Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

HERNIA INGUINALIS LATERALIS

Oleh :
IMAM NURHIDAYAT
J510170026

Pembimbing :
Dr. SAUT IDOAN SIJABAT, Sp.B.

KEPANITERAAN KLINIK SMF/BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UMS
RSUD DR. HARJONO S. PONOROGO
2017
REFERAT
HERNIA INGUINALIS LATERALIS

Oleh :
IMAM NURHIDAYAT
J510170026

Telah diajukan dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta pada hari
.......................tanggal ........... Agustus 2017.

Pembimbing:
Dr. Saut Idoan Sijabat, Sp.B. (..........................................)

Dipresentasikan dihadapan
Dr. Saut Idoan Sijabat, Sp.B. (..........................................)

KEPANITERAAN KLINIK SMF/BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UMS
RSUD DR. HARJONO S. PONOROGO
2017

2
BAB I
PENDAHULUAN

Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah


appendicitis. Sampai saat ini masih merupakan tantangan dalam peningkatan
status kesehatan masyarakat karena besarnya biaya yang diperlukan dalam
penanganannya dan hilangnya tenaga kerja akibat lambatnya pemulihan dan
angka rekurensi. Dari keseluruhan jumlah operasi di Perancis tindakan bedah
hernia sebanyak 17,2 % dan 24,1 % di Amerika Serikat.
Hernia inguinalis sudah dicatat sebagai penyakit pada manusia sejak tahun
1500 sebelum Masehi dan mengalami banyak sekali perkembangan seiring
bertambahnya pengetahuan struktur anatomi pada regio inguinal.
Hampir 75 % dari hernia abdomen merupakan hernia ingunalis. Untuk
memahami lebih jauh tentang hernia diperlukan pengetahuan tentang kanalis
inguinalis. Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia
ingunalis medialis dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua
pertiga dari hernia ingunalis. Sepertiga sisanya adalah hernia inguinalis medialis.
Hernia lebih dikarenakan kelemahan dinding belakang kanalis inguinalis. Hernia
ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita, untuk hernia
femoralis sendiri lebih sering ditemukan pada wanita.Sedangkan jika ditemukan
hernia ingunalis pada pria kemungkinan adanya hernia ingunalis atau
berkembangnya menjadi hernia ingunalis sebanyak 50 %. Perbandingan antara
pria dan wanita untuk hernia ingunalis 7 : 1. Prevalensi hernia ingunalis pada pria
dipengaruhi oleh umur.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian yang lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi
hernia.

Gambar Anatomi anterior

Gambar Anatomi posterior

4
Region inguinal harus dipahami, pengetahuan tentanag region ini penting untuk
terapi operatif dari hernia. Sebagai tambahan, pengetahuan tentang posisi
relative dari saraf, pembuluh darah dan struktur vas deferen, aponeurosis dan
fascia.3
1. Kanalis Inguinalis
Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm dan
terletak 2-4 cm kearah caudal ligamentum inguinal. Kanal melebar diantara
cincin internal dan eksternal. Kanalis inguinalis mengandung salah satu vas
deferens atau ligamentum uterus. Funikulus spermatikus terdiri dari serat-
serat otot cremaster, pleksus pampiniformis, arteri testicularis n ramus
genital nervus genitofemoralis, ductus deferens, arteri cremaster, limfatik,
dan prosesus vaginalis.
Kanalis inguinalis harus dipahami dalam konteks anatomi tiga
dimensi. Kanalis inginalis berjalan dari lateral ke medial, dalam ke luar dan
cepal ke caudal. Kanalis inguinalis dibangun oleh aponeurosis obliquus
ekternus dibagian superficial, dinding inferior dibangun oleh ligamentum
inguinal dan ligamentum lacunar. Dinding posterior (dasar) kanalis
inguinalis dibentuk oleh fascia transfersalis dan aponeurosis transverses
abdominis. Dasar kanalis inguinalils adalah bagian paling penting dari sudut
pandang anatomi maupun bedah.
Pembuluh darah epigastric inferior menjadi batas superolateral dari
trigonum Hesselbach. Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membrane
rectus, dan ligamentum inguinal menjadi batas inferior. Hernia yang
melewati trigonum Hesselbach disebut sebagai direct hernia, sedangkan
hernia yang muncul lateral dari trigonum adalah hernia indirect.

