Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik
dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. Semua hernia
terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding abdomen
yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intra-abdomen yang berulang atau
berkelanjutan.1
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan (kongenital)
dan hernia dapatan (akuisita). Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai
dengan lokasi anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis, dan
femoralis. Sebanyak 75% hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa hernia inguinal
direk, indirek, dan hernia femoralis.2
Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah
apendisitis. Dari keseluruhan jumlah operasi di Perancis, tindakan bedah hernia
sebanyak 17,2 % dan 24,1 % di Amerika Serikat. Faktor risiko hernia inguinalis
adalah usia tua, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan fisik yang menimbulkan
peningkatan tekanan intra-abdomen yang dilakukan terus-menerus, batuk kronis,
dan obesitas.1,2
Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu hernia inguinalis lateralis dan hernia
inguinalis medialis. Hernia inguinalis lateralis lebih banyak dibandingkan dengan
hernia inguinalis medialis. Hal ini disebabkan karena lemahnya dinding belakang
kanalis inguinalis. Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria daripada
wanita dengan angka perbandingan 7:1. Gambaran klinis berupa benjolan di lipat
paha yang timbul bila mengedan, batuk, mengangkat benda berat.3
Salah satu penanganan yang dilakukan pada pasien hernia adalah herniotomi
atau herniorafi. Sampai saat ini, penanganan kasus hernia masih mengalami
kesulitan. Hal ini disebabkan karena besarnya biaya yang diperlukan dalam
melakukan penanganan hernia dan hilangnya tenaga kerja akibat lambatnya
pemulihan, serta angka rekurensi.1,2

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi


2.1.1 Anatomi Dinding Abdomen
Abdomen merupakan rongga terbesar pada tubuh dan
berkelanjutan pada rongga pelvis. Abdomen terletak diantara diafragma
dan pelvis. Batas dinding perut secara antero-lateral berdasarkan
anatomisnya digambarkan oleh McVay sebagai berikut :3
 Bagian atas adalah prosessus xiphoideus dan arkus kostarum.
 Bagian bawah dari medial ke lateral dibatasi oleh simfisis
pubis, ligamentum inguinal, krista pubikum, dan krista iliaka.
 Bagian belakang dibatasi oleh tulang belakang.

Gambar 1. Regio Abdomen

2
Rongga abdomen dibagi menjadi 9 (sembilan) regio berdasarkan
garis imajiner, 2 (dua) garis horizontal, dan 2 garis sagital :3
 Garis horizontal yang membagi abdomen adalah garis
transpyloric dan garis granstubercular.
 Garis vertikal yang membagi abdomen adalah garis imajiner
yang sejajar dengan mid-clavicular line.
Regio dari rongga abdomen terdiri dari :3
1. Regio hipokondria kanan
2. Regio epigastrika
3. Regio hipokondria kiri
4. Regio lumbalis kanan
5. Regio umbilikalis
6. Regio lumbalis kiri
7. Regio iliaka kanan
8. Regio suprapubic
9. Regio iliaka kiri

2.1.2 Anatomi Regio Inguinalis


1) Aponeurosis Muskulus Obliqus Eksternus (MOE)
MOE merupakan otot ileo-inguinal yang paling superficial,
yang dimulai dari costa ke-8 bagian lateral berjalan ke arah medio-
caudal. Fascia superfiacialis dan fascia profundus dari otot ini
menjadi satu setelah mencapai dinding depan abdomen dan
membentuk suatu aponeurosis MOE, dibagian medial dekat
tuberkulum pubicum, aponeurosis ini pecah menjadi 2 bagian, yaitu:
crus superior dan crus inferior.3
2) Muskulus Obliqus Abdomis Internus (MOI)
Lapisan otot dibawah MOE, arah sedikit oblique, berjalan dari
pertengahan lateral ligament inguinalis menuju ke cranio-medial
sampai pada tepi lateral muskulus Rectus Abdominis.3

3
Gambar 2. Regio Inguinalis
3) Ligamantum Inguinale (Poupart)
Ligamantum inguinale merupakan penebalan bagian bawah
aponeurosis muskulus obliqus eksternus. Terletak mulai dari SIAS
sampai ke ramus superior tulang publis.3
4) Ligamentum Lakunare (Gimbernat)
Ligamentum paling bawah dari ligamentum inguinale dan
dibentuk dari serabut tendon obliqus eksternus yang berasal dari
daerah SIAS. Ligamentum ini membentuk sudut kurang dari 45
sebelum melekat pada ligamentum pektineal. Ligamentum ini
membentuk pinggir medial kanalis femoralis.3
5) Fasia Transversalis
Tipis dan melekat erat serta menutupi muskulus transversus
abdominis.3
6) Segitiga Hasselbach
Menurut Hasselbach tahun (1814) mengemukakan dasar dari
segitiga yang dibentuk oleh pekten pubis dan ligamentum pektinea.
Segitiga ini dibatasi oleh :3
 Supero-lateral : pembuluh darah epigastrika inferior.
 Medial : bagian lateral rektus abdominis.
 Inferior : ligamentum ingunale.

