Meskipun demikian,
kadang-kadang dijumpai juga kelainan antomis yang menghambat kemudahan bayi untuk
menyusui, misalnya puting susu datar atau puting susu terpendam (tertarik ke dalam).
Disamping kelainan anatomis, kadang dijumpai pula kelainan puting yang disebabkan oleh
suatu proses, misalnya tumor.
1) Puting Susu Datar
Apabila areola dijepit antara jari telunjuk dan ibu jari di belakang puting, puting yang normal
akan menonjol keluar, bila tidak, berarti puting datar. Ketika menyusui puting menjadi lebih
tegang dan menonjol karena otot polos puting berkontraksi, meskipun demikian pada keadaan
puting datar akan tetap sulit ditangkap/diisap oleh mulut bayi.
2) Puting Susu Terpendam (tertarik ke dalam)
Sebagian atau seluruh puting susu tampak terpendam atau masuk ke dalam areola (tertarik ke
dalam). Hal ini karena ada sesuatu di bawahnya yang menarik puting ke dalam, misalnya
tumor atau penyempitan saluran susu. Kelainan puting tersebut seharusnya sudah dapat
diketahui sejak hamil atau sebelumnya sehingga dapat diperbaiki dengan meletakkan kedua
jari telunjuk atau ibu jari di daerah payudara, kemudian dilakukan pengurutan menuju ke arah
berlawanan. Perlu diketahui bahwa tidak semua kelainan tersebut di atas dapat dikoreksi
dengan cara tersebut. Untuk itu, ibu menyusui dianjurkan untuk mengeluarkan ASI-nya
dengan manual (tangan) atau pompa kemudian diberikan pada bayi dengan
sendok/pipet/gelas.
c. Putting Susu Nyeri (Sore Nipple) dan Putting Susu Lecet (Cracked Nipple)
Puting susu nyeri pada ibu menyusui biasanya terjadi karena beberapa sebab sebagai
berikut:
1) Posisi bayi saat menyusu yang salah, yaitu puting susu tidak masuk kedalam mulut bayi
sampai pada areola sehingga bayi hanya mengisap pada puting susu saja. Hisapan/tekanan
terus menerus hanya pada tempat tertentu akan menimbulkan rasa nyeri waktu diisap,
meskipun kulitnya masih utuh.
2) Pemakaian sabun, lotion, cream, alkohol dan lain-lain yang dapat mengiritasi puting susu
3) Bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek sehingga menyebabkan bayi sulit
mengisap sampai areola dan isapan hanya pada putingnya saja.
4) Kurang hati-hati ketika menghentikan menyusu (mengisap).
Puting susu nyeri biasanya dapat disembuhkan setelah memperhatikan tehnik menyusui
yang benar, khususnya letak puting dalam mulut bayi, yaitu bibir bayi menutup areola
sehingga tidak nampak dari luar, puting di atas lidah bayi, areola di antara gusi atas dan
bawah. Untuk menghindari puting susu nyeri atau lecet, perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
a) Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, lotion, cream, dan obat-obat yang
dapat mengiritasi.
b) Sebaiknya selesai menyusukan untuk melepaskan hisapan bayi, tekanlah dagu bayi atau pijit
hidungnya atau masukkan jari kelingking ibu yang bersih ke mulut bayi.
c) Ibu dianjurkan tetap menyusui bayinya mulai dari puting yang tidak sakit serta menghindari
tekanan lokal pada puting dengan cara merubah-rubah posisi menyusui. Untuk puting yang
sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui.
Apabila dengan tindakan tersebut di atas puting tetap nyeri, sebaiknya dicari sebab-sebab
lain (misalnya moniliasis). Puting susu lecet/luka akan memudahkan terjadinya infeksi pada
payudara (mastitis).

d. Saluran Susu Tersumbat (Obstructive Duct)


Saluran susu tersumbat (obstructive duct) adalah suatu keadaan dimana terjadi sumbatan
pada satu atau lebih saluran susu yang disebabkan oleh tekanan jari waktu menyusui atau
pemakaian BH yang terlalu ketat. Hal ini juga dapat terjadi karena komplikasi payudara
bengkak yang berlanjut yang mengakibatkan kumpulan ASI dalam saluran susu tidak segera
dikeluarkan sehingga merupakan sumbatan. Sumbatan ini pada wanita yang kurus dapat
terlihat dengan jelas sebagai benjolan yang lunak pada perabaannya.
Untuk mengatasi terjadinya saluran susu tersumbat (obstructive duct) ada beberapa hal
yang dianjurkan, antara lain:
1) Sebaiknya ibu melakukan perawatan payudara setelah melahirkan dengan teratur agar tidak
terjadi stasis dalam payudara yang mengakibatkan terjadinya radang payudara (mastitis)
2) Gunakan BH dengan desain menopang (menyangga), bukan menekan payudara.
3) Keluarkan ASI setiap kali selesai menyusui bila payudara masih terasa penuh.
Sumbatan saluran susu ini harus segera diatasi karena dapat berlanjut menjadi radang
payudara (mastitis). Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara dapat
diberikan kompres hangat dan dingin, yaitu kompres hangat sebelum menyusui dengan tujuan
mempermudah bayi mengisap puting susu dan kompres dingin setelah menyusui untuk
mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara.

e. Radang Payudara (Mastitis)


Radang payudara (mastitis) adalah infeksi yang menimbulkan reaksi sistemik (seperti
demam) pada ibu. Hal ini biasanya terjadi pada 1-3 pekan setelah melahirkan dan sebagai
komplikasi saluran susu tersumbat. Keadaan ini biasanya diawali dengan puting susu
lecet/luka. Gejala-gejala yang bisa diamati pada radang payudara antara lain kulit nampak
lebih merah, payudara lebih keras serta nyeri dan berbenjol-benjol (merongkol).
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, ibu perlu dianjurkan agar tetap menyusui bayinya
supaya tidak terjadi stasis dalam payudara yang cepat menyebabkan terjadinya abses. Ibu
perlu mendapatkan pengobatan (Antibiotika, antipiretik/penurun panas, dan
analgesik/pengurang nyeri) serta banyak minum dan istirahat untuk mengurangi reaksi
sistemik (demam). Bilamana mungkin, ibu dianjurkan melakukan senam laktasi (senam
menyusui) yaitu menggerakkan lengan secara berputar sehingga persendian bahu ikut
bergerak ke arah yang sama. Gerakan demikian ini akan membantu memperlancar peredaran
darah dan limfe di daerah payudara sehingga statis dapat dihindari yang berarti mengurangi
kemungkinan terjadinya abses payudara.
f. Abses Payudara
Kelanjutan/komplikasi dari radang payudara akan menjadi abses. Hal ini disebabkan oleh
meluasnya peradangan dalam payudara tersebut dan menyebabkan ibu tampak lebih parah
sakitnya, payudara lebih merah mengkilap, benjolan tidak sekeras seperti pada radang
payudara (mastitis), tetapi tampak lebih penuh/bengkak berisi cairan. Bila payudara seperti
ini perlu segera diperiksakan ke dokter ahli supaya mendapat tindakan medis yang cepat dan
tepat. Mungkin perlu dilakukan tindakan insisi untuk drainase, pemberian antibiotik dosis
tinggi dan anlgesik.
Ibu dianjurkan banyak minum dan istirahat. Bayi dihentikan untuk menyusui sementara
waktu pada payudara sakit dan setelah sembuh dapat disusukan kembali. Akan tetapi, bayi
tetap bisa menyusui pada payudara yang sehat tanpa dijadwal (sesuka bayi).
g. Air Susu Kurang
Masih banyak ibu mengira bahwa mereka tidak mempunyai cukup banyak ASI untuk
bayinya, sehingga keinginan untuk menambah susu formula atau makanan tambahan sangat
besar. Dugaan makin kuat apabila bayi sering menangis, ingin selalu menyusu pada ibunya
dan terasa kosong/lembek meskipun produksi ASI cukup lancar.
Menilai kecukupan ASI sebenarnya bukan dari hal tersebut di atas tapi terutama dari berat
badan bayi. Apabila ibu mempunyai status gizi yang baik, cara menyusui benar, secara
psikologis percaya diri akan kemauan dan kemampuan untuk bisa menyusui bayinya serta
tidak ada kelainan pada payudaranya maka akan terjadi kenaikan berat badan pada 4-6 bulan
pertama usia bayi. Hal ini dapat dilihat dari KMS (Kartu Menuju Sehat) yang diisi setiap kali
penimbangan di Posyandu. Apabila tidak terjadi kenaikan berat badan bayi sesuai dengan
usianya biasanya hal ini disebabkan oleh jumlah ASI yang tidak mencukupi sehingga
diperlukan tambahan sumber gizi yang lain.

2. Masalah Menyusui Pada Bayi


Masalah pada bayi dapat berupa bayi sering menangis, bingung puting, bayi dengan
kondisi tertentu seperti BBLR, ikterus, bibir sumbing, bayi kembar, bayi sakit, bayi dengan
lidah pendek (lingual frenulum), bayi yang memerlukan perawatan.

a. Bayi Sering Menangis


Tangisan bayi dapat dijadikan sebagai cara berkomuniksi antara ibu dan buah hati. Pada
saat bayi menangis, maka cari sumber penyebabnya. Dan yang paling sering karena kurang
ASI.
b. Bayi Bingung Puting (Nipple Confusion)
Bingung Puting (Nipple Confusion) terjadi akibat pemberian susu formula dalam botol
yang berganti-ganti. Hal ini akibat mekanisme menyusu pada puting susu ibu berbeda dengan
mekanisme menyusu pada botol. Menyusu pada ibu memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi,
langit-langit dan lidah. Sedangkan menyusu pada botol bersifat pasif, tergantung pada faktor
pemberi yaitu kemiringan botol atau tekanan gravitasi susu, besar lubang dan ketebalan karet
dot.
Tanda bayi bingung puting antara lain:
1) Bayi menolak menyusu.
2) Isapan bayi terputus-putus dan sebentar-bentar.
3) Bayi mengisap puting seperti mengisap dot.
Hal yang perlu diperhatikan agar bayi tidak bingung puting antara lain:
a) Berikan susu formula menggunakan sendok ataupun cangkir.
b) Berikan susu formula dengan indikasi yang kuat.
c. Bayi dengan BBLR dan Bayi Prematur
Bayi dengan berat badan lahir rendah, bayi prematur maupun bayi kecil mempunyai
masalah menyusui karena refleks menghisapnya lemah. Oleh karena itu, harus segera dilatih
untuk menyusu.
Bila bayi dirawat di rumah sakit, harus lebih sering dijenguk, disentuh dengan kasih
sayang dan bila memungkinkan disusui.
d. Bayi dengan Ikterus
Ikterik pada bayi sering terjadi pada bayi yang kurang mendapatkan ASI. Ikterik dini
terjadi pada bayi usia 2-10 hari yang disebabkan oleh kadar bilirubin dalam darah tinggi.
Untuk mengatasi agar tidak terjadi hiper bilirubinemia pada bayi maka:
1) Segeralah menyusui bayi setelah lahir.
2) Menyusui bayi, sesering mungkin tanpa jadwal dan on demand.
Oleh karena itu, menyusui dini sangat penting karena bayi akan mendapat kolustrum.
Kolustrum membantu bayi mengeluarkan mekonium, bilirubin dapat dikeluarkan melalui
feses sehingga mencegah bayi tidak kuning.
e. Bayi dengan Bibir Sumbing
Bayi dengan bibir sumbing tetap masih bisa menyusu. Pada bayi dengan bibir sumbing
pallatum molle (langit-langit lunak) dan pallatum durum (langit-langit keras), dengan posisi
tertentu masih dapat menyusu tanpa kesulitan. Meskipun bayi terdapat kelainan, ibu harus
tetap menyusui karena dengan menyusui dapat melatih kekuatan otot rahang dan lidah.
Anjuran menyusui pada keadaan ini dengan cara:
1) Posisi bayi duduk.
2) Saat menyusui, puting dan areola dipegang.
3) Ibu jari digunakan sebagai penyumbat celah pada bibir bayi.
4) Asi perah diberikan pada bayi dengan labiopalatoskisis (sumbing pada bibir dan langit-
langit).
f. Bayi Kembar
Posisi yang dapat digunakan pada saat menyusui bayi kembar adalah dengan posisi
memegang bola (football position). Pada saat menyusui secara bersamaan, bayi menyusu
secara bergantian. Susuilah bayi sesering mungkin. Apabila bayi ada yang dirawat di rumah
sakit, berikanlah ASI peras dan susuilah bayi yang ada dirumah. Agar ibu dapat beristirahat
maka sebaiknya mintalah bantuan pada anggota keluarga atau orang lain untuk mengasuh
bayi Anda.