5
Gambar Segitiga Hesselbach's

2. Aponeurosis Obliqus External


Aponeurosis otot obliquus eksternus dibentuk oleh dua lapisan:
superficial dan profunda. Bersama dengan aponeorosis otot obliqus internus
dan transversus abdominis, mereka membentuk sarung rectus dan akhirnya
linea alba. external oblique aponeurosis menjadi batas superficial dari
kanalis inguinalis. Ligamentum inguinal terletak dari spina iliaca anterior
superior ke tuberculum pubicum. 3,4

Gambar Otot Oblique

6
3. Otot Oblique internus
Otot obliq abdominis internus menjadi tepi atas dari kanalis inguinalis
bagian medial dari internal oblique aponeurosis menyatu dengan serat dari
aponeurosis transversus abdominis dekat tuberculum pubicum untuk
membentuk conjoined tendon. adanya conjoined tendon yang sebenarnya
telah banyak diperdebatkan, tetapi diduga oleh banyak ahli bedah muncul
pada 10% pasien.
4. Fascia Transversalis
Fascia transversalis dianggap suatu kelanjutan dari otot transversalis
dan aponeurosisnya. Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper
memiliki 2 lapisan: "The fascia transversalis dapat dibagi menjadi dua
bagian, satu terletak sedikit sebelum yang lainnya, bagian dalam lebih tipis
dari bagian luar; ia keluar dari tendon otot transversalis pada bagian dalam
dari spermatic cord dan berikatan ke linea semulunaris.

Gambar Fascia Transversalis


5. Ligamentum Cooper
Ligamentum Cooper terletak pada bagian belakang ramus pubis dan
dibentuk oleh ramus pubis dan fascia. Ligamentum cooper adalah titik fixasi
yang penting dalam metode perbaikan laparoscopic sebagaimana pada
teknik McVay. 3
6. Preperitoneal Space
Preperitoneal space terdiri dari jaringan lemak, lymphatics, pembuluh
darah dan saraf. Saraf preperitoneal yang harus diperhatikan oleh ahli bedah

7
adalah nervus cutaneous femoral lateral dan nervus genitofemoral. nervus
cutaneous femoral lateral berasal dari serabut L2 dan L3 dan kadang cabang
dari nervus femoralis. Nervus ini berjalan sepanjang permukaan anterior
otot iliaca dan dibawah fascia iliaca dan dibawah atau melelui perlekatan
sebelah lateral ligamentum inguinal pada spina iliaca anterior superior.
Nervus genitofemoral biasanya berasal dari L2 atau dari L1 dan L2
dan kadang dari L3. Ia turun didepan otot psoas dan terbagi menjadi cabang
genital dan femoral. Cabang genital masuk ke kanalis inguinalis melalui
cincin dalam sedangkan cabang femoral masuk ke hiatus femoralis sebelah
lateral dari arteri. ductus deferens berjalan melalui preperitoneal space dari
caudal ke cepal dan medial ke lateral ke cincin interna inguinal. Jaringan
lemak, lymphatics, ditemukan di preperitoneal space, dan jumlah jaringan
lemak sangat bervariasi.
7. Bagian bagian hernia :
a. Kantong hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua
hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa,
hernia intertitialis.
b. Isi hernia
Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya
usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).
c. Pintu hernia
Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.
d. Leher hernia
Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.
e. Locus minoris resistence (LMR)
B. Klasifikasi
1. Hernia reponibilis: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika
berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk,
tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Dapat direposisi tanpa
operasi.

8
2. Hernia irreponibilis: organ yang mengalami hernia tidak dapat kembali ke
cavum abdominal kecuali dengan bantuan operasi. Tidak ada keluhan rasa
nyeri atau tanda sumbatan usus. Jika telah mengalami perlekatan organ
disebut hernia akreta.
3. Hernia strangulata: hernia dimana sudah terjadi gangguan vaskularisasi
viscera yang terperangkap dalam kantung hernia (isi hernia). Pada keadaan
sebenarnya gangguan vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan dimulai,
dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis.
4. Hernia inkarserata: isi kantong terperangkap, terjepit oleh cincin hernia,
tidak dapat kembali ke dalam rongga perut, dan sudah disertai tanda-tanda
ileus mekanis (usus terjepit sehingga aliran makanan tidak bisa lewat).
C. Hernia Regio Inguinalis
1. Definisi
Hernia inguinalis adalah hernia yang paling sering kita temui.
Menurut patogenesisnya hernia ini dibagi menjadi dua, yaitu hernia
inguinalis lateralis (HIL) dan hernia inguinalis medialis (HIM). Ada juga
yang membagi menjadi hernia inguinalis direk dan hernia inguinalis
indirek. Meskipun terapi terbaik pada hernia ini adalah sama yaitu
herniotomi dan herniorafi, tapi penting untuk mengetahui perbedaannya
karena akan mempengaruhi pada teknik operasinya nanti.
Hernia inguinalis lateralis timbul karena adanya kelemahan anulus
intenus sehingga organ-organ dalam rongga perut (omentum, usus) masuk
ke dalam kanalis inguinalis dan menimbulkan benjolan di lipat paha sampai
skrotum. Sedangkan hernia ingunalis medialis timbul karena adanya
kelemahan dinding perut karena suatu sebab tertentu. Biasanya terjadi pada
segitiga hasselbach. Secara anatomis intra operatif antara HIL dan HIM
dipisahkan oleh vassa epigastrika inferior. HIL terletak di atas vassa
epigastrika inferior sedang HIM terletak di bawahnya.
2. Etiologi
Penyebab terjadinya hernia :