4
7) Kanalis Inguinalis
Kanalis inguinalis adalah saluran yang berjalan oblik (miring)
dengan panjang ± 4 cm dan terletak di atas ligamentum inguinale.
Dinding yang membatasi kanalis inguinalis :3
 Anterior : dibatasi oleh aponeurosis muskulus obliqus
abdominis eksternus dan 1/3 lateralnya muskulus obliqus
internus.
 Posterior : dibentuk oleh aponeurosis muskulus transversus
abdominis yang bersatu dengan fasia transversalis dan
membentuk dinding posterior dibagian lateral. Medial
dibentuk oleh fasia transversa dan konjoin tendon.
 Superior : dibentuk oleh serabut tepi bawah muskulus
obliqus internus dan muskulus transversus abdominis dan
aponeurosis.
 Inferior : dibentuk oleh ligamentum inguinale dan lakunare.
Isi kanalis inguinalis pria :3,4
a. Vas deferens
b. Arteri-arteri, yaitu :
1. Arteri spermatika interna
2. Arteri diferential
3. Arteri spermatika eksterna
c. Plexus vena pampiniformis
d. Nervus-nervus, yaitu :
1. Cabang genital dari nervus genitofemoral
2. Nervus ilioinguinalis
3. Serabut simpatis dari plexus hipogastrik
e. Lapisan fasia :
a. Fasia spermatika eksterna, lanjutan dari fasia
innominate.

5
b. Lapisan kremaster, berlanjut dengan serabut-serabut
muskulus obliqus abdominis internus.
c. Fasia spermatika interna, perluasan dari fasia
transversal.
8) Annulus Internus
Dibentuk oleh ligamentum inguinalis, conjoin tendon (tepi
bawah muskulus obliqus abdominis internus, dan muskulus
transverses abdominus), dan vasa epigastrika inferior. Annulus ini
merupakan tempat keluarnya funikulus spermatikus dari cavum
abdomen ke kanalis inguinalis. Terletak diantara SIAS dan
Tuberkulum pubicum (± 1- 1,5 cm diatas ligamentum inguinale).3
9) Annulus Eksternus
Terdiri dari crus lateral dan crus medial (merupakan pelekatan
aponeurosis MOE pada tuberkulum pubicum). Annulus ini
merupakan keluarnya n.Illioinguinalis dan funikulus spermatikus ke
scrotum.(pada wanita berupa round ligament).3,4
10) Kanalis Femoralis
Kanalis femoralis merupakan lubang berbentuk oval dengan
diameter kurang dari 4 cm, dan pada wanita mempunyai diameter
lebih lebar dibandingkan dengan laki-laki. Pada sisi medial femoral
sheath dan vena femoralis yang mengandung limfonodus dan lemak.
Di sekelilingnya terdapat beberapa bagian rigid yaitu pada sisi
anterior terdapat ligamentum inguinale, sisi media terdapat lacuna
dari ligamentum inguinale, dan sisi posteriornya terdapat bagian
pectineus dari ligamentum inguinale. Cincin yang sempit ini
beresiko tinggi untuk mengalami inkarserasi (terjepitnya usus).5
Kanalis femoralis terletak medial dari vena femoralis didalam
lakuna vaserum dorsal dari ligamentum inguinalis, tempat vena
saphena magna bermuara didalam vena femoralis. Foramen ini
sempit dan dibatasi oleh pinggir keras dan tajam. Batas kranio
ventral dibentuk oleh ligamentum inguinalis, kaudodorsal oleh

6
pinggir os pubis yang terdiri dari ligamentum ilio pectineale
(ligamentum cooper), sebelah lateral oleh (sarung) vena femoralis,
dan disebelah medial oleh ligamentum lakunare gimbernati. Hernia
femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum
inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi
hernia femoralis.3,4

2.2 Definisi
Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan
yang abnormal atau kelemahannya suatu area dari suatu dinding pada rongga
dimana ia terisi secara normal.4
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis
internus/lateralis menelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga abdomen
melalui anulus inguinalis externa/medialis. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskuloaponeurotik
dinding perut.4

2.3 Komponen Hernia


Komponen hernia adalah sebagai berikut :5
1) Kantong hernia (pada hernia abdominalis berupa peritoneum
parietalis). Tidak semua hernia memiliki kantong, misalnya hernia
incisional, hernia adiposa, hernia intertitialis).
2) Isi hernia (usus, omentum, organ intra ataupun ekstraperitoneal).
3) Pintu atau leher hernia (cincin hernia, lokus minoris dinding
abdomen).

7
Gambar 4. Komponen Hernia

2.4 Epidemiologi
Angka kejadian hernia sebanyak 75% dari semua kasus hernia di
dinding abdomen muncul didaerah sekitar lipat paha. Hernia indirect lebih
banyak daripada hernia direct, yaitu 2:1, dimana hernia femoralis lebih
mengambil porsi yang lebih sedikit.4
Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Perbandingan
pria dengan wanita pada hernia indirect adalah 7:1. Sebanyak 750.000
herniorhaphy dilakukan tiap tahunnya di Amerika Serikat, dibandingkan
dengan 25.000 untuk hernia femoralis, 166.000 hernia umbilicalis, 97.000
hernia post insisi, dan 76.000 untuk hernia abdomen lainya.5
Hernia femoralis kejadiannya kurang dari 10 % dari semua hernia tetapi
40% dari itu muncul sebagai kasus emergensi dengan inkarserasi atau
strangulasi. Hernia femoralis lebih sering terjadi pada lansia dan laki-laki
yang pernah menjalani operasi hernia inguinal. Meskipun kasus hernia
femoralis pada pira dan wanita adalah sama, insiden hernia femoralis
dikalangan wanita 4 kali lebih sering dibandingkan dikalangan pria, karena
secara keseluruhan sedikit insiden hernia inguinalis pada wanita.5

