Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS RESPONSI

SEORANG WANITA USIA 17 TAHUN DENGAN HAND, FOOT AND


MOUTH DISEASE

Oleh :
Silvia Handika Anggraeni
G991902052

Pembimbing :
dr. Ammarilis Murastami, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2020

1
LEMBAR PENGESAHAN RESPONSI

Kasus Responsi yang Berjudul :


Seorang Wanita Usia 17 Tahun dengan Hand, Foot, and Mouth Disease
Silvia Handika Anggraeni, NIM G991902052
Periode Koas : 17 Febuari 2020 - 15 Maret 2020

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dari Bagian Ilmu Kesehatan Kulit
Kelamin RSUD Dr. Moewardi - Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Yang bertanda tangan di bawah ini :

Surakarta, Maret 2020

Chief Residen Koas Residen Pemeriksa

dr. Adni dr. Ros

Staff Pembimbing

dr. Ammarilis Murastami, Sp.KK

2
STATUS RESPONSI
ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

Pembimbing : dr. Ammarilis Murastami, Sp.KK


Nama Mahasiswa : Silvia Handika Anggraeni
NIM : G991902052

HAND, FOOT, AND MOUTH DISEASE

A. DEFINISI
Hand, foot, and mouth disease (HFMD) merupakan penyakit virus yang
biasanya menyerang bayi dan anak-anak, namun dapat menyerang orang
dewasa. Infeksi biasanya melibatkan tangan, kaki, mulut, dan bahkan genital.
Penyebab HFMD adalah Coxsackievirus tipe 16 dan jenis coxsackie virus
lainnya. Di Pasifik Barat, HFMD juga dikaitkan dengan enterovirus. Virus
coxsackie merupakan anggota keluarga Picornaviridae, yaitu virus RNA
beuntai tunggal tanpa selubung.1,2,3

B. ETIOLOGI
HFMD adalah penyakit eksantem virus yang paling sering disebabkan
oleh virus coxsackie yang berasal dari keluarga Enterovirus. Coxsackievirus
A16 dan enterovirus A71 adalah serotipe yang paling sering menjadi etiologi
HFMD.4,5,6
Penyebab lain HFMD adalah coxsackievirus A5, A6, A7, A9, A10, A16,
B1, B2, B3, dan B5, serta echovirus dan enterovirus lain.14

C. EPIDEMIOLOGI
Infeksi virus HFMD bukan berasal dari daerah tertentu. Anak-anak
terutama yang berusia kurang dari 7 tahun cenderung lebih mudah terinfeksi
dibandingkan dengan orang dewasa. Infeksi virus ini biasanya meninkat
selama musim panas dan awal musim gugur.

3
Penyakit HFMD terjadi pada frekuensi yang sama antara laki laki dan
perempuan, namun data epidemiologis terdahulu menunjukkan bahwa
frekuensi infeksi sedikit lebih tinggi pada laki-laki.
Mayoritas orang yang terinfeksi coxsackievirus adalah anak-anak di
bawah 10 tahun. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa anggota
keluarga dan orang-orang yang kontak dekat juga berisiko terkena HFMD.12

D. PATOGENESIS
Penyebaran enterovirus manusia dimediasi oleh virus yang teringesti ke
saluran pencernaan atau saluran pernapasan dari host yang terinfeksi, atau
melalui cairan vesikel atau sekresi oral. Setelah teringesti, virus bereplikasi di
jaringan limfoid usus halus dan faring dan menyebar ke kelenjar getah bening
regional. Virus ini dapat menyebar ke banyak organ termasuk sistem saraf
pusat, jantung, hati, dan kulit.12 Periode inkubasi HFMD cukup singkat yaitu
sekitar 3 hingga 6 hari, dengan pelepasan virus bertahan hingga 5 minggu.14

4
Gambar 1. Patogenesis HFMD. Imunopatogenesis Enterovirus 71 (EV71) dan
gejala yang disebabkan. Diagram diatas merepresentasikan
patogenesis dan respon imun infeksi EV71. Diagram hijau
merepresentasikan gejala ringan yang biasanya sembuh dalam 7-10
hari. Diagram oranye menggambarkan patofisiologi dan respon host
yang mengarah pada gejala sedang hingga berat. Diagram berwarna
merah menunjukkan gejala yang berat atau fatal.13

