Disusun Oleh:
KHILDA ARSYA
JURUSAN KEBIDANAN
b. Labia Mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong,
pansjang labia mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada
ujung bawah. Kedua bibir ini dibagian bawah bertemu membentuk
perineum, permukaan terdiri dari:
- Bagian luar Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari
rambut pada mons veneris.
- Bagian dalam Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung
kelenjar sebasea (lemak)
c. Labia Minora
Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak dibagian
dalam bibir besar (labia mayora) tanpa rambut yang memanjang kea
rah bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette, semantara bagian
lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan
medial labia minora sama dengan mukosa vagina yaitu merah muda
dan basah
d. Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat
erektil, dan letaknya dekat ujung superior vulva. Organ ini
mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga
sangat sensitive analog dengan penis laki-laki. Fungsi utama klitoris
adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual
e. Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti
perahu atau lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan
fourchette. Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra,
vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan
agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia, panas, dan friksi
f. Hymen
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh
dan mudah robek, himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari
lendir yang di keluarkan uterus dan darah saat menstruasi.
g. Perinium
Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus
vagina dan anus. Perinium membentuk dasar badan perinium.
3. Organ Genetalia Internal
a. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas
vagina. Panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 9 cm, sedangkan
panjang dinding posterior 11 cm. Vagina terletak di depan rectum dan
di belakang kandung kemih. Vagina merupakan saluran
muskulomembraneus yang menghubungkan rahim dengan vulva.
Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter
ani dan muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan.
Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut
rugae dan terutama di bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina
menonjol serviks pada bagian uterus. Bagian servik yang menonjol ke
dalam vagina di sebut portio. Portio uteri membagi puncak vagina
menjadi empat yaitu: fornik anterior, fornik posterior, fornik dekstra,
fornik sinistra.
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang
menghasilkan asam susu dengan PH 4,5. Keasaman vagina
memberikan proteksi terhadap infeksi. Fungsi utama vagina yaitu
sebagai saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah
menstruasi, alat hubungan seks dan jalan lahir pada waktu persalinan
b. Uterus
Lapisan otot
- Lapisan luar melengkung dari fundus uteri menuju ligamentum
- Lapisan dalam berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum
uteri internum
- Lapisan tengah terletak di antara kedua lapisan tersebut
membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan
tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan vena.
Lengkungan serabut otot ini membentuk angka dan sehingga
saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat dengan
demikian perdarahan dapat terhenti.
c. Tuba Falopii
d. Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel
menjadi ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon – hormon steroid.
Letak ovarium yaitu ke arah uterus bergantung pada ligamentum
infundibulo pelvikum dan melekat pada ligamentum latum melalui
mesovarium.
Korteks ovarii
- Mengandung folikel primordial
- Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel de graff
- Terdapat corpus luteum dan albikantes
Medula ovarii
- Terdapat pembuluh darah dan limfe
- Terdapat serat saraf
e. Parametium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dua
lembar ligamentum latum. Batasan parametrium yaitu:
- Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
- Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
- Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.
- Bagian belakang terdapat ligamentum ovarii
2. Estrogen
Hormon ini diproduksi oleh ovarium dalam jumlah besar, lalu oleh
korteks adrenal dan plasenta ibu hamil dalam jumlah kecil. Hormon ini
membantu perkembangan tubuh saat pubertas, memastikkan jalannya
ovulasi dalam siklus menstruasi bulanan, keluarnya air susu ibu saat
persalinan, dan menentukan suasana hati saat proses penuaan.
Kekurangan Estrogen dapat menyebabkan mensruasi yang tidak
rutin, vagina kering, suasana hati tidak menentu, osteoporosis pada
wanita lanjut usia.
Estrogen adalah hormone steroid yang memiliki 3 formula yang
dihasilkan di ovarium. Yang memiliki keunikan masing-masing di
hidup wanita.
a. Estradiol adalah hormone dominan yang diproduksi sepanjang
masa reproduksi wanita dan tidak hamil. Hormone ini dikonversi
dari androgen (diproduksi dari kolesterol dalam sel-sel teka
folikel), yang berdifusi ke dalam sel folikel granulosa yang
mengandung enzim aromatase yang melengkapi transformasi
menjadi estradiol.
b. Estriol adalah estrogen utama selama kehamilan.
