Anda di halaman 1dari 50

CLINICAL SCIENCE SESSION

LESI RONGGA MULUT

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas SMF Gigi dan Mulut
Program Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Bandung

Disusun oleh:
Adinda Rizky Amalia 12100118764
Aulia Almira 12100118703
Elda Lizma 12100118610
Rizki Bayu F 12100118614

SMF GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2019

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2

BAB I MACAM-MACAM LESI........................ Error! Bookmark not defined.

1.1 Ulcer.......................................................................................................... 3

1.2 Varicella Zooster Infection ..................... Error! Bookmark not defined.

1.3 CMV Infections ........................................................................................ 5

1.4 RAS ........................................................................................................... 6

1.5 Erythema Multiform ................................................................................. 7

1.6 Necrotizing Ulcerative Gingivitis ............................................................. 9

1.7 Behcet Syndrome .................................................................................... 11

1.8 Histoplasmosis ........................................................................................ 12

1.9 Leukoplakia............................................................................................. 13

1.10 Erythroplakia ..................................... 1Error! Bookmark not defined.

1.11 Oral Lichen Planus .............................................................................. 20

1.12 Mucocele ............................................................................................. 25

1.13 Ranula.................................................................................................. 30

1.14 Lesi Pigmentasi Mukosa Mulut........................................................... 36

1.15 Varix ....................................................................................................... 37

1.16 Brown Melanotic Lesions .......................................................................... 39

1.17 Brown Heme Lesions .............................................................................. 42

1.18 Gray/Black Pigmentation ........................................................................ 43

1.19 Lesi Pada Lidah....................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 50

2
BAB I

MACAM-MACAM LESI RONGGA MULUT

1.1 Ulcer

- Herpes Simplex Virus (HSV) Infection

 Etiologi: HSV 1 dan 2

 Manifestasi:

Eritema, vesikel dan ulser muncul pada mukosa berkeratin yaitu palatum durum,

gingiva, dan dorsum lidah, dan pada mukosa yang tidak berkeratin yaitu bukal dan

labial mukosa, lidah bagian ventral, dan palatum mole.Vesikula pecah membentuk

ulkus yang dengan ukuran 1 sampai 5 mm dan bergabung membentuk ulkus yang

lebih besar dengan batas bergigi dan ditandai eritema di sekitarnya.

Gusinya berwarna merah, mulutnya sangat sakit, menyebabkan kesulitan makan.

3
Diagnosis:

Isolasi HSV oleh kultur sel adalah tes baku emas untuk diagnosis infeksi HSV-

1 karena mudah tumbuh dalam kultur jaringan. Swab ulkus oral, dan spesimen harus

didinginkan saat menunggu pengambilan karena virus sensitif terhadap suhu.

HSV dapat diidentifikasi dari kerokan dari dasar lesi (terutama vesikula) yang

dioleskan ke kaca. Ini dapat diwarnai dengan Wright, Giemsa (persiapan Tzanck), atau

Papanicolaou noda untuk menunjukkan karakteristikmultinucleated giant cells atau

intranuclear inclusions yang terlihat dalam gambaran histoplatologi.

Pengobatan:

 Acyclovir 15 mg/kg 5x1,

 Acyclovir 5% krim dan valacyclovir 500-1000 mg 3x1 (untuk infeksi berulang)

1.2 Varicella Zoster Virus (VZV) Infection

 Etiologi: VZV

Pada saat laten, virus berada pada dorsal root ganglia dari cranial nerve.

4
 Manifestasi: Ulkus yang nyeri, menyatu 1 - 5 mmpada palatum durum atau

gingival bukal, dalam distribusi unilateral yang khas. Membentuk ulkus yang lebih

besar dengan perbatasan yang bergigi. Ulkus ini sembuh dalam 10 hingga 14 hari,

dan neuralgia postherpetic di rongga mulut jarang terjadi. Menghasilkan blister

dan ulkus pada gingiva mandibula dan lidah.

 Pengobatan:

 Pengobatan infeksi VZV primer: asiklovir (800 mg lima kali sehari).

1.3 Citomegalovirus (CMV) Infection

 Etiologi: CMV

 Manifestasi: Infeksi CMV di mulut pada pasien immunocompromised cenderung

muncul sebagai ulkus nekrotik besar tunggal dan lebih jarang sebagai ulkus

multipel. Biasanya nyeri dan terjadi selama berminggu-minggu atau berbulan-

bulan. Hingga sepertiga dari ulkus tersebut koinfeksi dengan virus lain dari

keluarga herpes, terutama HSV dan VZV.

 Diagnosis: kultur pada bagian ulkusnya

5
 Pengobatan: Seperti semua lesi ulseratif, pasien yang memiliki nyeri ditangani

dengan anestesi topikal dan analgesik sistemik sesuai kebutuhan, dengan

modifikasi pola makan yang tepat dan hidrasi yang baik. Infeksi CMV diobati

dengan gansiklovir, valgansiklovir (ester valin dari gansiklovir dengan sekitar

10 kali lipat bioavailabilitas gansiklovir), atau sidofovir.

1.4 Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS)

 RAS adalah gangguan yang ditandai dengan ulkus berulang terbatas pada mukosa

mulut pada pasien tanpa tanda-tanda penyakit lain.

 Etiologi: streptococci, Helicobacter pylori, VZV, CMV, dan human herpesvirus

(HHV) -6 dan HHV-7, tetapi saat ini tidak ada data konklusif yang

menghubungkan RAS dengan mikroorganisme tertentu.Faktor resikonya adalah

faktor genetik, hematologi defisiensi, kelainan imunologi, dan faktor lokal, seperti

trauma dan merokok.

 Manifestasi: Lesi terbatas pada mukosa mulut dan mulai dengan prodromal

terbakar setiap saat dari 2 hingga 48 jam sebelum ulkus muncul. Selama periode

awal ini, area lokal dari eritema berkembang. Dalam beberapa jam, bentuk papul

putih kecil, ulserasi, dan secara bertahap membesar selama 48 hingga 72 jam

6
berikutnya.Lesi individu berbentuk bulat, simetris, dan dangkal (mirip dengan

ulkus virus), tetapi tidak ada tanda jaringan yang muncul dari vesikula yang pecah.

 Diagnosis: Biopsi hanya menunjukan ulkus superfisial yang ditutupi oleh eksudat

fibrinus dengan jaringan granulasi di dasar dan campuran infiltrat inflamasi akut

dan kronis.

 Pengobatan: Dalam kasus ringan dengan dua atau tiga lesi kecil, penggunaan

emolien protektif seperti Orabase (Bristol-Myers S quibb, Princeton, N J) atau

Zilactin (Zila Pharmaceuticals, Phoenix, AZ), anestesi topikal adalah semua yang

diperlukan. Penghilang rasa sakit lesi ringan dapat diperoleh dengan menggunakan

agen anestesi topikal atau diklofenak topical.