g. Bayi Sakit
Bayi sakit dengan indikasi khusus tidak diperbolahkan mendapatkan makanan per oral,
tetapi pada saat kondisi bayi sudah memungkinkan maka berikan ASI. Menyusui bukan
kontraindikasi pada bayi sakit dengan muntah-muntah ataupun diare. Posisi menyusui yang
tepat dapat mencegah timbulnya muntah, antara lain dengan posisi duduk. Berikan ASI
sedikit tapi sering kemudian sendawakan. Pada saat bayi akan ditidurkan, posisikan
tengkurap atau miring kanan untuk mengurangi bayi tersedak karena regurgitasi.

h. Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual Frenulum)


Bayi dengan lidah pendek atau lingual frenulum (jaringan ikat penghubung lidah dan
dasar mulut) yang pendek dan tebal serta kaku tak elastis, sehingga membatasi gerak lidah
dan bayi tidak dapat menjulurkan lidahnya untuk “mengurut” puting dengan optimal.
Akibat lidah bayi tidak sanggup “memegang” puting dan areola dengan baik, maka proses
laktasi tidak dapat berjalan dengan sempurna. Oleh karena itu, ibu dapat membantu dengan
menahan kedua bibir bayi segera setelah bayi dapat “menangkap” putting dan areola dengan
benar. Kemudian posisi kedua bibir bayi dipertahankan agar tidak berubah-ubah.
i. Bayi yang Memerlukan Perawatan
Pada saat bayi sakit dan memerlukan perawatan, padahal bayi masih menyusu, sebaiknya
ibu tetap merawat dan memberikan ASI. Apabila tidak terdapat fasilitas, maka ibu dapat
memerah ASI dan menyimpannya. Cara penyimpanan ASI perahpun juga perlu diperhatikan,
agar tidak mudah basi.
PEMBAHASAN

PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI

Pengertian Laktasi

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi
menghisap dan menelan ASI.

A. ANATOMI FISIOLOGI PAYUDARA

1) Anatomi dan Fisiologi Payudara

Payudara disebut Glandulla Mammae, berkembang sejak usia janin 6 minggu dan membesar
karena pengaruh hormon ibu yang tinggi yaitu estrogen dan progesteron. Estrogen
meninggkatkan pertumbuhan duktus-duktus dan saluran penampung. Prosesteron merangsang
pertumbuhan tunas-tunas alveoli. Hormon-hormon lain seperti prolaktin, growth hormon,
adenokostikosteroid. dan tiroid juga diperlukan dalam kelenjar air susu.

Payudara tersusun dari jaringan kelenjar, jaringan ikat, dan jaringan lemak. Diameter
payudara sekitar 10-12 cm. Pada wanita yang tidak hamil berat rata-r4ata sekitar 200 gram,
tergantung individu. Pada akhir kehamilan beratnya berkisar 400-600 gram, sedangkan pada
waktu menyusui beratnya mencapai 600-800 gram.

Besarnya payudara setiap wanita berbeda, tidak menjadi ukuran banyaknya ASI yang di
produksi. Payudara terbagi 3 bagian:

1. Korpus ( badan ) yaitu bagian yang besar

2. Areola yaitu bagian tengah yang berwarna kehitaman

3. Papilla ( putting ) yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.

Struktur payudara terdiri dari 3 bagian yaitu :

a. Kulit

b. Jaringan subkutan ( jaringan di bawah kulit )

c. Corpus mammae terdiri dari :

 Parenkin : duktus laktiferus uktus), duktulus (duktuli), lobus,alveoli.


 Stroma

Ada 15-20 duktus laktiferus. Tiap duktus bercabang-cabang menjadi

20-40 duktuli. Duktulus bercabang-cabang menjadi 10-100 alveolus yang berfungsi sebagai
satu kasatuan kelenjar. Payudara merupakan kumpulan dari sejumlah kelenjar susu tunggal.

Masing-masing duktus akan membentuk lobus dan duktulus akan


membentuk lobulus. Duktulus dan duktus berpusat kearah puting susu.

Sebelum bermuara pada puting susu, masing-masing duktus melebar membentuk ampulla
atau sinus yang akan berfungsi sebagai gudang air susu ibu. Sinus, duktus, dan alveolus
dikelilingi oleh myoepitel yang dapat

berkontraksi untuk memompa ASI. Alveolus juga dikelilingi pembuluh darah yang memberi
zat-zat gizi pada sel-sel kelenjar air susu untuk proses pembentukan atau sintesis air susu ibu.

Bagian stroma mdari payudara tersusun dari bagian-bagian berikut

1. Jaringan ikat

2. Jaringan lemak

3. Pembuluh darah

4. Syaraf

5. Pembuluh limpa

Puting susu dan areola (daerah sekitar puting susu yang berpigmentasi lebih) adalah gudang
susu yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Pada puting susu dan
areola terdapat ujung-ujung syaraf peraba yang penting pada proses refleks saat menyusui.
Puting susu mengandung otot polos yang dapat berkontraksi sewaktu ada rangsangan
menyusu. Dengan cekapan bibir bayiyang menyeluruh pada daerah tersebut, ASI akan keluar
dengan lancar.

Pada umumnya putting susu menonjol keluar. Meskipun demikian, kadang dijumpai putting
yang panjang, datar (flat nipples), atau masuk ke dalam (inverted nipples). Namun, bentuk
putting tidak selalu berpengaruh pada proses laktasi. Hal terpenting adalah bahwa putting
susu dan areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan seperti dot ke dalam mulut bayi.
Kadang-kadang terdapat pula putting yang tidak lentur, terutama pada bentuk yang terbenam
sehingga butuh penanganan khusus, ibu dengan kondisi seperti itu perlu mendapatkan
perawatan payudara sejak sebelum masa laktasi.

Pada ujung putting susu terdapat 15-25 muara lobus (duktus laktiferus), sedangkan areola
mengandung sejumlah kelenjar, misalnya Kelenjar Montgory yang berfungsi sebagai kelenjar
minyak yang mengeluarkan cairan agar putting tetap lunak dan lentur.

2) Fisiologi Laktasi

Kemampuan laktasi setiap ibu berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang lebih
besar dibanding dengan yang lain. Dari segi fisiologi, kemampuan laktasi mempunyai
hubungan dengan makanan, faktor endokrin, dan faktor fisiologi.

Laktasi mempunyai dua pengertian berikut ini :

1. Pembentukan / produksi air susu


2. Pengeluaran air susu

Pada masa hamil terjadi perubahan payudara, terutama mengenai besarnya. Hal ini
disebabkan oleh berkembangnya kelenjar payudara proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan
sel-sel- kelenjar pembuatan air susu ibu. Proses proliferasi dipengaruhi oleh hormon yang
dihasilkan plasenta yaitu laktogen, prolaktin, koriogonadotropin, estrogen dan progesteron.
Selain itu, perubahan tersebut juga disebabkan bertambah lancarnya peredaran darah pada
payudara.

Pada kehamilan lima bulan atau lebih, kadang-kadang dari ujung putting keluar cairan yang
disebut kolostrum. Sekresi (keluarnya) cairan tersebut karena pengaruh hormon laktogen dari
plasenta dan hormon prolaktin dari hipofise. Keadaan tersebut adalah normal, meskipun
cairan yang dihasilkan tidak berlebihan sebab meskipun kadar prolaktin cukup tinggi,
pengeluaran air susu juga dihambat oleh hormon estrogen.

Setelah persalinan kadar estrogen dan progesteron menurun dengan lepasnya plasenta,
sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap prolaktin dan
estrogen. Oleh karena itu, air susu ibu segera keluar. Biasanya, pengeluaran air susu dimulai
pada hari kedua atau ketiga setelah kelahiran. Setelah persalinan, segera susu-kan bayi karena
akan memacu lepasnya prolaktin dari hipofise sehingga pengeluaran air susu bertambah
lancar. Dua hari pertama pasca persalinan, payudara kadang-kadang terasa penuh dan sedikit
sakit. Keadaan yang disebut engorgement disebabkan oleh bertambahnya peredaran darah ke
payudaran serta mulainya laktasi yang sempurna.

3) Refleks pada laktasi

Ada beberapa refleks yang berpengaruh terhadap kelancaran laktasi. Refleks yang terjadi
pada ibu, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran (let down reflex). Kedua refleks ini
bersumber dari rangsangan putting susu akibat isapan bayi. Adapun refleks pada bayi, yaitu
refleks menangkap (rooting refleks), refleks mengisap, dan refleks menelan. Refleks tersebut
adalah dasar dari laktasi.

a. Refleks prolaktin

Sewaktu bayi menyusu, ujung syaraf peraba yang terdapat pada putting susu terangsang.
Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu
dilanjutkan ke bagian depan kelenjar hipofise yang memacu pengeluaran hormon prolaktin ke
dalam darah.

Melalui sirkulasi, prolaktin memacu sel kelenjar memproduksi air susu. Jadi, semakin sering
bayi menyusu, semakin banyak prolaktin yang dilepas oleh hipofise, sehingga semakin
banyak air susu yang diproduksi oleh sel kelenjar. Prolaktin terdiri dari protein yang sangat
kompleks dan belum dapat dibuat secara sintesis. Oleh karena itu, tindakan sering menyusui
bayi merupakan cara terbaik untuk mendapatkan air susu yang banyak.

b. Refleks Aliran

Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantar sampai bagian belakang kelenjar
hipofise yang akan melepaskan hormon oksitosin masuk ke dalam darah. Oksitosin akan
memacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktuli berkontraksi sehingga
memeras air susu dari alveoli, duktuli, dan sinus menuju putting susu.

Dengan demikian, sering menyusui sampai payudara terasa kosong sangat penting agar tidak
terjadi pembendungan pada payudara. Pembendungan pada payudara akan menimbulkan rasa
tidak nyaman dan sakit. Tidak jarang, mengakibatkan payudara mudah terkena infeksi.
Kadang-kadang, tekanan akibat kontraksi otot-otot polos tersebut begitu kuat sehingga air
susu menyembur keluar. Hal ini dapat menyebabkan bayi tersedak. Keluarnya air susu karena
kontraksi otot polos tersebut disebut refleks aliran.

Oksitosin juga mempengaruhi jaringan otot polos rahim berkontraksi sehingga mempercepat
lepasnya plasenta dari dinding rahim dan membantu mengurangi terjadinya perdarahan. Oleh
karena itu, setelah bayi lahir harus segera disusukan pada ibunya jika keadaan
memungkinkan. Dengan seringnya menyusui, penciutan rahim akan semakin cepat dan makin
baik. Perlu ibu ketahui, tidak jarang perut ibu terasa mulas yang sangat pada hari-hari
pertama menyusui. Hal ini merupakan mekanisme alamiah yang baik untuk kembalinya
rahim pada bentuk semula.

Refleks aliran dipengaruhi oleh keadaan kejiwaan ibu, Rasa khawatir dan rasa sakit (misalnya
luka jahitan) yang dirasakan ibu dapat menghambat refleks tersebut. Diduga, hal tersebut
menyebabkan lepasnya adrenalin yang menghambat oksitosin tidak dapat mencapai otot
polos. Dengan demikian, tidak ada rangsangan kontraksi dari otot polos.

c. Refleks Menangkap (Rooting Reflex)

Jika disentuh pipinya, bayi akan menoleh ke arah sentuhan. Jika bibirnya dirangsang atau
disentuh, bayi akan membuka mulut dan berusaha mencari putting untuk menyusu. Keadaan
tersebut dikenal dengan istilah reflaks menangkap.

d. Refleks Mengisap.