Dehydroepiandrosteronesulfate (DHEAS) dari kelenjar adrenal
janin adalah prekursor untuk 90% dari estriol dikonversi oleh
enzim sulfatase dalam plasenta.
c. Estrone adalah bentuk utama selama menopause. Pascamenopause,
adrenal androstenedion dikonversi dalam jaringan adiposa perifer
menjadi estron.
3. Testosteron
Hormon testosterone pada wanita memang tidak sebanyak pada
pria, etapi hormone ini pada wanita menjaga gairah seks pada wanita,
tulang tetap sehat, mengendalikan nyeri, dan menjaga kemampuan
kognitif. (kisaran hormone ini pada wanita yaitu 15-70 ng/dL)
6. Hormon Prolactin
Hormon yang merangsang pengeluaran air susu dan memelihara
kelenjar susu.
7. Hormon Oksitosin
Hormon yang merangsang kontraksi Rahim dan memelihara
pengeluaran air susu.
Skrotum
Testis terletak di dalam kantung otot yang tertutup kulit yang disebut
skrotum dan berada di belakang penis (lihat Gambar 1). Lokasi ini penting
dalam produksi sperma yang terjadi di dalam testis, dan hasil lebih efisien
ketika testis berada pada suhu 2-4° C di bawah suhu inti tubuh.
Otot dartos membentuk lapisan otot subkutan pada skrotum (Gambar 2).
Ini berlanjut secara internal untuk menyangga septum skrotum yaitu dinding
yang membagi skrotum menjadi dua kompartemen yang masing-masing
menampung satu testis. Dibawah otot obliq internal dari dinding perut adalah
dua otot cremasterb yang menutupi setiap testis seperti jaring otot. Dengan
berkontraksi secara bersamaan, otot dartos dan otot kremaster dapat
mengangkat testis saat cuaca dingin (atau berada di air), sehingga testis
bergerak lebih dekat ke tubuh dan mengurangi luas permukaan skrotum yang
berfungsi untuk mempertahankan panas. Saat suhu lingkungan meningkat,
skrotum mengendur dan menggerakkan testis lebih jauh dari inti tubuh dan
meningkatkan luas permukaan skrotum, yang memicu hilangnya panas.
Secara eksternal, skrotum memiliki penebalan medial yang meningkat pada
permukaan yang disebut raphae.
Testis
Testis adalah gonad jantan, yaitu organ reproduksi pria. Testis
menghasilkan sperma dan androgen, seperti testosterone dan aktif sepanjang
umur reproduksi pria.
Testis memiliki panjang masing-masing sekitar 4–5 cm dan berada di
dalam skrotum (lihat Gambar 2). Ukuran testis pada orang dewasa adalah
4x3x2,5 cm, dengan volume 15–25 ml. Testis dikelilingi oleh dua lapisan
yang berbeda dari jaringan ikat pelindung (Gambar 3). Tunika vaginalis luar
adalah membran serosa yang memiliki lapisan visceral parietal dan tipis. Di
bawah tunica vaginalis adalah tunica albuginea yaitu lapisan jaringan ikat
yang kuat, putih, dan padat yang menutupi testis itu sendiri. Tunika albuginea
tidak hanya menutupi bagian luar testis, melainkan membentuk septa yang
membagi testis menjadi 300 hingga 400 struktur yang disebut lobulus. Di
dalam lobulus, sperma berkembang dalam struktur yang disebut tubulus
seminiferus. Selama bulan ketujuh masa perkembangan janin laki-laki, setiap
testis bergerak melalui otot-otot perut untuk turun ke rongga skrotum. Ini
disebut "turunnya testis". Cryptorchidism adalah istilah klinis yang digunakan
ketika satu atau kedua testis gagal turun ke skrotum sebelum lahir.
Sel Sertoli
Sel Sertoli adalah jenis sel pendukung disebut sel berkelanjutan, atau
sustenocyte yang biasanya ditemukan di jaringan epitel. Sel Sertoli
mensekresikan atau memberi sinyal pada molekul yang meningkatkan
produksi sperma dan dapat mengontrol apakah sel germinal hidup atau
mati. Mereka meluas ke sekitar sel-sel benih dari membran basal perifer
tubulus seminiferus ke lumen. Persimpangan sempit antara sel-sel
berkelanjutan ini menciptakan penghalang testis darah, yang mencegah
zat-zat yang didalurkan melalui darah mencapai sel-sel germinal danpada
saat yang sama, menjaga antigen permukaan untuk mengembangkan sel-
sel germinal agar tidak mengalir ke dalam aliran darah dan mendorong
respons autoimun.