Dalam beberapa kasus yang lebih parah, penggunaan steroid topical, seperti

fluocinonide, betametason, atau clobetasol, ditempatkan langsung pada lesi,

mempersingkat waktu penyembuhan dan mengurangi ukuran ulkus.

1.5 Erythema Multiforme (EM)

 EM adalah penyakit inflamasi akut pada mukokutaneousyang terjadi pada kulit

dan seringkali mukosa mulut.

7
 Etiologi: EM adalah reaksi hipersensitivitas, dan faktor penghambat yang paling

umum adalah infeksi, terutama dengan HSV, atau reaksi obat terhadap NSAID

atau antikonvulsan.

 Manifestasi: Eritema ringan dan erosi hingga ulserasi yang menyakitkan. Ketika

parah, ulkus mungkin besar dan konfluen, menyebabkan kesulitan dalam makan,

minum, dan menelan, dan pasien dengan EM berat dapat mengeluarkan liur

berlumuran darah.

 Diagnosis: Lesi awal menunjukkan limfosit dan histiosit pada dermis superfisial di

sekitar pembuluh dermal superfisial. Diikuti oleh degenerasi hidroik dari sel basal,

apoptosis keratinosit dan nekrosis, pembentukan bulla subepitel, dan infiltrasi

limfositik.

 Manajemen: EM ringan dengan analgesik sistemik atau topikal untuk nyeri dan

perawatan suportif karena penyakit ini sembuh sendiri dan sembuh dalam beberapa

minggu. Kasus yang lebih parah biasanya dengan kortikosteroid sistemik.kasus

yang diduga terkait HSV harus diobati dengan obat antiviral.

8
1.6 Necrotizing Ulcerative Ginggivitis (NUG) and Periodontitis (NUP)

 NUG dan NUP adalah kondisi peradangan ulseratif akut dari gingiva dan

periodonsium,masing-masing, yang berhubungan dengan infeksi

polymicrobial.NUP memiliki buhungan yang kuat dengan imunosupresi (terutama

AIDS), merokok, stres, kebersihan mulut yang buruk, trauma local, dan diabetes.

 Etiologi: Treponema species, Prevotella intermedia, Fusobacteria nucleatum,

Peptostreptococcus micros, Porphyromonas gingivalis, Selenomonas species, dan

Campylobacter.

 Pathogenesis: Karena beberapa organisme fusospirochetal ini umum dalam

jaringan periodontal, sehingga periodontal merupakan lingkungan permisif dari

host immunocompromised yang memungkinkan mikroba ini

berproliferasi.Kerusakan jaringan kemungkinan besar disebabkan oleh produksi

endotoksindan / atau aktivasi imunologi dan penghancuran berikutnya dari gingiva

dan jaringan yang berdekatan. Selain itu, menunjukkan berkurangnya kemotaks

neutrofil dan fagositosis, sehingga kontrol infeksi menjadi buruk.

 Manifestasi: NUG memiliki onset yang cepat dan akut. Gejala pertama adalah air

liur berlebihan, rasa logam, dan sensitivitas gingiva. Dengan cepat berkembang

menjadi gingiva yang sangat nyeri dan eritematosa dengan ulserasi berlobang

yang tersebar, biasanya pada papila interdental, meskipun bagian gingiva marginal

dapat terpengaruh.

9
Disertai dengan malodor dan pendarahan gingiva. Karena rasa sakit yang terkait

dengan gingivitis, biasanya ada banyak penumpukan plak gigi di sekitar gigi

karena mungkin terlalu menyakitkan untuk melakukan kebersihan mulut yang

efektif.

 Diagnosis:

Sekresi dari sulkus gingiva menumbuhkan flora campuran tetapi secara khusus

akan menjadi kultur positif untuk spesies Treponema, P. intermedia, F.

nucleatum, dan bakteri lain seperti yang ditunjukkan di atas. Nekrosis lesi gingiva

juga dapat disebabkan oleh mikroba selain fusospirochetes, seperti Pseudomonas

aeruginosa.

 Pengobatan: Perawatan definitif NUG dan NUP terdiri dari gentle debridement

untuk mengangkat sebanyak mungkin puing dan plak; paling baik dilakukan

dengan anestesi topikal selama beberapa kunjungan pertama. Penggunaan obat

kumur chlorhexidine digluconate menyebabkan resolusi pada> 90% kasus

10
1.7 Behçet Disease [BD (Behçet Syndrome)]

 Penyakit Behcets (BD) pada awalnya dijelaskan oleh dokter kulit Turki Hulusi

Behçet sebagai trias gejala termasuk ulkus oral berulang, ulkus genital berulang,

dan keterlibatan mata.

 Etiologi: Penyebab BD tidak diketahui, tetapi disregulasi imun, yaitu sirkulasi

kompleks imun dan autoimun merupakan salah satu faktor resiko utamanya.

 Manfestasi: beberapa pasien mengalami lesi oral berulang yang ringan; beberapa

yang lain memiliki lesi yang dalam, besar. Lesi ini dapat muncul di mana saja

pada mukosa oral atau faring.

 Diagnosis: kriteria diagnostik baru dikembangkan yang mencakup ulserasi oral

berulang yang terjadi setidaknya tiga kali dalam satu periode 12 bulan ditambah

dua dari empat manifestasi berikut:

1. Ulserasi genital berulang

2. Lesi mata, termasuk uveitis atau vaskulitis retina

3. Lesi kulit, termasuk eritema nodosum, pseudofolliculitis, lesi papulopustular,

atau nodul akneiformis pada pasien pascapolesior yang tidak menerima

kortikosteroid

4. Tes pathergy positif, yang dilakukan dengan menempatkan jarum 20 gauge 5

mm ke kulit lengan bawah. Tes ini positif jika papula atau pustule yang

diinduksi lebih dari 2 mm terbentuk dalam waktu 48 jam

 Pengobatan: Azathioprine dan obat imunosupresif lainnya dikombinasikan dengan

prednison telah terbukti mengurangi penyakit okular serta keterlibatan oral dan

11
genital.Dapsone, colchicine, dan thalidomide juga telah digunakan secara efektif

untuk mengobati lesi mukosa dari BD.

 Pasien dengan penyakit yang lebih luas dan / atau gejala sistemik mungkin

memerlukan antibiotik aktif terhadap anaerob gram negatif, seperti β-laktam.

1.8 Histoplasmosis

 Histoplasmosis disebabkan oleh jamur Histoplasma capsulatum, jamur dimorfik

dengan ragi dan bentuk miselium yang tumbuh dalam bentuk ragi di jaringan yang

terinfeksi. Hasil infeksi dari menghirup debu yang terkontaminasi kotoran,

terutama dari burung atau kelelawar yang terinfeksi.

 Manifestasi: Lesi mukosa mulut dimulai sebagai area eritema yang menjadi papula

dan akhirnya membentuk ulkus yang tampak seperti granulomatosa.

