REFERAT
HAND, FOOT AND MOUTH DISEASE
Disusun Oleh:
Elisa Putri
19010010
Pembimbing:
dr. Elisabet Tarigan, M.Ked (Ped), Sp.A
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas hikmat dan
berkat yang dianugerahkan-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan referat dengan judul “Hand, Foot and Mouth Disease”. Secara
khusus saya ucapkan terima kasih kepada dr. Elisabet Tarigan, M.Ked (Ped), Sp.A
yang telah bersedia membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktunya
kepada saya untuk memberi masukan serta saran hingga tulisan ini selesai.
Sebagai penulis saya sadar bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan,
sehingga saya mohon kritik dan saran untuk perbaikan referat ini selanjutnya,
semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan menjadi bekal ilmu untuk kemajuan
pendidikan kedokteran.
Elisa Putri
BAB I
PENDAHULUAN
Hand, foot, and mouth disease (HFMD) atau yang juga dikenal sebagai “Flu
Singapura” merupakan suatu penyakit infeksi virus akut yang bersifat self-limited
disease yang sering terjadi pada bayi dan anak-anak, yang ditandai dengan adanya
vesikel pada telapak tangan, telapak kaki, dan mukosa oral. 1 HFMD sangat
menular dan sering terjadi dalam musim panas. Anak-anak kurang dari 10 tahun
paling banyak terkena penyakit ini dan wabah dapat terjadi di antara anggota
keluarga dan kontak erat. Sanitasi yang jelek, status ekonomi yang rendah dan
kondisi tempat tinggal yang padat sangat mendukung dalam penyebaran infeksi.2
HFMD pertama kali dilaporkan terjadi di New Zealand tahun 1957 dan
penyebab tersering disebabkan oleh coxsackie virus A16 (CVA 16) dan human
entero virus 71 (HEV71).3 Coxsackie virus A tipe 16 (CV A16) adalah penyebab
tersering HFMD dan biasanya berhubungan dengan manifestasi klinis yang
ringan. EV 71 yang bersifat neurotropik juga sering menjadi penyebab HFMD
dan dikaitkan dengan manifestasi yang berat atau kematian mendadak.2
Beberapa kasus dilaporkan dari beberapa negara, yaitu di China terdapat
94.693 kasus pada tahun 2013 dan 95.651 kasus pada tahun 2014, di Hongkong
dilaporkan terdapat 41 kasus pada tahun 2013 dan 13 kasus pada tahun 2014, di
Macao dilaporkan terdapat 283 kasus pada tahun 2013 dan 89 kasus pada tahun
2014, di Jepang dilaporkan terdapat 5.557 kasus pada tahunn 2013 dan 2.720
kasus pada tahun 2014, di Singapura dilaporkan terdapat 2.808 kasus pada tahun
2013 dan 3.631 kasus pada tahun 2014 dan di Vietnam dilaporkan terdapat 5.999
kasus pada tahun 2014.4
Pada tahun 2000-2014 terdapat banyak kasus HFMD di Indonesia, namun
hanya 6 kasus positif enterovirus A71 yang teridentifikasi. Selain itu, di Indonesia
HFMD telah menjadi wabah pada tahun 2012, dilaporkan terjadi 11 kasus di
wilayah Depok, Jawa Barat dan 12 kasus dikawasan Sampit, Kalimantan Tengah.5
Infeksi hand, foot, and mouth disease dimulai dengan adanya demam dan
sakit tenggorokan lalu timbul lesi di mukosa oral dan lesi kutaneus berupa makula
dan vesikel. Penyakit ini merupakan salah satu infeksi virus yang beberapa kasus
dapat sembuh sendiri dalam waktu tujuh sampai sepuluh hari.6
2.1 Definisi
Hand, Foot and Mouth Disease (HFMD) atau Penyakit Kaki, Tangan, dan
Mulut (KTM) dan dikenal juga dengan istilah “Flu Singapura” merupakan suatu
penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh enterovirus, ditandai dengan
adanya lesi berbentuk ulkus pada mulut yang dirasakan sangat nyeri dan perih
oleh penderitanya. HFMD juga ditandai dengan eksantema berbentuk vesikel pada
ekstremitas bagian distal yang tidak terasa sakit atau gatal, tapi sedikit nyeri jika
ditekan serta gejala konstitusi yang ringan dan biasanya bersifat swasirna. Anak-
anak kurang dari 10 tahun paling banyak terkena penyakit ini dan wabah dapat
terjadi di antara anggota keluarga dan kontak erat. Sanitasi yang jelek, status
ekonomi yang rendah dan kondisi tempat tinggal yang padat sangat mendukung
dalam penyebaran infeksi.2,7
2.2 Epidemiologi
2.3 Etiologi
HFMD mempunyai masa inkubasi 3-6 hari. Selama masa epidemik, virus
menyebar dengan sangat cepat dari satu anak ke anak yang lain. Setelah virus
masuk melalui jalur oral atau pernafasan akan terjadi replikasi awal pada faring
dan usus.. Replikasi awal pada faring dan usus diikuti dengan multiplikasi pada
jaringan limfoid seperti tonsil, Peyer patches dan kelenjar limfe regional.
