Anda di halaman 1dari 20

Payudara wanita dewasa berlokasi dalam fascia superficial dari dinding depan dada.

Dasardari payudara terbentang dari iga kedua di sebelah atas sampai iga keenam atau ketujuh
disebelah bawah, dan dari sternum batas medialnya sampai ke garis midaksilrasis sebagai
batas lateralnya. Duapertiga dasar tersebut terletak di depan M.pectoralis major dan sebagian
M.serratus anterior. Sebagian kecil terletak di atas M.obliquus externus.
Pada 95% wanita terdapat perpanjangan dari kuadran lateral atas sampai ke aksila.
Ekor ini (tail of Spence) dari jaringan mammae memasuki suatu hiatus (dari Langer) dalam
fascia sebelahdalam dari dinding medial aksilaI. Hanya ini jaringan mammae yang ditemukan
secara normal dibawah fascia sebelah dalam. 1,2

Gambar 2.3. Potongan sagital mammae dan dinding dada sebelah depan
Setiap payudara terdiri dari 15 sampai 20 lobus, beberapa lebih besar dari pada yang
lainnya, berada dalam fascia superficial, dimana dihubungkan secara bebas dengan fascia
sebelah dalam. Lobus-lobus ini beserta duktusnya adalah kesatuan dalam anatomi, bukan
kesatuan dalam bedah. Suatu biopsy payudara bukan suatu lobektomi, dimana pada prosedur
semacam itu, sebagian dari 1 atau lebih lobus diangkat. Antara fascia superficial dan yang
sebelah dalam terdapat ruang retromammary (submammary) yang mana kaya akan limfatik.
Lobus-lobus parenkim beserta duktusnya tersusun secara radial berkenaan dengan
posisidari papilla mammae, sehingga duktus berjalan sentral menuju papilla seperti jari-jari
roda berakhir secara terpisah di puncak dari papilla. Segmen dari duktus dalam papilla
merupakan bagian duktus yang tersempit. Oleh karena itu, sekresi atau pergantian sel-sel

cenderung untuk terkumpul dalam bagian duktus yang berada dalam papilla, mengakibatkan
ekspansi yang jelas dari duktus dimana ketika berdilatasi akibat isinya dinamakan lactiferous
sinuse.
Pada area bebas lemak di bawah areola, bagian yang dilatasi dari duktus laktiferus (
lactiferous sinuses) merupakan satu-satunya tempat untuk menyimpan susu. Intraductal
papillomas sering terjadi disini. Ligamentum suspensori Cooper membentuk jalinan yang
kuat, pita jaringan ikat berbentuk ireguler menghubungkan dermis dengan lapisan dalam dari
fascia superfisial, melewati lobus-lobus parenkim dan menempel ke elemen parenkim dan
duktus. Kadang-kadang fascia superfisial terfiksasi ke kulit, sehingga tidak mungkin
dilakukan total mastectomy subkutan yang ideal. Dengan adanya invasi keganasan, sebagian
dari ligamentum Cooper akan mengalami kontraksi, menghasilkan retraksi dan fiksasi atau
lesung dari kulit yang khas. Ini berbeda dengan penampilan kulit yang kasar dan ireguler
yang disebut peau d'orange, dimana pada peau d'orange perlekatan subdermal dari folikelfolikel rambut dan kulit yang bengkak menghasilkan gambaran cekungan dari kulit. 1,2
Suplai darah
Vaskularisasi mammae terdiri dari arteri dan vena yaitu:
1. Arteri.
a. Cabang-cabang perforantes A. mammaria interna (A. thoracica interna)
b. Cabang lateral dari A. intercostalis posteriorc.
c. Cabang-cabang dari A. Axillaris
d. A. thoracodorsalis yang merupakan cabang A. Subscapularis
2. Vena.
a. Cabang-cabang perforantes V. thoracica interna
b. Cabang-cabang V. axillaris yang terdiri dari V. thoraco-acromialis, V.
thoracica lateralisdan V thoraco dorsalis
c. Vena-vena kecil yang bermuara pada V. Intercostalis
Mammae diperdarahi dari 2 sumber, yaitu A. thoracica interna, cabang dari A.
axillaries, dan A.intercostal.

Gambar 2.6. A. Pada 18% individu, payudara diperdarahi oleh arteri


internal thoracic, axillary, dan intercostals. B. Pada 30%, kontribusi dari
A.aksilaris tidak berarti. C.Pada 50%, A.intercostal hanya sedikit kontribusinya
Vena aksilaris, vena thoracica interna, dan vena intercostals 3-5 mengalirkan darah
dari kelenjar mamma. Vena-vena ini mengikuti arterinya.
Vena aksilaris terbentuk dari gabungan vena brachialis dan vena basilica, terletak di
medial atau superficial terhadaop arteri aksilaris, menerima juga 1 atau 2 cabang pectoral dari
mammae. Setelah vena ini melewati tepi lateral dari iga pertama, vena ini menjadi vena
subclavia. Dibelakang, vena intercostalis berhubungan dengan sistem vena vertebra dimana
masuk vena azygos, hemiazygos, dan accessory hemiazygos, kemudian mengalirkan ke
dalam vena cava superior. Ke depan, berhubungan dengan brachiocephalica. Melaui jalur
kedua jalur pertama, metastasis ca mammae dapat mencapai paru-paru. Melalui jalur ketiga,
metastasis dapat ke tulang dan system saraf pusat. 1

Gambar 2.7. Diagram potongan frontal mammae kanan menunjukkan jalur


drainase vena. A. Drainase medial melalui internal thoracic vein ke jantung kanan. the
right heart. B. Drainage posterior ke vertebral veins. C. Drainase lateral ke intercostal,
superior epigastric veins , dan hati. D. Darinase superior lateral superior melalui vena
aksilaris ke jantung kanan.1
Aliran limfatik
Kelenjar getah bening dari regio mammae terdapat dalam kelompok inkonstan yang
bervariasi. Seringnya pembagian menurut Haagensen. Klasifikasi utama Haagensen adalah
axillary dan internal thoracic (mammary).
1. Drainase Aksilaris (35.3 nodes).
Group 1. External mammary nodes (1.7 nodes).
Group ini juga dikenal sebagai anterior pectoral nodes. Ini terletak sepanjang batas
lateral dari M. pectoralis minor, di bawah M. pectoralis major, sepanjang sisi medial
dari aksila mengikuti aliran lateral thoracic artery pada dinding dada, mulai dari iga 26. Di bawah areola terdapat perluasan jaringan pembuluh-pembuluh limfatik,
dinamakan subareolar plexus of Sappey.
Group 2. Scapular nodes (5.8 nodes).
Terletak di atas pembuluh-pembuluh darah subsakapular.Limfatik dari KGB ini salng
berhubungan dengan pembuluh limfe intercistal.
Group 3. Central nodes (12.1 nodes).
Merupakan kelompok kelenjar getah bening yang terbesar, merupakan KGB yang
paling mudah dipalpasi di aksila karena ukurannya yang besar. Ketika KGB ini
membesar, dapat menekan intercostobrachial nerve, cabang kutaneus lateral dari
second atau third thoracic nerve, dapat timbul nyeri.
Group 4. Interpectoral nodes (Rotter's nodes) (1.4 nodes).

