PENDAHULUAN
Hernia berasal dari bahasa latin, Herniae artinya penonjolan isi suatu
dinding rongga. Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi
hernia. Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial
pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen
yang berulang atau berkelanjutan.1
Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah
appendicitis. Sampai saa tini masih merupakan tantangan dalam peningkatan
status kesehatan masyarakat karena besarnya biaya yang diperlukan dalam
penanganannya dan hilangnya tenaga kerja akibat lambatnya pemulihan dan
angka rekurensi. Dari keseluruhan jumlah operasi di Perancis tindakan bedah
hernia sebanyak 17,2 % dan 24,1 % di Amerika Serikat.
Hampir 75 % dari hernia abdomen merupakan hernia ingunalis. Untuk
memahami lebih jauh tentang hernia diperlukan pengetahuan tentang kanalis
inguinalis. Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia
ingunalis medialis dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua
pertiga dari hernia ingunalis. Sepertiga sisanya adalah hernia inguinalis medialis.
Hernia lebih dikarenakan kelemahan dinding belakang kanalis inguinalis. Hernia
ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita, untuk hernia
femoralis sendiri lebih sering ditemukan pada wanita. Sedangkan jika ditemukan
hernia ingunalis pada pria kemungkinan adanya hernia ingunalis atau
berkembangnya menjadi hernia ingunalis sebanyak 50 %. Perbandingan antara
pria dan wanita untuk hernia ingunalis 7:1. Prevalensi hernia ingunalis pada pria
dipengaruhi oleh umur. Salah satu penanganan yang dilakukan pada klien Hernia
adalah herniotomi atau herniorafi. Dampak kesehatan yang ditimbulkan pada
pasien yang dilakukan herniorafi diantaranya nyeri, aktivitas intoleran dan resiko
terjadinya infeksi.
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI
2.1.1 ANATOMI DINDING PERUT
2
Gambar 1 : Region Abdomen
Merupakan otot ileo inguinal yang paling superficial, yang dimulai dari costa
ke-8 bagian lateral berjalan kearah medio caudal. Fascia superfiacialis dan fascia
profundus dari otot ini menjadi satu setelah mencapai dinding depan abdomen dan
3
membentuk suatu Aponeurosis MOE, dibagian medial dekat tuberkulum pubicum,
Aponeurosis ini pecahmenjadi 2 bagian, yaitu: crus superior dan crus inferior.3
Lapisan otot dibawah MOE, arah sedikit oblique, berjalan dari pertengahan
lateral ligament inguinalis menuju ke cranio medial sampai pada tepi lateral
muskulus Rectus Abdominis. 3
Merupakan paling bawah dari ligamentum inguinale dan dibentuk dari serabut
tendon obliqus eksternus yang berasal dari daerah Sias. Ligamentum ini
membentuk sudut kurang dari 45 derajat sebelum melekat pada ligamentum
pektineal. Ligamentum ini membentuk pinggir medial kanalis femoralis.3
5. Fasia transversalis
6. Segitiga Hasselbach
Hasselbach tahun (1814) mengemukakan dasar dari segi tiga yang dibentuk
oleh pekten pubis dan ligamentum pektinea. Segitiga ini dibatasi oleh . 3
4
Gambar 3 : Segitiga Hasselbach
7. Kanalis Inguinalis
a. Vas deferens
b. 3 arteri yaitu :
1. Arteri spermatika interna
2. Arteri diferential
3. Arteri spermatika eksterna
c. Plexus vena pampiniformis
d. 3 nervus yaitu :
5
1. Cabang genital dari nervus genitofemoral
2. Nervus ilioinguinalis
3. Serabut simpatis dari plexus hipogastrik
e. 3 lapisan fasia:
1. Fasia spermatika eksterna, lanjutan dari fasia innominate.
2. Lapisan kremaster, berlanjut dengan serabut-serabut muskulus obliqus
abdominis internus.
3. Fasia spermatika interna, perluasan dari fasia transversal.
8. Annulus internus :
9. Annulus eksternus :
Terdiri dari crus lateral dan crus medial (merupakan pelekatan aponeurosis
MOE pada tuberkulum pubicum). Annulus ini merupakan keluarnya
n.Illioinguinalis dan funikulus spermatikus ke scrotum.(pada wanita berupa round
ligament).3,4
6
vena saphena magna bermuara didalam vena femoralis. Foramen ini sempit dan
dibatasi oleh pinggir keras dan tajam. Batas kranio ventral dibentuk oleh
ligamentum inguinalis, kaudodorsal oleh pinggir os pubis yang terdiri dari
ligamentum ilio pectineale (ligamentum cooper), sebelah lateral oleh (sarung)
vena femoralis, dan disebelah medial oleh ligamentum lakunare gimbernati.
Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum
inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi hernia
femoralis.3,4
2.2 HERNIA
2.2.1. PENGERTIAN HERNIA
Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan yang
abnormal atau kelemahannya suatu area dari suatu dinding pada rongga dimana ia
terisi secara normal.1
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis
internus/lateralis menelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga abdomen
melalui anulus inguinalis externa/medialis.1,2
2.2.3. EPIDEMIOLOGI
Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen
muncul didaerahsekitar lipat paha. Hernia indirect lebih banyak daripada hernia
direct yaitu 2:1, dimana hernia femoralis lebih mengambil porsi yang lebih
sedikit.4
7
Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Perbandingan
pria:wanita pada hernia indirect adalah 7:1. Ada kira-kira 750.000 herniorrhaphy
dilakukan tiap tahunnya di Amerika Serikat, dibandingkan dengan 25.000 untuk
hernia femoralis, 166.000 hernia umbilicalis, 97.000 hernia post insisi dan
76.000untuk hernia abdomen lainya.4 Hernia femoralis kejadiannya kurang dari
10 % dari semua hernia tetapi 40% dari itu muncul sebagai kasus emergensi
dengan inkarserasi atau strangulasi. Hernia femoralis lebih sering terjadi pada
lansia dan laki-laki yang pernah menjalani operasi hernia inguinal, meskipun
kasus hernia femoralis pada pria dan wanita adalah sama, insiden hernia femoralis
dikalangan wanita 4 kali lebih sering dibandingkan dikalangan pria, karena secara
keseluruhan sedikit insiden hernia inguinalis pada wanita.
2.2.4 ETIOLOGI4
1. Kelemahan jaringan
2. Adanya daerah yang luas diligamen inguinal
3. Trauma
1. Obesitas
2. Mengangkat benda berat
3. Mengejan à Konstipasi
4. Kehamilan
5. Batuk kronik
6. Hipertropi prostate
8
kantong hernia melalui suatu lubang dalam rongga perut, seperti foramen
Winslow, resesus retrosekalis atau defek dapatan pada mesenterium umpamanya
setelah operasi anastomosis usus. Berdasar arah hernia dibagi menjadi :
c. Hernia Femoralis.
a. Hernia Obturatoria
b. Hernia diafragmatika
e. Lain lain.
9
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital
dan hernia yang didapat atau aquisita :
1. Hernia bawaan (congenital) : Timbulnya sejak bayi lahir atau pada anak-
anak, umumnya didapatkan pada hernia inguinalis lateralis, yang
disebabkan karena tidak menutupnya prosesus vaginalis setelah proses
penurunan testis ke skrotum baik sebagian atau seluruhnya.
2. Hernia didapat (acquired) : Timbul hernia setelah dewasa dan lanjut usia.
Hal ini disebabkan adanya tekanan intra abdominal yang meningkat dan
dalam waktu yang lama, misalnya pada batuk kronis, gangguan proses
kencing (BPH), konstipasi kronis, asites dan sebagainya. Insiden ini
semakin meningkat dengan bertambahnya usia karena otot-otot dinding
perut yang sudah lemah, manifestasi klinis umumnya adalah hernia
inguinalis medialis.6
` Menurut sifatnya hernia disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar
masuk. Usus keluar ketika berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika berbaring
atau bila didorong masuk ke perut. Selama hernia masih reponibel, tidak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat kembali ke
perut, hernia disebut hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi
kantong kepada peritoneumkantong hernia. Hernia ini disebut juga hernia akreta
(perlekatan karena fibrosis). Saat ini hernia masih tidak ada keluhan nyeri, tidak
ada juga tanda sumbatan usus. Hernia disebut hernia inkarserata atau hernia
strangulata bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong
terperangkap dan tidak dapat kembali ke rongga perut. Akibatnya, terjadi
gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis, istilah hernia inkarserata lebih
dimaksudkan untuk hernia ireponibel yang disertai gangguan pasase, sedangkan
hernia strangulata digunakan untuk menyebut hernia ireponibel yang disertai
gangguan vaskularisasi. Bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus,
hernianya disebut hernia Richter.4
10
Gambar 6 : Hernia reponibel , Ireponibel dan strangulata .