Penyebaran ke kelenjar limfe regional ini berjalan dalam waktu 24 jam yang
diikuti dengan viremia. Adanya viremia primer (viremia minor) menyebabkan
penyebaran ke sistem retikuloendotelial yang lebih jauh termasuk hati, limpa,
sumsum tulang dan kelenjar limfe yang jauh. Respon imun dapat membatasi
replikasi dan perkembangannya di luar sistem retikuloendotelial yang
menyebabkan terjadinya infeksi subklinis.2
Infeksi klinis terjadi jika replikasi terus berlangsung di sistem
retikuloendotelial dan virus menyebar melalui viremia sekunder (viremia mayor)
ke organ target seperti susunan saraf pusat (SSP), jantung dan kulit.
Kecenderungan terhadap organ target sebagian ditentukan oleh serotipe yang
menginfeksi. Coxsackievirus, echovirus dan EV 71 merupakan penyebab tersering
penyakit virus dengan manifestasi pada kulit. HFMD yang disebabkan oleh
coxscakievirus A16 biasanya berupa lesi mukokutan ringan yang menyembuh
dalam 7–10 hari dan jarang mengalami komplikasi. Namun enterovirus juga dapat
merusak berbagai macam organ dan sistem. Kerusakan ini diperantarai oleh
nekrosis lokal dan respon inflamasi inang.2,7
Gambar 2: Mulut bagian bawah yang disertai ulkus dengan permukaan eritematosa
2.7 Penatalaksanaan
Pada penderita dengan kekebalan dan kondisi tubuh cukup baik, biasanya
tidak diperlukan pengobatan khusus. Tujuan pemberian farmakoterapi adalah
untuk mengurangi morbiditas dan mencegah komplikasi. Pengobatan HFMD
bersifat suportif dan ditujukan untuk meredakan gejala. Sampai saat ini belum ada
pengobatan dengan antivirus yang efektif. Tidak adanya antivirus ini
menyebabkan penderita bergantung pada sistem imun untuk mengatasi infeksinya.
Peningkatan kekebalan tubuh penderita dilakukan dengan pemberian
konsumsi makanan dan cairan dalam jumlah banyak dan dengan kualitas gizi yang
tinggi, serta diberikan tambahan vitamin dan mineral jika perlu. Jika didapati
terjadinya gejala superinfeksi akibat bakteri maka diperlukan antibiotika atau
diberikan antibiotika dosis rendah sebagai pencegahan. Secara umum, untuk
menekan gejala dan rasa sakit akibat timbulnya luka di mulut dan untuk
menurunkan panas dan demam, digunakan obat-obatan golongan analgetika dan
antipiretika. Dari aspek farmakoterapi, hal penting untuk diperhatikan dalam
pengobatan penyakit HFMD adalah bahwa beberapa golongan obat dapat
menimbulkan sindroma Stenven-Johnson yang menunjukkan gejala mirip dengan
penyakit HFMD dan dapat memperparah ulser. Golongan obat tersebut adalah :
barbiturat, karbamazepin, diflusinal, hidantoin, ibuprofen, penisilin, fenoftalein,
fenilbutazon, propranolol, kuinin, salisilat, sulfonamida, sulfonilurea, sulindac,
dan tiazida.
Antiseptik oral digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi akibat jamur
atau bakteri. Beberapa golongan antasida dan pelapis mukosa lambung juga
digunakan untuk mengatasi ulkus di saluran cerna dan lambung. Berikut adalah
daftar obat-obatan yang bisa digunakan untuk mengatasi simptomatik dari
HFMD:
1. Antipiretika : digunakan untuk menurunkan demam, misalnya Acetaminophen
yang mengurangi demam dengan bertindak langsung pada pusat pengatur
panas hipotalamus dan meningkatkan pembuangan panas tubuh melalui
vasodilatasi dan berkeringat. Acetaminophen diberikan sebanyak 20 mg/kg
berat badan, kemudian 15 mg/kg berat badan/kali secara oral tiap 4 jam
(maksimal 90 mg/kg berat badan/hari).