2.5 Etiologi
2.5.1 Kelemahan otot dinding abdomen5
1) Kelemahan jaringan
2) Adanya daerah yang luas diligamen inguinal

8
3) Trauma
2.5.2 Peningkatan tekanan intra-abdominal5
1) Obesitas
2) Mengangkat benda berat
3) Mengejan
4) Konstipasi
5) Kehamilan
6) Batuk kronik
7) Hipertropi prostate

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena


sebab yang didapat. Lebih banyak terjadi pada lelaki daripada perempuan.
Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia
pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong
dan isi hernia. Selain itu, diperlukan faktor yang dapat mendorong isi hernia
melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar. Pada orang sehat ada 3 (tiga)
mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis
inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur otot oblikus internus
abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan
adanya fasia transversa yang kuat sehingga menutupi trigonum hasselbach
yang umumnya hampir tidak berotot.6

Proses mekanisme ini meliputi saat otot abdomen berkontraksi terjadi


peningkatan intraabdomen lalu musculus oblikus internus dan musculus
tranversus berkontraksi, serabut otot yang paling bawah membentuk atap
mioaponeurotik pada kanalis inguinalis. Konjoin tendon yang melengkung,
meliputi spermatic cord yang berkontraksi mendekati ligamentum inguinale
sehingga melindungi fasia transversalis. Kontraksi ini terus bekerja hingga ke
depan cincin interna dan berfungsi menahan tekanan intraabdomen.6

Kontraksi musculus transversus abdominis menarik dan meregang


crura anulus internus, iliopubic tract, dan fasia transversalis menebal sehingga

9
cincin menutup seperti spincter (Shutter Mechanism). Pada saat yang sama
m. oblikus eksternus berkontraksi sehingga aponeurosisnya yang membentuk
dinding anterior kanalis inguinalis menjadi teregang dan menekan cincin
interna pada dinding posterior yang lemah. Gangguan pada mekanisme ini
dapat menyebabkan terjadinya hernia.6

2.6 Klasifikasi
Berdasarkan arah penonjolannya hernia dibagi menjadi 2 (dua), yaitu
hernia eksterna dan hernia interna. Hernia eksterna adalah hernia yang
menonjol keluar melalui dinding perut, pinggang, atau perineum. Hernia
interna adalah tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu lubang dalam
rongga perut, seperti foramen Winslow, resesus retrosekalis atau defek
dapatan pada mesenterium umpamanya setelah operasi anastomosis usus.
Berdasarkan arahnya hernia dibagi menjadi sebagai berikut :6
1) Hernia Eksterna (tampak dari luar)
a. Hernia Inguinalis Lateralis
b. Hernia Inguinalis Medialis
c. Hernia Femoralis
d. Hernia Umbilikalis, Sikatrikalis, Sciatic, Petit, Spigelian, dan
Perinialis

Gambar 5. Hernia Inguinal Direct & Indirect

2) Hernia Interna (tidak tampak dari luar)


a. Hernia Obturatoria
b. Hernia Diafragmatika

10
c. Hernia Foramen Winslowi
d. Hernia Ligament Treit
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi menjadi 2 (dua), yaitu hernia
bawaan (congenital) dan hernia yang didapat (acquired) :6
1) Hernia bawaan (kongenital) : timbulnya sejak bayi lahir atau pada anak-
anak, umumnya didapatkan pada hernia inguinalis lateralis, yang
disebabkan karena tidak menutupnya prosesus vaginalis setelah proses
penurunan testis ke skrotum baik sebagian atau seluruhnya.
2) Hernia didapat (acquired) : timbul hernia setelah dewasa dan lanjut
usia. Hal ini disebabkan adanya tekanan intra-abdominal yang
meningkat dan dalam waktu yang lama, misalnya pada batuk kronis,
gangguan proses kencing (BPH), konstipasi kronis, dan asites. Insiden
ini semakin meningkat dengan bertambahnya usia karena otot-otot
dinding perut yang sudah lemah, manifestasi klinis umumnya adalah
hernia inguinalis medialis.
Berdasarkan tempat terjadinya, hernia terbagi atas 7:
1) Hernia Femoralis : Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus
femoralis. Selanjutnya, isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis
yang berbentuk corong sejajar dengan vena femoralis sepanjang kurang
lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis.
2) Hernia Umbilikalis : Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital
pada umbilikus yang hanya tertutup peritoneum dan kulit akibat
penutupan yang inkomplet dan tidak adanya fasia umbilikalis.
3) Hernia Paraumbilikus : Hernia paraumbilikus merupakan hernia melalui
suatu celah di garis tengah di tepi kranial umbilikus, jarang terjadi di
tepi kaudalnya. Penutupan secara spontan jarang terjadi sehingga
umumnya diperlukan tindakan operasi untuk dikoreksi.
4) Hernia Epigastrika : Hernia epigastrika atau hernia linea alba adalah
hernia yang keluar melalui defek di linea alba antara umbilikus dan
prosessus xifoideus.