 Diagnosis: Tes yang paling umum digunakan untuk mencari antigen histoplasma

(bagian dari jamur) dalam darah atau urin. Tes ini sering digunakan untuk

membuat diagnosis penyakit dengan cepat pada pasien yang sangat sakit. Foto

toraks (CXR) menunjukkan banyak kondisi lain seperti pneumonia, kanker paru-

paru atau tuberkulosis. Sampel darah, dahak (dahak) atau cairan tubuh lainnya

dapat dikultur untuk melihat apakah jamur tumbuh dalam sampel.

 Pengobatan: Pasien immunocompromised dengan histoplasmosis disebarluaskan

harus menerima pengobatan dengan amfoterisin B IV. Pasien AIDS sering dapat

beralih ke itraconazole setelah 10 minggu dan membutuhkan terapi pemeliharaan

seumur hidup. Individu yang tidak kompeten diobati dengan itraconazole atau

ketoconazole selama 6 sampai 12 bulan.

12
1.9 Leukoplakia
 Leukoplakia merupakan istilah kliniis dan lesi yang didefinisikan sebagai bercak

putih atau plak yang melekat kuat pada mukosa mulut. Lesi ini tidak

dikalsifikasikan sebagai entitas penyakit. Lesi ini adalah lesi prakanker.

 Etiologi:

Faktor yang paling sering dihubungkan dengan terjadinya leukoplakia adalah

merokok, konsumsi alkohol, iritasi kronis, kandidiasis, kekurangan vitamin,

gangguan endokrin, human papilloma virus (HPV)

 Manifestasi:

Leukoplakia ditandai dengan adanya plak putih. Lesi ini sering ditemukan pada

daerah alveolar, mukosa lingual, labia, palatum, daerah dasar cavum oris, gingiva,

mukosa lipatan buccal. Bermacammacam bentuk lesi dan daerah terjadinya lesi

tergantung dari awal terjadinya lesi tersebut, dan setiap individu akan berbeda.

Lesi awal dapat berupa warna kelabu atau sedikit putih yang agak transparan,

berfisura atau keriput dan secara khas lunak dan datar. Biasanya batasnya tegas

tetapi dapat juga berbatas tidak tegas. Lesi dapat berkembang dalam minggu

sampai bulan menjadi tebal, sedikit meninggi dengan tekstur kasar dan keras. Lesi

ini biasanya tidak sakit, tetapi sensitif terhadap sentuhan, panas, makanan pedas

dan iritan lainnya.

13
Selanjutnya leukoplakia dapat berkembang menjadi granular atau nodular

leukoplakia. Leukoplakia juga dapat berkembang dan berubah bentuk menjadi

eritroplakia. Terdapat beberapa tipe klinis leukoplakia, antara lain:

1. Leukoplakia Homogen

Dalam perkembangannya, leukoplakia dapat menjadi semakin meluas, menebal,

disebut leukoplakia homogen. Pada tipe ini, terutama berupa lesi putih yang datar

dan tipis. Lesi ini dapat terlihat sebagai retakan yang dangkal dengan permukaan

yang halus atau berkerut. Teksturnya konsisten. Tipe ini biasanya asimptomatik.

2. Leukoplakia non homogen

Terutama berupa lesi putih atau putih disertai merah (eritroplakia). Permukaan lesi

ireguler, bisa rata, nodular (speckled leukoplakia) atau exophytic(exophytic atau

verrucous leukoplakia). Pada verrucous leukoplakia, permukaan lesi tampak sudah

menonjol, berwarna putih, tetapi tidak mengkilat. Tipe leukoplakia ini biasanya

disertai dengan keluhan ringan berupa ketidaknyamanan atau nyeri yang

terlokalisir.

14
3. Proliferative verrucous leukoplakia

Merupakan tipe leukoplakia yang agresif yang hampir selalu berkembang menjadi

malignansi. Tipe ini ditandai dengan manifestasi multifokal dan menyebar luas,

sering terjadi pada pasien dengan faktor risiko yang tidak diketahui. Secara umum,

leukoplakia non homogen memiliki risiko yang lebih tinggi untuk bertransformasi

menjadi malignan, tetapi oral karsinoma dapat berkembang dari berbagai jenis

leukoplakia.

 Diagnosis:

Leukoplakia oral memiliki penampakan makroskopis berupa bercak putih yang

berbatas tegas dan permukaannya sedikit lebih menonjol dibandingkan mukosa

mulut normal. Perkembangan lesi leukoplakia oral dimulai dengan munculnya lesi

putih pudar dan rata. Semakin lama, lesi akan berwarna semakin putih dan

menonjol ke permukaan mukosa mulut. Pada beberapa kasus, lesi dapat

menimbulkan ulkus pada mukosa mulut.

1. Histopatologi

Pada pemeriksaan histologi akan terlihat hiperkeratosis atau penebalan pada

bagian Stratum korneum kulit, Acanthosis (peningkatan ketebalan pada Stratum

15
spinosum), Intracellular hydropic degeneration (apoptosis), terdapat Epithelial pearl,

tidak ada tandatanda displasia, dan ada infiltrasi round sel pada jaringan ikat

 Perawatan:

Setiap perawatan leukoplakia oral harus dimulai dengan penghapusan faktor risiko

seperti penyalahgunaan tembakau, menguyah sirih, penyalahgunaan alkohol, infeksi

candida 11 yang tumpang tindih di atas lesi dll. Pada kasus infeksi candida maka

pemberian aintifungal dan penghindaran tembakau dapat memperkecil lesi. Sangat

penting bagi pasien leukoplakia untuk senantiasa menjaga kebersihan mulutnya.

 Pengobatan:

1. Antifungal

Pada kasus leuko plakia yang disebabkan oleh fungi maka antifungal adalah

pilihan yang tepat untuk mengatasinya. Beberapa antifungal yang dapat digunakan

seperti polyene-nystatin tablet yang larut perlahan di mulut, imidazol, dan fluconazol.

Pada pasien leukoplakia dengan immunocompromize maka dibutuhkan perawatan

antifungal yang lebih toksik seperti amphotericin B.

2. Karotenoid

Karotenoid dapat di definisikan sebagai molekul yang sangat hidrofobik.

Contoh jenis karotenoid yang sering dipakai yakni beta karoten dan lycopene. Beta

16
karoten adalah perkursor vitamin A yang sering ditemui pada sayuran hijau, orange,

atau kekuningan seperti bayam, wortel, pepaya, mangga, ubi, dan jeruk. Betakaroten

direkomendasikan sebagai obat untuk leukoplakia berhubungan dengan aksi

antioksidannya.

3. Vitamin

Beberapa vitamin yang dapat digunakan adalah retinoids ( vitamin A/retinol),

Vitamin E, L-Ascorbic Acid ( L-AA/ Vitamin C), dan Ferentinide. Retinoid adalah

semua senyawa natural atau sintetik dengan aktifitas yang sama seperti vitamin A.

Vitamin A memiliki banyak fungsi yang salah satunya yakni berperan dalam proses

diferensiasi sel dan pembentukan keratin. Vitamin E merupakan istilah kolektif untuk

famili senyawa kimia yang memiliki struktur yang berkaitan dengan alfa-tocopherol.

