Anda di halaman 1dari 23

REFERAT

HERNIA INGUINALIS LATERAL

PEMBIMBING :
dr. Yasin Leonardi, Sp.B-KBD

DISUSUN OLEH :
Diesmi Gracia Debora Daeli
19010012

KEPANITERAAN KLINIK SMF BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MURNI TEGUH MEMORIAL HOSPITAL
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas hikmat dan
berkat yang dianugerahkan-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan referat dengan judul “Hernia Inguinalis Lateral”. Secara khusus
saya ucapkan terima kasih kepada dr. Yasin Leonardi, Sp.B-KBD yang telah
bersedia membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktunya kepada saya
untuk memberi masukan serta saran hingga tulisan ini selesai.
Sebagai penulis saya sadar bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan,
sehingga saya mohon kritik dan saran untuk perbaikan referat ini selanjutnya,
semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan menjadi bekal ilmu untuk kemajuan
pendidikan kedokteran.

Medan, Juni 2020

Hormat Saya

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................1

1.2 Tujuan Penulisan.....................................................................................1

1.3 Manfaat Penulisan...................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................3

2.1 Anatomi Inguinalis..................................................................................3

2.2 Definisi Hernia Inguinalis Lateral.........................................................5

2.3 Etiologi Hernia Inguinalis Lateral........................................................6

2.4 Klasifikasi Hernia....................................................................................7

2.5 Penegakkan Diagnosis Hernia Inguinalis Lateral................................9

2.6 Penatalaksanaan Hernia Inguinalis Lateral.......................................12

2.7 Komplikasi dan Prognosis Hernia Inguinalis Lateralis.....................16

BAB III KESIMPULAN......................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hernia didefinisikan sebagai penonjolan isi rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri atas
cincin, kantong, dan isi hernia. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas
hernia bawaan atau kongenital dan hernia dapatan atau akuisita.
Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai dengan lokasi
anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis, femoralis, dan
lain-lain. Sekitar 75% hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa hernia
inguinal direk, indirek serta hernia femoralis
Di berbagai negara di dunia, hernia inguinal lebih sering terjadi 8
hingga 20 kali daripada hernia femoral. Perbandingan angka kejadian pada
pria sepuluh kali daripada wanita dan sekitar 55% hernia inguinal terjadi
pada sisi kanan. Sekitar 70 % dari hernia inguinal adalah hernia inguinal
indirek.
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateral
dimana penonjolon keluar dari rongga peritoneum melalui anulus
inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior
menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus
inguinalis eksternus.

1.2 Tujuan Penulisan


Referat ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman
mengenai hernia inguinalis lateral.

1.3 Manfaat Penulisan


1. Melalui tulisan ini para pembaca dapat memahami mengenai hernia
inguinalis lateral.

1
2. Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kepanitraan klinik senior di
bagian Ilmu Bedah di Rumah Sakit Murni Teguh Memorial Hospital
Medan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Inguinalis


Regio inguinalis untuk beberapa struktur merupakan tempat
peralihan dari daerah perut ke organ-organ kelamin luar dan ke tungkai
bagian atas. Garis pemisah anatomis antara kedua daerah tersebut di
bentuk oleh ligamentum inguinale yang terletak diantara tuberculum ossis
pubikum pada sisi medialnya dan spina illiaka anterior superior pada sisi
lateralnya. Sebenarnya ligamentum inguinale ini merupakan tempat
pertemuan fascia yang menutupi permukaan perut dan fascia yang
menutupi permukaan tungkai (fascia lata).
Kanalis Inguinalis
Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm
dan terletak 2-4 cm kearah caudal ligamentum inguinal. Kanal melebar
diantara cincin internal dan eksternal. Kanalis inguinalis mengandung
salah satu vas deferens atau ligamentum uterus. Funikulus spermatikus
terdiri dari serat-serat otot cremaster, pleksus pampiniformis, arteri
testicularis, ramus genital nervus genitofemoralis, ductus deferens, arteri
cremaster, limfatik, dan prosesus vaginalis.
Kanalis inguinalis harus dipahami dalam konteks anatomi tiga
dimensi. Kanalis inginalis berjalan dari lateral ke medial, dalam ke luar
dan cepal ke caudal. Kanalis inguinalis dibangun oleh aponeurosis
obliquus ekternus dibagian superficial, dinding inferior dibangun oleh
ligamentum inguinal dan ligamentum lacunar. Dinding posterior (dasar)
kanalis inguinalis dibentuk oleh fascia transversalis dan aponeurosis
transverses abdominis.
Annulus Inguinalis Interna
Suatu lubang berbentuk oval pada fascia transversalis, terletak
sekitar 3 cm di atas ligamentum inguinalis, pertengahan antara SIAS dan
symphisis pubis. Di sebelah medial annulus interna terdapat av. epigastrika