2. Antiseptika : berbagai bentuk sediaan kumur, seperti : betadine, rebusan daun
sirih, dan tablet hisap, seperti SP troches, FG troches, dsb.
3. Antibiotika : lokal atau sistemik, digunakan untuk mencegah atau mengatasi
infeksi karena mikroba pada ulser di mulut dan kulit, ditentukan oleh dokter,
seperti : neosporin (lokal), klindamisin, eritromisin, dsb.
4. Antihistamin: Agen ini bekerja dengan cara menghambat histamin pada
reseptor H1. Antihistamin diberikan untuk menghilangkan gejala-gejala yang
disebabkan oleh pelepasan histamin dalam reaksi alergi. Antihistamin yang
dapat diberikan adalah Diphenhydramine hydrochloride 1-2 mg/kg berat badan
(maksimal 50 mg/hari) secara IM/IV, 6-8 jam. Inhibisi antihistamin pada
reseptor H1 dapat menyebabkan kontriksi bronkus, sekresi mukosa, kontraksi
otot halus, edema, hipotensi, depresi sususan saraf pusat, dan aritmia jantung.
5. Bahan anestetika lokal untuk mengurangi rasa sakit di daerah mulut, dapat
diberikan Anestesi Lidocaine (Dermaflex)
6. Golongan Antasida dan Antiulser digunakan untuk mengatasi gastritis, ulser di
mulut dan saluran cerna. Biasanya digunakan untuk kumur, namun jika
didiagnosis ada luka di saluran gastrointestinal maka antasida ditelan.1
2.8 Komplikasi
2.9 Prognosis
Secara umum HFMD memiliki prognosis yang baik dan kebanyakan kasus
diharapkan dapat sembuh secara total. Komplikasi serius jarang terjadi.
Komplikasi yang parah dapat timbul jika terjadi salah diagnosis, tidak dapat
memelihara hidrasi yang adekuat dan gagal dalam mengenali tanda-tanda menuju
adanya keterlibatan neurogenik.1
2.10 Pencegahan
Belum ada vaksin atau antivirus yang diketahui efektif dalam mengobati
maupun mencegah infeksi EV 71. Kebersihan pribadi dan lingkungan diperlukan
untuk pencegahan. Seseorang dapat mengurangi risiko penularan HFMD yaitu
dengan :
Teknik mencuci tangan yang baik dengan menggunakan sabun dan air terutama
setelah mengganti popok bayi atau setelah keluar dari toilet
Membersihkan benda-benda yang kotor seperti mainan anak-anak dengan
menggunakan desinfektan. Pertama, cuci benda tersebut dengan air dan sabun,
lalu disinfeksi dengan menggunakan larutan klorin.
Mencegah kontak seperti mencium, memeluk, atau menggunakan bersama
peralatan makanan dengan penderita HFMD.
Hindari aktivitas kelompok ketika terjadi wabah HFMD di sekolah atau kantor.
Jauhkan orang yang terjangkit dari tugas membawa makanan dan merawat
anak- anak, lansia dan orang yang mengalami penurunan sistem imun.2
BAB III
KESIMPULAN
Hand, Foot and Mouth Disease (HFMD) atau Penyakit Kaki, Tangan, dan
Mulut (KTM) dan dikenal juga dengan istilah “Flu Singapura” merupakan
penyakit self limiting disease yang menyerang anak-anak usia dibawah 10 tahun,
dengan manisfestasi klinis berupa demam serta munculnya lesi berbentuk ulkus
pada mulut yang dirasakan sangat nyeri dan perih oleh penderitanya dan ruam
berbentuk makula eritema disertai vesikel pada ekstremitas bagian distal yang
tidak terasa sakit atau gatal. Penegakan diagnosis dapat dilakukan melalui
anamnesis serta pemeriksaan fisik, sedangkan pemeriksaan penunjang jarang
dilakukan. Terapi yang dapat diberikan adalah terapi suportif sesuai dengan gejala
serta istirahat yang cukup. Edukasi mengenai komplikasi yaitu dehidrasi perlu
diinformasikan pada keluarga pasien.
DAFTAR PUSTAKA
3. Sarma, N. Hand, foot, and mouth disease: Current scenario and Indian
perspective. Indian Journal of Dermatology, Venerology and Leprology.
2013; 79(2), hal.165-75.