Reflaks mengisap pada bayi akan timbul jika putting merangsang langit-langit (palatum)
dalam mulutnya. Untuk dapat merangsang langit-langit bagian belakan secara sempurna,
sebagian besar areola harus tertangkap oleh mulut (masuk ke dalam mulut) bayi. Dengan
demikian, sinus laktiferus yang berada di bawah areola akan tertekan oleh gusi, lidah, serta
langi-langit sehingga air susu diperas secara sempurna ke dalam mulut bayi.

e. Refleks Menelan

Air susu yang penuh dalam mulut bayi akan ditelan sebagai pernyataan reflaks menelan dari
bayi. Pada saat bayi menyusu, akan terjadi peregangan putting susu dan areola untuk mengisi
rongga mulut. Oleh karena itu, sebagian besar areola harus ikut ke dalam mulut. Lidah bayi
akan menekan ASI keluar dari sinus laktiferus yang berada di bawah areola.

Mekanisme menyusu pada payudara berbeda dengan mekanisme minum dengan botol ayau
dot. Dot memiliki karet panjang yang tidak perlu diregangkan sehingga bayi tidak perlu
mengisap kuat. Jika bayi telah diajarkan minum dari botol/dot, akan timbul kesulitan
menyusu pada ibunya. Ia akan mencoba mengisap, seperti halnya mengisap dot. Pada
keadaan ini, ibu dan bayi perlu bantuan untuk belajar proses ini dengan baik dan benar.
Berikut mekanisme menyusu pada ibu :

• Bibir bayi menangkap putting selebar areola.

• Lidah menjulur ke depan untuk menangkap putting.

• Lidah ditarik mundur untuk membawa putting menyentuh langit-langit dan areola di dalam
mulut bayi.

• Timbul refleks mengisap pada bayi dan refleks aliran pada ibu.

Berikut mekanisme menyusu menggunakan dot :

 Bibir terbuka untuk menerima putting dari dot dan otot-otot pipi mengendor.
 Putting karet terletak di atas lidah, menyentuh langit-langit lunak.
 Lidah bergerak ke depan untuk menekan putting karet pada gusi dan langit-langit
sedemikian rupa untuk mengatur aliran susu.

Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi produksi ASI :

• MotivaSi diri dan dukungan suami/keluarga untuk menyusui bayinya sangat penting.

• Adanya pembengkakan payudara karena bendungan ASI.

• Pengosongan ASI yang tidak teratur.

• Kondisi status gizi ibu yang buruk dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas ASI.

• Ibu yang lelah atau kurang istirahat /stress /sakit.

Oleh karena itu, hindari faktor-faktor di atas dengan lebih meningkatkan percaya diri,
melakukan perawatan payudara secara rutin, serta lebih sering menyusui tanpa dijadwal
sesuai kebutuhan bayinnya. Semakin sering bayi menyusu dan semakin kuat daya isapnya,
payudara akan memproduksi ASI lebih banyak.

Produksi ASI selalu berkesinambungan. Setelah payudara disusukan, ASI akan terasa kosong
dan payudara melunak. Pada keadaan ini ibu tetap tidak akan kekurangan ASI karena ASI
akan terus diproduksi, asal bayi tetap mengisap serta ibu cukup makan dan minum. Selain itu
ibu mempunyai keyakinan mampu memberikan ASI pada bayinya. Dengan demikian, ibu
dapat menyusui bayinya secara eksklusif murni selama 4-6 bulan dan tetap memberikan ASI
sampai anak berusia dua tahun untuk mendapatkan anak yang sehat dan cerdas.
B. DUKUNGAN BIDAN DALAM MEMBERIKAN ASI

1. Yakinkan ibu bahwa ibu dapat menyusui, dan ASI adalah yang terbaik untuk bayinya serta
ibu dapat memproduksi ASI yang mencukupi kebutuhan bayi dan tidak tergantung pada besar
kecilnya payudara ibu.

2. Memastikan bayi mendapat ASI yang cukup

3. Membantu ibu mengembangkan keterampilan dalam menyusui.

4. Ibu mengetahui setiap perubahan fisik yang terjadi pada dirinya dan mengerti bahwa
perubahan tersebut normal.

5. Ibu mengetahui dan mengerti akan pertumbuhan dan perilaku bayi dan bagaimana
seharusnya menghadapi dan mengatasinya.

6. Bantulah ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri.

7. Biarkan bayi bersama ibunya segera sesudah dilahirkan selama beberapa jam pertama. Ini
penting sekali untuk membina hubungan/ikatan disamping bagi pemberian ASI. Bayi yang
normal berada dalam keadaan bangun dan sadar selama beberapa jam pertama sesudah lahir.
Kemudian mereka akan memasuki suatu masa tidur pulas. Penting untuk membuat bayi
menerima ASI pada waktu masih terbangun tersebut. Seharusnya dilakukan perawatan mata
bayi pada jam pertama sebelum atau sesudah bayi menyusui untuk pertama kalinya. Buatlah
bayi merasa hangat dengan membaringkannya dan menempel pada kulit ibunya dan
menyelimuti mereka. Jika mungkin dilakukan ini paling sedikit 30 menit, karena pada saat
itulah kebanyakan bayi siap menyusui.

8. Ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang
timbul. Ibu harus menjaga agar tangan dan putting susunya selalu bersih untuk mencegah
kotoran dan kuman masuk ke dalam mulut bayi. Ini juga mencegah luka pada putting susu
dan infeksi pada payudara. Seorang ibu harus mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum
menyentuh putting susunya dan sebelum menyusui bayinya. Ibu juga harus mencuci tangan
sesudah membuang air kecil atau air besar atau menyentuh sesuatu yang kotor.

Ibu harus membersihkan payudaranya dengan air bersih satu kali sehari, tidak boleh
mengoleskan krim, minyak, alkohol atau sabun pada putting susunya.

9. Bantulah ibu waktu pertama kali memberi ASI.

Posisi menyusui yang benar disini adalah penting.

- Berbaring miring. Ini posisi yang amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau
bila ibu merasa lelah atau merasa nyeri

- Duduk. Penting untuk memberikan topangan / sandaran pada punggung ibu dalam posisinya
tegak lurus (90’) terhadap pangkuannya.
Tanda-tanda bahwa bayi telah berada pada posisi yang baik pada payudara.

a) Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu.

b) Mulut dan dagunya berdekatan denga payudara.

c) Areola tidak akan bisa terlihat denga jelas.

d) Anda dapat melihat bayi melakukan hisapan yang lamban dan dalam, dan

e) menelan ASI-nya.

f) Bayi terlihat tenang dan senang.

g) Ibu tidak merasakan adanya nyeri pada putting susu.

10. Bayi harus ditempatkan dekat ibunya di kamar yang sama (rawat gabung, rooming in).
Dengan demikian ibu dapat dengan mudah menyusui bayinya bila lapar. Ibu harus belajar
mengenali tanda-tanda yang menunjukan bahwa bayinya lapar. Bila ibu terpisah tempatnya
dari bayi maka ibu akan lebih lama belajar mengenali tanda-tanda tersebut.

11. Memberikan ASI sesering mungkin.

Biasanya bayi baru lahir minum ASI setiap 2-3 jam atau 10-12 kali dalam 24 jam. Selama 2
hari pertama sesudah lahir beberapa bayi tidur panjang selama 6-8 jam. Untuk memberikan
ASI pada bayi dengan cara membangunkannya selama siklus tidurnya setia 2-3 jam.

12. Memberikan Kolostrum dan ASI saja

Makanan lain termasuk air dapat membuat bayi sakit dan menurunkan persediaan ASI
ibunya, karena ibu memproduksi ASI tergantung pada seberapa banyak ASI dihisap oleh
bayi. Makin banyak ASI yang dihisap oleh bayi makin banyak produksi ASI ibu.

13. Hindari susu botol dan dot empeng.

Susu botol dan dot empeng membuat bayi bingung putting karena mekanisme menghisap
botol dandot empeng berbeda dari mekanisme menghisap putting susu pada ibunya.

14. Mendukung suami dan keluarga yang mengerti bahwa ASI dan menyusui paling baik
untuk bayi, untuk memberikan dorongan yang baik bagi ibu agar lebih berhasil dalam
menyusui

15. Peran petugas kesehatan sangat penting dalam membantu ibu-ibu menyusui yang
mengalami hambatan dalam menyusui.

16. Imflikasi kode WHO, yaitu a.l : melarang promosi PASI, melarang pemberian sample
PASI, bidan tidak boleh menerima hadiah dari produsen PASI, mencantumkan komposisi dan
mencantumkan bahwa ASI adalah yang terbaik, petugas harus mendukung pemberian ASI,

C. MANFAAT PEMBERIAN ASI


1. Manfaat bagi bayi

1) ASI mengandung komponen perlindungan terhadap infeksi, mengandung

protein yang spesipik untuk perlindungan terhadap alergi dan merangsang sistem kekebalan
tubuh

2) Komposisi ASI sangat baik karena mempunyai kandungan protei, karbohidrat, lemak dan
mineral yang seimbang.

3) ASI memudahkan kerja pencernaan, mudah diserap oleh usus bayi serta mengurangi
timbulnya gangguan pencernaan seperti diare atau sembelit.

4) Bayi yang minum ASI mempunyai kecenderungan memiliki berat badan ideal.

5) ASI mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi
termasuk untuk kecerdasan bayi.

6) Secara alamiah ASI memberikan kebutuhan yang sesuai dengan usia kelahiran bayi.

7) ASI bebas kuman karena diberikan langsung dari payudara sehingga kebersihannya
terjamin.

8) ASI mengandung banyak kadar selenium yang melindungi gigi dari kerusakan.

9) Menyusui akan melatih daya hisap bayi dan membantu mengurangi insiden maloklusi dan
membentu otot pipi yang baik.

10) ASI memberikan keuntungan psikologis.

11) Suhu ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.

2. Manfaat Untuk Ibu.

1) Aspek kesehatan ibu.

a. Membantu mempercepat pengembalian uterus ke bentuk semula dan mengurangi


perdarahan post partum karena isapan bayi pada payudara akan merangsang kelenjar hipopise
untuk mengeluarkan hormon oksitosin. Oksitosin bekerja untuk kontraksi saluran ASI pada
kelenjar air susu dan merangsang kontraksi uterus

b. Menyusui secara teratur akan menurunkan berat badan secara bertahap karena pengeluaran
energi untuk ASI dan proses pembentukannya akan mempercepat kehilangan lemak.

c. Pemberian ASI yang cukup lama dapat memperkecil kejadian karsinoma payudara dan
karsinoma ovarium.

d. Pemberian ASI mudah karena tersedia dalam keadaan segar dengan suhu yang sesuai
sehingga dapat diberikan kapan dan dimana saja.
2) Aspek Keluarga Berencana

Pemberian ASI secara eksklusif dapat berfungsi sebagai kontrasepsi karena isapan bayi
merangsang hormon prolaktin yang menghambat terjadinya ovulasi sehingga menunda
kesuburan.

3) Aspek Psikologis

Menyusui memberikan rasa puas, bangga dan bahagia pada ibu yang berhasil menyusui
bayinya dan memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak.

3. Manfaat Untuk Keluarga

a. Aspek Ekonomi

• Mengurangi biaya pengeluaran karena ASI tidak perlu dibeli

• Mengurangi biaya perawatan sakit karena bayi yang minum ASI tidak mudah terkena
infeksi

b. Aspek Psikologis

Memberikan kebahagian pada keluarga dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan
keluarga.

c. Aspek Kemudahan

Menyusui sangat praktis karena dapat diberikan setiap saat.

4. Manfaat Untuk Negara

a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak

Faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik, karena
ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi.

b. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit.