Sel-sel germinal
Sel-sel yang paling tidak matang, spermatogonia, melapisi membran
dasar di dalam tubulus. Spermatogonia adalah sel induk testis, yang
berarti mereka masih dapat berdiferensiasi menjadi berbagai tipe sel
sepanjang masa dewasa. Spermatogonia membelah untuk menghasilkan
spermatosit primer dan sekunder, kemudian spermatid yang akhirnya
menghasilkan sperma. Proses yang dimulai dengan spermatogonia dan
diakhiri dengan produksi sperma disebut spermatogenesis.
Spermatogenesis
Spermatogenesis terjadi pada tubulus seminiferus yang membentuk
sebagian besar testis (lihat Gambar 3). Proses tersebut dimulai pada masa
pubertas, setelah itu sperma diproduksi secara konstan sepanjang hidup
pria. Dalam satu siklus produksi, dari spermatogonia menjadi sperma
membutuhkan waktu sekitar 64 hari. Siklus baru dimulai kira-kira setiap
16 hari, meskipun waktu ini tidak sinkron di tubulus seminiferus. Jumlah
total sperma seorang pria perlahan menurun setelah usia 35 tahun, dan
beberapa penelitian menunjukkan bahwa merokok dapat menurunkan
jumlah sperma terlepas dari usia.
Proses spermatogenesis dimulai dengan mitosis dari spermatogonia
diploid (Gambar 4). Karena sel-sel ini diploid (2n), mereka masing-
masing memiliki salinan lengkap materi genetik ayah, dengan 46
kromosom. Namun, gamet dewasa adalah haploid (1n), mengandung 23
kromosom yang artinya anak sel spermatogonia harus membelah lagi
melalui proses meiosis.
Gambar 4. Spermatogenesis (a) Mitosis sel induk spermatogonial
melibatkan pembelahan sel tunggal yang menghasilkan dua
sel anak diploid yang identik (spermatogonia hingga
spermatosit primer). Meiosis memiliki dua putaran
pembelahan sel: spermatosit primer ke spermatosit sekunder,
dan kemudian spermatosit sekunder ke spermatid. Ini
menghasilkan empat sel anak haploid (spermatid). (b) Dalam
mikrograf elektron ini dari penampang tubulus seminiferus
dari tikus, lumen adalah area yang diarsir cahaya di tengah
gambar. Lokasi spermatosit primer berada di dekat membran
basal, dan spermatid awal mendekati lumen (sumber
jaringan: tikus).
Transportasi Sperma
Untuk membuahi sel telur, sperma harus dipindahkan dari tubulus
seminiferus di testis, melalui epididimis, dan kemudian selama ejakulasi,
sperma melaui penis dan keluar ke saluran reproduksi wanita.
Peran Epididimis
Dari lumen tubulus seminiferus, sperma dikelilingi oleh cairan testis
dan dipindahkan ke epididymis yaitu sebuah tabung melingkar yang
melekat pada testis di mana sperma yang baru terbentuk menjadi sperma
dewasa (lihat Gambar 3). Meskipun epididimis tidak memakan banyak
ruang dalam keadaan melingkar ketat, namun panjangnya sekitar 6 m (20
kaki) jika diluruskan. Diperlukan rata-rata 12 hari bagi sperma untuk
bergerak melalui kumparan epididimis, dan waktu transit terpendek yang
telah diteliti pada manusia adalah satu hari. Sperma masuk ke epididimis
dan dipindahkan oleh kontraksi otot polos yang melapisi tabung
epididimis. Saat bergerak melalui epididimis, sperma semakin matang
dan memperoleh kemampuan untuk bergerak dengan kekuatan mereka
sendiri. Begitu masuk ke saluran reproduksi wanita, mereka akan
menggunakan kemampuan ini untuk bergerak secara mandiri menuju sel
telur yang tidak dibuahi. Sperma yang lebih dewasa kemudian disimpan
di ekor epididimis (bagian terakhir epididimis) sampai terjadi ejakulasi.
Sistem Saluran
Selama ejakulasi, sperma keluar dari ekor epididimis dan didorong
oleh kontraksi otot polos ke duktus deferens (juga disebut vas deferens).