E. GEJALA KLINIS
HFMD biasanya diawali dengan demam ringan, nafsu makan berkurang,
dan malaise. Gejala HFMD yang paling umum adalah nyeri mulut atau
tenggorokan akibat dari enanthema. Vesikel HFMD dikelilingi oleh lingkaran

5
tipis eritema, yang kemudian pecah dan membentuk daerah erosi dengan
dasar abu-abu kuning dan tepi eritematosa. Eksantem dapat berupa makula,
papula, atau vesikular. Lesi bersifat non-pruritik dan biasanya tidak nyeri.
Eksantem biasanya tersapat pada palmar, kaki, regio gluteus, dan lengan.12
Pada HFMD juga dapat muncul gejala atipikal seperti meningitis septik
yang terjadi bersamaan. Infeksi enterovirus yang menyebabkan HFMD dapat
juga menyerang sistem saraf pusat (SSP) dan dapat menyebabkan ensefalitis,
polio-like syndrome, mielitis transversus akut, sindrom Guillain-Barre,
hipertensi intrakranial jinak, dan ataksia sereblar akut.12

Gambar 2. Manifestasi klinis HFMD pada palmar.12

F. DIAGNOSIS
Diagnosis HFMD biasanya dibuat secara klinis. Virus ini dapat didteksi
dalam tinja selama sekitar 6 minggu setelah terinfeksi, namun, pelepasan dari
orofaring biasanya kurang dari 4 minggu. Light microscopy of biopsies atau
kerokan vesikel akan membedakan HFMD dengan varicella zoster dan virus
herpes simpleks.7,8
Serologi tidak sensitif untuk mendiagnosis HFMD. Kadar IgG dapat
digunakan untuk memantau pemulihan. DI bebrapa pusat, serologi digunakan
untuk membedakan enterovirus 71 dari coxsackievirus. PCR juga dapat
digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis coxsackievirus.12

6
G. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding untuk HFMD yang paling mendekati yaitu Herpangina.
Penyakit lain yang dapat dipertimbangkan sebagai diagnosis banding
diantaranya yaitu varisela, stomatitis Aphthous, erupsi obat, dan eritema
multiform.
a. Herpangina
Herpangina, manifestasi lain oleh penyebab virus yang sama.
Herpangina berupa enantema tanpa lesi kulit dengan lokasi yang tersering
di plika anterior fossa tonsilaris, uvula, tonsil, palatum molle. Sedangkan
predileksi HFMD pada mulut tersering adalah: palatum durum, lidah,
mukosa buccal, jarang terjadi di orofaring.12

Gambar 3. Multipel, vesikel kecil dan erosi dengan eritema halo pada
palatum mole.

b. Eritema multiforme minor


Pada eritema multiforme bentuknya lesi target, sedangkan pada
HFMD lesi kulitnya yang bentuknya oval dan berwarna abu-abu.12

c. Herpes ginggivostomatitis
Biasanya mengalami lesi yang lebih nyeri dengan limfadenopati leher
dan ginggivitis yang lebih menonjol. Lesi pada`kulit biasanya terbatas
perioral namun dapat mengenai jari tangan yang dimasukkan ke mulut.12

7
d. Stomatitis aphthosa
Ditandai dengan lebih besar, lesi ulseratif dari bibir, lidah dan mukosa
ukal yang menyakitkan. Dibedakan dengan HFMD dengan tidak adanya
demam dan tanda sistemik lainnya serta riwayat kekambuhan.12

Gambar 4. (a) Aphthous ulcers: minor Multipel, dasar ulkus berwarna


abu-abu dikelilingi halo eritema. (b) Aphthous ulcer: major
Ulkus yang dalam pada lateral lidah.

e. Varicella
Lesi kulit HFMD jarang mengenai badan. Hal ini yang membedakan
dengan infeksi varisela.2 Lesi vesikel pada varisela sembuh dengan
membentuk krusta, sedangkan vesikel pada HFMD terjadi reabsorpsi
cairan vesikel.
Bentuk vesikel varisela adalah dew drop on rose petal, yang artinya
vesikel berisi cairan jernih pada dasar eritema, sedangkan vesikel pada
HFMD membentuk football shape, yaitu berbentuk oval dengan warna
seperti mutiara.