Subsidi untuk rumah sakit berkurang karena rawat gabung akan memperpendek lama rawat
ibu dan bayi serta mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial.

c. Mengurangi devisa untuk membeli susu formula.

ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional, jika semua ibu menyusui dapat menghemat
devisa yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.

d. Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa

Anak yang mendapatkan ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga kualitas
generasi penerus bangsa akan terjamin.
D. KOMPOSISI GIZI DALAM ASI

1. Lemak

Lemak merupakan sumber kalori utama dalam ASI dengan kadar 3,5%-4,5%. Lemak mudah
diserap oleh bayi karena enzim lipase yang terdapat dalam sistem pencernaan bayi dan ASI
akan mengurai Trigliserida menjadi Gliserol dan Asam Lemak. Keunggulan lemak ASI
mengandung asam lemak esensial yaitu Docosahexaenoic Acid (DHA) Arachionoic Acid
(AA) berguna untuk pertumbuhan otak. Kadar kolesterol dalam ASI lebih tinggi karena untuk
merangsang enzim protektif yang membuat metabolisme kolesterol menjadi efisien.

2. Karbohidrat

Karbohidrat utama dalamASI adalah laktose dengan kadar 7 gram %. Laktose mudah terurai
menjadi Glukose dan Galaktose oleh enzim Laktose yang terdapat dalam mukosa saluran
pencernaan bayi sejak lahir. Laktose juga bermanfaat untuk mempertinggi absofsi Kalsium
dan merangsang pertumbuhan Laktobasilus Bifidus.

3. Protein

Protein dalam susu adalah kasein dan whey kadarnya 0,9 %. Selain itu

terdapat dua macam asam amino yaitu sistin dan taurin. Sistin diperluka untuk pertumbuhan
somatik sedangkan taurin untuk pertumbuhan otak

4. Garam dan Mineral.

- Zat Besi

Jumlah zat besi dalam ASI termasuk sedikit tetapi mudah diserap. Zat besi berasal dari
persediaan zat besi sejak bayi lahir, dari pemecahan sel darah merah dan dari zat besi yang
terkandung dalam ASI. Dengan ASI bayi jarang kekurangan zat besi

- Seng

Seng diperlukan untuk pertumbuhan perkembangan dan imunitas, juga diperlukan untuk
mencegah penyakit akrodermatitis enteropatika (penyakit kulit dan sistim pencernaan)

5. Vitamin

- Vitamin K

Berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah.

- Vitamin E

Banyak terkandung dalam kolostrum.

- Vitamin D
Berfungsi untuk pembentukan tulang dan gigi.

6. Zat Protektif

- Imunoglobulin

Semua jenis imunoglobulin terdapat dalam ASI, seperti IgA, IgG, IgM, IgD, dan IgE yang
berguna untuk imunitas terhadap penyakit.

- Lisosi

Enzim lisosim dalam ASI berfungsi untuk memecah dinding bakteri dan antiinflamasi.

- Laktoperoksidase

Enzim ini beserta dengan peroksidase hidrogen dan ion tioksinat membantu membunuh
streptokokus.

- Lactobasillus bifidus

Lactobasilus bifidus berfungsi mengubah laktose menjadi asam laktat dan asam asetat,
menjadikan saluran pencernaan bersifat asam sehingga menghambat pertumbuhan
mokroorganisme patogen.

- Lactoferin dan trasferin

Kedua zat ini merupakan peotein dalam ASI yang berfungsi menghambat pertumbuhan
stapilokokus dan E.coli , dengan cara mengikat zat besi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhannya sehingga kuman tersebut tidak mendapatkan zat besi.

- Komplemen C3 dan C4

Komplemen C3 dan C4 berguna sebagai faktor pertahanan.

- Sel makrofag

Sel makrofag berfungsi membunuh kuman dan membentuk kimplemen C3, C4, lisosim serta
lactoferin.

- Lipase : Lipase merupakan zat anti virus

E. UPAYA MEMPERBANYAK ASI

1. Bimbingan prenatal

2. Perawatan payudara dan putting susu sedini mungkin dimulai sejak kehamilan trisemester
III.

3. Menyusui sedini mungkin segera setelah melahirkan.


4. Menyusui on demand yaitu menyusui sesering mungkin sesuai dengan kehendak bayi
tanpa dijadwal.

5. Menyusui dengan posisi yang benar.

6. Memberikan ASI ekslusif

7. Pemberian gizi pada ibu hamil dengan baik dan seimbang.

8. Dukungan pada ibu secara psikologis dari suami, keluarga dan bidan

9. Sikap pelayanan, pengetahuan dan kesiapan petugas

10. Pelayanan pascanatal

KOMPOSISI KOLOSTRUM, ASI & SUSU SAPI SETIAP 100 ML

ZAT GIZI KOLOSTRUM ASI SUSU SAPI

Energi ( k. kal ) 58.0 70.0 65.0

Protein ( gr ) 2.3 0.9 3.4

Whey - 1 : 1.5 1 : 1.2

Kasein ( mg ) 140.0 187.0 -

Laktalbumin ( mg ) 218.0 161.0 -

Laktoferin ( mg ) 330.0 167.0 -

IgA ( mg ) 364.0 142.0 -

Laktosa ( gr ) 5.3 7.3 4.8

Lemak ( gr ) 2.9 4.2 3.9

Vitamin

Viitamin A ( ug ) 151.0 75.0 41.0

Vitamin B1 ( ug ) 1.9 14.0 13.0

Vitamin B2 ( ug ) 30.0 40.0 145.0

Asam nikotinik(ug) 75.0 160.0 82.0

Vitamin B6 ( ug ) - 12.0-15.0 64.0

Asam pantotenik(ug) 188.0 246.0 340.0


Biotin ( ug ) 0.06 0.6 2.8

Asam Folat ( ug ) 0.05 0.1 0.13

Vitamin B12 ( mg ) 0.05 0.1 0.6

Vitamin C ( mg ) 5.9 5.0 1.1

Vitamin D ( ug ) - 0.04 0.02

Vitamin E (ug ) 1.5 0.25 0.07

Vitamin K ( ug ) - 1.5 6.0

Mineral

Kalsium ( mg ) 39.0 35.0 130.0

Klorin ( mg ) 8.5 40.0 108.0

Tembaga ( mg ) 40.0 40.0 14.0

Zat besi ( mg ) 70.0 100.0 70.0

Magnesium ( mg ) 4.0 4.0 12.0

Fosfor ( mg ) 14.0 15.0 120.0

Porassium ( mg ) 74.0 57.0 145.0

Sodium ( mg ) 48.0 15.0 58.0

Sulfur ( mg ) 22.0 14.0 30.0


PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS

SUB POKOK BAHASAN

1. Perubahan sistem reproduksi

2. Perubahan sistem pencernaan

3. Perubahan sistem perkemihan

4. Perubahan sistem musculoskeletal

5. Perubahan sistem endokrin

6. Perubahan tanda-tanda vital

7. Perubahan sistem kardiovaskuler

8. Perubahan sistem hemotologi

1. SISTEM REPRODUKSI

Perubahan fisiologis terjadi sejak hari pertama melahirkan. Adapun perubahan fisik

yang terjadi adalah : Pada masa nifas, alat genetalia external dan internal akan berangsur–

angsur pulih seperti keadaan sebelum hamil.

A. Perubahan Pada Vagina dan Perineum

Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan

hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke

ukuran sebelum hamil , 6 sampai 8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat

pada sekitar minggu ke empat, walaupun tidak akan semenonjol pada wanita nulipara. Pada

umumnya rugae akan memipih secara permanen. Mukosa tetap etrofik pada wanita menyusui
sekurang – kurangnya sampai menstruasi dimulai kembali . Penebalan mukosa vagina terjadi

seiring pemulihan fungsi ovarium. Kekurangan estrogen menyebabkan penurunan jumlah

pelumas vagina dan penipisan mukosa vagina . kekeringan local dan rasa tidak nyaman saat

koitus ( dispereunia ) menetap sampai fungsi ovarium kembali normal dan menstruasi

dimulai lagi. Biasanya wanita dianjurkan menggunakan pelumas larut saat melakukan

hubungan seksual untuk mengurangi nyeri.

Pada awalnya , introitus mengalami eritematosa dan edematosa , terutama pada

daerah episiotomi atau jahitan laserasi . Perbaikan yang cermat , pencegahan , atau

pengobatan dini hematoma dan hygiene yang baik selama dua minggu pertama setelah

melahirkan biasanya membuat introitus dengan mudah dibedakan dengan introitus pada

wanita nulipara.

Pada umumnya episiotomy hanya mungkin dilakukan bila wanita berbaring miring

dengan bokong diangkat atau ditempatkan pada posisi litotomi. Penerangan yang baik

diperlukan supaya episiotomy dapat terlihat jelas. Proses penyembuhan luka episiotomy sama

dengan luka operasi lain. Tanda – tanda infeki ( nyeri , panas , merah , bengkak atau rabas )

atau tepian insisi tidak saling mendekat bisa terjadi. Penyembuhan harus berlangsung dalam 2

sampai 3 minggu.

Hemoroid ( varises anus ) umumnya terlihat . Wanita sering mengalami gejala terkait

, seperti rasa gatal , tidak nyaman , dan perdarahan berwarna merah terang pada waktu

defecator. Ukuran hemoroid biasanya mengecil beberapa minggu setelah bayi lahir.

B. Perubahan Pada Serviks

Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan . Delapan belas jam pasca

partum , serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk

semula . Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa , tipis dan rapuh selama
beberapa hari setelah ibu melahirkan . Ektoserviks ( bagian serviks yang menonjol ke vagina

) terlihat memar dan ada sedikit laserasi kecil – kondisi yang optimal untuk perkembangan

infeksi. Muara serviks , yang berdilatasi 10 cm seewaktu melahirkan , menutup secara

bertahap. 2 jari mungkin masih dapat dimasukkan kedalam muara serviks pada hari ke 4

sampai ke-6 pasca partum, tetapi hanya tangkai kuret terkecil yang dapat dimasukkan pada

akhir minggu ke – 2. Muara serviks eksterna tidak akan berbentuk lingkaran seperti sebelum

melahirkan , tetapi terlihat memanjang seperti suatu celah , sering disebut seperti mulut ikan

.Laktasi menunda produksi estrogen yang mempengaruhi mucus dan mukosa.

C. Perubahan Pada Uterus

Setelah plasenta lahir, uterus berangsur – angsur menjadi kecil sampai akhirnya

kembali seperti sebelum hamil.

Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi terlihat pada table:

No. Waktu Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus

1. Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000 gram

2. Plasenta lahir Dua jari bawah pusat 750 gram


Pertengahan pusat-
3. 1 Minggu simfisis 500 gram

4. 2 Minggu Tidak teraba di atas 350 gram


Simfisis
5. 6 Minggu 50 gram
Bertambah kecil
6. 8 Minggu 30 gram
Sebesar normal

1) Perubahan Pada Pembuluh Darah Uterus

Kehamilan yang sukses membutuhkan peningkatan aliran darah uterus yang cukup

besar. Untuk menyuplainya , arteri dan vena di dalam uterus , terutama plasenta , menjadi

luar biasa membesar , begitu juga pembuluh darah ke, dan dari uterus . Di dalam uterus ,

pembentukan pembuluh – pembuluh darah baru juga menyebabkan peningkatan aliran darah
yang bermakna. Setelah pelahiran , kepiler pembuluh darah ekstra uterin berkurang sampai

mencapai atau paling tidak mendekati keadaan sebelum hamil.

Pada masa nifas , di dalam uterus pembuluh – pembuluh darah mengalami obliterasi

akibat perubahan hialin , dan pembuluh–pembuluh yang lebih kecil menggantikannya .

Resorpsi residu hialin dilakukan melalui suatu proses yang menyerupai proses pada ovarium

setelah ovulasi dan pembentukan korpus luteum . Namun , sisa – sisa dalam jumlah kecil

dapat bertahan selama bertahun – tahun.