11
5) Hernia Ventralis : Hernia ventralis adalah nama umum untuk semua
hernia di dinding perut bagian anterolateral; nama lainnya adalah hernia
insisional dan hernia sikatriks.
6) Hernia Lumbalis : Di daerah lumbal antara iga XII dan krista iliaka, ada
dua trigonum masing-masing trigonum kostolumbalis superior (ruang
Grijinfelt/lesshaft) berbentuk segitiga terbalik dan trigonum
kostolumbalis inferior atau trigonum iliolumbalis berbentuk segitiga.
7) Hernia Littre : Hernia yang sangat jarang dijumpai ini merupakan hernia
berisi divertikulum Meckle. Sampai dikenalnya divertikulum Meckle,
hernia littre dianggap sebagai hernia sebagian dinding usus. Hernia
Spiegheli Hernia spieghell ialah hernia vebtralis dapatan yang menonjol
di linea semilunaris dengan atau tanpa isinya melalui fasia spieghel.
8) Hernia Obturatoria : Hernia obturatoria ialah hernia melalui foramen
obturatorium.
9) Hernia Perinealis : Hernia perinealis merupakan tonjolan hernia pada
perineum melalui otot dan fasia, lewat defek dasar panggul yang dapat
terjadi secara primer pada perempuan multipara atau sekunder
pascaoperasi pada perineum, seperti prostatektomi, reseksi rektum
secara abdominoperineal, dan eksenterasi pelvis. Hernia keluar melalui
dasar panggul yang terdiri atas otot levator anus dan otot sakrokoksigeus
beserta fasianya dan dapat terjadi pada semua daerah dasar panggul.
10) Hernia Pantalon : Hernia pantalon merupakan kombinasi hernia
inguinalis lateralis dan medialis pada satu sisi.
Menurut sifatnya, hernia disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat
keluar masuk. Usus keluar ketika berdiri atau mengedan, dan masuk lagi
ketika berbaring atau bila didorong masuk ke perut. Selama hernia masih
reponibel, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantong
tidak dapat kembali ke perut, hernia disebut hernia ireponibel. Ini biasanya
disebabkan oleh perlekatan isi kantong kepada peritoneum kantong hernia.
Hernia ini disebut juga hernia akreta (perlekatan karena fibrosis). Saat ini
hernia masih tidak ada keluhan nyeri, tidak ada juga tanda sumbatan usus.

12
Hernia disebut hernia inkarserata atau hernia strangulata bila isinya terjepit
oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali
ke rongga perut. Akibatnya, terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi.4
Secara klinis, istilah hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia
ireponibel yang disertai gangguan pasase, sedangkan hernia strangulata
digunakan untuk menyebut hernia ireponibel yang disertai gangguan
vaskularisasi. Bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus,
hernianya disebut hernia Richter.8

Gambar 6. Hernia reponibel, ireponibel, dan strangulate

2.7 Patofisiologi
Hernia terjadi ketika intra-abdominal mengalami peningkatan tekanan,
seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air
besar, batuk yang kuat, bersin, dan perpindahan bagian usus ke daerah otot
abdominal. Tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal akan
menyebabkan suatu kelemahan. Hal ini disebabkan dinding abdominal yang
tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut, dimana kondisi itu ada
sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan
abdominal dan kegemukan. Kerusakan yang sangat kecil pada dinding
abdominal, kemudian terjadi hernia.9
Karena organ-organ selalu melakukan pekerjaan yang berat dan
berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan
dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah sehingga menyebabkan
kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika
suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren.9

13
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab
yang didapat. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan
jaringan penunjang berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot
dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada
keadaan ini tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan
lebih vertikal. Bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan
lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah
masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada orang dewasa kanalis
tersebut sudah tertutup, tetapi karena kelemahan daerahtersebut maka akan
sering menimbulkan hernia yang disebabkan keadaan peningkatan tekanan
intra abdomen.9

2.8 Diagnosa
2.8.1 Anamnesis
Secara klasik, anamnesis pada penderita hernia inguinalis
biasanya ditemukan keluhan- keluhan, antara lain :9
1) Pada orang dewasa, biasanya penderita datang dengan keluhan
adanya “benjolan” di lipatan paha atau perut bagian bawah pada
scrotum atau labium mayor pada wanita.
2) Pada bayi dan anak-anak, adanya benjolan yang hilang timbul di
pelipatan paha biasanya diketahui oleh orang tuanya. Benjolan
timbul pada waktu terjadi peningkatan tekanan intra-abdominal,
misalnya mengejan, menangis, batuk, atau mengangkat beban
berat. Benjolan akan menghilang atau mengecil ketika penderita
berbaring (reponibilis), tidak dapat kembali atau tidak
menghilang ketika berbaring (irreponibilis).
3) Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di
daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri visceral
karena regangan pada mesenterium sewaktu segmen usus halus
masuk kedalam kantong hernia.

14
4) Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi
inkarserata karena illeus (dengan gambaran obstruksi usus dan
gangguan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa), atau
strangulasi karena nekrosis atau gangrene (akibat adanya
gangguan vaskularisasi).

5) Faktor-faktor predisposisi :
 Pekerjaan (mengangkat-angkat beban berat, atlet angkat besi,
tentara, kuli bangunan).
 Penyakit ataupun gangguan kronis (BPH, striktur urethra,
batuk kronis, ascites, atau susah BAB).
 Faktor usia (semakin tua otot-otot dinding abdomen semakin
lemah).
 Faktor kegemukan (obesitas).
Anamnesis pada penderita hernia femoralis biasanya ditemukan
keluhan antara lain :9
 Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul
terutama pada waktu melakukan kegiatan menaikkan tekanan
intra-abdomen, seperti mengangkat barang dan batuk.
Benjolan ini hilang pada waktu berbaring.
 Penderita sering datang ke dokter atau ke rumah sakit dengan
hernia strangulate. Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan
lunak di lipat paha di bawah ligamentum inguinaloe di medial
vena femoralis dan lateral tuberkulum pubikum.
 Tidak jarang yang lebih jelas adalah tanda sumbatan usus,
sedangkan benjolan di lipat paha tidak ditemukan, karena
kecilnya atau penderita gemuk.