9
a. Lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat
kemudian dalam hidup.
b. Akibat dari pembedahan sebelumnya.
c. Kongenital
1) Hernia congenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia kerena adanya defek pada tempat
tempat tertentu.
2) Hernia congenital tidak sempurna
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi dia mempunyai
defek pada tempat tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa
bulan (0 1 tahun) setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek
tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intraabdominal
(mengejan, batuk, menangis).
d. Aquisial adalah hernia yang buka disebabkan karena adanya defek
bawaan tetapi disebabkan oleh fakor lain yang dialami manusia selama
hidupnya, antara lain :
1) Tekanan intraabdominal yang tinggi. Banyak dialami oleh pasien
yang sering mengejan yang baik saat BAB maupun BAK.
2) Konstitusi tubuh. Orang kurus cenderung terkena hernia jaringan
ikatnya yang sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat
terkena hernia karena banyaknya jaringan lemak pada tubuhnya
yang menambah beban kerja jaringan ikat penyokong pada LMR.
3) Banyaknya preperitoneal fat banyak terjadi pada orang gemuk.
4) Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan
intraabdominal.
5) Penyakit yang melemahkan dinding perut.
3. Patofisiologi
Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh
epigastrika inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar melalui dua pintu
dan saluran, yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia

10
lateralis akan tampak tonjolan berbentuk lonjong. Dapat terjadi secara
kongenital atau akuisita:
a. Hernia inguinalis indirekta congenital.
Terjadi bila processus vaginalis peritonei pada waktu bayi
dilahirkan sama sekali tidak menutup. Sehingga kavum peritonei tetap
berhubungan dengan rongga tunika vaginalis propria testis. Dengan
demikian isi perut dengan mudah masuk ke dalam kantong peritoneum
tersebut.
b. Hernia inguinalis indirekta akuisita.
Terjadi bila penutupan processus vaginalis peritonei hanya pada
suatu bagian saja. Sehingga masih ada kantong peritoneum yang berasal
dari processus vaginalis yang tidak menutup pada waktu bayi dilahirkan.
Sewaktu-waktu kantung peritonei ini dapat terisi dalaman perut, tetapi isi
hernia tidak berhubungan dengan tunika vaginalis propria testis.

4. Diagnosis
a. Anamnesis
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang hilang timbul,
muncul terutama pada waktu melakukan kegiatan yang dapat
meningkatkan tekanan intra-abdomen seperti mengangkat barang atau
batuk, benjolan ini hilang pada waktu berbaring atau dimasukkan dengan

11
tangan (manual). Terdapat faktor-faktor yang berperan untuk terjadinya
hernia. Dapat terjadi gangguan passage usus (obstruksi) terutama pada
hernia inkarserata. Nyeri pada keadaan strangulasi, sering penderita.
b. Pemeriksaan Fisik
Ditemukan benjolan lunak di lipat paha di bawah ligamentum
inguinale di medial vena femoralis dan lateral tuberkulum pubikum.
Benjolan tersebut berbatas atas tidak jelas, bising usus (+), transluminasi
(-).
Gejala/tanda Obstruksi usus pada Nekrosis/gangren pada
hernia inkarserata hernia strangulata
Nyeri Kolik Menetap
Suhu badan Normal Normal/meninggi
Denyut nadi Normal/meninggi Meninggi/tinggi sekali
Leukosit Normal Leukositosis
Rangsang peritoneum Tidak ada Jelas
Sakit Sedang/berat Berat sekali/toksik
Tabel Hernia inkarserata dengan obstruksi usus dan hernia strangulata yang
menyebabkan nekrosis atau ganggren
c. Teknik pemeriksaan
Hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis
(lateralis/internus) dan mengikuti jalannya spermatid cord di canalis
inguinalis serta dapat melalui annulus inguinalis subcutan (externus)
sampai scrotum. Mempunyai LMR (Locus Minoris Resistentie) Secara
klinis HIL dan HIM dapat dibedakan dengan tiga teknik pemeriksaan
sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan Thumb test. Cara
pemeriksaannya sebagai berikut :
Pemeriksaan Finger Test :
1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
2. Dimasukkan lewat skrortum melalui
anulus eksternus ke kanal inguinal.
3. Penderita disuruh batuk:

12
Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis
Pemeriksaan Ziemen Test :
1. Posisi berbaring, bila ada benjolan
masukkan dulu (biasanya oleh
penderita).
2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan
kanan.
3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan
pada :
jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
jari ke 4 : Hernia Femoralis.
Pemeriksaan Thumb Test :
Anulus internus ditekan dengan ibu jari
dan penderita disuruh mengejan
Bila keluar benjolan berarti Hernia
Inguinalis medialis.
Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia
Inguinalis Lateralis.

d. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut:
- Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi.
- Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah
dan menjadi dehidrasi.
- Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus
genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha.

13
Pemeriksaan Radiologis
Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada
lipat paha atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab
pembengkakan testis.8 Pada pemeriksaan radiologis kadang terdapat
suatu yang tidak biasa terjadi, yaitu adanya suatu gambaran massa.
Gambaran ini dikenal dengan Spontaneous Reduction of Hernia En
Masse. Adalah suatu keadaan dimana berpindahnya secara spontan
kantong hernia beserta isinya ke rongga extraperitoneal. Ada 4 tipe
pembagian reduction of hernia en masse :
Retropubic
Intra abdominal
Pre peritoneal
Pre peritoneal locule
5. Diagnosis Banding
a. Limfadenopati Inguinalis yang disertai tanda radang lokal umum dengan
sumber infeksi di tungkai bawah, perineum, anus, atau kulit tubuh kaudal
dari tingkat umbilikus.
b. Lipoma kadang tidak dapat dibedakan dari benjolan jaringan lemak
preperitoneal pada hernia femoralis.
Untuk membedakannya perlu diketahui bahwa munculnya hernia erat
hubungannya dengan aktivitas seperti mengedan, batuk, dan gerak lain
yang disertai dengan peninggian tekanan intra-abdomen, sedangkan
penyakit lain seperti limfadenitis femoralis tidak berhubungan dengan
aktivitas demikian
6. Penatalaksanaan
a. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi
dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi
hernia yang telah direposisi.

14
1) Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate.
Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia
membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah
cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi
reposisi. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan
vitalitas isi hernia jarang terjadi jika dibandingkan dengan orang
dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih elastis
dibandingkan dengan orang dewasa.
Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian
sedative dan kompres es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil
anak disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia
tidak berhasil dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera.
Pada tindakan reposisi ini posisi penderita dapat dilakukan denagn
posisi seperti pada gambar :

Gambar Reposisi dengan posisi trendelenburg


2) Bantalan penyangga ( sabuk Truss)
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia
yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus
dipakai seumur hidup.

15
Sebaiknya cara ini tidak dianjurkan karena mempunyai
komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut
didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada
anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofitestis karena tekanan
pada funikulus spermatikus yang mengandung pembuluh darah dari
testis.
b. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia
inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis
ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia adalah hernioraphy, yang terdiri
dari herniotomi dan hernioplasti.
1) Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan,
kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu
dipotong.
Indikasi :
a) Hernia Inkarserata / Strangulasi (cito)
b) Hernia Irreponabilis ( urgen, 2 x 24 jam)
c) Hernia Reponabilis dilakukan atas indikasi sosial : pekerjaan (elektif)
d) Hernia Reponabilis yang mengalami incarserasi (HIL,Femoralis)
Prinsip semua hernia harus dioperasi, karena dapat menyebabkan
inkarserasi / strangulasi. Herniotomy pada dewasa lebih dulu faktor-
faktor penyebab harus dihilangkan dulu, misal BPH harus dioperasi
sebelumnya.
Tehnik Operasi :
a) Incisi inguinal 2 jari medial SIAS sejajar ligamentum inguinale ke
tuberculum pubicum
b) Incisi diperdalam sampai sampai nampak aponeurosis MOE : tampak
crus medial dan lateralis yang merupakan anulus eksternus