2) Perubahan Pada Serviks dan Segmen Bawah Uterus

Tepi luar serviks , yang berhubungan dengan os eksternum , biasanya mengalami

laserasi terutama di bagian lateral . Ostium serviks berkontraksi perlahan , dan beberapa hari

setelah bersalin ostium serviks hanya dapat ditembus oleh dua jari. Pada akhir minggu

pertama , ostium tersebut telah menyempit . Karena ostium menyempit , serviks menebal dan

anal kembali terbentuk . Meskipun involusi telah selesai , os eksternum tidak dapat

sepenuhnya kembali ke keadaan seperti sebelum hamil. Os ini tetap agak melebar , dan

depresi bilateral pada lokasi laserasi menetap sebagai perubahan yang permanen dan menjadi

ciri khas serviks para. Harus diingat juga bahwa epitel serviks menjalani pembentukan

kembali dalam jumlah yang cukup banyak sebagai akibat pelahiran bayi. Contohnya , Ahdoot

dan rekan ( 1998 ) menemukan bahwa sekitar 50 % wanita dengan sel skuamosa

intraepithelial tingkat tinggi mengalami regresi akibat persalinan pervaginam.

Segmen bawah uterus yang mengalami penipisan cukup bermakna akan berkontraksi

dan tertarik kembali , tapi tidak sekuat pada korpus uteri. Dalam waktu beberapa minggu ,

segmen bawah telah mengalami perubahan dari sebuah struktur yang tampak jelas dan cukup

besar untuk menampung hampir seluruh kepala janin , menjadi isthmus uteri yang hampir tak

terlihat dan terletak di antara korpus uteri diatasnya dan os internum serviks di bawahnya.

3) Involusi Uteri
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut

involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos

uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di

bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini

besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 1 minggu (kira-kira

sebesar grapefruit (jeruk asam) dan beratnya kira-kira 1000 g.

Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri mencapai 1 cm di atas tali umbilikus. Dalam

beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun kira-

kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pascapartum keenam fundus normal akan berada

di pertengahan antara umbilikus dan simfisis pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi pada abdomen

pada hari ke-9 pascapartum.

Uterus, yang pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat sebelum hamil,

berinvolusi menjadi kira-kira 500 g, 1 minggu setelah melahirkan dan 350 g, 2 minggu

setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul sejati lagi. Pada minggu ke enam,

beratnya sampai 60 g. Dan pada minggu ke-8, uterus memiliki berat 30 g, yaitu sebesar uterus

normal. Berikut gambaran involusi uterus.

Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab untuk prtumbuhan

masif uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uterus prenatal tergantung pada hiperplasia,

pningkatan jumlah sel-sel otot, dan hipertrofi, pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada masa

pascapartum penurunan kadar hormon-homon ini menyebabkan terjadinya autolisis,

perusakan sacara langsung jaringan hipertiroid yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang

terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebab ukuran uterus sedikit lebih besar

setelah hamil.

4) Subinvolusi uterus
Istilah ini menggambarkan suatu keadaan menetapnya atau terjadinya retardasi

involusi , proses yang normalnya menyebabkan uterus nifas ke bentuk semula. Proses ini

disertai pemanjangan masa pengeluaran lokhia dan peradangan uterus yang berlebihan atau

irregular dan terkadang juga disertai perdarahan hebat. Pada pemeriksaan bimanual , uterus

teraba lebih besar dan lebih lunak dibandingkan normal untuk periode nifas tertentu.

Penyebab subinvolusi yang telah diakui antara lain retensi potongan plasenta dan infeksi

panggul. Karena hampir semua kasus sub involusi disebabkan oleh penyebab local , keadaan

ini biasanya dapat diatasi dengan diagnosis dan penatalaksanaan dini. Pemberian ergonovin (

Ergotrate ) atau metilergonovin ( Methergine )0,2 mg setiap 3 atau 4 jam selama 24 jam

sampai 48 jam direkomendasikan oleh beberapa ahli , namun efektivitasnya dipertanyakan .

Di lain pihak , metritis berespon baik terhadap terapi antibiotic oral. Wager dan rekan ( 1980

) melaporkan bahwa hampir sepertiga kasus infeksi uterus post partum awitan lambat

disebabkan Chlamydia trachomatis ; sehingga pengobatan dengan tetrasiklin tampaknya

sudah tepat.

Andrew dan rekan ( 1989 ) melaporkan 25 kasus perdarahan antarahari ke – 7 sampai

40 hari postpartum akibat arteri uteroplasental yang tidak berinvolusi. Arteri – arteri

abnormal ini ditandai oleh tidak adanya lapisan endotel dan pembuluhnya yang terisi

thrombus . Trofoblas periaurikular juga tampak pada dinding pembuluh – pembuluh ini dan

para peneliti tersebut mengajukan dalil bahwa subinvolusi mungkin menggambarkan

interaksi aberan antara sel –sel uterus dengan trofoblast , setidaknya berdasarkan hasil

pengamatan terhadap pembuluh – pembuluh plasenta tersebut.

5) Kontraksi

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah lahir, diduga

terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang terutama akibat

kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan


pembentukan bekuan. Hormon ang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur

kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah, dan membantu hemostatis. Selama 1 sampai

2 jam pertama pascapartum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak

teratur. Karena penting sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus selama masa ini,

biasanya suntikan oksitosin (pitosin) secara intravena atau intramuskular diberikan segera

stelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan

bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang

pelepasan oksitosin.

6) Nyeri Pasca Melahirkan / Afterpain

Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap

kencang. Ralaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan bisa

menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang masa awal puerperium. Rasa nyeri setelah

melahirkan ini akan lebih nyata dirasakan oleh ibu melahirkan dengan kondisi tertentu,

misalnya pada persalinan yang overdistensi / peregangan berlebih yaitu pada kasus bayi besar

(makrosomia) atau bayi kembar. Menyusui dan oksitosin tambahan biasanya meningkatkan

nyeri ini karena keduanya merangsang kontraksi uterus. Biasanya nyeri ini berkurang

intensitasnya dan melemah pada hari ketiga postpartum.

7) Lokhia

Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir seringkali lokia , mula - mula berwarna

merah , kemudian berubah menjadi merah tua atau merah coklat . Rabas ini dapat

mengandung bekuan darah kecil. Selama dua jam pertama setelah lahir , jumlah cairan yang

keluar dari uterus tidak boleh lebih dari jumlah maksimal yang keluar selama menstruasi .

Setelah waktu tersebut , aliran yang keluar harus semakin berkurang.

Lokia rubra terutama mengandung darah. Aliran menyembur , menjadi merah muda

atau coklat setelah 3 sampai 4 hari ( lokia serosa ). Lokia serosa terdiri dari darah lama ( old
blood ) , serum , leukosit , dan debris jaringan . sekitar 10 hari setelah bayi lahir , warna

cairan ini menjadi kuning sampai putih ( lokia alba ). Lokia alba mengandung leukosit ,

desidua , sel epitel , mucus , serum , dan bakteri. Lokia alba bisa bertahan selama 2 sampai 6

minggu setelah bayi lahir.

Pengkajian jumlah aliran lokia berdasarkan observasi tampon perineum sulit

dilakukan. Jacobson (1985 ) menganjurkan suatu metode untuk memperkirakan kehilangan

darah pasca partum secara subyektif dengan mengkaji jumlah cairan yang menodai tampon

perineum . cara mengukur lokia yang obyektif ialah dengann menimbang tampon perineum

sebelum dipakai dan setelah dilepas. Setiap peningkatan berat sebesar 1 gram setara dengan 1

ml darah . seluruh perkiraan cairan lokia tidak akurat bila factor waktu tidak

dipertimbangkan. Seorang wanita yang mengganti satu tampon perineum dalam waktu 1 jam

atau kurang mengeluarkan lebih banyak darah daripada wanita yang mengganti tampon

setelah 8 jam.

Apabila wanita mendapat pengobatan oksitosin , tanpa memandang cara

pemberiannya , lokia yang mengalir biasanya sedikit sampai efek obat hilang . setelah operasi

sesaria , jumlah lokia yang keluar biasanya lebih sedikit. Cairan lokia biasanya meningkat ,

jika klien melakukan ambulasi dan menyusui. Setelah berbaring di tempat tidur selama kurun

waktu yang lama , wanita dapat mengeluarkan semburan darah saat ia berdiri , tetapi hal ini

tidak sama dengan perdarahan.

Lokia rubra yang menetap pada wal periode pascapartum menunjukkan perdarah

berlanjut sebagai akibat fragmen plasenta atau membrane yang tertinggal. Terjadinya

perdarahan ulang setelah hari ke – 10 pasca partum menandakan adanya perdarahan pada

bekas tempat plasenta yang mulai memulih. Namun , setelah 3 sampai 4 minggu , perdarahan

mungkin disebabkan oleh infeksi atau sub involusi . Lokia serosa atau lokia alba yang

berlajut bisa menandakan endometritis , terutama jika disertai demam , rasa sakit , atau nyeri
tekan pada abdomen yang dihubungkan dengan pengeluaran cairan . Bau lokia menyerupai

bau cairan menstruasi , bau yang tidak sedap biasanya menandakan infeksi.

Perlu diingat bahwa tidak semua perdarahan pervaginam pascapartum lain ialah

laserasi vagina atau serviks yang tidak diperbaiki dan perdarahan bukan lokia.

LOKIA BUKAN LOKIA


Lokia biasanya menetes dari Apabila rabas darah
muara vagina . Aliran darah tetap menyembur dari vagina ,
keluar dalam jumlah yang lebih kemungkinan terdapat
besar saat uterus berkontraksi. robekan pada serviks , atau
vagina selain dari lokia
yang normal
Semburan lokia dapat terjadi Apabila jumlah darah
akibat masasse pada uterus . berlebihan dan berwarna
Apabila lokia berwarna gelap , merah terang , suatu
maka lokia sebelumnya terkumpul robekan dapat merupakan
di dalam vagina yang relaksasi penyebab.
dan jumlahnya segera berkurang
menjadi tetesan lokia berwarna
merah terang ( pada puerpurium
dini ).

8) Involusi Tempat Melekatnya Plasenta

Menurut Williams ( 1931 ) , ekstruksi lengkap tempat melekatnya plasenta perlu

waktu sampai 6 minggu . Proses ini mempunyai kepentingan klinis yang besar , karena bila

proses ini terganggu , dapat terjadi perdarahan nifas awitan lambat . Segera setelah pelahiran ,

tempat melekatnya plasenta kira – kira berukuran sebesar telapak tangan , tetapi dengan cepat

ukurannya mengecil . Pada akhir minggu kedua, diameternya hanya 3 cm sampai 4 cm

.Dalam waktu beberapa jam setelah pelahiran , tempat melekatnya plasenta biasanya terdiri

atas banyak pembuluh darah yang mengalami thrombosis yang selanjutnya mengalami

organisasi thrombus secara khusus.

Williams ( 1931 ) menjelaskan involusi tempat melekatnya plasenta sebagai berikut :

Involusi tidak dipengaruhi oleh absorpsi in situ , namun oleh suatu proses

eksofilasiyang sebagian besar ditimbulkan oleh berkurangnya tempat implantasi plasenta


akibat pertumbuhan jaringan endometrium. Hal ini sebagian dipengaruhi oleh perluasan dan

pertumbuhan endometrium ke bawah dari tepi – tepi melekatnya plasenta dan sebagian oleh

perkembangan jaringan endometrium dari kelenjar dan stroma yang tertinggal di bagian

dalam desidua basalis setelah pelepasan plasenta . Proses eksfoliasi semacam itu dianggap

sebagai suatu ketetapan yang bijaksana ; sebaliknya kesulitan besar akan dialami dalam

penyelapan arteri yang mengalami obliterasi dan thrombus yang mengalami organisasi , yang

bila menetap in situ , akan segera mengubah banyak bagian mukosa uterus dan miometrium

di bawahnya menjadi suatu massa jaringan perut.