2.8.2 Pemeriksaan Fisik (Posisi Penderita Berdiri dan Berbaring)


1) Inspeksi

15
 Tampak benjolan di lipatan paha simetris atau asimetris pada
posisi berdiri. Apabila tidak didapatkan benjolan, penderita kita
minta untuk melakukan manuver valsava.
 Benjolan berbentuk lonjong (HIL) atau bulat (HIM).
 Tanda-tanda radang ada atau tidak, pada hernia inguinalis
biasanya tanda radang (-).

2) Palpasi
 Dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, bila tidak tampak
benjolan penderita diminta mengejan atau melakukan manuver
valsava.
 Tentukan konsistensinya.
 Lakukan reposisi (bisa masuk atau tidak).
 Pada umumnya kompresable.
 Untuk membedakan antara hernia inguinalis lateralis dan
medialis dapat dilakukan beberapa macam tes (tes provokasi).
3) Auskultasi
 Ditemukan suara bising usus (diatas benjolan).
4) Pemeriksaan Khusus
b) Zieman’s Test
Penderita dalam keadaan berdiri atau jika kantong hernia
terisi, kita masukkan dulu ke dalam kavum abdomen. Untuk
memeriksa bagian kanan digunakan tangan kanan dan sebaliknya.
Test ini dapat dikerjakan pada penderita laki-laki ataupun
perempuan.11
Dengan jari kedua tangan pemeriksa diletakkan di atas
annulus inguinalis internus (± 1,5 cm diatas pertengahan SIAS
dan tuberkulum pubikum), jari ketiga diletakkan pada annulus
inguinalis ekternus dan jari keempat pada fossa ovalis. Penderita
disuruh mengejan maka timbul dorongan pada salah satu jari
tersebut diatas. Bilamana dorongan pada jari kedua berarti hernia

16
inguinalis lateralis, bila pada jari ketiga berarti hernia inguinalis
medialis dan bila pada jari keempat berarti hernia femoralis.4

Gambar 7. Zieman’s Test


c) Finger Test
Test ini hanya dilakukan pada penderita laki-laki. Dengan
menggunakan jari telunjuk atau kelingking skrotum di
invaginasikan menyelusuri annulus eksternus sampai dapat
mencapai kanalis inguinalis kemudian penderita disuruh batuk,
jika ada dorongan atau tekanan timbul pada ujung jari, maka
didapatkan hernia inguinalis lateralis, bila pada samping jari
maka didapatkan suatu hernia inguinalis medialis.

Gambar 8. Finger Test


d) Thumb Test
Penderita dalam posisi tidur telentang atau pada posisi
berdiri. Setelah benjolan dimasukkan kedalam rongga perut, ibu
jari kita tekankan pada annulus internus. Penderita disuruh
mengejan atau meniup dengan hidung atau mulut tertutup atau
batuk. Bila benjolan keluar waktu mengejan berarti hernia
inguinalis medialis dan bila tidak keluar berarti hernia inguinalis
lateralis.

17
Gambar 9. Thumb Test
2.9 Pemeriksaan Penunjang
Untuk mencari kemungkinan adanya tekanan intraperitoneal meningkat
dilakukan pemeriksaan sebagai berkut :12
1) Rectum Toucher : BPH, Stenosis Anal, dan Tumor Recti.
2) Foto Thorax : batuk kronis, asma, tumor paru.
3) USG Abdomen : asites, tumor abdomen.
4) Genitalia Eksterna : striktur urethra, phymosis.

2.10 Diagnosis Banding12


1. Hernia inguinale
2. Hidrokel testis
3. Limfadenopati
4. Abses inguinal
5. Varikokel
6. Hematom karena trauma
7. Lipoma
8. Tumor testis
Untuk membedakannya perlu diketahui bahwa munculnya hernia erat
hubungannya dengan aktifitas, seperti mengejan, batuk, dan gerak lain yang
disertai dengan peningkatan tekanan intra-abdomen, sedangkan penyakit lain
tidak berhubungan dengan aktifitas demikian.2,4
Pada hernia femoralis terdapat limfadenitis yang disertai tanda radang
lokal umum dengan sumber infeksi di tungkai bawah, perineum, anus atau
kulit tubuh kaudal dari umbilicus.

18
Berikut ini adalah tabel yang membandingkan antara hernia inguinalis
lateralis, medialis, dan femoralis :
Perbedaan Hernia Hernia Hernia
Inguinalis Inguinalis Femoralis
Lateralis Medialis
Usia Semua umur Orang tua Dewasa dan tua
Jenis Kelamin Terutama pria Pria dan wanita Terutama wanita
Lokasi Diatas Diatas Dibawah
ligamentum ligamentum ligamentum
inguinal inguinal
Thumb test Tidak keluar Keluar benjolan Keluar benjolan
benjolan
Finger test Benjolan pada Tonjolan di sisi
ujung jari jari
Zieman test Dorongan pada Tonjolan pada Dorongan pada
jari ke II jari ke III jari IV

2.11 Komplikasi
1) Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis
ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.
2) Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang
masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan
gangguan penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis inkarserata.
3) Bila inkarserata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis strangulata.
4) Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan
pembuluh darah dan timbul nekrosis.