2.2.6. PATOFISOLOGI
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor
kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan
yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui kanalis inguinalis,
faktor yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil, batuk kronis,
pekerjaan mengangkat benda berat, dan faktor usia. Masuknya isi rongga perut
melalui canalis ingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol keluar dari
annulus ingunalis externus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke
skrotum karena kanal inguinalis berisi tali sperma pada laki-laki, sehingga
menyebakan terjadinya hernia.
11
sangat parah. Sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut
menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya
dan dapat menyebabkan ganggren.
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang
didapat. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan
penunjang berkurang kekuatannya.5 Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut,
bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan
intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Bila otot
dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus
inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis
inguinalis. Pada orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi karena
kelemahan daerah tersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang
disebabkan keadaan peningkatan tekanan intra abdomen.4
12
13
2.2.7. DIAGNOSA4
1. ANAMNESA
14
2. Ananmnesa hernia femoralis :
2. PEMERIKSAAN FISIK4
INSPEKSI
Tampak benjolan dilipatan paha simetris atau asimetris pada posisi berdiri.
Apabila tidak didapatkan benjolan, penderita kita minta untuk melakukan
manuver valsava.
Benjolan berbentuk lonjong (HIL) atau bulat (HIM)
Tanda-tanda radang ada atau tidak, pada hernia inguinalis biasanya tanda
radang (-).
PALPASI
Dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, bila tidak tampak benjolan
penderita diminta mengejan atau melakukan manuver valsava.
Tentukan konsistensinya
Lakukan reposisi (bisa masuk atau tidak)
Kompresable umumnya (+)
Untuk membedakan antara hernia inguinalis lateralis dan medialis dapat
dilakukan beberapa macam test (provokasi test)
AUSKULTASI
15
Ditemukan suara bising usus (diatas benjolan)
3. PEMERIKSAAN KHUSUS
ZIEMAN’S TEST
Penderita dalam keadaan berdiri atau. Bilamana kantong hernia terisi, kita
masukkan dulu kedalam kavum abdomen. Untuk memeriksa bagian kanan
digunakan tangan kanan dan sebaliknya. Test ini dapat dikerjakan pada
penderita laki-laki ataupun perempuan. Dengan jari kedua tangan pemeriksa
diletakkan diatas annulus inguinalis internus ( ± 1,5 cm diatas pertengahan
SIAS dan tuberkulum pubikum), jari ketiga diletakkan pada annulus inguinalis
ekternus dan jari keempat pada fossa ovalis. Penderita disuruh mengejan maka
timbul dorongan pada salah satu jari tersebut diatas. Bilamana dorongan pada
jari kedua berarti hernia inguinalis lateralis, bila pada jari ketiga berarti hernia
inguinalis medialis dan bila pada jari keempat berarti hernia femoralis.
FINGER TEST 4
16
Gambar 8: Finger test
THUMB TEST
Penderita dalam posisi tidur telentang atau pada posisi berdiri. Setelah
benjolan dimasukkan kedalam rongga perut, ibu jari kita tekankan pada
annulus internus. Penderita disuruh mengejan atau meniup dengan hidung atau
mulut tertutup atau batuk. Bila benjolan keluar waktu mengejan berarti hernia
inguinalis medialis dan bila tidak keluar berarti hernia inguinalis lateralis.
17
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hernia Inguinale
Hidrokel testis
Limfadenopati
Abses inguinal
Varikokel
Hematom karena trauma
Lipoma
Tumor testis
2. Hernia Femoralis:
18
H.Ing.Lateralis H.Ing.Medial H.Femoralis
Semua umur Orang tua Dewasa & tua
Usia
Terutama pria Pria dan Wanita Terutama wanita
Jenis
Kelamin
Di atas ligamentum Di atas Di bawah
Lokasi inguinal ligamentum ligamentum
inguinal
2.2.9. PENATALAKSANAAN
2. OPERATIF,
19
MACAM OPERASI
2.2.10 KOMPLIKASI4
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis
ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang
masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan
gangguan penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis incarcerata.
3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis strangulata.
20
4. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan
pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis.
5. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,
muntah dan obstipasi
6. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik,
abses.