Vas Deferens adalah organ berbentuk tabung kecil dan panjangnya 30–35
cm, dan berakhir pada duktus ejakulatorius di uretra posterior. Dalam
perjalanannya menuju duktus ejakularius, duktus deferens dibagi dalam
beberapa bagian, yaitu:
1) pars tunika vaginalis,
2) pars skrotalis,
3) pars inguinlais,
4) pars palvileum dan
5) pars ampularis.
Ductus deferens adalah tabung berotot tebal yang bergabung
menjadi satu di dalam skrotum dengan jaringan ikat, pembuluh darah,
dan saraf ke dalam struktur yang disebut korda spermatika (lihat Gambar
1 dan Gambar 2). Prosedur sterilisasi bedah pada ductus deferens akan
mengganggu pengiriman sperma yang dapat dilakukan dengan
memotong dan menyegel bagian kecil dari ductus (vas) deferens.
Prosedur ini disebut vasektomi, yang merupakan bentuk kontrasepsi pria
yang efektif. Meskipun dimungkinkan untuk membalikkan vasektomi,
dokter menganggap prosedur ini permanen, dan menyarankan pria untuk
mengalaminya hanya jika mereka yakin mereka tidak lagi
menginginkannya anak lagi.
Dari setiap epididimis, setiap ductus deferens meluas secara
superior ke dalam rongga perut melalui kanal inguinalis di dinding perut.
Dari sini, ductus deferens memanjang secara posterior ke rongga
panggul, dan berakhir posterior ke kandung kemih di mana ia membesar
di daerah yang disebut ampula (artinya "labu").
Sperma hanya sebanyak 5% bagian dari volume akhir semen yaitu
cairan kental seperti susu yang diejakulasi pria. Sebagian besar semen
diproduksi oleh tiga kelenjar aksesori penting dari sistem reproduksi pria
yaitu vesikula seminalis, prostat, dan kelenjar bulbourethral.
Vesikel seminalis
Ketika sperma melewati ampula dari ductus deferens saat ejakulasi,
mereka bercampur dengan cairan dari vesikel seminalis (lihat Gambar 1).
Vesikula seminalis terletak di dasar buli-buli dan di sebelah kranial dari
kelenjar prostat panjangnya kurang lebih 6 cm. Vesikula seminalis
menghasilkan cairan yang merupakan bagian dari semen yang
berkontribusi sekitar 60% dari volume semen. Cairan vesikula seminalis
mengandung sejumlah besar fruktosa, yang digunakan oleh mitokondria
dalam sperma untuk menghasilkan ATP yang berfungsi untuk
memungkinkan gerakan melalui saluran reproduksi wanita. Cairan
tersebut, yang mengandung sekresi sperma dan vesikula seminalis,
selanjutnya bergerak ke saluran ejakulasi, sebuah struktur pendek yang
terbentuk dari ampula duktus deferens dan duktus vesikula seminalis.
Ejakulasi saluran mengangkut cairan mani ke struktur berikutnya yaitu
kelenjar prostat.
Kelenjar prostat
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1, kelenjar prostat yang
terletak ditengah anterior rektum di dasar kandung kemih yang
mengelilingi uretra prostat (bagian dari uretra yang mengalir di dalam
prostat). Prostat terdiri atas 2 lobus lateral dan 1 lobus medial.
Salurannya dilapisi oleh epitel torak dan bermuara pada uretra pars
prostatika. Prostat terbentuk dari jaringan otot dan kelenjar. Prostat
mengeluarkan cairan alkali yaitu seperti cairan susu seperti cairan
seminalis yang disebut semen, cairan tersebut mengental terlebih dulu
dan kemudian mendekoagulasi semen setelah ejakulasi. Penebalan semen
membantu mempertahankannya dalam saluran reproduksi wanita dan
menyediakan waktu bagi sperma untuk menggunakan fruktosa yang
disediakan saat sekresi vesikula seminalis. Ketika air mani kembali ke
keadaannya yang cair, sperma kemudian bisa lewat lebih jauh ke dalam
saluran reproduksi wanita.
Prostat biasanya berukuran dua kali lipat selama masa pubertas.
Pada sekitar usia 25 tahun, secara bertahap prostat mulai membesar.