Memiliki kapasitas dalam menekan proliferasi tumor sebagaimana fungsi sebagai

pemakan radikal bebas untuk mencegah lipid peroksidasi.

1.10 Eritroplakia

 Definisi

Eritroplakia dalah plak merah yang dapat didiagnosis sebagai suatu penyakit spesifik

dengan dasar analisis klinis. Eritroplakia juga di definisikan sebagai bercak merah

seperti beludru, menetap yang tidak dapat ditandai secara klinis sebagai keadaan lain.

Eritroplakia didiagnosis secara histologis sebagai displasia epitel atau mempunyai

kecenderungan lebih tinggi untuk menjadi karsinoma.

 Etiologi dan Manifestasi klinis

17
Eritroplakia dapat terjadi di setiap tempat di dalam mulut, tetapi paling sering dalam

lipatan mukobukal mandibular, orofaring, pilar tonsil, palatum lunak,

permukaan lateral danve n t r a l l i d a h , d a n d a s a r m u l u t .

Eritroplakia paling umum dijumpai pada pasien-pasien perokok

b e r a t d a n a l k o h o l i k . Sejumlah peneliti telah membuktikan bahwa mayoritas dari

lesimulut sejenis ini, menunjukkan frekuensi tinggi dari perubahan premaligna serta

perubahan maligna.

Eritroplakia dapat terjadi di setiap tempat di dalam mulut, tetapi paling sering

dalamlipatan mukobukal mandibula, orofaring dan dasar mulut. Eritroplakia terjadi

terutama pada pria yang lebih tua, dan hampir semua lesi tidak bergejala

Klasifikasi klinis eritroplakia yang dikenal:

1. Bentuk homogeny, tampak merah merata

2. Eritroleukoplakia, memiliki bercak-bercak merah yang bercampur dengan beberapa

daerah leukoplakia

3. Granular / bercak leukoplakia, mengandung bintik-bintik atau granula-granula putih

yang menyebar diseluruh lesinya

Gambar 1. Homogenus eritroplakia

18
Gambar 2. Homogenus eritroplakia dengan leukoplakia

 Histopatologi

Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa 80 hingga 90% kasus eritroplakia

adalah displasia epitel histopatologis berat, karsinoma in situ, atau karsinoma invasif.

Dalam satu penelitian, tidak ada satu pun kasus erythroplakia yang secara histologis

ditemukan mewakili keratosis jinak.

19
 Perawatan

Diet kaya akan sayuran dan buah-buahan (anti-oksidan). Biopsi wajib dilakukan.

Perawatan harus diambil untuk mendapatkan spesimen biopsi yang representatif dalam

kasus-kasus seperti itu, dengan pengambilan sampel beberapa area dalam lesi, karena

karsinoma mungkin hanya ada secara fokal.

Mengingat potensi ganas yang tinggi dari lesi ini, pengobatan yang disarankan adalah

eksisi bedah, termasuk laser. Namun, data eksisi laser hanya terbatas. Bahkan setelah

eksisi bedah, kekambuhan dan perkembangan keganasan di situs yang sama sangat

tinggi.

1.11 Oral Lichen Planus

 Definisi

Oral lichen planus adalah gangguan inflamasi mukokutan kronis berbagai bentuk

klinis, seperti keratosis, papula, atau plak pada mukosa bukal, labial mukosa, lidah,

20
dan gingiva. OLP merupakan penyakit akibat rusaknya sel basal dengan latar belakang

kondisi imunologis yang penyebabnya tidak diketahui. OLP adalah penyakit autoimun

dimediasi sel T di mana auto-sitotoksik sel T CD8 + memicu apoptosis sel basal epitel

mulut.

 Etiologi

Meskipun etiologi pasti penyakit ini masih belum diketahui, tetapi beberapa faktor

terkait dengannya. Ini adalah sebagai berikut:

1. Degenerasi imun yang diinduksi oleh sel dari lapisan sel basal epitelium

2. Trauma

3. Diabetes dan hipertensi

4. Stress

5. Hepatitis C

6. Hipersensitif terhadap obat-obatab dan logam

 Klinis

Penyakit ini memiliki beberapa bentuk manifestasi klinis yang dapat mengakibatkan

pasien merasa tidak nyaman dengan rongga mulutnya. Beberapa bentuk manifestasi

klinis dari OLP yaitu retikular, papula, bentuk plak yang berwarna ungu, atropik,

erosif dan bula. Lesi-lesi ini biasanya terjadi bilateral pada mukosa bukal, mukobukal

fold, gingiva, lidah dan bibir. Tipe retikular merupakan bentuk umum dari OLP.

Biasanya muncul dengan gambaran striae-striae keratotik putih ( Wickham’s striae )

dengan batas eritema. Bentuk plak dari OLP mulai dari bentuk rata, halus hingga

irregular. Biasanya ditemui pada lidah dan mukosa bukal.

21
Tipe retikular dan plak biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Bentuk erosif

merupakan bentuk umum yang kedua dari OLP, berupa gambaran area eritema dan

ulserasi. Apabila terdapat pada gingiva, maka disebut deskuamatif gingivitis. Tipe ini

biasanya menimbulkan rasa sakit dan ketidaknyamanan pada pasien. Bentuk atropik

dari OLP biasanya difus, eritematus yang dikelilingi striae putih. Sedangkan bentuk

bula dari OLP biasanya muncul pada mukosa bukal dan daerah lateral dari lidah.

Bentuk bulla ini biasanya langsung pecah dan meninggalkan gambaran erosif.

Gambar 1. Reticular bukal mukosa

Gambar 2. Atropi gingiva

22
Gambar 3. Erosi lidah

 Histopatologis

Gambaran histopatologi klasik OLP termasuk degenerasi liquefactive sel basal yang

disertai dengan apoptosis keratinosit, infiltrasi limfositik padat seperti pita pada antar

muka antara epitel dan jaringan ikat, area fokus dari epitel hiperkeratinisasi (yang

memberi naik ke striae Wickham yang terlihat secara klinis) dan kadang-kadang

daerah epitel atrofi di mana paku rete dapat dipersingkat dan runcing (karakteristik

yang dikenal sebagai gigi gergaji retarder). Badan eosinofilik koloid (Civatte tubuh)

keratinosit, seringkali terlihat di bagian bawah epitel permukaan. Degenerasi

keratinosit basal dan gangguan elemen penahan dari BM epitel dan keratinosit basal

(misalnya hemi desmosom, filamen, fibril) melemahkan antarmuka jaringan ikat

epitel.

23
 Diagnosis

Riwayat, lesi oral dan keterlibatan kulit atau kuku biasanya cukup untuk membuat

diagnosis klinis OLP. Namun, biopsi adalah prosedur yang direkomendasikan untuk

membedakannya dari lesi lainnya.

 Perawatan

Kortikosteroid sampai saat ini tetap menjadi pilihan pertama dalam pengobatan

untuk OLP karena aktivitasnyadalam meredam aktivitas imun yang memediasi sel

dengan memodulasi fungsi kekebalan tubuh. Obat ini dapat diberikan secara

topikal, intralesion atau sistemik.