2.2.11 PROGNOSIS
21
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Benjolan keluar masuk di lipat paha kanan
Keluhan Tambahan :
Benjolan masih bisa keluar masuk (+), Nyeri (-), Demam (-) BAB dan BAK
dalam batas normal.
22
4. Riwayat Asma : disangkal
5. Riwayat Campak : disangkal
6. Riwayat Alergi Obat/Makanan : disangkal
23
Cekung (-/-), Oedema palpebra (-/-), Oedema periorbita (-/-), Konjungtiva
anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor
(2mm/2mm).
G. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-/-), darah (-/-), deviasi (-/-)
H. Mulut
Mukosa basah (+), sianosis (-), pucat (+), kering (-)
I. Telinga
Daun telinga dalam batas normal, sekret (-/-)
J. Tenggorok
Uvula di tengah, mukosa pharing hiperemis (-), tonsil T1-T1
K. Leher
Bentuk normal, limfonodi tidak membesar, glandula thyroid tidak
membesar, kaku kuduk (-), gerak bebas, deviasi trakea (-), JVP tidak
meningkat.
L. Thoraks
Bentuk : normochest, retraksi (-), gerakan dinding dada simetris
Cor : Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung terkesan tidak melebar
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo : Inspeksi : Pengembangan dada kiri=kanan
Palpasi : Fremitus dada kiri=kanan
Perkusi : Sonor diseluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara dada vesikuler (+/+)
Suara tambahan (-/-)
M. Abdomen
Inspeksi : Dinding perut sejajar dinding dada
Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
N. Genitalia
24
Penis normal, OUE di ujung glands penis
O. Skrotum
Testis dua buah
P. Inguinal
Status Lokalis
Regio inguinalis dextra
Inspeksi : benjolan (-), tanda peradangan (-), warna sama dengan
jaringan sekitar, berbentuk bulat.
Palpasi : teraba benjolan, batas tegas, Konsistensi Kenyal,
Ukuran 2 cm x 2 cm x 3 cm, bisa masuk kembali ke
rongga abdomen.
Valsava Test : Benjolan keluar (+)
Finger Test : tekanan timbul pada ujung jari
Q. Ekstremitas
Akral dingin Oedema Anemis
- - - - - -
- - - - - -
3.5 PLAN I
Observasi
Cek darah lengkap, Golongan Darah, GDS
25
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
WBC 5.0 4.0-10.0 x 103 /ul
LYM 3.1 1.2 – 3.2 x 103 / ul
MON 0.3 0.3 – 0.8 x 103 / ul
GRA 1.5 1.2 – 6.8 x 103 / ul
RBC 4.24 4.00 – 6.00 x 106 / ul
HGB 11.3 12.0 – 18.0 gr/dl
HCT 35.1 37.0 - 54.0 %
MCV 82.8 80.0 – 97.0 fL
MCH 26.7 26.0 – 34.0 pg
MCHC 32.2 31.0 – 35.0 pg
PLT 242 150 – 406 x 103 / ul
Golongan Darah A Rh (+)
b. Foto Klinis
26
Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponible
3.8 PLAN II
Herniotomy
Konsul bagian anastesi
3.9 TATALAKSANA
− Rawat inap
− IVFD RL 20 tpm
− Rencana Herniotomy (18/03/2021)
3.10 PROGNOSIS
− Quo Ad Vitam : Bonam
− Quo Ad Fungsionam : Dubia ad bonam
− Quo Ad Sanationam : Dubia ad bonam
3.11 FOLLOW UP
Hari, Tanggal Subject, Objective, Planning
Assement
18 Maret 2021 S/ nyeri (-) - IVFD RL 15 gtt/i
Muntah (-) - Inj. Ceftriaxone ½ gr/12 jam
Demam (-) - Inj. Paracetamol ½ Fls/12
O/ KU : sakit sedang jam
GCS : E4V6M5 - Kaltropen Supp K/P
HR : 98 x/i
RR : 20 x/i
T : 36,3 C
SPO2 : 99 %
A/ Post Herniotomi Hernia
Inguinalis Lateralis Dextra
Reponible.
19 Maret 2021 S/ nyeri (+) di bekas - IVFD RL 15 gtt/i (aff)
27
Operasi
Muntah (-) - Inj. Ceftriaxone ½ gr/12 jam
Demam (-) (aff)
O/ KU : sakit sedang - Inj. Paracetamol ½ Fls/12
GCS : E4V6M5 jam (aff)
HR : 100 x/i - Pasien di bolehkan untuk
RR : 20 x/i pulang dan kontrol ke Poli
T : 36,5 C Bedah.