16
c) Aponeurosis MOE dibuka kecil dengan pisau , dengan bantuan pinset
anatomis dan gunting dibuka lebih lanjut ke kranial sampai anulus
internus dan ke kaudal sampai membuka annulus inguinalis eksternus.
Hati2 dengan N.Ilioinguinalis dan N.Iliohypogastrik. M.cremaster
disiangi sampai nampak funiculus spermaticus
d) Funiculus dibersihkan dicantol dengan kain kasa dibawa ke medial,
sehingga nampak kantong peritoneum
e) Peritoneum dijepit dengan 2 buah pinset kemudian dibuka selanjutnya
usus didorong ke cavum abdomen dengan melebarkan irisan ke
proksimal sampai leher hernia, kantong sebelah distal dibiarkan
f) Leher hernia dijahit dengan kromik dan puntung ditanamkan di bawah
conjoint tendo dan digantungkan
Selanjutnya dilakukan hernioplasty secara :
2) Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus
inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Hernioplasti lebih penting artinya dalam mencegah terjadinya residif
dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplasti
seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus,
menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan
m. tranversus internus abdominis dan m. oblikus internus abdominis yang
dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale poupart
menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia tranversa m. transversus
abdominis, m.oblikus internus abdominis ke ligamentum cooper pada
metode Mc Vay. Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang
diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau
marleks untuk menutup defek
a) Marcy Ferguson
Funiculus spermaticus ditaruh disebelah dorsal MOE dan MOI
abdominis. MOI & transversus dijahitkan pada ligamentum inguinale

17
dan meletakkan funiculus di dorsalnya. kemudian aponeurosis MOE
dijahit kembali, sehingga tidak ada lagi canalis inguinalis.
b) Bassini
MOI dan transversus abdominis dijahitkan pada ligamentum inguinal,
Funiculus diletakkan disebelah ventral, aponeurosis MOE tidak
dijahit, sehingga canalis inguinalis tetap ada. Kedua musculus
berfungsi memperkuat dinding belakang canalis,sehingga LMR hilang

Gambar Teknik bassini

c) Halsted
Dilakukan penjahitan MOE, MOI dan m.transversus abdominis, untuk
memperkuat / menghilangkan LMR. Funiculus spermaticus diletakkan
di subcutis. Cara Ferguson dan Bassini dilakukan pada orang dewasa.
Cara Halsted dilakukan pada orang tua, supaya dinding perut lebih
kuat. Kemudian luka ditutup lapis demi lapis
- Aponeurosis MOE jahit simpul dengan cromic catgut
- Subcutan fat dijahit simpul dengan catgut
- Kulit dijahit dengan zyde secara simpul
d) Shouldice
Prinsip dasar tehnik Shouldice adalah Bassini multi layer,
Dilakukan insisi garis kulit sampai fasia, dengan preparasi saraf
ilioinguinal dan iliohipogastrika, bebaskan funikulus dari fasia

18
transversalis sampai ke cincin interna, membuang kantong dan ligasi
setinggi mungkin. Dilanjutkan dengan memotong fasia transversalis
dan membebaskan lemak pre peritoneal. Langkah berikutnya
dilakukan rekonstruksi dinding belakang inguinal dengan jahitan
jelujur membuat suatu flap dari tepi bawah fasia ke bagian belakang
flap superior, usahakan titik jahitan tidak segaris dengan jarak 2-4
mm. Bagian flap superior yang berlebih dijahitkan kembali pada
lapisan dibawahnya dengan jelujur membentuk lapisan ke dua
(gambarA). Demikian seterusnya dengan menjahit tendon konjoin ke
ligamentum inguinal membentuk lapisan ke tiga (gambar B).
Kemudiaan penjahitan aponeorosis obliqus eksterna membentuk
lapisan ke empat (gambar C). Bagian flap superior yang berlebih
dijahitkan kembali pada lapisan dibawahnya dengan jelujur
membentuk lapisan ke dua (gambarA). Demikian seterusnya dengan
menjahit tendon konjoin ke ligamentum inguinal membentuk lapisan
ke tiga (gambar B). Kemudiaan penjahitan aponeorosis obliqus
eksterna membentuk lapisan ke empat (gambar C).
e) Mc Vay
Dikenal dengan metode ligamentum Cooper, meletakkan conjoint
tendon lebih posterior dan inferior terhadap ligamentum Cooper.
f) Tehnik operasi Herniotomi Herniorafi Lichtenstein
Hernia inguinalis lateralis dan medialis:
- Penderita dalam posisi supine dan dilakukan anestesi umum, spinal
anestesi atau anestesi lokal
- Dilakukan insisi oblique 2 cm medial sias sampai tuberkulum
pubikum
- Insisi diperdalam sampai tampak aponeurosis MOE (Muskulus
Obligus Abdominis Eksternus)
- Aponeurosis MOE dibuka secara tajam
- Funikulus spermatikus dibebaskan dari jaringan sekitarnya dan
dikait pita dan kantong hernia