Terletak antara otot pektoralis mayor dan minor, sering terdapat tunggal. Merupakan
kelompok KGB terkecil dari KGB aksila dan tidak dapat ditemukan walaupun M.
pectoralis major diangkat.
Group 5. Axillary vein nodes (10.7 nodes).
Merupakan kelompok KGB terbesar kedua di aksila. Terletak di permukaan ventral
dan kaudal dari bagian lateral vena aksilaris.
Group 6. Subclavicular nodes (3.5 nodes).
Terletak pada permukaan ventral dan kaudal dari bagian medial vena aksilaris.
2. Drainase Internal Thoracic (Mammary) (8.5 Nodes)
Pembuluh-pembuluh limfatik timbul dari tepi medial mammae pada fascia
pectoralis. KGB ini juga menerima trunkus limfatikus dari kulit mammae
kontralateral, hati, diafragma, rectuss heath, bagian atas rectus abdominis. KGB
sekitar 4-5 setiap sisinya, kecil, dan biasanya dalam lemak dan jaringan ikat dari
ruang interkosta. Saluran ini bermuara ke ductus thoracicus atau ductus limfatikus
dextra. Rute ke vena aksilaris lebih pendek daripada rute aksila.1
Dalam staging, bila ditemukan metastasis ke KGB supraclavicular, cervical,
atau contra lateral internal mammary dianggap telah mengadakan metastasis jauh
(M1). Yang termasuk KGB regional :
1. KGB aksila (ipsilateral) : interpectoral (Rotter's) nodes dan KGB sepanjang vena
aksilarisdan bagian-bagiannya yang dapat dibagi ke dalam beberapa tingkat:
a. Level I (low axilla): KGB lateral dari tepi lateral M pectoralis minor
b. Level II (midaxilla): KGB antara tepi medial dan lateral M pectoralis minor
dan KGB interpectoral (Rotter's)
c. Level III (apical axillary): KGB medial dari tepi medial M pectoralis minor
termasuk subclavicular, infraclavicular, or apical
Catatan : KGB intramammary disandikan sebagai KGB aksila.
2. Internal mammary (ipsilateral): KGB di ruang intercosta sepanjang tepi sternum
dalam fascia endothoracica. 1

Gambar 2.10. Kelompok kelenjar getah bening aksila. Level I meliputi beberapa
kelenjar getah bening yang terletak lateral dari M. Pectoralis minor, Level II meliputi
beberapa kelenjar getah bening yang terletak di bawah M. Pectoralis minor, Level III
meliputi beberapa kelenjar getah bening yang terletak medial dari M. Pectoralis minor.
1

Persarafan
Persarafan kulit mammae bersifat segmental dan berasal dari segmen dermatom T2 sampai
T6. Jaringan kelenjar mammae sendiri diurus oleh sistem saraf otonom. Pada prinsipnya
inervasi mammae berasal dari N. intercostalis IV, V, VI dan cabang dari plexus cervicalis.2
Pengetahuan mengenai lokasi struktur saraf utama pada axilla sangatlah penting guna
mengenal komplikasi dari diseksi pada daerah axilla. Saraf N. thoracalis berada di sepanjang
dinding thorax pada sisi medial dari axilla. Nervus ini mempersarafi M. serratus anterior dan
fiksasi scapula pada dinding dada saat melakukan ekstensi lengan. Cedera pada N. thoracalis
ini dapat menyebabkan deformitas pada scapula. N. Thoracodorsal mempersarafi M.
Latissimusdorsi. Cedera pada saraf ini dapat menyebabkan ketidak mampuan lengan untuk
melakukan abduksi dan rotasi eksterna. Di daerah ruang axilla terdapat Nervus sensoris
intercostobrachialis (N.Cutaneous brachialis), dimana cedera pada saraf ini dapat
mengakibatkan mati rasa atau dysesthesia di sepanjang permukaan medial dan posterior
lengan, juga mati rasa pada kulit axilladi sepanjang dinding dada yang dipersarafinya. Pada
diseksi axilla saraf ini sukar disingkirkan sehingga sering terjadi mati rasa pasca bedah.(1,2)
Mammae dipersarafi oleh nervus intercosta 2-6, dengan cabang-cabangnya melewati
permukaan kelenjar. Dua cabang mammae dari nervus kutaneus lateral keempat juga
mempersarafi papilla mammae.

Gambar 2.11. Saraf-saraf perifer penting yang ditemukan selama mastectomy

Tumor Jinak Payudara


Definisi3
Tumor jinak mammae ialah lesi jinak yang berasal dari dari parenkim, stroma, areola
dan papilla mamma. Termasuk : Tumor jinak jaringan lunak mamma, lipoma, hemangioma
mamma dan displasia mamma.
Manifestasi Klinis3
Tumor jinak mamma maupun tumor non neoplasma bermanifestasi sebagai:
1. Tumor pada mamma.
2. Jaringan mamma yang padat dan noduler.
3. Nyeri pada mamma.
Benjolan jinak pada payudara
(3,4)
Kebanyakan benjolan jinak pada payudara berasal dari perubahan normal
padaperkembangan payudara, siklus hormonal, dan perubahan reproduksi. Terdapat 3
sikluskehidupan yang dapat menggambarkan perbedaan fase reproduksi pada kehidupan
wanita yangberkaitan dengan perubahan payudara, yaitu :

1.

Pada fase reproduksi awal (15-25 tahun) terdapat pembentukan duktus dan
stromapayudara. Pada periode ini umumnya dapat terjadi benjolan FAM dan juvenil
hipertrofi(perkembangan payudara berlebihan).2.

Periode reproduksi matang (25-40 tahun). Perubahan siklus hormonal


mempengaruhikelenjar dan stroma payudara.3.

Fase ketiga adalah involusi dari lobulus dan duktus yang terjadi sejak usia 35-55
tahun.