Pembesaran ini biasanya tidak menimbulkan masalah namun,
pertumbuhan prostat yang abnormal atau hiperplasia prostat jinak (BPH)
dapat menyebabkan penyempitan uretra saat melewati bagian tengah
kelenjar prostat yang mengarah ke gejala gangguan saluran kemih bagian
bawah, seperti keinginan yang sering dan kuat untuk buang air kecil,
namu alirannya lemah dan menimbulkan sensasi bahwa kandung kemih
belum dikosongkan sepenuhnya. Pada usia 60 tahun, sekitar 40% pria
memiliki beberapa derajat BPH. Pada usia 80 tahun, jumlah pria yang
terkena dampak ini telah melonjak hingga 80%. Pengobatan untuk BPH
berusaha untuk meringankan tekanan uretra sehingga air seni bisa
mengalir lebih normal. Gejala ringan sampai sedang dapat diobati dengan
obat, sedangkan yang parah seperti pembesaran prostat maka dirawat
dengan operasi di mana sebagian jaringan prostat akan diangkat.
Kelainan umum lainnya yang melibatkan prostat adalah kanker
prostat. Menurut Pusat Pengendalian Penyakit dan Pencegahan (CDC),
kanker prostat adalah kanker paling umum kedua yang terjadi pada pria.
Namun, beberapa bentuk kanker prostat tumbuh sangat lambat dan
karenanya mungkin tidak pernah memerlukan perawatan. Sebaliknya,
bentuk kanker prostat yang agresif melibatkan metastasis ke organ-organ
yang rentan seperti paru-paru dan otak. Tidak ada hubungan antara BPH
dan kanker prostat, tetapi gejalanya serupa. Kanker prostat dideteksi oleh
riwayat medis, tes darah, dan pemeriksaan dubur yang memungkinkan
dokter meraba prostat dan memeriksa massa yang tidak biasa. Jika massa
terdeteksi, diagnosis kanker dapat dikonfirmasi melalui biopsi sel-sel.
Kelenjar Bulbourethral
Penambahan terakhir pada semen dibuat oleh dua kelenjar
bulbourethral (atau kelenjar Cowper) yang melepaskan cairan asin tebal
yang melumasi ujung uretra dan vagina, dan membantu membersihkan
residu urin dari uretra penis. Cairan dari kelenjar aksesori ini dilepaskan
setelah pria terangsang secara seksual, dan tak lama sebelum pelepasan
semen. Karena itu, kadang-kadang disebut ejakulasi dini. Penting untuk
dicatat bahwa di samping protein pelumas, mungkin untuk cairan
bulbourethral mengambil sperma yang ada di uretra, dan karena itu
mungkin dapat menyebabkan kehamilan.
Penis
Penis adalah organ kopulasi pria (hubungan seksual). Itu lembek untuk
tindakan non-seksual seperti saat buang air kecil. Saat ereksi, kekakuan organ
memungkinkannya untuk menembus ke dalam vagina dan deposit semen ke
saluran reproduksi wanita.
Gambar 6. Anatomi Cross-Sectional pada Penis Tiga kolom jaringan ereksi
membentuk sebagian besar volume penis.
Batang penis mengelilingi uretra (Gambar 6). Poros ini terdiri dari tiga
ruang seperti kolom ereksi jaringan yang merentang panjang poros. Masing-
masing dari dua ruang lateral yang lebih besar disebut corpus cavernosum. Ini
merupakan bagian terbesar dari penis. Corpus spongiosum yang bisa
dirasakan dipunggungan pada penis yang ereksi adalah ruang yang lebih kecil
yang mengelilingi uretra yang kenyal. Ujung penis disebut kelenjar penis
yang memiliki konsentrasi tinggi pada ujung sarafnya, memiliki kulit yang
sangat sensitif yang mempengaruhi kemungkinan ejakulasi (lihat Gambar 1).
Kulit dari batang penis meluas ke bawah kelenjar dan membentuk kerah yang
disebut preputium (atau kulup). Kulit juga mengandung konsentrasi ujung
saraf yang padat, dan melumasi serta melindungi bagian sensitif kulit kelenjar
penis. Prosedur pembedahan yang disebut penyunatan seringkali dilakukan
untuk alasan keagamaan atau sosial.