19
- diidentifikasi
- Isi hernia dimasukan ke dalam cavum abdomen, kantong hernia
secara tajam dan tumpul sampai
anulus internus
- Kantong hernia diligasi setinggi lemak preperitonium , dilanjutkan
dengan herniotomi
- Perdarahan dirawat, dilanjutkan dengan hernioplasty dengan mesh
- Letakkan bahan mesh ukuran 10x5 cm diletakkan di atas defek,
disebelah bawah spermatik kord.
- Dilakukan penjahitan dengan benang non absorbsi 3-0 ke arah :
Medial : perios tuberkulum pubikum.
Lateral : melingkari spermatik kord.
Superior : pada konjoin tendon.
Inferior : pada ligamentum inguinal.
- Luka operasi ditutup lapis demi lapis
3) Laparoscopic
Operasi hernia laparoscopic makin populer dalam beberapa tahun
terakhir, tetapi juga menimbulkan kontroversi. Pada awal pengembangan
teknik ini, hernia diperbaiki dengan menempatkan potongan mesh yang
besar di regio inguinal diatas peritoneum. Teknik ini ditinggalkan karena
potensi obstruksi usus halus dan pembentukan fistel karena paparan usus
terhadap mesh. Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorhappies
dilakukan menggunakan salah satu pendekatan transabdominal
preperitoneal (TAPP) atau total extraperitoneal (TEP). Pendekatan TAPP
dilakukan dengan meletakkan trokar laparoskopik dalam cavum abdomen
dan memperbaiki regio inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh
diletakkan dan kemudian ditutupi dengan peritoneum. Sedangkan
pendekatan TEP adalah prosedur laparokopik langsung yang
mengharuskan masuk ke cavum peritoneal untuk diseksi.
Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah bisa cedera selama operasi.

20
6. Komplikasi
Pre Operasi :
Hernia inkarserasi :
- Hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang
- Tidak dapat direposisi
- Adanya mual ,muntah dan gejala obstruksi usus.
Hernia strangulasi :
- Gejala yang sama disertai adanya infeksi sistemik
- Adanya gangguan sistemik pada usus.
Durante Operasi :
Lesi funiculus spermaticus
Lesi usus, vesica urinaria, vasa epigastrica inferior, vasa iliaca ekterna
Putusnya arteri Femoralis
Post Operasi
Hematom, Infeksi, Wound dehisiensi
Atrofi testis
Hydrocele
Rekurens
1. Prognosis
Prognosis biasanya cukup baik bila hernia diterapi dengan baik. Angka
kekambuhan setelah pembedahan kurang dari 3%.

21
DAFTAR PUSTAKA

Brunicardi, F.C, et al. 2006. Schwartzs Manual of Surgery. United States of


America: The McGraw-Hill Companies.

Grace, P.A. 2002. Surgery at a Glance Second Edition. United Kingdom:


Blackwell Publishing Company.

Dugdale, David C, et al. 2008. Femoral Hernia.


http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001136.htm

Inguinal Hernia: Anatomy and Management Accesed on 1st January 2011


Available at http://www.medscape.com/viewarticle/420354_4

Manthey, David. Hernias .2007. on 1st January 2011 Available at


http://www.emedicine.com/emerg/topic251.htm

Norton,Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic


Science and Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.

Rasjad C. Hernia. Dalam : Sjamsuhidajat R, Jong WD, editor. Buku Ajar Ilmu
Bedah. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2004; hal. 523-
38

Sari, D.K, et al. 2005. Chirurgica. Yogyakarta: Tosca Enterprise.

Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta:
EGC.

22

Anda mungkin juga menyukai