3
inferior. Pinggir annulus merupakan origo fascia spermatica interna pada
pria atau pembungkus bagian dalam ligamen rotundum rotundum uteri
pada wanita.
Annulus Inguinalis Eksterna
Merupakan defek berbentuk segitiga (Hesselbach’s triangle) pada
aponeurosis m. obliquus externus abdominis dan dasarnya dibentuk oleh
crista pubica. Pinggir annulus merupakan origo fascia spermatica externa.
Batas lateral adalah arteri epigastrika inferior, batas medial adalah m.
rectus abdominis bagian lateral, dan batas inferior adalah ligamen
inguinalis.

Pembuluh darah epigastric inferior menjadi batas superolateral dari


trigonum Hesselbach. Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membrane
rectus,dan ligamentum inguinal menjadi batas inferior. Hernia yang
melewati trigonum Hesselbach disebut sebagai direct hernia, sedangkan
hernia yang muncul lateral dari trigonum adalah hernia indirect.

4
2.2 Definisi Hernia Inguinalis Lateral
Penonjolan yang terjadi karena keluar dari rongga peritoneum
melalui annulus inguinalis internus yang terletak sebelah lateral dari
pembuluh darah epigastrika inferior, kemudian masuk kedalam kanalis
inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari annulus inguinalis
eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum,

5
ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada di dalam muskulus
kremaster terletak anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain
dalam tali sperma.
Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu
annulus dan kanalis inguinalis. Pada bayi dan anak, hernia lateralis
disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus
vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis ke skrotum.

2.3 Etiologi Hernia Inguinalis Lateral


Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis
adalah:
1. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun
wanita. Pada anak-anak penyakit ini disebabkan karena kurang
sempurnanya penutupan procesus vaginalis seiring dengan turunnya testis.
Pada orang dewasa, bertambahnya usia akan semakin melemah juga
jaringan penyangga usus, atau karena adanya penyakit yang menyebabkan
peningkatan tekanan dalam rongga perut
2. Jenis kelamin
Hernia inguinalis lebih sering diderita oleh laki – laki. Hal ini disebabkan
oleh proses perkembangan alat reproduksi. Penyebab lain disebabkan
karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi
buruh yang sebagian besar pekerjaannya mengandalkan kekuatan otot
mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga
menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut
3. Penyakit
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada
kondisi tersumbatnya saluran kemih, baik akibat batu kandung kemih atau
pembesaran prostat, batuk kronis, sembelit atau konstipasi kronis yang
dapat memicu peningkatan tekanan abdomen.

6
4. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan peningkatan tekanan abdomen,
sehingga dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan
organ melalui dinding organ yang lemah.
5. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi
tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus
terjadinya hernia.
6. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat
menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat
barang. Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan
yang terus-menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut
dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui
dinding organ yang lemah.
7. Kelahiran premature
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada
bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum
sempurna, sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ
atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut.

2.4 Klasifikasi Hernia


1. Hernia menurut terlihat atau tidaknya
a. Hernia internal
Tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui lubang dalam rongga perut
(tidak terlihat dari luar).
b. Hernia eksternal
Tonjolan menonjol keluar dari rongga abdomen melalui dinding
abdomen (terlihat dari luar)
2. Hernia menurut penyebabnya
a. Hernia kongenital

7
Hernia yang disebabkan karena kelemahan dinding otot abdomen yang
bersumber dari lahir atau bawaan.
b. Hernia traumatic atau didapat
Hernia yang disebabkan karena adanya trauma seperti peningkatan
tekanan abdominal (battuk kronis, sering mengejan, dan mengangkat
benda berat)
c. Hernia insisionalis
Hernia yan disebabkan karena dinding abdomen lemah akibat sayatan
atau pembedahan sebelumnya, seperti post laparotomy dan
prostatektomi
3. Hernia menurut sifatnya
a. Hernia reponibilis
Bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau duduk. Ketika masuk
tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b. Hernia irreponibilis
Bila isi hernia berada di dalam kantong hernia dan terjepit cincin
hernia sehingga tidak dapat masuk kembali ke dalam rongga abdomen
c. Hernia incarserata atau strangula
Bila isi hernia berada di dalam kantong hernia dan terjepit cincin
hernia sehingga tidak dapat masuk kembali ke dalam rongga absomen,
dapat disertai gangrene, pasase akibat peredaran darah terganggu.
4. Hernia menurut lokasinya
a. Hernia epigastrika
Hernia yang keluar dari defek di linea alba umbilicus dan procesus
xipoideus.
b. Hernia umbilikalis
Hernia keluar melalui umbilicus akibat peningkatan tekanan intra
abdomen.
c. Hernia inguinalis