Jenis-Jenis Tumor Jinak Payudara


2.3.1 Fibrokistik
Penyakit fibrokistik atau dikenal juga sebagai mammary displasia adalah benjolan
payudara yang sering dialami oleh sebagian besar wanita. Benjolan ini harus dibedakan
dengan keganasan. Penyakit fibrokistik pada umumnya terjadi pada wanita berusia 25-50
tahun (>50%).
Kelainan fibrokistik pada payudara adalah kondisi yang ditandai penambahan
jaringan fibrous dan glandular. Manifestasi dari kelainan ini terdapat benjolan fibrokistik
biasanya multipel, keras, adanya kista, fibrosis, benjolan konsistensi lunak, terdapat
penebalan, dan rasa nyeri. Kista dapat membesar dan terasa sangat nyeri selama periode
menstruasi karena hubungannya dengan perubahan hormonal tiap bulannya. Wanita dengan
kelainan fibrokistik mengalami nyeri payudara siklik berkaitan dengan adanya perubahan
hormon estrogen dan progesteron. Biasanya payudara teraba lebih keras dan benjolan pada
payudara membesar sesaat sebelum menstruasi. Gejala tersebut menghilang seminggu setelah
menstruasi selesai. Benjolan biasanya menghilang setelah wanita memasuki fase menopause.
Pembengkakan payudara biasanya berkurang setelah menstruasi berhenti. Kelainan
fibrokistik dapat diketahui dari pemeriksaan fisik, mammogram, atau biopsi. Biopsi
dilakukan terutama untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis kanker. Perubahan
fibrokistik biasanya ditemukan pada kedua payudara baik di kuadran atas maupun bawah.
Evaluasi pada wanita dengan penyakit fibrokistik harus dilakukan dengan seksama
untuk membedakannya dengan keganasan. Apabila melalui pemeriksaan fisik didapatkan
benjolan difus (tidak memiliki batas jelas), terutama berada di bagian atas-luar payudara
tanpa ada benjolan yang dominan, maka diperlukan pemeriksaan mammogram dan
pemeriksaan ulangan setelah periode menstruasi berikutnya. Apabila keluar cairan dari
puting, baik bening, cair, atau kehijauan, sebaiknya diperiksakan tes hemoccult untuk
pemeriksaan sel keganasan. Apabila cairan yang keluar dari puting bukanlah darah dan
berasal dari beberapa kelenjar, makakemungkinan benjolan tersebut jinak.
2.3.2 Fibrosis

Sesuai dengan asal katanya fibrosis, yaitu terdiri atas fibrosis dan kista. Fibrosis
menunjukkan penambahan jaringan fibrous, bahan yang sama dengan pembentuk ligamen
dan jaringan parut. Daerah dengan fibrosis tampak elastis, konsistensi padat dan keras pada
perabaan. Fibrosis tidak meningkatkan resiko untuk terjadinya kanker dan tidak memerlukan
tindakan yang khusus.
2.3.3 Fibroadenoma
Fibroadenoma merupakan tumor payudara jinak yang terkadang terlalu kecil untuk
dapat teraba oleh tangan, walaupun diameternya bisa saja meluas beberapa inchi.
Fibroadenoma dibentuk baik itu oleh jaringan payudara glandular maupun stroma, dan
biasanya terjadi pada wanita muda berusia 15-25 tahun. Setelah menopause, tumor tersebut
tidak lagi ditemukan. Fibroadenoma sering membesar mencapai ukuran 1 atau 2 cm. Kadang
fibroadenoma tumbuh multiple (lebih 5 lesi pada satu mammae) tetapi sangat jarang.
Etiologi dari fibroadenoma masih tidak diketahui pasti tetapi dikatakan bahwa
hipersensitivitas terhadap estrogen pada lobul dianggap menjadi penyebabnya. Usia
menarche, usia menopause dan terapi hormonal termasuklah kontrasepsi oral tidak merubah
risiko terjadinya lesi ini. Faktor genetik juga dikatakan tidak berpengaruh tetapi adanya
riwayat keluarga (first-degree) dengan karsinoma mammae dikatakan meningkatkan risiko
terjadinya penyakit ini.
Fibroadenoma mammae dianggap mewakili sekelompok lobus hiperplastik dari
mammae yang dikenal sebagai kelainan dari pertumbuhan normal dan involusi.
Fibroadenoma sering terbentuk sewaktu menarche (15-25 tahun), waktu dimana struktur
lobul ditambahkan ke dalam sistem duktus pada mammae. Lobul hiperplastik sering terjadi
pada waktu ini dan dianggap bagian dari perkembangan mammae. Gambaran histologi dari
lobul hiperplastik ini identik dengan fibroadenoma. Analisa dari komponen seluler
fibroadenoma dengan Polymerase Chain Reaction (PRC) menunjukkan bahwa stromal dan
sel epitel adalah poliklonal. Hal ini mendukung teori yang menyatakan bahwa fibroadenoma
merupakan lesi hiperplastik yang terkait dengan kelainan dari maturitas normal mammae.
Lesi ini merupakan hormone-dependent neoplasma distimulasi oleh laksasi sewaktu
hamil dan mengalami involusi sewaktu perimenopause. Terdapat kaitan langsung antara
penggunaan kontrasepsi oral sebelum usia 20 tahun dengan risiko terjadinya fibroadenoma.
Pada pasien immunosupresi, virus Epstein-Barr memainkan peranan dalam pertumbuhan
tumor ini. Biasanya wanita muda menyadari terdapatnya benjolan pada payudara ketika
sedang mandi atau berpakaian. Kebanyakan benjolan berdiameter 2-3 cm, namun FAM dapat
tumbuh dengan ukuran yang lebih besar (giant fibroadenoma). Pada pemeriksaan, benjolan
FAM kenyaldan halus. Benjolan tersebut tidak menimbulkan reaksi radang (merah, nyeri,
panas), mobile (dapat digerakkan) dan tidak menyebabkan pengerutan kulit payudara ataupun
retraksi puting (puting masuk). Benjolan tersebut berlobus-lobus. Pemeriksaan mammografi
menghasilkan gambaran yang jelas jinak berupa rata danmemiliki batas jelas. Wanita dengan
FAM simpel tanpa penampakan histologi komplek dan tanpa penyakit proliferatif pada
parenkim payudara tidak memiliki peningkatan risiko kanker payudara. Pada masa adolesens,