19
5) Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,
muntah dan obstipasi.
6) Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik,
abses.6,10

2.12 Penatalaksanaan
1) Non-operatif, pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan
reposisi dan pemakaian penyangga untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi (pemakaian sabuk TRUSS). Indikasinya adalah :4
 Bila menolak operasi.
 Disertai penyakit berat yang dapat meningkatkan tekanan intra-
abdominal (ascites, cirrhosis hepatic, dan tumor paru).
 Hernia Inguinalis Medialis ukuran kecil dan belum mengganggu (atasi
dulu faktor penyebabnya).
2) Operatif, dilakulan pada hernia inguinalis dengan indikasi :4
 Hernia inguinalis dengan komplikasi inkarserata ataupun stangulata.
 Hernia inguinalis lateralis pada anak maupun dewasa (reponibilis atau
irreponibilis).
 Hernia inguinalis medialis yang cukup besar dan mengganggu.
Tindakan operatif :
1. Herniotomy, yaitu : membuang kantong hernia seproximal mungkin,
terutama pada anak-anak karena dasarnya adalah congenital tanpa
adanya kelemahan dinding perut.
2. Herniorrhapy, yaitu : herniotomy disertai tindakan bedah untuk
memperkuat dinding perut bagian bawah di belakang kanalis inguinalis
(hernioplasty). Untuk tindakan bedah ini (hernioplasty) ada 3 macam :2
 Bassini : menjahit conjoint tendon dengan ligament inguinal untuk
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Funiculus
spermaticus tetap berada di kanalis inguinalis.
 Halstedt : jahitan seperti bassini, tetapi funiculus spermaticus berada
di atas aponeurosis MOE di bawah kulit.

20
 Fergusson : conjoint tendon dijahitkan pada ligamentum inguinal di
atas funiculus spermaticus, kecuali pada daerah annulus eksternus
dimana tempat funiculus keluar menuju skrotum. Saat ini sering
digunakan prolene mesh (mersilen mesh) untuk menutup atau
memperkuat dinding belakang canalis inguinalis.

2.13 Komplikasi Post Operasi


1) Hematoma (pada luka atau pada skrotum).
2) Infeksi pada luka operasi.
3) Nyeri kronis.
4) Nyeri dan pembengkakan testis yang menyebabkan atrofi testis.6

2.14 Prognosis
Prognosis tergantung pada keadaan umum penderita serta ketepatan
penanganan. Tapi pada umumnya baik karena kekambuhan setelah operasi
jarang terjadi, kecuali pada hernia berulang atau hernia yang besar yang
memerlukan penggunaan materi prostesis. Pada penyakit hernia ini yang
penting adalah mencegah faktor predisposisinya.6

21
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS
 Nama : Tn. Armin Amirudin
 TTL : Bambaira, 21 April 1989
 Umur : 29 tahun
 Jenis Kelamin : Laki-Laki
 Agama : Islam
 Alamat : Dsn. Sibala, Desa Bambaira, Kec. Mamuju Utara
 Ruangan : Nangka
 Tanggal Masuk : 24 Agustus 2018

3.2 ANAMNESIS
 Keluhan utama :
Benjolan pada lipat paha kanan
 Anamnesis terpimpin :
Pasien masuk Rumah Sakit Umum Daerah Madani dengan keluhan
benjolan pada lipat paha kanan yang dirasakan ± 3 bulan sebelum masuk
rumah sakit. Benjolan kadang turun ketika pasien mengedan dan batuk.
Pasien tidak merasakan nyeri pada benjolannya. Tidak ada demam yang
dirasakan pasien. Mual (+) muntah tidak ada. BAB dan BAK seperti biasa.
Pasien merupakan seorang petani yang sudah bekerja selama 12
tahun. Selain itu juga pasien mengaku sering mengangkat berat. Benjolan
pada lipatan pahanya sering muncul dengan ukuran yang berubah-ubah.

 Riwayat penyakit sebelumnya :


 Tahun 2017 pasien pernah dirawat di RSU Anutapura dengan
keluhan yang sama. Riwayat operasi appendectomy tahun 2005
 Alergi (-)
 Asma bronkial (-)

22
 Riwayat penyakit keluarga :
 Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang serupa.

 Riwayat pengobatan :
 Pasien belum pernah berobat untuk dirawat sebelumnya.

3.3 PEMERIKSAAN FISIK


Status generalisata :
 Keadaan umum : tampak sakit sedang
 Kesadaran : komposmentis
 GCS : E4M6V5

Tanda vital :
 Tekanan darah : 100/60 mmhg
 Respirasi : 20 kali/menit
 Suhu axilla : 37 ᴼC
 Nadi : 84 kali/menit

Kulit
 Warna : sawo matang, ikterik (-), dan hipopigmentasi (-),
hiperpigmentasi (-).
 Lesi : lesi primer lesi (-), lesi sekunder (-).
 Rambut : tumbuh rambut permukaan kulit (+).
 Turgor : baik
 Suhu raba : hangat
Kepala
 Bentuk : normocephale

Mata
 Pupil : isokor +/+, RCL +/+, RCTL +/+

23
 Anemis : -/-
 Ikterik : -/-

Leher :
 Pembesaran KGB : -/-

Thorax
Paru-Paru :
 Inspeksi : simetris bilateral paru kanan dan paru kiri
 Palpasi : vocal fremitus paru kanan dan paru kiri
 Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
 Auskultasi : vesicular +/+, rhonki +/+, wheezing -/-