8
Penonjolan organ intra abdomen melalui lubang annulus inguinalis
dapat dibagi menjadi hernia inguinalis lateralis (indirek) dan hernia
inguinalis medialis (direk).
d. Hernia skrotalis
Hernia inguinalis lateralis yang mencapai skrotum
e. Hernia femoralis
Batang usus masuk melalui cincin femoral ke dalam kanalis femoralis

2.5 Penegakkan Diagnosis Hernia Inguinalis Lateral


Gambaran Klinis
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di
lipat paha yang timbul pada waktu mengedan, batuk atau mengangkat
beban berat dan menghilang pada waktu istirahat baring.
Pada bayi dan anak-anak adanya benjolan yang hilang timbul
dilipat paha biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia mengganggu
dan anak atau bayi sering gelisah, banyak nangis, dan kadang-kadang perut
kembung, harus dipikirkan kemungkinan hernia strangulata.
Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Benjolan yang timbul mulai dari regio inguinalis dan mencapai
labium majus atau sampai dasar skrotum, selalu merupakan hernia
inguinalis lateralis. Kalau tidak ada benjolan yang dapat kita lihat,
penderita disuruh mengedan. Kalau benjolan yang kemudian terlihat
kemudian berada di atas lipatan inguinal dan berjalan miring dari lateral
atas menuju ke medial bawah, maka benjolan tersebut adalah hernia
inguinalis lateralis. Tetapi kalau benjolan itu kelihatannya langsung
muncul ke depan, maka benjolan tersebut adalah hernia inguinalis medial

9
b. Palpasi
Untuk palpasi ada beberapa cara yang dapat kita lakukan antara
lain:
 Zieman’s test
Jari ke 2 diletakkan diatas annulus internus (terletak diatas ligamentum
inguinale pada pertengahan SIAS dan tuberkulum pubikum). Jari ke-
3 diletakkan diatas annulus eksternus (terletak diatas ligamentum
inguinale sebelah lateral tuberkulum pubikum). Jari ke-4 diletakkan
diatas fossa ovalis (terletak dibawah ligamentum inguinale disebelah
medial dari a.femoralis). Lalu penderita disuruh batuk atau mengedan,
bila terdapat hernia akan terasa dorongan pada ujung jari pemeriksa.
Teknik ini dikerjakan bila tidak didapatkan benjolan yang jelas.

 Thumb test
Teknik ini dilakukan bila benjolannya jelas. Benjolan dipegang
diantara ibu jari dan jari lain, kemudian cari batas atas dari benjolan
tersebut. Bila batas atas dapat ditentukan, berarti benjolan berdiri
sendiri dan tidak ada hubungan dengan kanalis inguinalis (jadi bukan
merupakan suatu kantong hernia). Bila batas atas tidak dapat
ditentukan berarti benjolan itu merupakan kantong yang ada
kelanjutannya dengan kanalis inguinalis), selanjutnya pegang leher
benjolan ini dan suruh penderita mengedan untuk merasakan dorongan
pada tangan yang memegang benjolan itu.

10
 Finger test
Gunakan tangan kanan untuk hernia sisi kanan, pakai tangan kiri untuk
herniasisi kiri. Dengan jari kelingking kulit scrotum diinvaginasikan,
jari tersebut digeser sampai kuku berada diatas spermatic cord dan
permukaan volar jari menghadap ke dinding ventral scrotum. Dengan
menyusuri spermatic cord kearah proksimal maka akan terasa jari
tersebut masuk melalui annulus eksternus, dengan demikian dapat
dipastikan selanjutnya akan berada dalam kanalis inguinalis. Bila
terdapat hernia inguinalis lateralis, terasa impuls pada ujung jari, bila
hernia inguinalis medialis maka teraba dorongan pada bagian samping
jari.

11
c. Perkusi
Jika isi kantung hernia adalah gas, maka akan terdengar bunyi
timpani.
d. Auskultasi
Terutama pada kasus hernia inguinalis lateralis jika sudah sampai
skrotum untuk mendeteksi isi kantong apakah ada bising usus untuk
membedakan dengan hidrokel testis.