Anderson dan Davis ( 1968 ) , menyimpulkan bahwa eksfoliasi tempat melekatnya

plasenta berlangsung sebagai akibat pengelupasan jaringan superficial yang mengalami infark

dan nekrotik yang diikuti oleh suatu proses perbaikan.

9) Perdarahan Postpartum Awitan Lambat

Perdarahan uterus yang serius kadang terjadi 1 sampai 2 minggu pada masa nifas

.Perdarahan paling sering disebabkan involusi abnormal tempat melekatnya plasenta , namun

dapat pula disebabkan oleh retensi sebagian plasenta. Biasanya bagian plasenta yang

tertinggal mengalami nekrosis tanpa deposit fibrin, dan pada akhirnya akan membentuk polip

plasenta . Apabila serpihan polip terlepas dari miometrium , perdarahan hebat dapat terjadi.

Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Lee dan rekan ( 1981 ) terhadap 3.822

wanita yang melahirkan dalam periode 1 – tahun di Henry Ford Hospital , 27 wanita ( 0,7

persen ) mengalami perdarahan uterus yang signifikan setelah 24 jam pertama postpartum .

Pada 20 diantara 27 wanita tersebut , uterusnya dinyatakan kosong berdasarkan pemeriksaan

sonografik , dan yang penting , hanya satu wanita yang mengalami retensi jaringan plasenta.

Telah menjadi kesepakatan umum bahwa pada perdarahan uterus postpartum awitan –

lambat , diperlukan tindakan kuretase yang sesuai . Meski demikian ,kuretase setelah

perdarahan nifas awitan lambat biasanya tidak mampu mengeluarkan jaringan plasenta dalam
jumlah banyak, dan perdarahan justru sering bertambah parah . Sehingga , alih – alih

mengurangi perdarahan , kuretase lebih mungkin menyebabkan trauma pada lokasi

implantasi dan menginduksi lebih banyak perdarahan. Penatalaksanaan awal sebaiknya

diarahkan untuk mengendalikan perdarahan dengan menggunakan oksitosin , ergonovin ,

metilergonovin , atau prostaglandin intravena ( Adrinopoulus dan Mendenhall , 1983 ) ,

terutama apabila terdapat alasan untuk mempertahankan uterus untuk kehamilan

berikutnya.Secara umum, kuretase dikerjakan hanya apabila terjadi perdarahan yang menetap

dalam jumlah cukup banyak atau berulang bahkan setelah diberi penatalaksanaan awal.

10) Regenerasi Endometrium

Dalam waktu 2 atau 3 hari setelah pelahiran , setelah desidua berdiferensiasi menjadi 2

lapisan . Stratum superficial menjadi nekrotik , dan terkelupas bersama lokhia. Stratum basal

yang bersebelahan dengan miometrium tetap utuh dan merupakan sumber pembentukan

endometrium baru. Endometrium terbentuk dari proliferasi sisa – sisa kelenjar endometrium

dan stroma jaringan ikat antarkelenjar tersebut.

Proses regenerasi endometrium berlangsung cepat , kecuali pada tempat melekatnya

plasenta. Dalam satu minggu atau lebih , permukaan bebas menjadi tertutup oleh epitel dan

seluruh endometrium pulih kembali dalam minggu ketiga. Sharman ( 1953 ) , menemukan

pemulihan endometrium lengkap pada specimen biopsy yang diambil pada hari ke – 16 atau

lebih. Yang disebut endometritis masa nifas secara histologis hanyalah bagian dari proses

perbaikan normal tersebut. Demikian pula , pada hampir separuh wanita postpartum , tuba

valopi antara hari ke – 5 sampai ke – 15 menunjukkan perubahan peradangan mikroskopik

yang merupakan gambaran khas salfingitis akut. Namun , hal ini bukan disebabkan oleh

infeksi , melainkan hanya merupakan bagian dari proses involusi ( Andrews , 1951 )

D. Perubahan Topangan Otot Panggul


Struktur penopang uterus dan vagina bisa mengalami cedera sewaktu melahirkan dan

masalah ginekologi dapat timbul di kemudian hari. Jaringan penopang dasar panggul yang

terobek atau teregang saat ibu melahirkan memerlukan waktu sampai 6 bulan untuk kembali

ke tonus semula. Istilah relaksasi panggul berhubungan dengan pemanjangan dan

melemahnya topangan permukaan struktur panggul. Struktur ini terdiri atas uterus , dinding

vagina posterior atas , uretra , kandung kemih , dan rectum. Walaupun relaksasi dapat terjadi

pada setiap wanita , tetapi biasanya merupakan komplikasi langsung yang timbul terlambat

akibat melahirkan.

2. PERUBAHAN SISTEM PENCERNAAN

Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya

tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh,

meningkatkan kolestrol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan,

kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3-

4 hari untuk kembali normal.

Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara lain:

1. Nafsu makan.

Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk

mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3–4 hari sebelum faal

usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, asupan

makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari.

2. Motilitas.

Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu

yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat

pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.


3. Pengosongan usus.

Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot usus

menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan,

enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir.

Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal.

Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain:

1. Pemberian diet / makanan yang mengandung serat.

2. Pemberian cairan yang cukup.

3. Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.

4. Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.

5. Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah atau obat yang lain.

3. PERUBAHAN SISTEM PERKEMIHAN

Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari post partum. Diuresis terjadi karena saluran

urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal setelah 4 minggu postpartum.

Pada awal postpartum, kandung kemih mengalami edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini

disebabkan oleh adanya overdistansi pada saat kalla II persalinan dan pengeluara urin yang

tertahan selama proses persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan oleh adanya trauma pada

saat persalinan berlangsung dan trauma ini dapat berkurang setelah 24 jam post partum.

4. PERUBAHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL

Seperti dengan semua sistem tubuh lainnya, sistem muskuloskeletal mengalami

perubahan selama periode postpartum. Relaxin adalah hormon yang bertanggung jawab

untuk relaksasi dari ligamen dan sendi panggul selama kehamilan. Setelah melahirkan,

tingkat relaksin mereda dan ligamen panggul dan sendi kembali ke pra-hamil negara mereka.
Namun, sendi kaki tetap diubah dan banyak klien melihat peningkatan permanen dalam

ukuran sepatu (Crum, dikutip dalam Lowdermilk & Perry, 2006).

Dinding perut yang melemah dan nada otot perut berkurang setelah kehamilan..

Beberapa klien memiliki pemisahan antara otot dinding perut, disebut diastasis recti.

Pemisahan ini sering dapat diperbaiki dengan latihan perut tertentu yang dilakukan selama

periode postpartum. Klien harus diinstruksikan untuk memulai latihan perut kapan menyusul

pengiriman vagina dan setelah nyeri tekan abdomen menyelesaikan setelah operasi caesar

(Cunningham et al., 2005). Klien juga harus diinstruksikan untuk menghindari kelelahan

selama beberapa minggu pertama setelah melahirkan.

Tingkat nyeri muskuloskeletal pada populasi remaja dan dewasa diperiksa, dengan

fokus pada tiga gangguan nyeri sering dilaporkan: nyeri bahu, nyeri punggung dan

fibromyalgia rendah / nyeri kronis yang meluas. Nyeri umumnya dilaporkan antara populasi

orang dewasa, dengan hampir seperlima luas pelaporan nyeri, nyeri bahu salah satu ketiga,

dan sampai satu setengah melaporkan nyeri punggung rendah dalam periode 1 bulan.

Prevalensi nyeri bervariasi dalam sub kelompok populasi tertentu, kelompok faktor (termasuk

status sosial ekonomi, etnis dan ras) dan faktor individu (merokok, diet, dan status psikologis)

semua terkait dengan pelaporan nyeri muskuloskeletal.

Nyeri panggul kronis pada wanita memiliki penyebab multifaktorial, tetapi disfungsi

muskuloskeletal panggul tidak secara rutin dievaluasi sebagai penyebab oleh ginekolog.

Beberapa gejala musculoskeletal yang dapat terjadi pada periode pascapartum,

diantaranya adalah:

1. Nyeri Punggung

Nyeri punggung adalah gejala pascapartum jangka panjang yang sering terjadi.

Mekanisme yang menghasilkan nyeri punggung yang dihipotesis oleh beberapa ahli peneliti
adalah ketegangan postural pada system musculoskeletal akibat posisi pada saat persalinan.

Nyeri punggung umumnya tidak berat.

2. Sakit Kepala

Sakit pada leher dan nyeri pada bahu sakit kepala jangka pendek yang timbul setelah

persalinan terjadi selama minggu pertama pascapartum dan mengalami migren dalam tiga

bulan setelah melahirkan yang berlangsung selama enam minggu. Sakit kepala pascapartum

sangat menyakitkan, timbul beberapa kali dalam satu minggu dan memengaruhi aktivitas.

Sakit kepala akibat fungsi postdural pada wanita yang mendapat anastesi epidural atau spinal

harus dimonitor. Sakit pada leher dan nyeri bahu jangka panjang telah dilaporkan timbul

setelah pemberian anastesi umum.

a. Perubahan – Perubahan Fisiologi yang terjadi pada Sistem Muskulus Skeletal dan Sistem

Syaraf pada Ibu Nifas

b. Sakit Kepala

Rasionalnya karena akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang

berlangsung lama akibat besarnya uterus selama kehamilan. Saat kehamilan juga terjadi

peregangan dinding perut dan kehilangan tonus otot selama trimesteer 3, otot rektus

abdominis tekanannya rendah menyebabkan isi menonjol di garis tengah tubuh, umbilikalis

lebih datar atau menonjol. Setelah melahirkan tonus otot kembali tetapi pemisahan otot rektus

abdominis (diastasis rektiabdominis) menetap. Setelah melahirkan normalnya diastasis rekti

sekitar 5 cm dan akan menjadi 2 cm sekitar selama 6-8 minggu.

Kebutuhannya antara lain:

 Pada saat hamil, ibu melakukan senam hamil secara rutin

 Pada saat persalinan ibu harus mengedan dengan baik

 Senam nifas

 Melakukan kegel exercise


 Fiksasi(memakai stagen)

 Ibu mengkonsumsi nurtisi yang baik(TKTP) misalnya: umbi,jagung, kentang,padi-padian,

dan lain-lain.

 Jiterjadi diastasis rekti lakukan lah pemeriksaan rektus abdominis untuk mengkaji lebar cela

antara otot rektus babdominis.

1) Ligamentum rotundum menjadi kendur (batasan normal 6 minggu)

Rasionalnya letaknya terdapat pada bagian atas lateral dari uterus, kaudal dari

insertietua, kedua ligament ini melalui kanalis inguinalis ke bagian kranial labia mayor.

Terdiri dari jaringan otot polos (identik dengan miometrium) dan jaringan ikat dan menahan

uterus dalam antefleksi. Pada waktu kehamilan mengalami hypertrophie, sehingga dapat

diraba dengan pemeriksaan luar. Setelah lahir ligamen-ligamen, diafragma pelvis dan fasia

yang meregang sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur menciut kembali. Tidak

jarang ligamentum rotundum menjadi kendur akibat letak uterus menjadi retrofleksi, yaitu

pembengkokan organ sehingga ujung atasnya berputar ke arah belakang. Masalahnya yang

ditimbulkan : perut menggantung.

2) Jaringan penopang dasar panggul (Trimium) kendur (normalnya 6-8 minggu)

Hal ini terjadi karena jaringan penopang dasar panggul yang terobek atau teregang saat

ibu melahirkan.

Kebutuhannya ialah:

 Pada saat hamil, ibu melakukan senam hamil secara rutin

 Pada saat persalinan ibu harus mengedan dengan baik

 Senam nifas

 Latihan otot panggul dengan cara kontraksi otot dasar panggul seperti pada saat

mengeluarkan napas

 Ibu mengkonsumsi nutrisi yang baik (TKTP)


3) Sendi tulang pada pinggang menjadi lentur (batas normal 6-8 minggu)

Hal ini terjadi dikarenakan saat adanya lordosis yang berat pada saat hamil dan fleksi

anterior leher serta merosotnya lingkar bahu yang menyebabkan traksi pada nervus ulnaris

dan medianus.