fibroadenoma tumbuh dalam ukuran yang besar. Pertumbuhan bisa cepat sekali selama
kehamilan dan laktasi atau menjelang menopause, saat ransangan estrogen meningkat.
Fibroadenoma teraba sebagai benjolan bulat atau berbenjol-benjol, dengan simpai
licin dan konsistensi kenyal padat. Tumor ini tidak melekat ke jaringan sekitarnya dan amat
mudah digerakkan kesana kemari. Biasanya fibroadenoma tidak nyeri bila ditekan. Kadangkadang fibroadenoma tumbuh multipel. Pada masa adolescen fibroadenoma bisa terdapat
dalam ukuranyang besar. Pertumbuhan bisa cepat sekali selama kehamilan dan laktasi atau
menjelang menopause, saat rangsangan estrogen meninggi. Pada pasien dengan usia kurang
dari 25 tahun, diagnosa bisa ditegakkan melalui pemeriksaan klinik walaupun dianjurkan
untuk dilakukan aspirasi sitologi. Konfirmasi secara patologi diperlukan untuk
menyingkirkan karsinoma seperti kanker tubular karena sering dikelirukan dengan penyakit
ini. Fine-needle aspiration (FNA) sitologi merupakan metode diagnosa yang akurat walaupun
gambaran sel epitel yang hiperplastik bisa dikelirukan dengan neoplasia.
Diagnosa fibroadenoma bisa ditegakkan melalui gambaran klinik pada pasien usia
muda dan karena itu, mammografi tidak rutin dikerjakan. Pada pasien yang berusia,
fibroadenoma memberikan gambaran soliter, lesi yang licin dengan densitas yang sama atau
hampir menyerupai jaringan sekitar pada mammografi. Dengan pertambahan usia, gambaran
stippled calcification terlihat lebih jelas.
Ultrasonografi mammae juga sering digunakan untuk mendiagnosa penyakit ini.
Ultrasonografi dengan core-needle biopsy dapat memberikan diagnosa yang akurat. Kriteria
fibroadenoma yang dapat terlihat pada pemeriksaan ultrasonografi adalah massa solid
berbentuk bulat atau oval, berbatas tegas dengan internal echoes yang lemah, distribusinya
secara uniform dan dengan intermediate acoustic attenuation. Diameter massa hipoechoic
yang homogenous ini adalah antara 1 20 cm.
Fibroadenoma dapat dengan mudah didiagnosa melalui aspirasi jarum halus atau
biopsi jarum dengan diameter yang lebih besar (core needle biopsi). Pada umumnya dokter
menyarankan untuk dilakukannya pengangkatan fibroadenoma terutama jika pertumbuhan
terus berlangsung atau terjadi perubahan bentuk payudara. Terkadang (terutama pada usia
petengahan atau wanita usia dewasa) tumor ini akan berhenti tumbuh atau bahkan mengecil
dengan sendirinya tanpa terapi apapun. Dalam hal ini, selama dokter yakin massa tersebut
adalah benar-benar fibroadenoma dan bukan kanker payudara, pembedahan untuk
mengangkat fibroadenoma mungkin tidak diperlukan. Pendekatan ini berguna untuk wanita
dengan fibroadenoma yang multipel yang tidak berlanjut pertumbuhannya. Pada beberapa
kasus, pengangkatan fibroadenoma multipel berarti mengangkat sejumlah besar jaringan
payudara sekitar yang normal, sehingga menyebabkan jaringan parut yang akan mengubah
bentuk dan tekstur payudara. Hal ini juga nantinya akan menyebabkan hasil pemeriksaan
fisik serta mammografi menjadi sulit untuk di interpretasikan. Sangat penting bagi wanita
yang tidak melakukan pengangkatan fibroadenoma tersebut untuk memeriksakan
payudaranya secara teratur untuk meyakinkan bahwa massa tersebut tidak berlanjut
pertumbuhannya. Terkadang satu atau lebih fibroadenoma akan tumbuh setelah salah satu

fibroadenoma diangkat. Hal ini berarti bahwa fibroadenoma baru telah terbentuk dan
bukanlah fibroadenoma yang lama yang tumbuh kembali.

2.3.4 Adenoma
Adenoma tubular dan lactatinal adalah lesi yang secara histologis jinak berhubungan
dengan FAM. Cirinya adalah struktur glandular dengan sedikit atau tanpa struktur stroma.
Secara klinisdan Radiologi, mirip dengan FAM. Lactation adenoma terjadi selama kehamilan
dan laktasi, membesar saat dipengaruhi hormon gestational, dan diferensiasi sekresi saat
analisis PA. Sekalilagi biopsi adalah diagnostik dan terapi (Harris J.R, Lippman M.E,
Morrow M, Osborne K,2000).
2.3.5 Adenosis
Adenosis adalah temuan yang sering didapat pada wanita dengan kelainan fibrokistik.
Adenosis adalah pembesaran lobulus payudara, yang mencakup kelenjar-kelenjar yang lebih
banyak dari biasanya. Apabila pembesaran lobulus saling berdekatan satu sama lain,
makakumpulan lobulus dengan adenosis ini kemungkinan dapat diraba.
Banyak istilah lain yang digunakan untuk kondisi ini, diantaranya adenosis agregasi,
atau tumor adenosis. Sangat penting untuk digaris bawahi walaupun merupakan tumor,
namun kondisi ini termasuk jinak dan bukanlah kanker. Adenosis sklerotik adalah tipe khusus
dari adenosis dimana pembesaran lobulus disertai dengan parut seperti jaringan fibrous.
Apabila adenosis dan adenosis sklerotik cukup luas sehingga dapat diraba, dokter akan sulit
membedakan tumor ini dengan kanker melalui pemeriksaan fisik payudara. Kalsifikasi dapat
terbentuk pada adenosis, adenosis sklerotik, dan kanker, sehingga makin membingungkan
diagnosis. Biopsi melalui aspirasi jarum halus biasanya dapat menunjukkan apakah tumor ini
jinak atau tidak. Namun dengan biopsi melalui pembedahan sangat dianjurkan untuk
memastikan tidak terjadinya kanker.
Sklerosing adenosis adalah proliferasi jinak baik jaringan stromal (scerosis)
berhubungan dengan peningkatan ductules terminalis yang kecil (adenosis). Biasanya
merupakan komponen fibrocystic disease dan bermanifestasi sebagai mikrokalsifikasi yang
ditemukan saat screening mammogram. Stereotactic core atau wire localization biopsy
adalah diagnosis pastinya. Terapi lebih jauh dilakukan bila lesi ini ditemukan sebagai etiologi
mikrokalsifikasi saat biopsy (EvansA, Pinder S, Wilson R, Ellis I, 2002).
2.3.6 Tumor Filoides ( Sistosarkoma Filoides )
Tumor filodes atau dikenal dengan sistosarkoma filodes adalah tumor fibroepitelial
yang ditandai dengan hiperselular stroma dikombinasikan dengan komponen epitel. Tumor
filodesumum terjadi pada dekade 5 atau 6. Benjolan ini jarang bilateral (terdapat pada kedua
payudara), dan biasanya muncul sebagai benjolan yang terisolasi dan sulit dibedakan dengan
FAM. Ukuran bervariasi, meskipun tumor filodes biasanya lebih besar dari FAM, mungkin
karena pertumbuhannya yang cepat. Berdasarkan pemeriksaan histologi (sel), diketahui