Pemeriksaan Penunjang
Herniografi
Dalam teknik ini, 50-80 ml medium kontras iodin positif di
masukkan dalam wadah peritoneal dengan menggunakan jarum yang
lembut. Pasien berbaring dengan kepala terangkat dan membentuk sudut
kira-kira 25 derajat. Tempat yang kontras di daerah inguinalis yang diam
atau bergerak dari sisi satu ke sisi lain akan mendorong terwujudnya
kolam kecil pada daerah inguinal. Tiga fossa inguinal adalah suprapubik,
medial dan lateral. Pada umumnya fossa inguinal tidak mcncapai ke
seberang pinggir tulang pinggang agak ke tengah dan dinding inguinal
posterior. Hernia tak langsung muncul dari fossa lateral yang menonjol
dari fossa medial atau hernia langsung medial yang menonjol dari fossa
suprapubik.

2.6 Penatalaksanaan Hernia Inguinalis Lateral


1. Konservatif
 Reposisi bimanual
Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan
tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan
lambat dan menetap sampai terjadi reposisi
 Reposisi spontan (pada anak)

12
Menidurkan anak dengan posisi Trendelenburg, pemberian sedatif
parenteral, kompres es di atas hernia, kemudian bila berhasil, anak
boleh menjalani operasi pada hari berikutnya
2. Operatif
Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik hernioraphy dapat
dikelompokkan dalam 4 kategori utama:
a. Open Anterior Repair
Yang termasuk adalah teknik Bassini, McVay dan Shouldice, yang
melibatkan pembukaan aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus
dan membebaskan funnikulus spermatikus. Fascia transversalis
kemudian dibuka, dilakukan inspeksi kanalis spinalis, celah direct dan
indirect. Kantung hernia diligasi dan dasar kanalis spinalis di
rekonstruksi
Teknik Bassini
Komponen utama dari teknik ini adalah:
 Membelah aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus di
kanalis inguinalis hingga ke cincin eksternal.
 Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk mencari
hernia indirect sekaligus menginspeksi dasar dari kanalis inguinal
untuk mencari hernia direct.
 Memisahkan bagian dasar atau dinding posterior kanalis inguinalis
(fasciatransversalis)
 Melakukan ligasi kantong hernia seproksimal mungkin.
 Rekonstruksi dinding posterior dengan menjahit fascia
transversalis, otot transversalis abdominis dan otot abdominis
internus ke ligamentum inguinalis lateral.

13
Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan mereka dalam
rekonstruksi, tetapi semuanya menggunakan jahitan permanen untuk
mengikat fascia disekitarnya dan memperbaiki dasar dari kanalis
inguinalis. Kelemahannya adalah tegangan yang terjadi akibat jahitan
tersebut, selain dapat menimbulkan nyeri juga dapat terjadi nekrosis otot
yang akan menyebabkan jahitan terlepas dan mengakibatkan kekambuhan.
b. Open Posterior Repair

14
Yang termasuk open posterior repair yaitu iliopubic repair dan teknik
Nyhus dilakukan dengan membelah lapisan dinding abdomen superior
hingga ke cincin luar dan masuk ke properitoneal space. Diseksi
kemudian diperdalam kesemua bagian kanalis inguinalis. Perbedaan
utama antara teknik ini dan teknik open anterior adalah rekonstruksi
dilakukan dari bagian dalam. Posterior repair sering digunakan pada
hernia dengan kekambuhan karena menghindari jaringan parut dari
operasi sebelumnya. Operasi ini biasanya dilakukan dengan anastesi
regional atau anastesi umum.
c. Tension Free Repair with Mesh
Yang termasuk operasi jenis ini yaitu teknik Lichtenstein dan
Rutkow, menggunakan pendekatan awal yang sama dengan teknik
open anterior. Akan tetapi tidak menjahit lapisan fascia untuk
memperbaiki defek, tetapi menempatkan sebuah prostesis, yaitu Mesh
yang non absorbable. Mesh ini dapat memperbaiki defek hernia tanpa
menimbulkan tegangan dan ditempatkan di sekitar fascia. Hasil yang
baik diperoleh dengan teknik ini dan angka kekambuhan dilaporkan
sangat sedikit. Beberapa ahli bedah meragukan keamanan jangka
panjang penggunaan implant prosthesis akan kemungkinan terjadinya
infeksi atau penolakan. Akan tetapi pengalaman yang luas dengan
mesh telah mulai menghilangkan anggapan ini, dan teknik ini terus
populer. Teknik ini dapat dilakukandengan anastesi lokal, regional atau
general

15
d. Laparoskopik
Operasi hernia laparoskopik makin populer dalam beberapa tahun
terakhir, tetapi juga menimbulkan kontroversi. Pada awal
pengembangan teknik ini, hernia diperbaiki dengan menempatkan
potongan mesh yang besar di regio inguinal diatas peritoneum. Teknik
ini ditinggalkan karena potensi obstruksi usus halus dan pembentukan
fistel karena paparan usus terhadap mesh. Saat ini kebanyakan teknik
laparoscopic hernioraphy dilakukan menggunakan salah satu
pendekatan transabdominal preperitoneal (TAPP) atau total
extraperitoneal (TEP). Pendekatan TAPP dilakukan dengan
meletakkan trokar laparoskopik dalam cavum abdomen dan
memperbaiki regio inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh
diletakkan dan kemudian ditutupi dengan peritoneum. Sedangkan
pendekatan TEP adalah prosedur laparokopik langsung yang
mengharuskan masuk kecavum peritoneal untuk diseksi.