Kebutuhannya ialah:

 Pada waktu hamil ibu dianjurkan untuk latihan senaam hamil

 Ibu dianjurkan untuk mobilisasi seperti senam nifas

 Mengkonsumsi nutrisi yang cukup (TKTP)

4) Rongga panggul yang melebar selama kehamilan mulai berkurang (normalnya 6-8 minggu)

Ini terjadi karena saat kehamilan mobilitas sendi sakro iliaka, sakro koksigis dan sendi

pubis bertambah karena jaringan ikat pada sendi panggulnya mulai melunak, sehingga rongga

panggul menjadi lebih lebar. Namun, saat persalinan dan sesudah persalinan hormon

estrogen dan progesteron dan relaksin menurun sehingga menyebabkan pelebaran rongga

panggul berkurang.

Kebutuhannya ialah:

 Pada waktu hamil ibu dianjurkan untuk latihan senam hamil

 Kegel exercise

 Ibu dianjurkan melakukan senam nifas

 Ibu mengkonsumsi nutrisi yang baik(TKTP)

5) Bertambahnya tingkat mobilitas dan kelenturan sendi (normalnya 8 minggu) ini terjadi pada

6-8 minggu pasca persalian.Hal ini terjadi karena perubahan hormon estrogen, progesteron

dan relaksin selama kehamilan sehingga mengurangi kepadatan jaringan penghubung,

kartilago, dan ligamen serta jumlah cairan sinovial. Stabilisasi

Kebutuhannya ialah:

 Pada waktu hamil ibu dianjurkan untuk latihan senam hamil


 Kegel exercise

 Ibu dianjurkan melakukan senam nifas

 Ibu mengkonsumsi nutrisi yang baik(TKTP)

6) Otot-otot ekstrimitas menjadi lebih kaku (normalnya 6-8 bulan)

Kebutuhan kalsium pada saat hamil bertambah dikarenakan terjadi pembentukan tulang

bagi janin, jika ibu tidak memenuhi kebutuhan kalsiumnya, maka kalsium ibu akan berkurang

karena digunakan janin. Akibatnya akan timbul kram dan kesemutan pada kaki dan akhirnya

berdampak pada osteoporosis.

Kebutuhannya ialah:

 Selama hamil ibu dianjurkan untuk mengatur posisi sebaik mungkin saat beraktifitas maupun

saat istirahat.

 Saat persalinan ibu mengambil posisi bersalin yang senyaman mungkin dan mengedan

dengan baik

 Senam nifas

 Latihan mengatur posisi tubuh agar kembali keposisi semula

 Mengkonsumsi makanan yang ber nutrisi dan mengandung kalsium

 Ibu mengkonsumsi nutrisi yang baik (TKTP)

5. PERUBAHAN SISTEM ENDOKRIN

Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai kelenjar

sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-

hormon secara langsung ke dalam aliran darah. Hormon berperan sebagai pembawa pesan

untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh. Beberapa dari organ endokrin ada

yang menghasilkan satu macam hormon disamping itu juga ada yang menghasilkan lebih dari

satu macam hormon misalnya kelenjar hipofise sebagai pengatur kelenjar yang lain.
Organ utama dari sistem endokrin adalah :

1. Hipotalamus

2. Kelenjar hipofise

3. Kelenjar tiroid

4. Kelenjar paratiroid

5. Pulau-pulau pankreas

6. Kelenjar adrenal

7. Skrotum

8. Indung telur

Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin

Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan

fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis

tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan

karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang

mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi

dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf.

Bila sistem endokrin umumnya bekerja melalui hormon, maka sistem saraf bekerja

melalui neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf.

Terdapat dua tipe kelenjar yaitu eksokrin dan endokrin. Kelenjar eksokrin melepaskan

sekresinya ke dalam duktus pada permukaan tubuh, seperti kulit, atau organ internal, seperti

lapisan traktus intestinal. Kelenjar endokrin termasuk hepar, pankreas (kelenjar eksokrin dan

endokrin), payudara, dan kelenjar lakrimalis untuk air mata. Sebaliknya, kelenjar endokrin

melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah. Kelenjar endokrin termasuk :

1. Pulau Langerhans pada Pankreas

2. Gonad (ovarium dan testis)


3. Kelenjar adrenal, hipofise, tiroid dan paratiroid, serta timus

Sistem endokrin mempunyai lima fungsi umum :

1. Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang

berkembang.

2. Menstimulasi urutan perkembangan

3. Mengkoordinasi sistem reproduktif

4. Memelihara lingkungan internal optimal

5. Melakukan respons korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darurat

Peran hipotalamus dan kelenjar hipofise

Dua kelenjar endokrin yang utama adalah hipotalamus dan hipofise. Aktivitas

endokrin dikontrol secara langsung dan tak langsung oleh hipotalamus, yang menghubungkan

sistem persarafan dengan sistem endokrin. Dalam berespons terhadap input dari area lain

dalam otak dan dari hormon dalam darah, neuron dalam hipotalamus mensekresi beberapa

hormon realising dan inhibiting. Hormon ini bekerja pada sel-sel spesifik dalam kelenjar

pituitary yang mengatur pembentukan dan sekresi hormon hipofise. Hipotalamus dan kelenjar

hipofise dihubungkan oleh infundibulum. Hormon yang disekresi dari setiap kelenjar

endokrin dan kerja dari masing-masing hormon. Perhatikan bahwa setiap hormon yang

mempengaruhi organ dan jaringan terletak jauh dari tempat kelenjar induknya. Misalnya

oksitosin, yang dilepaskan dari lobus posterior kelenjar hipofise, menyebabkan kontraksi

uterus. Hormon hipofise yang mengatur sekresi hormon dari kelenjar lain disebut hormon

tropik. Kelenjar yang dipengaruhi oleh hormon disebut kelenjar target.

1. Struktur dan fungsi hipotalamus

Hipotalamus terletak di batang otak tepatnya di dienchepalon, dekat dengan ventrikel otak

ketiga (ventrikulus tertius). Hipotalamus sebagai pusat tertinggi sistem kelenjar endokrin

yang menjalankan fungsinya melalui humoral (hormonal) dan saraf. Hormon yang dihasilkan
hipotalamus sering disebut faktor R dan I mengontrol sintesa dan sekresi hormon hipofise

anterior sedangkan kontrol terhadap hipofise posterior berlangsung melalui kerja saraf.

Pembuluh darah kecil yang membawa sekret hipotalamus ke hipofise disebut portal

hipotalamik hipofise. Hormon-hormon hipotalamus antara lain:a. ACTH : Adrenocortico

Releasing Hormonb. ACIH : Adrenocortico Inhibiting Hormonc. TRH : Tyroid Releasing

Hormpnd. TIH : Tyroid Inhibiting Hormone. GnRH : Gonadotropin Releasing Hormonf.

GnIH : Gonadotropin Inhibiting Hormong. PTRH : Paratyroid Releasing Hormonh. PTIH :

Paratyroid Inhibiting Hormoni. PRH : Prolaktin Releasing Hormonj. PIH : Prolaktin

Inhibiting Hormonk. GRH : Growth Releasing Hormonl. GIH : Growth Inhibiting Hormonm.

MRH : Melanosit Releasing Hormonn. MIH : Melanosit Inhibiting Hormon. Hipotalamus

sebagai bagian dari sistem endokrin mengontrol sintesa dan sekresi hormon-hormon hipofise.

Hipofise anterior dikontrol oleh kerja hormonal sedang bagian posterior dikontrol melalui

kerja saraf.

2. Struktur dan Fungsi Hipofise

Hipofise terletak di sella tursika, lekukan os spenoidalis basis cranii. Berbentuk oval

dengan diameter kira-kira 1 cm dan dibagi atas dua lobus Lobus anterior, merupakan bagian

terbesar dari hipofise kira-kira 2/3 bagian dari hipofise. Lobus anterior ini juga disebut

adenohipofise. Lobus posterior, merupakan 1/3 bagian hipofise dan terdiri dari jaringan saraf

sehingga disebut juga neurohipofise. Hipofise stalk adalah struktur yang menghubungkan

lobus posterior hipofise dengan hipotalamus. Struktur ini merupakan jaringan saraf.

Selama kehamilan, plasenta juga bertindak sebagai suatu kelenjar endokrin.

Hipotalamus melepaskan sejumlah hormon yang merangsang hipofisa, beberapa

diantaranya memicu pelepasan hormon hipofisa dan yang lainnya menekan pelepasan

hormon hipofisa. Kelenjar hipofisa disebut kelenjar penguasa karena hipofisa

mengkoordinasikan berbagai fungsi dari kelenjar endokrin lainnya. Beberapa hormon


hipofisa memiliki efek langsung, beberapa lainnya secara sederhana mengendalikan

kecepatan pelepasan hormon oleh organ lainnya. Hipofisa mengendalikan kecepatan

pelepasan hormonnya sendiri melalui mekanisme umpan balik, dimana kadar hormon

endokrin lainnya dalam darah memberikan sinyal kepada hipofisa untuk memperlambat atau

mempercepat pelepasan hormonnya.

Tidak semua kelenjar endokrin berada dibawah kendali hipofisa;

beberapa diantaranya memberikan respon, baik langsung maupun tidak langsung, terhadap

konsentrasi zat-zat di dalam darah. Sel-sel penghasil insulin pada pankreas memberikan

respon terhadap gula dan asam lemak, sel-sel paratiroid memberikan respon terhadap kalsium

dan fosfat medulla adrenal (bagian dari kelenjar adrenal) memberikan respon terhadap

perangsangan langsung dari sistem saraf parasimpatis. Banyak organ yang melepaskan

hormon atau zat yang mirip hormon, tetapi biasanya tidak disebut sebagai bagian dari sistem

endokrin. Beberapa organ ini menghasilkan zat-zat yang hanya beraksi di tempat

pelepasannya, sedangkan yang lainnya tidak melepaskan produknya ke dalam aliran darah.

Contohnya, otak menghasilkan berbagai hormon yang efeknya terutama terbatas pada sistem

saraf.

HORMON

Hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu kelenjar atau organ,

yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel-sel. Sebagian besar hormon merupakan protein

yang terdiri dari rantai asam amino dengan panjang yang berbeda-beda. Sisanya merupakan

steroid, yaitu zat lemak yang merupakan derivat dari kolesterol. Hormon dalam jumlah yang

sangat kecil bisa memicu respon tubuh yang sangat luas. Hormon terikat kepada reseptor di

permukaan sel atau di dalam sel. Ikatan antara hormon dan reseptor akan mempercepat,

memperlambat atau merubah fungsi sel. Pada akhirnya hormon mengendalikan fungsi dari

organ secara keseluruhan. Hormon mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan,


perkembangbiakan dan ciri-ciri seksual. Hormon mempengaruhi cara tubuh dalam

menggunakan dan menyimpan energi. Hormon juga mengendalikan volume cairan dan kadar

air dan garam di dalam darah.

Beberapa hormon hanya mempengaruhi 1 atau 2 organ, sedangkan hormon yang lainnya

mempengaruhi seluruh tubuh. Misalnya, TSH dihasilkan oleh kelenjar hipofisa dan hanya

mempengaruhi kelenjar tiroid. Sedangkan hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid, tetapi

hormon ini mempengaruhi sel-sel di seluruh tubuh. Insulin dihasilkan oleh sel-sel pankreas

dan mempengaruhi metabolisme gula, protein serta lemak di seluruh tubuh.

PENGENDALIAN ENDOKRIN

Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di dalam darah

bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi tubuh.

Untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon harus diatur dalam

batas-batas yang tepat. Tubuh perlu merasakan dari waktu ke waktu apakah diperlukan lebih

banyak atau lebih sedikit hormon. Hipotalamus dan kelenjar hipofisa melepaskan hormonnya

jika merasakan bahwa kadar hormon lainnya yang di kontrol terlalu tinggi atau terlalu rendah.