Baik gairah seksual dan tidur REM (mimpi basah) dapat menyebabkan
ereksi. Ereksi penis hasilnya adalah vasocongestion atau pembengkakan
jaringan karena lebih banyak darah arteri yang mengalir ke penis daripada
meninggalkan urat nadi. Selama gairah seksual, nitrit oksida (NO) dilepaskan
dari ujung saraf dekat pembuluh darah di dalam korpora cavernosa dan
spongiosum. Pelepasan NO mengaktifkan jalur sinyal yang menghasilkan
relaksasi otot polos yang mengelilingi arteri penis dan menyebabkan mereka
membesar. Pelebaran ini meningkatkan jumlah darah yang bisa masuk ke
penis dan menginduksi sel endotel di dinding arteri penis untuk mengeluarkan
NO dan mempertahankan vasodilatasi. Peningkatan volume darah cepat
mengisi ruang ereksi, dan peningkatan tekanan dari ruang yang diisi ini
menekan venula penis berdinding tipis dan mencegah drainase vena penis. Ini
meningkatkan aliran darah ke penis dan berkurangnya kembali darah dari
penis yang disebut dengan ereksi. Tergantung pada dimensi penis yang
lembek, ukurannya bisa bertambah sedikit atau banyak selama ereksi, dengan
panjang rata-rata penis yang sedang ereksi berukuran sekitar 15 cm.
Testosteron
Testosteron, sebuah androgen, adalah hormon steroid yang diproduksi
oleh sel-sel leydig. Istilah alternatif untuk sel leydig yaitu interstitial sel yang
mencerminkan lokasi mereka antara tubulus seminiferus di testis. Pada
embrio pria, testosteron disekresi oleh sel leydig pada minggu ketujuh dengan
konsentrasi puncak tercapai pada trimester kedua. Ini pelepasan awal hasil
testosteron dalam diferensiasi anatomi organ seksual pria. Di masa kecil,
konsentrasi testosteron rendah. Mereka meningkat selama masa pubertas yang
mengaktifkan perubahan fisik yang khas dan memulai spermatogenesis.
Fungsi Testosteron
Testosteron diperlukan untuk menjaga sistem reproduksi pria agar
bekerja dengan baik. Sel-sel leydig menghasilkan sekitar 6 hingga 7 mg
testosteron per hari. Steroidogenesis testis (pembuatan androgen,
termasuk testosteron) menghasilkan konsentrasi testosteron yang 100 kali
lebih tinggi di testis daripada di sirkulasi.
Testosteron dalam konsentrasi normal ini mendorong
spermatogenesis, sedangkan kadar testosteron yang rendah bisa
menyebabkan infertilitas. Selain sekresi intratestular, testosteron juga
dilepaskan ke dalam sirkulasi dan sistemik yang berperan penting dalam
perkembangan otot, pertumbuhan tulang, perkembangan karakteristik
seks sekunder, dan pemeliharaan libido (dorongan seks) pada pria dan
wanita. Pada wanita, indung telur mengeluarkan sejumlah kecil
testosteron, meskipun sebagian besar dikonversi menjadi estradiol.
Sejumlah kecil testosteron juga disekresi oleh kelenjar adrenalin pada
pria dan wanita.
Kontrol Testosteron
Pengaturan konsentrasi testosteron di seluruh tubuh sangat penting
untuk fungsi reproduksi pria. Interaksi antara sistem endokrin dan sistem
reproduksi ditunjukkan pada Gambar 7.
Gambar 7. Regulasi Produksi Testosteron. Hipotalamus dan kelenjar
hipofisis mengatur produksi testosteron dan sel-sel yang
membantu spermatogenesis. GnRH mengaktifkan hipofisis
anterior untuk menghasilkan LH dan FSH, yang pada
gilirannya merangsang sel Leydig dan sel Sertoli. Sistem ini
merupakan umpan balik negatif karena produk akhir dari
jalur, testosteron dan inhibin yang berinteraksi dengan
aktivitas GnRH untuk menghambat produksi mereka
sendiri.
2. Gejala Hiperkoagulasi
Gejala yang dialami tergantung pada tempat pembekuan darah
terjadi. Di jantung atau paru-paru, pembekuan darah dapat
menyebabkan serangan jantung atau emboli paru ( pembekuan darah
di paru – paru ). Gejala ini dapat meliputi:
a. Sakit dada
b. Sesak napas
c. Ketidaknyamanan pada tubuh bagian atas, termasuk dada,
punggung, leher atau lengan.
Pada otak, pembekuan darah dapat menyebabkan stroke. Gejala
dapat meliputi sakit kepala.