bahwa tumor filodes jinak berkisar 10%, dimana tumor filodes ganas berkisar 40%. Tumor
filoides merupakan suatu neoplasma jinak yang bersifat menyusup secara lokal dan mungkin
ganas (10-15%). Pertumbuhannya cepat dan dapat ditemukan dalam ukuran yang besar.
Tumor ini terdapat pada semua usia, tapi kebanyakan pada usia sekitar 45 tahun. Tumor
filoides adalah tipe yang jarang dari tumor payudara, yang hampir sama dengan
fibroadenoma yaitu terdiri dari dua jaringan, jaringan stroma dan glandular. Perbedaan antara
tumor filoides dengan fibroadenoma adalah bahwa terdapat pertumbuhan berlebih dari
jaringan fibrokonektif pada tumor filoides. Sel yang membangun jaringan fibrokonektif dapat
terlihat abnormalitasnya dibawah mikroskop. Secara histologis, tumor filoides dapat
diklasifikasikan menjadi jinak, ganas, atau potensial ganas (perubahan tumor ke arah kanker
masih diragukan).
Tumor filoides pada umumnya jinak namun walaupun jarang dapat juga berubah
menjadi ganas dan bermetastase. Tumor filoides jinak diterapi dengan cara melakukan
pengangkatan tumordisertai 2 cm (atau sekitar 1 inchi) jaringan payudara sekitar yang
normal. Sedangkan tumor filoides yang ganas dengan batas infiltratif mungkin membutuhkan
mastektomi (pengambilan jaringan payudara). Mastektomi sebaiknya dihindari apabila
memungkinkan. Apabila pemeriksaan patologi memberikan hasil tumor filodes ganas, maka
re-eksisi komplit dari seluruh area harus dilakukan agar tidak ada sel keganasan yang tersisa.
Tumor filoides tidak berespon terhadap terapi hormon dan hampir sama dengan kanker
payudara yang berespon terhadap kemoterapi atau radiasi.
Nekrosis Lemak
Nekrosis lemak terjadi bila jaringan payudara yang berlemak rusak, bisa terjadi
spontan atau akibat dari cedera yang mengenai payudara. Nekrosis lemak dapat juga terjadi
akibat terapi radiasi. Ketika tubuh berusaha memperbaiki jaringan payudara yang rusak,
daerah yang mengalami kerusakan tergantikan menjadi jaringan parut.
Nekrosis lemak berupa massa keras yang sering agak nyeri tetapi tidak membesar.
Kadang terdapat retraksi kulit dan batasnya tidak rata. Karena kebanyakan kanker payudara
berkonsistensi keras, daerah yang mengalami nekrosis lemak dengan jaringan parut sulit
untuk dibedakan dengan kanker jika hanya dari pemeriksaan fisik atau pun mammogram
sekalipun. Dengan biopsi jarum atau dengan tindakan pembedahan eksisi sangat diperlukan
untuk membedakan nekrosis lemak dengan kanker. Secara histopatologik terdapat nekrosis
jaringan lemak yang kemudian menjadi fibrosis. Menurut American Cancer Society,
beberapa area dari nekrosis dapat berespon berbeda-beda terhadap cedera. Desamping
pembentukan jaringan parut, sel-sel lemak akan mati dan mengeluarkan isi sel, yang
membentuk kumpulan seperti kantong-kantong berisi cairan berminyak dan disebut kista
minyak. Kista minyak dapat ditemukan melalui aspirasi jarum halus, yang sekaligus
merupakan tindakan untuk terapinya.
2.3.8 Intraductal Papilloma
Papilloma intraduktal adalah pertumbuhan menyerupai kutil dengan disertai tangkai
yang tumbuh dari dalam payudara yang berasal dari jaringan glandular dan jaringan

fibrovaskular. Papilloma seringkali melibatkan sejumlah besar kelenjar susu. Lesi jinak yang
berasal dari duktus laktiferus dan 75% tumbuh di bawah areola mamma ini memberikan
gejala berupa sekresi cairan berdarah dari puting susu. Hampir 90% dari Papilloma
Intraduktus adalah dari tipe soliter dengan diameternya kurang dari 1 cm dan sering timbul
pada duktus laktiferus dan hampir 70% dari pasien datang dengan nipple discharge yang
serous dan bercampur darah. Ada juga pasien yang datang dengan keluhan massa pada area
subareola walaupun massa ini lebih sering ditemukan pada pemeriksaan fisik. Massa yang
teraba sebenarnya adalah duktus yang berdilatasi. Pasien dengan Papilloma Intraduktus
multiple biasanya tidak gejala nipple discharge dan biasanya terjadi pada duktus yang kecil.
Diperkirakan hampir 25% dari Papilloma Intraduktus multiple adalah bilateral.
Papilloma Intraduktus ini bisa terjadi pada laki-laki. Kasus terbaru menunjukkan
bahwa pada laki-laki penyakit ini terkait dengan penggunaan phenothiazine. Papilloma dapat
juga ditemukan di duktus yang kecil di daerah yang jauh dari puting. Keadaan ini seringkali
tumbuh dalam jumlah banyak dan juga mungkin disertai hiperplasi epitelial. Secara histologi,
tumor ini terdiri dari papilla multiple yang setiap satunya terdiri dari jaringan ikat dan dilapisi
sel epitel kuboidal atau silinder yang biasanya terdiri dari dua lapisan dengan lapisan terluar
epitel menutupi lapisan mioepitel. Etiologi dan patogenesis dari penyakit ini masih belum
jelas. Dari kepustakaan dikatakan bahwa, Papilloma Intraduktus ini terkait dengan proliferasi
dari epitel fibrokistik yang hiperplasia. Ukurannya adalah 2-3 mm dan terlihat seperti broadbased atau pedunculate dpolypoid epithelial lesion yang bisa mengobstruksi dan melebarkan
duktus terkait. Kista jugabisa terbentuk hasil dari duktus yang mengalami obstruksi.
Perubahan payudara jinak yang menyebabkan keluarnya sekresi cairan dari puting,
hampir setengahnya adalah papilloma, dan sisanya adalah campuran perubahan fibrokistik
ataupun ektasia duktus. Walaupun papilloma bisa dicurigai dari pemeriksaan terhadap
discharge, namun banyak dokter menganggap pemeriksaan tersebut tidak begitu bermanfaat.
Apabila papilloma cukup besar, biopsi jarum bisa dilakukan. Papilloma dapat juga didiagnosa
melalui pemeriksaan pencitraan pada duktus payudara yaitu dengan duktogram atau
galaktogram. Terapi untuk papilloma adalah dengan mengangkat papilloma serta bagian
duktus dimana papilloma tersebut ditemukan, dimana biasanya dengan melakukan insisi pada
tepi sekeliling areola.Papilloma Intraduktus subareolar soliter atau intrakistik adalah benigna.
Namun, telah terjadi pertentangan apakah penyakit ini merupakan prekursor bagi karsinoma
papillary atau merupakan predisposisi untuk meningkatkan resiko terjadinya karsinoma.
Menurut komuniti dari College of American Pathologist, wanita dengan lesi ini mempunyai
risiko 1,5 2 kali untuk terjadinya karsinoma mammae.
2.3.9 Tumor Sel Granular
Tumor sel granular biasanya terdapat pada mulut atau kulit, namun dalam jumlah
yang jarang dapat ditemukan juga di payudara. Kebanyakan tumor sel granular pada saat
perabaan ya bila jaringan tersebut dilihat di bawah mikroskop. Jika cairan terus
berkembangakan terbentuk makrokista. Makrokista ini dapat dengan mudah diraba dan
diameternya dapatmencapai 1 sampai 2 inchi. (7,8)