8
Gambar 5. Multipel papul dan vesikel pada dasar eritema dengan pola
beragam pada badan.12

H. TERAPI
HFMD adalah sindrom klinis ringan yang dapat sembuh dalam 7 hingga
10 hari. Terapi utamanya adalah terapi suportif. Nyeri dan demam dapat
diterapi menggunakan NSAID dan asetaminofen. Pasien harus dijaga
hidrasinya dengan baik. Disamping itu, campuran ibuprofen cair dan
difenhidramin cair dapat digunakan sebagai obat kumur yang membantu
melapisi ulkus dan meringankan rasa sakit.9,10
Ribavirin, quinacrine, dan amantadine juga dapat digunakan untuk
HFMD akibat EV71 dengan gejala yang berat.12
Selama dekade terakhir, peneliti telah mengembangan terapi spesifik
dalam manajemen enterovirus 71 yang menyebabkan HFMD dengan
komplikasi neurologis yang berat. Hingga saat ini belum ada obat-obatan
yang disetujui, namun, terapi yang potensial berupa terapi molekuler,
inhibitor translasi, reseptor antagonis dan inhibitor replikasi. Agen antivirus
yang potensial dalam pengobatan enterovirus 71 adalah pleconaril.11

I. PROGNOSIS
Prognosis pada sebagian besar pasien HFMD adalah baik. Sebagian
pasien dapat pulih dalam beberapa minggu tanpa gejala sisa. Penyakit akut
biasanya berlangsung 10 hingga 14 hari, dan infeksi jarang kambuh atau

9
berlanjut. Namun, beberapa pasien dengan HFMD dapat mengalami
komplikasi serius yang meliputi :
 Stomatitis persisten yang disertai dengan ulser yang nyeri. Nyeri ulserasi
dapat cukup parah hingga membatasi asupan makanan dan bisa
mengakibatkan dehidrasi, terutama pada anak kecil.
 Meningitis aseptik juga dapat terjadi oleh karena Enterovirus 71. Infeksi
virus ini memiliki keterlibatan neurologis yang lebih tinggi dibandingkan
dengan coxsackievirus. Pasien dapat mengalami ataksia serebellar akut,
polio-like syndrome, ensefalitis, hipertensi intrakranial jinak, dan Sindrom
Guillain-Barre. Diyakini bahwa EV71 dapat menginduksi kerusakan pada
gray matter yang kemudian menyebabkan disfungsi motorik.
 Coxsackievirus dapat menyebabkan pneumonia interstisial, miokarditis,
dan edema paru, namun kejadiannya sangat jarang.
 Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa infeksi coxsackievirus
berkaitan dengan abortus spontan.12

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Woodland DL. Hand, Foot, and Mouth Disease. Viral Immunol. 2019
May;32(4):159.
2. Zhu L, Yin H, Sun H, Qian T, Zhu J, Qi G, Wang Y, Qi B. The clinical value
of aquaporin-4 in children with hand, foot, and mouth disease and the effect
of magnesium sulfate on its expression: a prospective randomized clinical
trial. Eur. J. Clin. Microbiol. Infect. Dis. 2019 Jul;38(7):1343-1349.
3. Wu CY, Lin FL. Hand-foot-and-mouth-disease-induced Koebner
phenomenon in psoriasis. J Dtsch Dermatol Ges. 2019 May;17(5):549-551.
4. Muzumdar S, Rothe MJ, Grant-Kels JM. The rash with maculopapules and
fever in children. Clin. Dermatol. 2019 Mar - Apr;37(2):119-128.
5. Nelson BR, Edinur HA, Abdullah MT. Compendium of hand, foot and mouth
disease data in Malaysia from years 2010-2017. Data Brief. 2019
Jun;24:103868.
6. Tsai YH, Huang SW, Hsieh WS, Cheng CK, Chang CF, Wang YF, Wang JR.
Enterovirus A71 Containing Codon-Deoptimized VP1 and High-Fidelity
Polymerase as Next-Generation Vaccine Candidate. J. Virol. 2019 Jul
01;93(13)
7. Broccolo F, Drago F, Ciccarese G, Genoni A, Porro A, Parodi A, Chumakov
K, Toniolo A. Possible long-term sequelae in hand, foot, and mouth disease
caused by Coxsackievirus A6. J. Am. Acad. Dermatol. 2019
Mar;80(3):804-806.
8. Kimmis BD, Downing C, Tyring S. Hand-foot-and-mouth disease caused by
coxsackievirus A6 on the rise. Cutis. 2018 Nov;102(5):353-356.
9. Rasti M, Khanbabaei H, Teimoori A. An update on enterovirus 71 infection
and interferon type I response. Rev. Med. Virol. 2019 Jan;29(1):e2016.
10. Coates SJ, Davis MDP, Andersen LK. Temperature and humidity affect the
incidence of hand, foot, and mouth disease: a systematic review of the
literature - a report from the International Society of Dermatology Climate
Change Committee. Int. J. Dermatol. 2019 Apr;58(4):388-399.