Jantung :
 Inspeksi : ictus cordis tampak pada SIC V line midclavicula sinistra
 Palpasi : ictus cordi teraba pada SIC V line midclavicula sinistra
 Perkusi : batas jantung normal
 Auskultasi : bunyi jantung I/II murni regular

Abdomen :
 Inspeksi : abdomen simetris, datar
 Auskultasi : peristaltik (+), kesan normal
 Perkusi : timpani pada keempat kuadran abdomen
 Palpasi : nyeri tekan (-)

Ekstremitas
 Deformitas (-), edema (-)
 Akral hangat (+)

Status lokalisasi genitalia :


 Regio : inguinalis dextra
 Inspeksi : terdapat massa dengan bentuk lonjong, berwarna seperti

24
warna kulit disekitarnya, dan tidak terdapat tanda-tanda
radang.
 Palpasi : teraba massa dengan ukuran ± 7x4 cm, permukaan rata,
massa teraba lunak yang keluar saat pasien batuk dan
mengedan, fluktuasi (-), testis teraba, nyeri tekan (-).
 Transluminasi (-) negatif.
 Pemeriksaan Finger test : dorongan timbul pada ujung jari (+).
 Pemeriksaan Zieman test : dorongan pada jari kedua (+).
 Pemeriksaan Thumb test : benjolan tidak keluar (+).

3.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Darah Rutin
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 24 Agustus 2018
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 15,0 g/dl 12 – 14 g/dl
Hematokrit 40 % 36 – 44 %
Eritrosit 5,0 juta / µL 4,10 – 5,50 juta / µL
Leukosit 7,2 /µL 5000 – 15000 /µL
Trombosit 249.000 /mm3 200.000 – 400.000 /mm3
Bleeding time 2 menit 1 – 5 menit
Clotting time 6 menit 4 – 10 menit
Gula darah sewaktu 129 mg/dl < 200 mg/dl
HbsAg Negative Negative

3.5 RESUME
Pasien laki-laki usia 29 tahun masuk Rumah Sakit Umum Daerah
Madani dengan keluhan benjolan pada region inguinal dextra yang dirasakan
± 3 bulan sebelum masuk rumah sakit. Benjolan kadang turun ketika pasien
mengedan dan batuk. Pasien tidak merasakan nyeri pada benjolannya. Tidak

25
ada demam yang dirasakan pasien. nausea (+) vomitus tidak ada. BAB dan
BAK seperti biasa.
Pemeriksaan fisik tekanan darah 100/60 mmhg, respirasi 20 kali/menit,
suhu 37 ᴼC, nadi 84 kali/menit. Status lokalisasi regio inguinalis dextra
didapatkan massa dengan berbentuk lonjong dengan ukuran ± 7x4 cm,
berwarna seperti warna kulit disekitarnya, permukaan rata dengan konsistensi
lunak, mobile (+), nyeri (-), fluktuasi (-), dan testis teraba, transluminasi (-),
pemeriksaan Finger test : dorongan timbul pada ujung jari (+), pemeriksaan
Zieman test : dorongan pada jari kedua (+), dan pemeriksaan Thumb test :
benjolan tidak keluar (+).

3.6 DIAGNOSIS
Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponibel

3.7 DIAGNOSA BANDING


 Hidrokel
 Orchitis Dextra
 Tumor Testis Dextra

3.8 PENATALAKSANAAN
 IVFD RL 20 tpm
 Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 jam/iv
 Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam/iv
 Operatif

3.9 PROGNOSIS
 Ad vitam : ad bonam
 Ad sanationam : ad bonam
 Ad fungsionam : ad bonam

26
3.10 FOLLOW UP
Hari/Tanggal Follow Up
Minggu, S Benjolan mulai mengecil, nyeri (-), mual (+)
26/08/2018 muntah (-), BAK (+), dan BAB (+).
O Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 120/70 mmHg
N : 80x/menit
P : 20x/menit
S : 36,7C
A Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponsibel
P  IVFD RL 20 tpm
 Inj. Inj. Ceftriaxon 1gr/12 jam/iv
 Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam/iv
 Direncanakan operasi

Hari/Tanggal Follow Up
Senin, S Benjolan tidak tampak (+), nyeri (-) mual (-),
27/08/2018 BAK (+), dan BAB (+).
O Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : komposmentis
TD : 120/80 mmHg
N : 78x/menit
P : 20x/menit
S : 36,6 C
A Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponsibel
P  IVFD RL 20 tpm
 Inj. Ceftriaxon 1gr/12 jam/iv
 Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam/iv
 Menunggu keputusan keluarga

27
Hari/Tanggal Follow Up
Selasa, S Benjolan tidak tampak (+), nyeri (-) mual (-),
28/08/2018 BAK (+), dan BAB (+).
O Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : komposmentis
TD : 110/80 mmHg
N : 88x/menit
P : 20x/menit
S : 36,6 C
A Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponsibel
P  IVFD RL 20 tpm
 Inj. Inj. Ceftriaxon 1gr/12 jam/iv
 Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam/iv
 Keluarga menolak dilakukan tindakan