SPO2 : 100 % - Obat pulang : Cefixime
A/ Post Herniotomi Hernia 2x500 mg, Paracetamol
Inguinalis Lateralis Dextra 3x250 mg.
Reponible.
BAB IV
28
ANALISA KASUS
TEORI KASUS
Hernia merupakan penonjolan isi suatu Pasien ini datang dengan
rongga melalui bagian lemah dari keluhan benjolan di lipat
dinding rongga bersangkutan. Hernia paha kanan.
inguinalis lateralis adalah suatu
keadaan dimana sebagian usus masuk
melalui sebuah lubang pada dinding
perut ke dalam kanalis inguinalis.
Kanalis inguinalis adalah saluran
berbentuk tabung yang merupakan jalan
tempat turunnya testis (buah zakar) dari
perut ke dalam skrotum (kantung zakar)
sesaat sebelum bayi dilahirkan.
29
inguinalis dapat di jumpai pada semua
usia, lebih banyak pada pria dari pada
wanita.
30
ditempatkan pada sisi lateral kulit Benjolan keluar (+)
skrotum dan dimasukkan sepanjang Finger Test : tekanan timbul
funiculus spermatikus sampai ujung jari pada ujung jari
tengah mencapai annulus inguinalis
profundus.
Pemeriksaan penunjang
Pada Pemeriksaan penunjang didapatkan : didapatkan :
a. Hitungan darah lengkap dan serum - Laboratorium
elektrolit dapat menunjukkan Hb/RBC/WBC/PLT :
hemokonsentrasi atau peningkatan (11.3/4.24/5.0/242)
hematokrit, peningkatan sel darah GDS : 79 mg/dl.
putih dan ketidak
seimbangan Pada hasil pemeriksaan
elektrolit pada hernia. penunjang laboratorium tidak
didapatkan kelainan. Nilai
b. Sinar X abdomen dapat
leukosit yang normal dapat
menunjukkan abnormalnya kadar digunakan untuk
gas dalam usus atau obstruksi usus. menyingkirkan kemungkinan
terjadinya peradangan pada
regio inguinal dan skrotal.
31
BAB V
KESIMPULAN
32
Hernia inguinalis lateralis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus
masuk melalui sebuah lubang pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis.
Kanalis inguinalis adalah saluran berbentuk tabung yang merupakan jalan tempat
turunnya testis (buah zakar) dari perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat
sebelum bayi dilahirkan.
Hernia Inguinalis Sebagian besar hernia adalah asymptomatic, pada
umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan pada daerah inguinal dan
meluas ke depan atau ke dalam skrotum yang timbul lebih menonjol pada waktu
mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat, dan menghilang waktu istirahat
baring.
Komplikasi hernia inguinalis lateralis bergantung pada keadaan yang
dialami oleh isi hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia inguinalis
lateralis, pada hernia ireponibel ini dapat terjadi ketika isi hernia terlalu besar,
misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitoneal atau merupakan hernia
akreta. Di sini tidak timbul gejala klinis kecuali benjolan. Dapat pula terjadi isi
hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulate atau
inkarserata yang menimbulkan gejala obstruksi usus sederhana. Bila cincin hernia
sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan hernia
obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial.
DAFTAR PUSTAKA
33
1. Sjamsuhidajat R & Wim de Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3.
Jakarta : EGC. PP : 619-37.
2. Fitzgibbons R J, Ahluwalia H S. 2006. Inguinal Hernia. Schwartz Manual
of Surgery, eigth edition. USA: McGraw-Hills Companies. 920-942
3. Gray Henry, 2000. gray’s anatomy of human body XII. Surface anatomy
and surface markings, Bartleby. Philadelphia.350-351
4. Lutfi Achmad, Thalut Kamardi. 2007. Dinding Perut, Hernia,
Retroperitonium, dan Omentum. Buku Ajar Ilmu Bedah,edisi 3. EGC. 615-
641
5. Sudoyo W, Aru, dkk.2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. PAPDI. Jilid
I. Edisi V. Jakarta : Interna Publishing.
6. W. Steve Eubanks M. D. 2004. Hernia. Sabiston Textbook of Surgery.
16th Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 783-800
34