Selama perkembangannya, pelebaran yang terjadi pada jaringan payudara


menimbulkan rasa nyeri. Benjolan bulat yang dapat digerakkan dan terutama nyeri bila
disentuh, mengarah pada kista. Walaupun penyebab kista masih belum diketahui, namun para
ahli mengetahui bahwa terdapat hubungan antara kista dengan kadar hormon. Kista muncul
seminggu atau 2 minggu sebelum periode menstruasi mulai dan akan menghilang
sesudahnya. Kista banyak terjadi pada wanita saat premenopause, terutama bila wanita
tersebut menjalani terapi sulih hormon. Beberapa penelitian membuktikan bahwa kafein
dapat menyebabkan kista payudara walaupun hal ini masih menjadi kontroversial di kalangan
medis. Kebanyakan wanita hanya mengalami kista payudara sebanyak satu atau dua, namun
pada beberapa kasus, kista multipel dapat terjadi.
Kista biasanya dipastikan dengan mammografi dan ultrasound (sonogram).
Ultrasound sangat tepat digunakan untuk mengidentifikasi apakah abnormalitas payudara
tersebut merupakan kista ataukah massa padat. Kebanyakan kista yang simpel dapat
digambarkan dengan baik, yaitu memiliki tepi yang khas, dan sinyal ultrasound dapat dengan
mudah melewati. Walaupun begitu, beberapa kista didapatkan dengan tingkat ekoik internal
yang rendah yang menyulitkan ahli radiologi untuk mendiagnosis sebagai kista tanpa
mengeluarkan cairan. Tipe kista yang seperti ini disebut kista kompleks. Walaupun kista
kompleks tersebut terlihat sebagai massa yang solid, namun kista tersebut bukanlah kanker.
Dalam keadaan tertentu, kista dapat menimbulkan nyeri yang hebat.
Mengeluarkan isi kista dengan aspirasi jarum halus akan mengempiskan kista dan
mengurangi ketidaknyamanan. Beberapa ahli radiologis memasukkan udara ke daerah
tersebut setelah drainase untuk meminimalkan kemungkinan kista muncul lagi. Apabila
cairan dari kista tampak seperti darah atau terlihat mencurigakan, cairan tersebut harus
diperiksakan ke laboratorium patologi untuk dilihat di bawah mikroskop. Cairan kista yang
normal dapat berwarna kuning, coklat, hijau , hitam, atau berwarna seperti susu.
Menurut kepustakaan dikatakan kista terjadi pada hampir 7% dari wanita pada suatu
waktu dalam kehidupan mereka. Dikatakan bahwa kista ditemukan pada 1/3 dari wanita
berusia antara 35 sampai 50 tahun. Secara klasik, kista dialami wanita perimenopausal antara
usia 45 dan52 tahun, walaupun terdapat juga insidens yang diluar batas usia ini terutamanya
pada individu yang menggunakan terapi pengganti hormon.
Menurut beberapa studi autopsi, ditemukan bahwahampir 20% mempunyai kista
subklinik dan kebanyakan berukuran antara 2 atau 3 cm. Secara klasik, kista dialami wanita
perimenopausal antara usia 45 dan 52 tahun, walaupun terdapat juga insidens yang diluar
batas usia ini terutamanya pada individu yang menggunakan terapi pengganti hormon.
Kebiasaannya kista ini soliter tetapi tidak jarang ditemukan kista yang multiple. Pada kasus
yang ekstrim, keseluruhan mammae dapat dipenuhi dengan kista. Kista dapat memberikan
rasa tidak nyaman dan nyeri. Dikatakan bahwa terdapat hubungan antara ketidak nyamanan
dan nyeri ini dengan siklus menstruasi dimana perasaan tidak nyaman dan nyeri ini
meningkat sebelum menstruasi. Kista ini biasanya dapat dilihat. Karekteristiknya adalah licin
dan teraba kenyal pada palpasi. Kista ini dapat juga mobil namun tidak seperti fibroadenoma.
Gambaran klasik dari kista ini bisa menghilang jika kista terletak pada bagian dalam

mammae. Jaringan normal dari nodular mammae yang meliputi kista bisa menyembunyikan
gambaran klasik dari lesi yakni licin semasa dipalpasi. Diagnosis kista mammae ditegakkan
melalui aspirasi sitologi. Jumlah cairan yang diaspirasi biasanya antara 6 atau 8 ml. Cairan
dari kista bisa berbeda warnanya, mulai dari kuning pudar sampai hitam, kadang terlihat
translusen dan bisa juga kelihatan tebal dan bengkak. Mammografi dan ultrasonografi
membantu dalam penegakkan diagnosis tetapi pemeriksaan initidak begitu penting bagi
pasien yang simptomatik.
Massa soliter dengan dilatasi dari duktus retroareolar merupakan gambaran yang bisa
terlihat pada mammografi atau ultrasonografi sekiranya massa yang terbentuk agak besar.
Massayang kecil tidak memberikan gambaran khas pada mammografi dan ultrasonografi.
Gambaran kalsifikasi jarang terlihat pada penyakit ini namun bisa terjadi pada massa yang
kecil maupunbesar. Pemeriksaan galaktografi memberikan gambaran filling defect atau
complete obstruction bagi aliran retrograd dari kontras. Pada pemeriksaan MRI pula terlihat
lesi berbatas tegas dengan duktus berisi cairan. Pemeriksaan FNA tidak begitu bermakna
pada penyakit ini. Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan adalah eksisi massa dan diperiksa
dengan teknik histopatologi konvensional.
Sebelum ini, eksisi merupakan tatalaksana bagi kista mammae. Namun terapi ini
sudah tidak dilakukan karena simple aspiration sudah memadai. Setelah diaspirasi, kista akan
menjadi lembek dan tidak teraba tetapi masih bisa dideteksi dengan mammografi. Walau
bagaimanapun, bukti klinis perlu bahwa tidak terdapat massa setelah dilakukan aspirasi.
Terdapat dua cardinal rules bagi menunjukkan aspirasi kista berhasil yakni :
1. massa menghilang secara keseluruhan setelah diaspirasi.
2. cairan yang diaspirasi tidak mengandungi darah.
Sekiranya kondisi ini tidak terpenuhi, ultrasonografi, needle biopsy dan eksisi
direkomendasikan. Terdapat dua indikasi untuk dilakukan eksisi pada kista. Indikasi pertama
adalah sekiranya cairan aspirasi mengandungi darah (selagi tidak disebabkan oleh trauma dari
jarum), kemungkinan terjadinya intrakistik karsinoma yang sangat jarang ditemukan. Indikasi
kedua adalah rekurensi dari kista. Hal ini bisa terjadi karena aspirasi yang tidak adekuat dan
terapi lanjut perlu diberikan sebelum dilakukan eksisi. Apabila kista masih terus membesar,
eksisi direkomendasikan.
Pasien dengan kista yang berulang sukar ditangani. Rekurensi sering terjadi pada
daerah yang berbeda dari kista yang pertama. Hampir 15% pasien mengalami rekurensi kista
dalam waktu 5 sampai 10 tahun dengan mayoritasnya mengalami satu atau dua kali rekurensi.
Terdapat sebagian kecil wanita dengan kista berulang yang regular mengunjungi dokter
setiap dua sampai tiga bulan sekali untuk drainase kista. Dahulu, sebagian pasien dengan
kondisi seperti ini diterapi dengan mastektomi subkutan. Walaupun tidak membantu dalam
penegakan diagnosis, mammografi harus dikerjakan sebagai prosuder skrining rutin pada
wanita berusia lebih dari 35 tahun yang mempunyai kista dengan penampakan dari kanker
yang rendah. Menurut kepustakaan, terdapat bukti yang menyatakan bahwa terjadinya
peningkatan risiko terhadap kanker pada pasien dengan kista. Oleh karena itu, pemeriksaan