Kortikosteroid topikal biasanya digunakan untuk mengobati lesi simptomatik yang

ringan sampai sedang, pilihan antara lain

0,05% flucinonide, 0,05% clobetasolpropionat berupa gel atau pasta.

Selain itu, lesi erosif ekstensif OLP pada gingiva (desquamative gingivitis) dapat

diobati secara efektif dengan menggunakan splints oklusif sebagai pembawa steroid

topikal. Studi jangka panjang tidak menunjukkan efek samping sistemik yang

merugikan dengan steroid topikal, tetapi terapi oklusif dengan steroid berpotensi tinggi

menyebabkan absorpsi sistemik, dan pasien harus dipantau sepenuhnya dan diobati

dengan jumlah minimal obat yang diperlukan untuk mengelola setiap individu.

Steroid sistemik jarang di indikasikan untuk pengobatan singkat eksaserbasi berat atau

untuk periode singkat pengobatan kasus rekalsitran yang gagal untuk merespon steroid

topikal.

24
Pemberian sistemik tablet prednison dapat dilakukan dengan dosis bervariasi antara 40

dan 80 mg setiap hari selama kurang dari 10 hari tanpa tapering. Rejimen waktu dan

dosis ditentukan secara individual, berdasarkan status medis pasien, keparahan

penyakit, dan tanggapan pengobatan sebelumnya. Retinoid juga berguna, biasanya

bersamaan dengan kortikosteroid topikal sebagai terapi tambahan untuk OLP.

1.12 Mucocele

 Mucocele atau mucous cyst adalah fenomena umum atau lesi mukosa oral, berasal dari

minor salivary gland dan duktusnya

 Etilogi dan Gejala

Kebanyakan kasus melaporkan insidensi tertinggi mukokel adalah usia muda tetapi

hingga saat ini belum ada studi khusus pada usia yang spesifik. Terdapat beberapa

penyebab terjadinya mucocele yaitu:

1. Adanya Trauma Lokal dan Mekanik:

a. Tergigit pada bibir

b. Tertutsuk pada area ronga mulut

c. Terdapat kontak gesekan dengan gigi dalam waktu yang cukup lama

d. Kebersihan mulut yang kurang dijaga

e. kebiasaan menggesek-gesekkan bagian ventral lidah pada permukaan gigi

rahang bawah.

2. Trauma pada proses kelahiran bayi:

a. Trauma akibat proses kelahiran bayi yang menggunakan alat bantu forceps.

25
b. Trauma pada saat dilakukan suction untuk membersihkan saluran nafas sesaat

setelah bayi dilahirkan.

c. Ataupun trauma yang disebabkan karena ibu jari bayi yang dilahirkan masih

berada dalam posisi sucking (menghisap) pada saat bayi melewati jalan lahir.

Pada umumnya jika mucocele yang dimilki masih berukuran kurang dari 2 cm maka,

mucocele tersebut dapat dimasukkan dalam kategori tidak berbahaya dan biasanya

dapat menghilang dengan sendirinya. Namun jika mucocele yang dimiliki berukuran

cukup besar dan tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu lama, maka

sebaiknya dilakukan tindakan untuk menghilanhkannya seperti laser, penyuntikan

steroid, atau cryotherapy. Memang penyakit ini dapat muncul kembali ataupun

kambuh di beberapa tempat di rongga mulut.

 Gambran Klinis dan Histopatolgi

• Berdasarkan pathogenesis mucocele dibagi menjadi 2

• Extravasation mucocele: berasal dari rupturnya ductus karena trauma dan

pertumpahan mucin ke jaringan sekitar

• Mukus retenstion cyst: biasanya berasal dari dilatasi ductus karena obstruksi

ductus.

• Wujud mucocele: painless, dome-shaped, soliter, bluish atau translusen, fluctuant

swelling

• Ukuran (diameter): bervariasi mm – cm

26
• cyst sebagian kosong dan akan terisi kembali oleh akumulasi oleh cairan yang baru.

• Tempat utama:

• paling sering lower lips lateral

• Jarang: buccal mukosa, lidah, dasar lidah, soft palate

Gambaran histopatologi mukokel tipe ekstrsavasasi mukus berbeda dengan tipe retensi

mukus. Tipe ekstravasasi gambaran histopatologinya memperlihatkan glandula yang

dikelilingi oleh jaringan granulasi. Sedangkan tipe retensi menunjukkan adanya

epithelial lining.

27
Gambaran histopatologi mukokel tipe ekstravasasi mukus yang terletak di bibir bawah

Gambaran histopatologi mukokel yang bagian duktusnya mengalami dilatasi.

 Diagnosa

Untuk menegakkan diagnosa mukokel dilakukan prosedur-prosedur yang meliputi

beberapa tahap.

1. Melakukan Anamnesis dan mencatat riwayat pasien

Pada pasien anak dilakukan aloanamnese yaitu anamnese yang diperoleh dari orang

terdekat pasien. Pada pasien dewasa dengan autoanamnese yaitu yang diperoleh dari

pasien itu sendiri.

2. Pemeriksaan Fisik

28
Pemeriksaan Fisik ini dengan tujuan melihat tanda-tanda yang terdapat pada pasien,

yaitu pemeriksaan keadaan umum mencakup pengukuran temperatur dan pengukuran

tekanan darah, pemeriksaan ekstra oral mencakup pemeriksaan kelenjar limfe,

pemeriksaan keadaan abnormal dengan memperhatikan konsistensi, warna, dan jenis

keadaan abnormal, kemudian pemeriksaan intra oral yaitu secara visual melihat

pembengkakan pada rongga mulut yang dikeluhkan pasien dan melakukan palpasi

pada massa tersebut. Diperhatikan apakah ada perubahan warna pada saat dilakukan

palpasi pada massa. Ditanyakan kepada pasien apakah ada rasa sakit pada saat

dilakukan palpasi.

3. Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiograf

Pemeriksaan radiografi, meliputi pemeriksaan secara MRI (Magnetic Resonance

Imaging), CT Scan (Computed Tomography Scan), ultrasonografi, sialografi, dan juga

radiografi konfensional.

 Diagnosis Banding

1. Hemangioma

2. Lymphangioma

3. Pyogenic granuloma (apabila letaknya pada bagian anterior lidah)

4. Salivary gland neoplasm

5. Dll.

 Perawatan

Jika memang merasa cukup terganggu dengan keberadaan mucocele yang dimiliki

sekarang, dapat melakukan konsultasi kembali dengan dokter gigi yang telah menangani.

Perawatan yang dilakukan meliputi penanggulangan faktor penyebab dan pembedahan

29
massa. Karena jika kebiasaan buruk atau hal yang menyebabkan terjadinya trauma tidak

segera disingkirkan atau dihilangkan, maka mukokel akan dengan mudah muncul kembali

walaupun sebelumnya sudah dilakukan perawatan bedah. Pembedahan massa dibagi atas

tiga jenis, yaitu eksisi, marsupialisasi, dan dissecting. Pemilihan teknik pembedahan

tergantung kepada ukuran dan lokasi massa.