28
BAB IV
DISKUSI KASUS

Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan yang
abnormal atau kelemahannya suatu area dari suatu dinding pada rongga dimana ia
terisi secara normal. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. Semua
hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding
abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intra-abdomen yang berulang
atau berkelanjutan.4
Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah
apendisitis. Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis
internus/lateralis menelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga abdomen melalui
anulus inguinalis externa/medialis. Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu hernia
inguinalis lateralis dan hernia inguinalis medialis.4
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau di dapat. Insidensi
hernia terjadi ketika intra-abdominal mengalami peningkatan tekanan, seperti
tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar, batuk
yang kuat, bersin, dan perpindahan bagian usus ke daerah otot abdominal. Tekanan
yang berlebihan pada daerah abdominal akan menyebabkan suatu kelemahan. Hal
ini disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah
tersebut, dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang
cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Kerusakan yang sangat kecil
pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia.1,2
Penegakan diagnosis hernia inguinalis lateralis dextra reponsibel pada pasien
didapatkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
yang diperlukan.
Pada anamnesis pasien Tn. A usia 29 datang dengan keluhan benjolan pada
lipat paha kanan yang dirasakan ± 3 bulan sebelum masuk rumah sakit. Benjolan
kadang turun ketika pasien mengedan dan batuk. Pasien tidak merasakan nyeri pada
benjolannya. Tidak ada demam yang dirasakan pasien. Mual (+) muntah tidak ada.
BAB dan BAK seperti biasa. Pasien merupakan seorang petani yang sudah bekerja
selama 12 tahun. Selain itu juga pasien mengaku sering mengangkat berat. Benjolan

29
pada lipatan pahanya sering muncul dengan ukuran yang berubah-ubah. Hal ini
sesuai dengan telah sesuai dengan teori pada penderita hernia inguinalis biasanya
ditemukan adanya benjolan yang timbul ketika adanya peningkatan tekanan intra-
abdominal, seperti menangis, batuk, mengejan, dan mengangkat beban berat.2
Pemeriksaan fisik yang di lakukan pada pasien yang mendukung diagnosis
hernia inguinalis lateralis dextra reponibel di dapatkan pada regio inguinalis dextra
benjolan berbentuk lonjong, teraba massa dengan ukuran ± 7x4 cm, permukaan
rata, tidak nyeri, massa teraba lunak, fluktuasi (-), testis teraba. Pada pemerikaan
tes transluminasi di dapatkan hasil negatif, pemeriksaan Finger test : dorongan
timbul pada ujung jari (+), pemeriksaan Zieman test : dorongan pada jari kedua (+),
dan pemeriksaan Thumb test : benjolan tidak keluar (+). Hal ini telah sesuai dengan
teori.
Bentuk benjolan lonjong di regio inguinalis dextra, bebas, benjolan tidak
terasa nyeri, tidak ditemukan adanya tanda-tanda gangguan pasase maupun
gangguan vaskularisasi. Pada pemeriksaan Finger test : dorongan timbul pada ujung
jari (+), pemeriksaan Zieman test : dorongan pada jari kedua (+), dan pemeriksaan
Thumb test : benjolan tidak keluar (+). Pada pemeriksaan Finger test didapatkan
dorongan timbul pada ujung jari (+) yang menunjukkan bahwa hernia inguinalis
lateralis, pemeriksaan Zieman test : dorongan pada jari kedua (+) yang artinya pada
pasien ini yang terjadi adalah hernia inguinalis lateralis, dan pemeriksaan Thumb
test : benjolan tidak keluar (+) artinya hernia inguinalis lateralis.
Pada pasien ini, testis teraba dan tes transluminasi negatif. Hal ini
menunjukkan bahwa untuk membedakan hernia dan kemungkinan adanya hidrokel.
Pada pemeriksaan penunjang yang dilakukan, seperti pemeriksaan
laboratorim tidak ditemukan kelainan yang bermakna.
Pada pasien ini tindakan yang di pilih adalah operatif namun keluarga pasien
menolak dilakukan tindakan operatif.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Sabiston D, C. 2010. Buku Ajar Bedah. EGC. Jakarta. Indonesia.

2. Sjamsuhidajat, R. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta. Indonesia.

3. Erickson K, M. 2009. Abdominal Hernias. Emedicine Speciaties General


Surgery Abdomen. U.S.A. (http://emedicine.medscape.com/ article/189563-
overview#a0103 diakses tanggal 1 Agustus 2018).

4. Ruhl CE dan Everhart JE. 2007. Risk Factor for Inguinal Hernia among
Adults in The US Population. America Journal Of Epidemiology. U.S.A.
(http://aje.oxfordjournals.org/content/165/10/1154.full).

5. Nurmianto, E. 2008. Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya edisi 2. Guna


Widya. Surabaya. Indonesia.

6. WHO. 2010. Obesity: Preventing and Managing the Global Epidemic.


Geneva.

7. Amrizal, 2015. Hernia Inguinalis : Tinjauan Pustaka. Syifa’MEDIKA, Vol.6


(No.1), September 2015

8. Doherty GM dan Way LW. 2011. Current Surgical Diagnosis and Treatment,
12th edition. McGraw-Hill. U.S.A

9. Muttaqin A dan Sari K. 2011. Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.1), September 2015.


Gastrointestinal. Medika. Jakarta.

10. Martono H dan Pranarka K. 2011. Buku ajar Geriatri Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut. FKUI. Jakarta. Indonesia.

11. Ashidoitiang J, A. dan Akinlolu O, O. 2012. Risk Factors for Inguinal Hernia
in Adult Male. PubMed. Nigeria. (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pub
med/22676975).

12. Svenden SW, Frost P dan Andersen JH. 2012. Risk and prognosis of inguinal
hernia in relation occupational Mechanical Exposures-A systematic review
of the epidemiologic evidence. Scadinavian Journal of work. Norway.
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22643828).

31

Anda mungkin juga menyukai