16
Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah bisa cedera selama
operasi.

2.7 Komplikasi dan Prognosis Hernia Inguinalis Lateralis


Komplikasi
Berbagai komplikasi dapat terjadi pada hernia inguinalis lateralis
bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia dapat
tertahan dalam kantong hernia inguinalis. Pada hernia ireponibel ini dapat
terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ
ekstraperitoneal atau merupakan hernia akreta. Di sini tidak timbul gejala
klinis kecuali benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin
hernia sehingga terjadi hernia inkarserasi yang menimbulkan gejala
obstruksi usus yang sederhana dan hernia strangulata. Bila cincin hernia
sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan
hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial.
Jepitan cincin hernia inguinalis lateralis akan menyebabkan
gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan
vena sehingga terjadi edema organ atau struktur di dalam hernia dan
transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya edema menyebabkan
jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran
darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia
akan berisi transudant berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri
usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses
lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.
Akibat penyumbatan usus terjadi aliran balik berupa muntah-muntah
sampai dehidrasi dan shock dengan berbagai macam akibat lain.

Prognosis
Prognosis akan bergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta
kondisi dari isi kantong hernia. Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi

17
usus segera ditangani. Penyulit pasca bedah seperti nyeri herniorafi, atrofi
testis, dan rekurensi hernia umumnya dapat diatasi.

18
BAB III
KESIMPULAN

Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateral merupakan


penonjolon yang keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus
yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior menyusuri kanalis
inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus. Disebut
indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu annulus dan kanalis
inguinalis. Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan
berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses
penurunan testis ke skrotum.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis adalah
umur, jenis kelamin, penyakit, obesitas, kehamilan, pekerjaan, kelahiran
premature. Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat
paha yang timbul pada waktu mengedan, batuk atau mengangkat beban berat dan
menghilang pada waktu istirahat baring. Pada bayi dan anak-anak adanya benjolan
yang hilang timbul dilipat paha biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia
mengganggu dan anak atau bayi sering gelisah, banyak nangis, dan kadang-
kadang perut kembung, harus dipikirkan kemungkinan hernia strangulata.
Diagnosis hernia inguinalis lateral ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan yang dapat
dilakukan berupa konservatif, yaitu reposisi bimanual dan reposisi spontan (pada
anak) serta operatif dengan beberapa teknik, yaitu open anterior repair, open
posterior repair, tension free repair with mesh, dan laparoskopik.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Moore, Keith L. Arthur F. Dalley. 2012. Anatomi berorientasi klinis.


Jakarta: Penerbit Erlangga
2. Rasjad C. Hernia. In: Sjamsuhidayat R, Jong WD, editors. Buku Ajar
Ilmu Bedah (Edisi ke-4). Jakarta: EGC, 2017
3. Amrizal, A. 2015. Hernia Inguinalis. Syifa’MEDIKA. Vol.6 No.1.
https://jurnal.um-alembang.ac.id/index.php/syifamedika/article/view/1374.
Tangggal akses: 22 Juni 2020
4. Berger, D. (2016). Evidence-Based Hernia Treatment in Adults. Deutsches
Arzteblatt International, 113 (9), pp. 150-158.
5. KE, LeBlanc., LL, LeBlanc., KA, LeBlanc. (2013). Inguinal hernias:
diagnosis and management. American Family Physician, 87 (12), pp. 844-
8.
6. Rather, A. A. Medscape (2019). What are potential complications of
abdominal inguinal hernia repair?
7. Öberg S, Andresen K, Rosenberg J. Etiology of inguinal hernias: a
comprehensive review. Front Surg. 2017;4:52.
8. Vad MV, Frost P, Rosenberg J, et al. Inguinal hernia repair among men in
relation to occupational mechanical exposures and lifestyle factors: a
longitudinal study. Occup Environ Med. 2017;0:1–7. doi:10.1136/oemed-
2016-104160

20

Anda mungkin juga menyukai