Hormon hipofisa lalu masuk ke dalam aliran darah untuk merangsang aktivitas di kelenjar

target. Jika kadar hormon kelenjar target dalam darah mencukupi, maka hipotalamus dan

kelenjar hipofisa mengetahui bahwa tidak diperlukan perangsangan lagi dan akhirnya

berhenti melepaskan hormon. Sistem umpan balik ini mengatur semua kelenjar yang berada

di bawah kendali hipofisa.

Hormon tertentu yang berada dibawah kendali hipofisa memiliki fungsi yang memiliki

jadwal tertentu. Misalnya, suatu siklus menstruasi wanita melibatkan peningkatan sekresi LH

dan FSH oleh kelenjar hipofisa setiap bulannya. Hormon estrogen dan progesteron pada

indung telur juga kadarnya mengalami turun-naik setiap bulannya. Faktor-faktor lainnya juga

merangsang pembentukan hormon. Prolaktin (hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar


hipofisa) menyebabkan kelenjar susu di payudara menghasilkan susu. Isapan bayi pada

puting susu merangsang hipofisa untuk menghasilkan lebih banyak prolaktin. Isapan bayi

juga meningkatkan pelepasan oksitosin yang menyebabkan mengkerutnya saluran susu

sehingga susu bisa dialirkan ke mulut bayi. Kelenjar semacam pulau pakreas dan kelenjar

paratiroid, tidak berada dibawah kendali hipofisa. Mereka memiliki sistem sendiri untuk

merasakan apakah tubuh memerlukan lebih banyak atau lebih sedikit hormon. Misalnya

kadar insulin meningkat segera setelah makan karena tubuh harus mengolah gula dari

makanan. Jika kadar insulin terlalu tinggi, kadar gula darah akan turun sampai sangat rendah.

Kadar hormon lainnya bervariasi berdasarkan alasan yang kurang jelas. Kadar kortikosteroid

dan hormon pertumbuhan tertinggi ditemukan pada pagi hari dan terendah pada senja hari.

Alasan terjadinya hal ini belum sepenuhnya dimengerti. Hormon yang menghasilkan fungsi

aldosteron kelenjar adrenal membantu mengatur keseimbangan garam dan air dengan cara

menahan garam dan air serta membuang kalium.

Hormon antidiuretik kelenjar hifosa menyebabkan ginjal menahan air bersama dengan

aldosteron, membantu mengendalikan tekanan darah. Kortikosteroid Kelenjar adrenal

Memiliki efek yg luas di seluruh tubuh, terutama sebagai:

 Anti peradangan

 Mempertahankan kadar gula darah, tekanan darah & kekuatan otot

 Membantu mengendalikan keseimbangan garam dan air. kortikotropin kelenjar

hipofisa mengendalikan pembentukan dan pelepasan hormon oleh korteks adrenal.

Eritropoietin

Ginjal merangsang pembentukan sel darah merah. Estrogen indung telur mengendalikan

perkembangan ciri seksual dan sistem reproduksi wanita. Glukagon Pankreas Meningkatkan

kadar gula darah. Hormon pertumbuhan Kelenjar hipofisa Mengendalikan pertumbuhan dan

perkembangan.
 Meningkatkan pembentukan protein insulin pankreas.

 Menurunkan kadar gula darah

 Mempengaruhi metabolisme glukosa, protein & lemak di seluruh tubuh.

 Mengendalikan fungsi reproduksi (pembentukan sperma & sementum, pematangan

sel telur, siklus menstruasi

 Mengendalikan ciri seksual pria & wanita (penyebaran rambut, pembentukan otot,

tekstur dan ketebalan kulit). Oksitosin Kelenjar hipofisa Menyebabkan kontraksi otot

rahim & saluran susu di payudara. Hormon paratiroid Kelenjar paratiroid

Mengendalikan pembentukan tulang

 Mengendalikan pelepasan kalsium dan fosfat. Progesteron Indung telur

Mempersiapkan lapisan rahim untuk penanaman sel telur yg telah dibuahi.

 Mempersiapkan kelenjar susu untuk menghasilkan susu

Polaktin Kelenjar hipofisa Memulai & mempertahankan pembentukan susu di kelenjar

susu. Renin & angiotensin Ginjal Mengendalikan tekanan darah. Hormon tiroid Kelenjar

tiroid Mengatur pertumbuhan, pematangan & kecepatan metabolisme

TSH (tyroid-stimulating hormone). Kelenjar hipofisa Merangsang pembentukan &

pelepasan hormon oleh kelenjar tiroid

PERUBAHAN SISTEM ENDOKRIN PADA IBU NIFAS

Setelah melahirkan, sistem endokrin kembali kepada kondisi seperti sebelum hamil.

Hormon kehamilan mulai menurun segera setelah plasenta keluar. Turunnya estrogen dan

progesteron menyebabkan peningkatan prolaktin dan menstimulasi air susu. Perubahan

fisioligis yang terjadi pada wanita setelah melahirkan melibatkan perubahan yang progresif

atau pembentukan jaringan-jaringan baru. Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat

perubahan pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses

tersebut.
Hormon yang berperan dalam sistem endokrin sebagai berikut :

a. Oksitosin

Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama tahap kala III

persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan

kontraksi, sehingga mencegah pendarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan

sekresi oksitosin yang dapat membantu uterus kembali kebentuk normal.

b. Prolaktin

Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitari bagian

belakang untuk mengeluarkan prolaktin. Hormon ini berperan dalam pembesaran payudara

untuk merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap

tinggi dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita

yang tidak menyusui tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14 sampai 21 hari setelah

persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah depan otak yang mengontrol ovarium

kearah permulan pola produksi estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan folikel

ovulasi dan menstruasi.

c. Estrogen dan progesteron

Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya secara penuh

belum dimengerti. Diperkirakan bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon

antidiuretik yang meningkatkan volume darah. Disamping itu, progesteron mempengaruhi

otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah yang sangat

mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva,

serta vagina.

d. Hormon plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Human chorionic

gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga

hari ke 7 postpartum dan sebagai omset pemenuhan mammae pada hari ke 3 postpatum.

Penurunan hormone human plecenta lactogen (Hpl), estrogen dan kortiosol, serta placenta

enzyme insulinasi membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah

menurun secara yang bermakna pada masa puerperium. Kadar estrogen dan progesterone

menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, kadar terendahnya di capai kira-kira satu

minggu pacapartum. Penurunan kadar ekstrogen berkaitan dengan pembekakan payudara dan

dieresis ekstraseluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil. Pada wanita yang tidak

melahirkan tidak menyusui kadar ekstrogen mulai meningkat pada minggu ke 2 setelah

melahirkan dan lebih tinggi dari pada wanita yang menyusui pada postpartum hari ke 17.

e. Hormon hipofisis dan fungsi ovarium

Waktu mulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak menyusui

berbeda. Kadar proklatin serum yang tinggi pada wanita menyusui berperan dalam menekan

ovulasi karena kadar hormone FSH terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui,

di simpulkan ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin

meningkat. Kadar prolaktin meningkat secara pogresif sepanjang masa hamil. Pada wanita

menyusui kadar prolaktin tetap meningkat sampai minggu ke 6 setelah melahirkan. Kadar

prolaktin serum dipengaruhi oleh kekerapan menyusui, lama setiap kali menyusui dan banyak

makanan tambahan yang diberikan. Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan

mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi. Sering kali menstruasi pertama itu

bersifat anovulasi yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron. Di antara

wanita laktasi sekitar 15 % memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12
minggu dan 90% setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi

dan untuk wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama anovulasi.

6. PERUBAHAN TANDA-TANDA VITAL

a) Suhu badan

24 jam post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5⁰C - 38⁰C) sebagai akibat kerja

keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan,apabila dalam keadaan normal suhu

badan akan biasa lagi. Pada hari ketiga suhu badan akan naik lagi karena ada pembentukan

ASI. Buah dada menjadi bengkak,berwarna merah karena banyaknya ASI bila suhu tidak

turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium,mastitis,traktus urogenitalis atau

system lain. Kita anggap nifas terganggu kalau ada demam lebih dari 38⁰C pada 2 hari

berturut-turut pada 10 hari yang pertama post partum,kecuali hari pertama dan suhu harus

diambil sekurang-kurangnya 4X sehari.

b) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan

biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 adalah

abnormal dan hal ini mungkin disebabkan oleh infeksi atau perdarahan postpartum yang

tertunda.

Sebagian wanita mungkin saja memiliki apa yng disebut bradikardi nifas (puerperal

bradycardia) hal ini terjadi segera setelah kelahiran an biasa berlanjut sampai beberapa jam

setelah kelahiran anak. Wanita semacam ini bisa memiliki angka denyut jantung serendah 40-

50 detak permenit. Sudah banyak alas an-alasan yang diberikan sebagai kemungklinan
penyebab,tetap[I belum satupun yang sudah terbukti. Bradycardia semacam itu bukanlah astu

alamat atau indikasi adanya penyakit,akan tetapi sebagai satu tanda keadaan kesehatan.

c) Tekanan darah

Biasanya tidak berubah,kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan

karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya

preeklamsi postpartum.

d) Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Apabila

suhu dan denyut nadi tidak normal,pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan

khusus pada saluran pernafasan.

7. PERUBAHAN SYSTEM KARDIOVASKULER

Pada persalinan per vaginam kehilangan darah sekitar 300-400cc. bila kelahiran bayi

melalui sectin caesaria kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume

darah dan hemokonsentrasi akan naik dan pada section caesaria haemokonsentrasi cenderung

stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu.

Setelah melahirkan shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relative

akan bertambah,keadaan ini akan menimbulkan beban pada jantung menimbulkan

dekompensasi jantung pada penderita vitium cordial. Untuk keadaan ini dapat diatasi dengan

mekanisme kompensasi dengan timbulnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali

seperti sediakala. Umunya hal ini dapat terjaddi pada hari ke-3 sampai hari ke-5 postpartum.

8. PERUBAHAN HAEMOTOLOGI

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan,kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-

faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum,kadar fibrinogen dan

plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas

meningkatkan factor pembekuan darah Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah
putih dapat mencapai 15.000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa jumlah sel

darah putih pertama dari masa postpartum. Jumlah sel darah puith tersebut masih bisa naik

lagi sampai 25.000-30000 tanoa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami

persalinan lama. Jumlah hemoglobin,hemotokrit, dam eritrosit akan sangat bervariasi pada

awal-awal masa postpartum sebagai akibat dari volume darah,volume placenta dan tingkat

volume darah yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan

hidrasi wanita tersebut. Kira-kirea selama kelahiran dan masa postpartum terjadi kehilangan

darah sekitar 250-500 ml. penurunan volume dan peningkatan sel darah merah pada

kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke3-7

postpartum dan akan kembali normal dalam 4-5 minggu postpartum.

REFERENSI:
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/07/perubahan-tanda-tanda-vital-masa-
nifas.html#ixzz2MC3we12U
Bobak Irene, Lowdermik Deitra Leonard, Jensen Margaret Duncan. 2005.

Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC

Cuningham, Gant, Leveno dkk.2004. Obstetri Williams edisi 21. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, Sarwono.2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka

Varney,Helen, dkk. 2003.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4.Jakarta :EGC

http://nandheastri-fine.blogspot.com/2011/11/makalah-perubahan-fisiologi-sistem.html

http://delvita-pratiwi.blogspot.com/2012/06/perubahan-fisiologis-masa-nifas.html

http://dwieriznia.blogspot.com/2011/04/perubahan-fisiologis-masa-nifas-pada.html

http://catatanduniabaru.blogspot.com/2012/03/perubahan-muskuluskeletal-pada-post.html

http://mayuputri.blogspot.com/2012/06/perubahan-sistem-endokrin-masa-nifas.html

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal , bahiyatun, S. Pd, S.Si.T, EGC, 2008, jakarta

Anda mungkin juga menyukai