Adapun langkah-langlah yang lain yang dapat dilakukan:

1. Melakukan kompres dingin pada benjolan

2. Rajin berkumur dengan cairan antiseptik

3. Sikat gigi sebanyak 2 kali sehari

4. Ikuti anjuran yang dikatakan oleh dokter gigi

 Treatment

1. Dengan cara Operasi atau pembedahan

2. Suntikan steroid laser

3. Marsupialisasi

4. Cryotherapy

1.13 Ranula

 Ranula adalah istilah yang digunakan untuk menyebut mukokel yang letaknya di

dasar mulut. Kata ranula yang digunakan berasal dari bahasa latin “RANA” yang

berarti katak, karena pembengkakannya menyerupai bentuk tenggorokan bagian

bawah dari katak. Merupakan pembengkakan dasar mulut yang berhubungan dan

30
melibatkan glandula sublingualis, dapat juga melibatkan glandula salivari minor.

Ukuran ranula dapat membesar, dan apabila tidak segera diatasi akan memberikan

dampak yang buruk, karena pembengkakannya dapat mengganggu fungsi bicara,

mengunyah, menelan, dan bernafas.

 Etiologi

Etiologinya tidak diketahui namun diduga ranula terjadi akibat trauma, obstruksi

kelenjar saliva, dan aneurisma duktus glandula saliva. Post traumatic ranula terjadi

akibat trauma pada glandula sublingual atau submandibula yang menyebabkan

ekstravasasi mukus, sehingga terbentuk pseudokista. Ranula juga dikatakan

berkaitan dengan penyakit kelenjar saliva dan anomali kongenital dimana duktus

saliva tidak terbuka.

 Tanda dan Gejala

 Adanya benjolan simple pada dasar mulut, mendorong lidah ke atas.

 Umumnya unilateral , jarang bilateral .

 Benjolan berdinding tipis transparan, berwarna biru kemerah-merahan.

 Benjolan tumbuh lambat, gambaran seperti perut katak.

 Pembengkakan selain intra oral dapat juga extra oral.

 Tidak ada rasa sakit kecuali meradang atau infeksi.

 Bila benjolan membesar dapat mengganggu bicara, makan maupun menelan.

 Benjolan oleh karena suatu sebab dapat pecah sendiri, cairan keluar, mengempes

kemudian timbul atau kambuh kembali.

31
 Pada simple ranula benjolan terletak superficial sedangkan plunging ranula

benjolan terletak lebih dalam, bisa menyebar ke dasar otot mylohyoid , daerah

submandibular , ke leher bahkan ke mediastinum.

 Klasifikasi

1. Ranula Simpel

Ranula simpel yang juga disebut dengan oral ranula merupakan ranula yang terbentuk

karena obstruksi duktus glandula saliva tanpa diikuti dengan rupturnya duktus tersebut.

Letaknya tidak melewati ruang submandibula, dengan kata lain tidak berpenetrasi ke

otot milohioideus.

2. Ranula Plunging

Ranula plungin atau sering disebut ranula diving merupakan massa yang terbentuk

akibat rupturnya glandula saliva tanpa diikuti rupturnya ruang submandibula yang

kemudian menimbulkan plug pseudokista yang meluas hingga ke ruang submandibula

atau dengan kata lain berpenetrasi ke otot milohioideus.

 Gambaran Klinis dan Histopatologi

Sama halnya dengan mukokel, gambaran klinis ranula merupakan massa lunak yang

berfluktusi dan berwarna translusen kebiruan, yang membedakannya dengan mukokel

adalah letaknya di dasar mulut atau bagian bawah lidah. Apabila dipalpasi, massa ini

tidak akan berubah warna menjadi pucat. Jika massa ini terletak agak jauh ke dasar

mulut, maka massa ini tidak lagi berwarna kebiruan melainkan berwarna normal

seperti mukosa mulut yang sehat.1 Diameternya mulai dari 1 sampai dengan beberapa

sentimeter.

32
Ranula tidak diikuti rasa sakit. Keluhan yang paling sering diungkapkan pasien adalah

mulutnya terasa penuh dan lidah terangkat ke atas. Apabila tidak segera diatasi akan

terus mengganggu fungsi bicara, mengunyah, menelan, dan bernafas. Ranula yang

berukuran besar akan menekan duktus glandula saliva dan menyebabkan aliran saliva

menjadi terganggu. Akibatnya muncul gejala obstruksi glandula saliva seperti sakit

saat makan atau sakit pada saat glandula saliva terangsang untuk mengeluarkan saliva

dan akhirnya kelenjar saliva membengkak.

Ranula plunging akan menimbulkan pembengkakan pada leher. Dan biasanya

berdiameter 4-10 cm dan melibatkan ruang submandibula. Terdapat juga laporan yang

menunjukkan ruang submental, daerah kontralateral leher, nasofaring, retrofaring, dan

juga mediastinum.

33
 Diagnosa

Untuk menegakkan diagnosa ranula dilakukan prosedur-prosedur yang meliputi

beberapa tahap.

1. Melakukan Anamnesis dan mencatat riwayat pasien

Pada pasien anak dilakukan aloanamnese yaitu anamnese yang diperoleh dari

orang terdekat pasien. Pada pasien dewasa dengan autoanamnese yaitu yang

diperoleh dari pasien itu sendiri.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik ini dengan tujuan melihat tanda-tanda yang terdapat pada

pasien, yaitu pemeriksaan keadaan umum mencakup pengukuran temperatur dan

pengukuran tekanan darah, pemeriksaan ekstra oral mencakup pemeriksaan

kelenjar limfe, pemeriksaan keadaan abnormal dengan memperhatikan konsistensi,

warna, dan jenis keadaan abnormal, kemudian pemeriksaan intra oral yaitu secara

visual melihat pembengkakan pada rongga mulut yang dikeluhkan pasien dan

melakukan palpasi pada massa tersebut. Diperhatikan apakah ada perubahan warna

pada saat dilakukan palpasi pada massa. Ditanyakan kepada pasien apakah ada rasa

sakit pada saat dilakukan palpasi.

3. Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiograf

Pemeriksaan radiografi, meliputi pemeriksaan secara MRI (Magnetic Resonance

Imaging), CT Scan (Computed Tomography Scan), ultrasonografi, sialografi, dan juga

radiografi konfensional.

 Diagnosa Banding

34
Sama halnya dengan mukokel, ada beberapa penyakit mulut yang memiliki kemiripan

gambaran klinis dengan ranula yaitu:

1. Kista dermoid

2. Sialolithiasis

3. Thyroglossal duct cyst

4. Cystic hygroma

5. Neoplastic thyroid disease

6. Dll

 Perawatan

Jika memang merasa cukup terganggu dengan keberadaan ranula yang dimiliki

sekarang, dapat melakukan konsultasi kembali dengan dokter gigi yang telah

menangani. Perawatan yang dilakukan meliputi penanggulangan faktor penyebab dan

pembedahan massa. Karena jika kebiasaan buruk atau hal yang menyebabkan

terjadinya trauma tidak segera disingkirkan atau dihilangkan, maka mukokel akan

dengan mudah muncul kembali walaupun sebelumnya sudah dilakukan perawatan

bedah. Pembedahan massa dibagi atas tiga jenis, yaitu eksisi, marsupialisasi, dan

dissecting. Pemilihan teknik pembedahan tergantung kepada ukuran dan lokasi massa.