11
11. Kim B, Moon S, Bae GR, Lee H, Pai H, Oh SH. Factors associated with
severe neurologic complications in patients with either hand-foot-mouth
disease or herpangina: A nationwide observational study in South Korea,
2009-2014. PLoS ONE. 2018;13(8):e0201726.
12. Guerra AM, Waseem M. Hand Foot And Mouth Disease. [Updated 2019 Dec
23]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing;
2020 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431082/
13. Cox JA, Hiscox JA, Solomon T, Ooi MH, Ng LFP. Immunopathogenesis and
Virus-Host Interactions of Enterovirus 71 in Patients with Hand, Foot and
Mouth Disease. Front Microbiol. 2017;8:2249.
14. Wolff K, Goldsmith L, Katz S, Gilchrest B, Paller AS, Leffell D. Fitzpatrick's
Dermatology in General Medicine, 8th Edition. New York: McGraw-Hill,
2011.

12
LAPORAN KASUS
HAND, FOOT, AND MOUTH DISEASE

A. ANAMNESIS
1. Identitas
Nama : An. AN
Usia : 17 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum menikah
Agama : Islam
Alamat : Surakarta
Pekerjaan : Pelajar
No RM : 01497xxx
Tanggal Periksa : 27 Febuari 2020

2. Keluhan Utama
Muncul plenting-plenting pada tangan, bibir, kaki, dan badan
semenjak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit.

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RSUD Dr. Moewardi diantar oleh keluarganya
dengan keluhan muncul plenting-plenting berisi air pada tangan, bibir,
kaki, punggung dan badan. Awalnya plenting-plenting yang terasa perih
muncul pada kaki kanan pada 2 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Pasien tidak mengeluhkan adanya gatal. Pasien hanya mengeluhkan
demam sumer sumer. Karena keluhan tersebut pasien berobat ke dokter
umum di RS Tri Harsi Surakarta dan diberikan obat berupa tablet cetirizin
tablet 1x10 mg, tablet vitamin C 1x50mg, dan obat salep racikan. Pasien
mengaku sering lupa meminum obatnya.
Pada 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengatakan
plenting-plenting di kaki mulai berkurang, namun pasien mengeluhkan

13
muncul plenting-plenting berisi air lagi yang terasa nyeri pada telapak
tangan, kemudian menyebar ke area bibir, dada, dan punggung.
Pada hari masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan keluhan memberat
disertai dengan badan linu dan nyeri sendi. Pasien tidak mengeluhkan
adanya nyeri menelan dan sariawan. Pasien juga menyangkal
mengkonsumsi obat-obatan lain selain obat yang telah disebutkan diatas
dalam waktu satu bulan terakhir.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat alergi obat : disangkal
Riwayat akergi makanan : disangkal
Riwayat alergi suhu dingin : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat cacar air : (+) pada saat pasien berusia 8 tahun

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat alergi obat : disangkal
Riwayat akergi makanan : disangkal
Riwayat alergi suhu dingin : disangkal
Riwayat asma : disangkal

6. Riwayat Imunisasi
Dasar Lanjutan
BCG : 1x, saat usia 2 bulan -
DPT : 3x, saat usia 2, 4, 6 bulan DPT : 1x saat usia 6 tahun
POLIO : 4x, saat usia 0, 2, 4, 6 POLIO : 1x saat usia 18 bulan
bulan
HEPATITIS B : 3x saat lahir, -

14
usia 1 dan 6 bulan
CAMPAK : 1x saat berumur 9 CAMPAK : 1x saat usia 7 tahun
bulan

Kesan : imunisasi dasar lengkap

7. Riwayat Kebiasaan
Pasien mengaku mandi 2x sehati dan menggangti baju setelah mandi.
Sprei diganti setiap 1 minggu sekali. Pasien rutin menyikat gigi sebanyak
2 kali sehari.

8. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien merupakan seorang pelajar dan berobat menggunakan BPJS
kelas I.

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Keadaan umum : GCS E4V5M6 compos mentis, sakit ringan, kesan
gizi cukup
Vital sign :
TD : 110/80 mmHg SaO2 : 98% O2 ruang
N : 78x/menit Pain score : 2
HR : 78x/menit BB : 48 kg
RR : 18x/menit TB : 155 cm

Kepala : mesocephale
Wajah : lihat status dermatovenerologis
Leher : dalam batas normal
Mata : dalam batas normal
Telinga : dalam batas normal
Axilla : dalam batas normal

15
Truncus Anterior : lihat status dermatovenerologis
Abdomen : dalam batas normal
Truncus Posterior : lihat status dermatovenerologis
Inguinal : dalam batas normal
Ekstremitas Atas : lihat status dermatovenerologis
Ekstremitas Bawah : lihat status dermatovenerologis

2. Status Dermatovenerologis
Ekstremitas Atas

Pada regio palmar, tampak vesikel multipel sebagian berkonfluens dengan


dasar eritema. Pada regio antebrachii anterior didapatkan sebagian lesi
erosi dengan dasar eritema.

16
Ekstremitas Bawah

Pada regio cruris dextra et sinistra anterior didapatkan vesikel multipel


yang telah pecah membentuk lesi erosi dengan dasar hiperpigmentasi.

17
Regio Truncus Anterior

Pada regio truncus anterior didapatkan vesikel multipel yang telah pecah
membentuk lesi erosi dengan dasar eritema dan sebagian hiperpigmentasi.

Regio Truncus Posterior

Pada regio truncus posterior didapatkan vesikel multipel, sebagian pecah


membentuk lesi erosi dengan dasar eritema dan hiperpigmentasi.

18
Regio Fascialis

Pada regio fascialis dextra didapatkan adanya vesikel yang telah pecah
membentuk lesi erosi dengan dasar hiperpigmentasi.
Pada regio oralis didapatkan didapatkan adanya vesikel yang telah pecah
membentuk lesi erosi berdasar eritema disertai dengan krusta berwarna
kekuningan.

C. DIAGNOSIS BANDING
1. Hand, Foot, and Mouth Disease.
2. Varicella
3. Bullous Drug Eruption

19
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tzanck Test

Pada pemeriksaan Tzanck test tidak didapatkan gambaran


multinucleated giant cell.

2. Pewarnaan Gram

Pada pemeriksaan gram, didapatkan sel polimorfonuklear sebanyak


5-10/lpb dan didapatkan coccus gram positif sebanyak 10-20/lpb.

E. DIAGNOSIS
Hand, Foot, and Mouth Disease

20
F. TERAPI
1. Non medikamentosa
-Edukasi mengenai penyakit, pengobatan, dan prognosis pada pasien dan
keluarga.
-Edukasi untuk menjaga kebersihan badan dan oral.
-Edukasi untuk tidak menggaruk vesikel agar tidak terjadi infeksi
sekunder.
-Edukasi mengenai penularan penyakit

2. Medikamentosa
-Triamcinolone acetonide 0.1% pasta dental emolien dioleskan pada bibir
pagi dan sore hari.
-Paracetamol 500mg tablet setiap 6 jam, apabila demam dan nyeri.
-Bedak salisilat 2% diberikan 2x1 pada bagian vesikel yang belum pecah.
-Methisoprinol 500mg tablet 3x1.

G. PROGNOSIS
1. Ad vitam : bonam
2. Ad functional : bonam
3. Ad sanactionam : bonam

21

Anda mungkin juga menyukai