6. Hiperhomosisteinemia
Tingginya kadar homosisteinemia (HHC) berkaitan langsung
dengan penyakit pada pembuluh darah. Kondisi HHC
bertanggungjawab 25-32% pada kejadian penyakit oklusi arteri
perifer. HHC juga merupakan faktor risiko untuk kejadian
aterosklerosis. Terapi yang diberikan pada kondisi ini adalah
dengan suplementasi asam folat (1-3 mg/hari), dan vitamin B6
serta vitamin B12 apabila diperlukan.
7. Polisitemia Vera
Kelainan pada proses myeloproliferatif pada kasus polisitemia
vera (PVC) menyebabkan peningkatan kejadian trombosis akibat
kondisi hiperviskositas. Terapi yang diberikan dapat berupa terapi
sitoreduktif. Namun terapi yang agresif akan menimbulkan proses
keganasan.
Kasus 11
Multigravida berusia 34 tahun diperiksa untuk perawatan prenatal pada trimester
kedua. Dia mengakui riwayat penyalahgunaan narkoba, tetapi menyatakan dia
bersih selama 6 bulan. Dengan kehamilan keduanya dia mengalami persalinan
prematur di 34 minggu kehamilan, melahirkan anak laki-laki, kemudian
meninggal pada hari pertama kehidupan. Dia menyatakan bahwa saat persalinan,
bayi bengkak dengan lesi kulit dan plasenta sangat besar. Dia dirawat dengan
antibiotik tetapi dia tidak ingat nama atau detail lainnya. Pada panel prenatal rutin
dengan kehamilan saat ini dia ditemukan memiliki tes VDRL (Venereal Disease
Research Laboratory) yang positif. Penyakit yang dialami ibu tersebut adalah?
Sifilis disebabkan oleh Treponema pallidum . Sifilis tidak menghasilkan keadaan
kekebalan atau latensi. Infeksi sifilis dapat diberantas dengan pengobatan yang
tepat, tetapi infeksi ulang dapat terjadi berulang kali lagi. Penyakit ini menyebar
sebagai penyakit menular seksual melalui kontak intim antara lendir yang lembab
selaput atau kongenital melalui plasenta ke janin dari ibu yang terinfeksi.1
Penatalaksanaan.1
Benzathine penicillin 2,4 juta unit IM × 1 pada kehamilan memastikan kadar
antibiotik yang memadai dalam janin (antibiotik lain tidak melewati placentae
dengan baik). Sekalipun gravida alergi penisilin, tetap berikan penuh dosis
penisilin menggunakan rejimen desensitisasi oral dalam kondisi terkontrol. Ikuti
titer serologi pada 1, 3, 6, 12, dan 24 bulan. Kurangi titer empat kali lipat dengan
bulan; mereka harus negatif dalam 12-24 bulan. Reaksi Jarisch-Herxheimer
dikaitkan dengan pengobatan dan terjadi pada 50% wanita hamil. Itu dimulai
dalam 1-2 jam, puncak dalam 8 jam, dan diselesaikan 24–48 jam. Berhubungan
dengan demam akut, sakit kepala, mialgia, hipotensi, dan kontraksi uterus.
Manajemen adalah perawatan suportif
Kasus 2
Multipara berusia 21 tahun dirawat di unit persalinan pada 39 minggu kehamilan
dalam persalinan aktif dengan pembukaan 6 cm. Ketuban utuh. Dia punya riwayat
herpes genital sebelum kehamilan. Wabah terakhirnya adalah 8 minggu lalu. Dia
sekarang mengeluh sakit dan pruritis. Pada pemeriksaan dia memiliki lesi ulseratif
yang terlokalisasi, nyeri, di dinding vagina kanannya.1
Patofisiologi.
HSV adalah virus herpes DNA yang disebarkan melalui kontak mukokutan yang
intim. Hingga 50% wanita hamil adalah seropositif IgV HSV.
• Sebagian besar herpes genital berasal dari HSV II, tetapi juga dapat terjadi
dengan HSV I.
• Penularan transplasental dari ibu ke janin dapat terjadi dengan viremia selama
kehamilan infeksi primer tetapi jarang terjadi. Infeksi HSV merupakan
predisposisi latensi seumur hidup residual dengan serangan berulang berkala.
Rute infeksi janin yang paling umum adalah kontak dengan lesi genital
maternal selama episode HSV berulang.
Diagnosa.