Adapun langkah-langlah yang lain yang dapat dilakukan:

1. Melakukan kompres dingin pada benjolan

2. Rajin berkumur dengan cairan antiseptik

3. Sikat gigi sebanyak 2 kali sehari

4. Ikuti anjuran yang dikatakan oleh dokter gigi

35
 Treatment

1. Eksisi ranula.

2. Marsupialisasi ranula.

3. Operasi mengangkat salah satu kelenjar ludah penyebab ranula.

1.14 Lesi Pigmentasi Mukosa Mulut

 Blue/ Purple Vascular Lesions

1. Hemangioma

Lesi vaskular yang muncul sebagai proliferasi saluran vaskular adalah hamartoma

mirip tumor ketika mereka muncul di masa kanak-kanak; pada orang dewasa (terutama

orang tua), proliferasi vaskular jinak umumnya varises. Hemangioma masa kanak-

kanak ditemukan pada kulit, di kulit kepala, dan di dalam jaringan ikat selaput lendir.

Bergantung pada kedalaman proliferasi vaskular di dalam submukosa oral, lesi dapat

menjadi tempat pembuluh darah dekat epitel atasnya dan tampak biru kemerahan atau,

jika sedikit lebih dalam di jaringan ikat, berwarna biru tua.

Sebagian besar hemangioma oral terletak di lidah, multinodular dan berwarna

merah kebiruan. Multinodularitas bersifat racemose dan difus. Angioma lidah sering

meluas jauh di antara otot-otot intrinsik lidah.

Secara mikroskopis, hemangioma dapat terdiri dari banyak saluran pembuluh

darah besar yang dilatasi yang dilapisi oleh sel endotel tanpa coat otot; lesi tersebut

disebut sebagai hemangioma kavernosa.

36
Hemangioma tipe sel atau kapiler menunjukkan proliferasi endotela, dan lumina

vaskular sangat kecil. Kedua jenis ini dapat terjadi hanya di jaringan ikat subepitel atau

dapat meluas di antara serat otot (disebut hemangioma intramuskuler).

Pasien yang memerlukan perawatan dapat menjalani operasi konvensional, operasi

laser, atau cryosurgery.

1.15 Varix

Dilatasi patologis dari vena atau venula yang dibatasi oleh sel-sel endotel yang

tidak memiliki lapisan otot dan lokasi utama adalah lidah ventral. Semakin menonjol

dengan bertambahnya usia dengan demikian, varises lingual ditemui pada individu

lansia.

Mereka tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak mengalami kerusakan dan

pendarahan.

37
Hemangioma biasanya bawaan sedangkan varix muncul pada individu yang lebih

tua dan sekali terbentuk, tidak mengalami regresi. Atau, varix memiliki potensi

pertumbuhan yang terbatas

Varix mewakili dilatasi vena yang dapat berevolusi dari trauma seperti menggigit

bibir atau pipi. Peristiwa traumatis mungkin merusak dan melemahkan dinding

pembuluh darah dan berujung pada pelebaran.

Lesi dapat dieksisi atau diangkat dengan metode bedah lainnya, termasuk bedah

elektro dan cryosurgery.

2 Angiosarcoma

Neoplasma vaskular ganas. Rongga mulut adalah tempat yang sangat langka untuk

tumor seperti itu, mereka yang terjadi akan tampak merah, biru, atau ungu. Mereka

cepat berproliferasi dan karena itu hadir sebagai tumor nodular. Angiosarcomas dapat

timbul dari sel endotel pembuluh darah atau getah bening. Mereka memiliki prognosis

yang buruk dan diobati dengan eksisi radikal

38
3 Kaposi’s Sarcoma

Sebuah tumor yang diduga berasal dari pembuluh darah, menyebabkan patch

jaringan abnormal tumbuh di bawah kulit, di lapisan mulut, hidung, dan tenggorokan,

di kelenjar getah bening, atau di organ lain. Elektrokauter dianjurkan, baik sebagai

bentuk utama operasi atau untuk eksisi konvensional.

1.16 Brown Melanotic Lesions

1. Ephelis and Oral Melanotic Macula

39
Bintik pada kulit atau ephelis menunjukan peningkatan sintesis pigmen melanin

oleh melanosit lapisan basal, tanpa peningkatan jumlah melanosit. Pada kulit,

peningkatan melanogenesis dikaitkan dengan paparan aktinik. Ditemukan di garis

vermilion bibir dan paling banyak ditemukan di bibir bawah

Ephelis berbentuk makula. Diameternya berkisar sedikit kecil sampai lebih dari

1cm. Lesi ini berbentuk oval atau tidak teratur, berwarna coklat atau bahkan hitam.

Makula melanotik oral tidak berbahaya. Setelah diangkat, tidak diperlukan operasi

lebih lanjut.

2. Nevocellular Nevus and Blue Nevus

Nevi disebabkan oleh proliferasi jinak melanosit. Ada dua tipe utama, berdasarkan

histologi. Nevi neoseluler muncul dari melanosit lapisan basal. nevi ini bersifat makula

dan diklasifikasikan sebagai nevi fungsional. Gambarannya datar dan berwarna coklat

dan memiliki garis bulat atau oval yang teratur.

40
Jenis nevus kedua, bukan berasal dari melanosit lapisan basal, adalah nevus biru.

Nevus biru berwarna biru pada kulit karena sel melanosit berada jauh di dalam

jaringan ikat dan karena pembuluh di atasnya meredam warna coklat melanin,

menghasilkan warna biru. Melanosit nevus biru berbeda secara morfologis dari nevus

nevoseluler dengan lebih berbentuk gelendong sementara mengandung banyak

pigmen.

Pada mukosa mulut, baik nevoseluler dan nevi biru cenderung berwarna coklat dan

mungkin makula atau nodular. paling sering ditemukan pada palatum dan gingiva

tetapi juga dapat ditemukan di mukosa bukal dan di bibir. Biopsi diperlukan untuk

konfirmasi diagnostik. Eksisi sederhana adalah pengobatan pilihan.

3. Café au Lait Pigmentation

Lesi ini berwarna kopi dengan krim dan bervariasi dari makula kecil hingga lesi

difus luas.