mammografi secara berkala ini bisa membantu dalam deteksi awal dari kanker. Pasien
dengan kista soliter biasanya tidak memerlukan pemeriksaan mammografi regular. Teknik
yang digunakan untuk aspirasi kista mammae yang dapat dipalpasi sama dengan teknik yang
digunakan untuk pemeriksaan sitologi FNA. Permukaan kulit dibersihkan dengan alkohol.
Biasanya digunakan jarum 21-gauge dan juga syringe 20 ml. Kista di fiksasi menggunakan
ibu jari dan jari telunjuk atau jari telunjuk dan jari tengah. Syringe dipegang oleh tangan yang
lain dan kista dipalpasi sehingga sudah tidak teraba. Volume dari cairan kista biasanya 5 ml
sampai 10 ml tetapi dapat mencapai 75 ml atau lebih. Cairan dari kista biasanya berwarna
coklat, kuning atau kehijauan. Sekiranya didapatkan cairan sedemikian, pemeriksaan sitologi
tidak diperlukan. Apabila ditemukan cairan kista bercampur darah, 2 ml dari cairan diambil
untuk pemeriksaan sitologi. Apabila kista ditemukan pada ultrasound tetapi tidak bisa
dipalpasi, aspirasi dengan ultrasound-guided needle bisa dilakukan. Kulit dibersihkan dengan
alkohol. Probe ultrasound dipegang dengan satu tangan untuk mengidentifikasi kista. Syringe
dipegang dengan tangan laindan kista diaspirasi.
2.3.11 Ektasia Duktus
Ektasia duktus merupakan pelebaran dan pengerasan dari duktus, dicirikan dengan
sekresi puting yang berwarna hijau atau hitam pekat, dan lengket. Pada puting serta daerah
disekitarnya akan terasa sakit serta tampak kemerahan. Ektasia duktus adalah kondisi yang
biasanya menyerang wanita usia sekitar 40 sampai 50 tahun. Ektasia duktus adalah kelainan
jinak yang walaupun begitu dapat mengacaukan diagnosis dengan kanker dikarenakan
benjolan yang keras di sekitar duktus yang abnormal akibat terbentuknya jaringan parut.
Kondisi ini umumnya tidak memerlukan tindakan apapun, atau dapat membaik dengan
melakukan pengkompresan dengan air hangat dan obat-obat antibiotik. Apabila keluhan tidak
membaik, duktus yang abnormal dapat diangkat melalui pembedahan dengan cara insisi pada
tepi areola.
2.3.12 Mastitis
Mastitis adalah infeksi yang sering menyerang wanita yang sedang menyusui atau
pada wanita yang mengalami kerusakan atau keretakan pada kulit sekitar puting. Kerusakan
pada kulit sekitar puting tersebut akan memudahkan bakteri dari permukaan kulit untuk
memasuki duktus yang menjadi tempat berkembangnya bakteri dan menarik sel-sel inflamasi.
Sel-sel inflamasi melepaskan substansi untuk melawan infeksi, namun juga menyebabkan
pembengkakan jaringan dan peningkatan aliran darah. Perubahan ini menyebabkan payudara
menjadi merah, nyeri, dan terasa hangat saat perabaan. Gambaran klinisnya sukar dibedakan
dengan karsinoma, yaitu massa berkonsistensi keras, bisa melekat ke kulit, dan menimbulkan
retraksi puting susu akibat fibrosis periduktal, dan bisa terdapat pembesaran kelenjar getah
bening aksila. Kondisi ini diterapi dengan antibiotik. Pada beberapa kasus, mastitis
berkembang menjadi abses atau kumpulan pus yang harus dikeluarkan melalui pembedahan.
2.3.13 Galaktokel

Galaktokel adalah kista berisi susu yang terjadi pada wanita yang sedang hamil atau
menyusui. Seperti kista lainnya, galaktokel tidak bersifat seperti kanker. Biasanya galaktokel
tampak rata, benjolan dapat digerakkan, walaupun dapat juga keras dan susah digerakkan.
Penatalaksanaan galaktokel sama seperti kista lainnya, biasanya tanpa melakukan
tindakan apapun. Apabila diagnosis masih diragukan atau galaktokel menimbulkan rasa tidak
nyaman, maka dapat dilakukan drainase dengan aspirasi jarum halus.
2.3.14 Hiperplasia Epitel
Hiperplasi epitel (disebut juga kelainan payudara proliferatif) adalah pertumbuhan
abnormal dari sel-sel yang membatasi antar duktus atau lobulus. Apabila hiperplasi
melibatkan duktus maka disebut hiperplasia duktus. Sedangkan bila melibatkan lobulus,
maka disebut hiperplasia lobular. Berdasarkan pengamatan dibawah mikroskop, hiperplasia
dapat dikelompokkan menjadi tipe biasa dan atipikal. Hiperplasia tipe biasa mengindikasikan
peningkatan yang tipis dari resiko seorang wanita untuk berkembang menjadi kanker
payudara. Resikonya adalah 1,5 sampai 2 kali lipat dibandingkan wanita tanpa abnormalitas
payudara. Hiperplasia atipikal mengindikasikan peningkatan yang sedang yaitu 4 sampai 5
kali lipat dibandingkan wanita tanpa abnormalitas payudara. Hiperplasi epitelial biasanya
didiagnosa melalui biopsi jarum atau biopsi melalui pembedahan. Apabila telah didiagnosis
menderita hiperplasia terutama hiperplasia atipikal, berarti diperlukan pemantauan yang lebih
oleh dokter, misalnya pemeriksaan fisik payudara yang rutin dan mammografi setiap setahun
sekali. Hal ini dikarenakan mengalami hiperplasia akan meningkatkan kemungkinan untuk
berkembang menjadi kanker payudara di masa yang akan datang.
Jenis-jenis Tumor Ganas Payudara
1. Non invasive carcinoma
a. Ductal carcinoma in situ
Ductal carcinoma in situ, juga disebut intraductal cancer , merujuk pada sel
kanker yang telah terbentuk dalam saluran dan belum menyebar. Saluran menjadi
tersumbat dan membesar seiring bertambahnya sel kanker di dalamnya. Kalsium
cenderung terkumpul dalam saluran yang tersumbat dan terlihat dalam mamografi
sebagai kalsifikasi terkluster atau tak beraturan (clustered or irregular
calcifications) atau disebut kalsifikasi mikro (micro calcifications) pada hasil
mammogram seorang wanita tanpa gejala kanker. DCIS dapat menyebabkan
keluarnya cairan puting atau munculnya massa yang secara jelas terlihat atau
dirasakan, dan terlihat pada mammografi. DCIS kadang ditemukan dengan tidak
sengaja saat dokter melakukan biopsy tumor jinak. Sekitar 20%-30% kejadian
kanker payudara ditemukan saat dilakukan mamografi. Jika diabaikan dan tidak
ditangani, DCIS dapat menjadi kanker invasif dengan potensi penyebaran ke
seluruh tubuh. DCIS muncul dengan dua tipe sel yang berbeda, dimana salah satu
sel cenderung lebih invasif dari tipe satunya. Tipe pertama, dengan perkembangan
lebih lambat, terlihat lebih kecil dibandingkan sel normal. Sel ini disebut solid,
papillary atau cribiform . Tipe kedua, disebut comedeonecrosis, sering bersifat