Diagnosis definitif adalah kultur HSV positif dari cairan yang diperoleh dari
vesikel pecah atau ulkus debrided, tetapi ada tingkat negatif palsu 20%. PCR 2–4x
lebih sensitif dan paling baik untuk mendeteksi pelepasan virus
Angka kejadian:
- Infeksi janin — Angka infeksi transplasental adalah 50% dengan primer ibu
infeksi. Manifestasi dapat mencakup aborsi spontan, IUGR simetris,
mikrosefali, dan kalsifikasi serebral.
- Infeksi neonatal — Dengan melewati jalan lahir yang terinfeksi HSV,
neonatal tingkat serangan adalah 50% dengan infeksi primer, tetapi <5%
dengan infeksi berulang. Neonatal tingkat kematian adalah 50%. Mereka yang
bertahan hidup memiliki gejala sisa yang parah: meningoensefalitis,
keterbelakangan mental, pneumonia, hepatosplenomegali, ikterus, dan petekie.
Infeksi maternal (2 jenis):
- Herpes primer hasil dari viremia dan memiliki manifestasi sistemik: demam,
malaise, adenopati, dan lesi genital difus (vagina, serviks, vulva, dan uretra).
Infeksi janin transplasental dimungkinkan. Namun, pada 2/3 kasus, infeksi
adalah ringan atau subklinis.
- Herpes berulang hasil dari migrasi virus dari ganglion akar dorsal tetapi
terlokalisasi dan kurang parah tanpa manifestasi sistemik. Infeksi janin hasil
hanya dari melewati saluran lahir dengan lesi hadir.
Pencegahan.
Operasi sesar harus dilakukan di hadapan lesi HSV genital pada saat persalinan.
Jika membran telah pecah> 8-12 jam, virus mungkin sudah memilikinya
menginfeksi janin dan sesar tidak ada nilainya.
Pengobatan.
Asiklovir
Jurnal Review
Infeksi Herpes Simpleks Dalam Kehamilan (Fauzia Andrini Djojosugito)4
- Infeksi HSV pada kehamilan dapat terjadi secara primer maupun rekuren,
keduanya dapat menyebabkan efek pada janin yang dikandungnya berupa
abnormalitas pada neonatus. Selain itu HSV dapat menyebabkan tampilan
klinis yang lebih berat pada ibu hamil dibandingkan ibu yang tidak hamil.5,11
Infeksi primer terutama pada herpes genitalis dalam kehamilan menimbulkan
infeksi yang lebih berat pada neonatus, terlebih pada penderita yang belum
memiliki antibodi terhadap HSV
- Infeksi HSV genitalis primer yang simtomatis dengan periode inkubasi 2-20
hari menyebabkan kulit melepuh dan ulserasi pada genitalia eksterna dan
serviks serta nyeri pada vulva, disuria, vaginal discharge, dan limfadenopati
lokalisata.5 Selain itu dapat disertai demam, nyeri kepala dan mialgia.
Walaupun begitu, infeksi HSV genitalis seringkali sulit ditegakkan karena
sering muncul gejala yang tidak spesifik, sangat ringan, atau tidak bergejala.
Oleh karena itu, penting untuk dilakukan pemeriksaan penunjang untuk
kepentingan diagnostik, konseling, dan manajemen terapi.
- Wanita hamil dengan episode klinis pertama atau rekuren dapat diterapi
dengan acyclovir atau valacyclovir. Walaupun penggunaan kedua obat ini
tidak meningkatkan kemungkinan terjadinya abnormalitas pada fetus, tetapi
efek obat tersebut pada jangka panjang masih membutuhkan evaluasi lebih
lanjut
DAFTAR PUSTAKA
11. Djuanda A. 1003. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI.
12. Ganong W.F. 1992. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Jakarta: EGC.
13. Mochtar R. 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.
Jakarta: EGC.
14. Purnomo B. 2003. Dasar-dasar Urologi. Jakarta: CV. Infomedika.
15. Sakala, Elmar Peter. 2019. STEP 2 CK Lecture Notes 2019 Obstetric and
Gynecology. New York: Kaplan Medical
16. Wiknjosastro H. 1997. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
17. Cyr C, Michon B, Pettersen G. 2006. Venous thromboembolism after
severe injury in children. Acta Haematol 2006; 115:198–200.
18. Sudira, Putu Gede. 2013. Stroke Dan Hiperkoagulasi. Bagian Ilmu
Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada :
Yogyakarta.