41
4. Pigmented Lichen Planus

1.17 Brown Heme-Associated Lesions

1. Ecchymosis

Ekimosis traumatis sering terjadi pada bibir dan wajah namun jarang terjadi pada

mukosa mulut. Setelah peristiwa traumatis, ekstravasasi eritrosit ke submukosa akan

muncul sebagai makula merah cerah atau sebagai pembengkakan jika terbentuk

hematoma. Lesi akan memiliki warna cokelat dalam beberapa hari

2. Petechia

Pendarahan kapiler akan tampak merah pada awalnya dan berubah menjadi coklat

dalam beberapa hari setelah sel-sel merah ekstravasasi telah melisis dan telah

terdegradasi menjadi hemosiderin.

42
3. Hemochromatosis

Lesi mukosa oral hemochromatosis berwarna coklat sampai abu-abu. Cenderung

terjadi di palatum dan gingiva. Ketika hemochromatosis dicurigai, biopsi oral dapat

membantu dalam diagnosis.

1.18 Gray/Black Pigmentations

1. Amalgam Tattoo

Terjadi akibat adanya deposit dari amalgam yang digunakan pada restorasi.

Sehingga deposit tersebut menyebabkan suatu pigmentasi. Gambaran klinisnya,

biasanya kecil, asimtomatik, macular, dan terkadang tampak abu-abu kebiruan atau

bahkan hitam. Sering terjadi di mukosa bukal, gingiva, atau palatum (ditemukan di

sekitar gigi dengan restorasi)

43
Biopsi direkomendasikan ketika lesi berpigmen kelabu tiba-tiba muncul atau

ketika lesi tersebut muncul jauh dari gigi yang direstorasi

2. Graphite Tattoo

Cenderung terjadi pada langit-langit mulut karena suatu traumatik implantasi

dari partikel graphite dari pensil. Lesi biasanya makula, fokal, dan abu-abu atau hitam.

Secara mikroskopis, grafit menyerupai amalgam di jaringan

44
3. Hairy Tounge

Hairy Tounge / lingua villosa merupakan kondisi jinak yang memperlihatkan suatu
keadaan yang mencolok. Merupakan perpanjangan papilla filiform sekunder yang
mengakibatkan berkurangnya deskuamasi keratin dan menyebabkan timbulnya
lapisan putih pada dorsum lidah, terutama bagian posterior. Lapisan permukaan lidah
terlihat “hair-like” disertai sensasi iritasi pada beberapa pasien. Rasa terbakar dapat
dirasakan pada penderita yang juga megalami kandidiasis.

Warna permukaan lidah dapat bervariasi sesuai dengan zat ataupun mikroorganisme
yang ditangkapnya, seperti organisme kromogenik, debris, ataupun pewarnaan dari
tembakau ataupun kopi menyebabkan variasi warna seperti cokelat kehitaman juga
merah muda atau hijau.

Etiologi : dikaitkan dengan penggunaan antibiotic tertentu, obat kumur, dehidrasi,


xerostomia, nutrisi buruk dan diet lunak atau abrasive minimal ( pada pengguna gigi
palsu)

Perawatan umumnya tidak diperlukan, hindari faktor-faktor penyebab. Jika lesi


berlanjut, dapat dilakukan menyikat lembut bagian lidah

45
1.19 Lesi pada Lidah

- Fissured tongue

Merupakan kondisi jinak ditandai dengan alur dalam (celah) di dorsum lidah.
Penampilan klinis sangat bervariasi baik dalam orientasi, jumlah, kedalaman dan
panjang pola fisura. Biasanya ada beberapa alur / alur setinggi 2–6 mm. Kadang-
kadang ada kerutan sentral besar, dengan celah yang lebih kecil bercabang dengan
tegak lurus. Pola lain mungkin menunjukkan posisi dorsolateral sebagian besar fisura
(yaitu menyamping alur di permukaan atas lidah). Beberapa pasien mungkin
mengalami rasa terbakar atau nyeri.

46
- Glossitis

Peradangan dengan depapillation dari


permukaan dorsal lidah (hilangnya papilla
lingual), meninggalkan permukaan yang halus
dan eritematosa (memerah).

Glossitis sering disebabkan malabsorpsi,


mungkin tidak menimbulkan rasa sakit atau
menyebabkan ketidaknyamanan. Glossitis
biasanya merespon dengan baik untuk
pengobatan jika penyebabnya diidentifikasi dan
diperbaiki.
Perawatan biasanya tidak memerlukan rawat inap kecuali lidah bengkak parah.
Kebersihan mulut yang baik diperlukan, termasuk menyikat gigi secara menyeluruh
setidaknya dua kali sehari, dan flossing setidaknya setiap hari. Kortikosteroid seperti
prednison dapat diberikan untuk mengurangi peradangan glossitis. Untuk kasus ringan,
aplikasi topikal (seperti bilas mulut prednison yang tidak tertelan) dapat direkomendasikan
untuk menghindari efek samping dari kortikosteroid yang ditelan atau disuntikkan. Oleh
kekurangan nutrisi yaitu anemia, kekurangan vitamin b.

- Geographic tongue

Kondisi peradangan selaput lendir lidah, biasanya pada


permukaan dorsal.
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi kondisinya jinak. lesi lidah
geografis dapat dimulai sebagai patch putih sebelum depapillation
terjadi.

47
- Linea Alba

Merupakan variasi umum rongga mulut. Lesi berupa garis putih akibat hyperkeratosis

fokal pada mukosa hasil dari trauma gesekan kronis atau berulang. Lesi berupa garis

putih horizontal sepanjang mukosa buccal pada level garis oklusal.

Tidak ada potensi ganas dan tidak diperlukan perawatan khusus, selain berupaya

menghilangkan sumber iritasi, setelah itu lesi akan sembuh dalam 1-3 minggu.

2 Cheeck Biting
Hiperkeratosis akibat trauma gesekan pada pipi secara kronis atau menggigit bibir atau

mengunyah (morsicatio buccarum, morsicatio labiorum). Lesi dapat tampak kasar atau

berjumbai, dengan area ulserasi atau kemerahan.

Tes diagnostik: Umumnya tidak diperlukan, karena diagnosis didasarkan pada riwayat dan

penampilan klinis. Biopsi: Tidak, kecuali jika penampilannya untuk diagnosis lain.

Pengobatan: Tidak diperlukan pengobatan khusus untuk lesi. Pasien harus dibuat sadar

akan kebiasaan itu. Selain upaya untuk menghilangkan sumber iritasi, setelah itu lesi akan

sembuh dalam 1-3 minggu. Peralatan pelindung dapat dibuat jika masalahnya parah.

48
49
DAFTAR PUSTAKA

- Lars Andersson, Karl-Erik Kahnberg, M. Anthony Pogrel. Oral and maxillofacial

surgery. 2010; 498,499, 507

- Herrera D, Roldan S, Sanz M. Periodontal abscess: a review. J Clin Periodontal 2000;

27: 377-386.

- Hargreaves, K.M and Stephen, C. 2011. Cohen’s pathways of the pulp. 10ed. Mosby

Elsevier, China. P : 37, 540, 564 & 576

- Martin S. Greenberg D, Michael Glick D. Burket’s Oral Medicine Diagnosis &

Treatment.; 2003.

50

Anda mungkin juga menyukai