progresif di awal perkembangannya, terlihat sebagai sel yang lebih besar dengan
bentuk tak beraturan.
b. Lobular carcinoma in situ
Meskipun sebenarnya ini bukan kanker, tetapi LCIS kadang digolongkan
sebagai tipe kanker payudara non-invasif. Bermula dari kelenjar yang
memproduksi air susu, tetapi tidak berkembang melewati dinding lobulus.
Mengacu pada National Cancer Institute, Amerika Serikat, seorang wanita dengan
LCIS memiliki peluang 25% munculnya kanker invasive (lobular atau lebih
umum sebagai infiltrating ductal carcinoma) sepanjang hidupnya.

Gambar 2.15 Lobular carcinoma in situ


2. Invasive carcinomaI.
a. Pagets disease dari papilla mammae
Pagets disease dari papilla mammae pertama kali dikemukakan pada
tahun 1974. Seringnya muncul sebagai erupsi eksim kronik dari papilla mammae,
dapat berupa lesibertangkai, ulserasi, atau halus. Paget's disease biasanya
berhubungan dengan DCIS (Ductal Carcinoma in situ) yang luas dan mungkin
berhubungan dengan kanker invasif. Biopsi papilla mammae akan menunjukkan
suatu populasi sel yang identik (gambaran atau perubahan pagetoid).
Patognomonis dari kanker ini adalah terdapatnya sel besar pucat dan bervakuola
(Paget's cells) dalam deretan epitel. Terapi pembedahan untuk Paget's disease
meliputi lumpectomy, mastectomy, atau modified radical mastectomy, tergantung
penyebaran tumor danadanya kanker invasif.II.
b. Invasive ductal carcinoma
I.
Adenocarcinoma with productive fibrosis (scirrhous, simplex, NST) (80%)
Kanker ini ditemukan sekitar 80% dari kanker payudara dan pada
60% kasus kanker ini mengadakan metastasis (baik mikro maupun
makroskopik) ke KGB aksila. Kanker ini biasanya terdapat pada wanita
perimenopause or postmenopause dekade kelima sampai keenam, sebagai
massa soliter dan keras. Batasnya kurang tegas dan pada potongan

meilntang, tampak permukaannya membentuk konfigurasi bintang di


bagian tengah dengan garis berwarna putih kapur atau kuning menyebar ke
sekeliling jaringan payudara. Sel-sel kanker sering berkumpul dalam
kelompok kecil, dengan gambaran histologi yang bervariasi.
II.

Medullary carcinoma (4%)


Medullary carcinoma adalah tipe khusus dari kanker payudara,
berkisar 4% dari seluruh kanker payudara yang invasif dan merupakan
kanker payudara herediter yang berhubungan dengan BRCA-1.
Peningkatan ukuran yang cepat dapat terjadi sekunder terhadap nekrosis
dan perdarahan. 20% kasus ditemukan bilateral. Karakterisitik
mikroskopik dari medullary carcinoma berupa (1) infiltrat limforetikular
yang padat terutama terdiri dari sel limfosit dan plasma; (2) inti pleomorfik
besar yang berdiferensiasi buruk dan mitosis aktif; (3) pola pertumbuhan
seperti rantai, dengan minimal atau tidak ada diferensiasi duktus atau
alveolar. Sekitar 50% kanker ini berhubungan dengan DCIS dengan
karakteristik terdapatnya kanker perifer, dan kurang dari 10%
menunjukkan reseptor hormon. Wanita dengan kanker ini mempunyai 5
year survival rate yang lebih baik dibandingkan NST atau invasive lobular
carcinoma.

III.

Mucinous (colloid) carcinoma (2%)


Mucinous carcinoma (colloid carcinoma), merupakan tipe khusus
lain dari kanker payudara, sekitar 2% dari semua kanker payudara yang
invasif, biasanya muncul sebagai massa tumor yang besar dan ditemukan
pada wanita yang lebih tua. Karena komponen musinnya, sel-sel kanker ini
dapat tidak terlihat pada pemeriksaan mikroskopik.

IV.

Papillary carcinoma (2%)


Papillary carcinoma merupakan tipe khusus dari kanker payudara
sekitar 2% dari semua kanker payudara yang invasif. Biasanya ditemukan
pada wanita dekade ketujuh dan sering menyerang wanita non kulit putih.
Ukurannya kecil dan jarang mencapai diameter 3 cm. McDivitt dan
kawan-kawan menunjukkan frekuensi metastasis ke KGB aksila yang
rendah dan 5- and 10-year survival rate mirip mucinous dan tubular
carcinoma.

V.

Tubular carcinoma (2%)


Tubular carcinoma merupakan tipe khusus lain dari kanker
payudara sekitar 2% dari semua kanker payudara yang invasif. Biasanya
ditemukan pada wanita perimenopause dan pada periode awal menopause.
Long-term survival mendekati 100%.

3. Invasive lobular carcinoma (10%)


Invasive lobular carcinoma sekitar 10% dari kanker payudara. Gambaran histopatologi
meliputi sel-sel kecil dengan inti yang bulat, nucleoli tidak jelas, dan sedikit sitoplasma.
Pewarnaan khusus dapat mengkonfirmasi adanya musin dalam sitoplasma, yang dapat
menggantikan inti (signet-ring cell carcinoma). Seringnya multifokal, multisentrik, dan
bilateral. Karena pertumbuhannya yang tersembunyi sehingga sulit untuk dideteksi.

Anda mungkin juga menyukai