Anda di halaman 1dari 72

CASE

REPORT
SESSION
Elda Lizma 12100118610
Galih Nadhova Imana 12100118571

Preseptor:
Jatu Sulistyowati, dr., Sp.OG
IDENTITA
S PASIEN
Identitas istri
NAMA
USIA
: Ny. E
: 19 TAHUN
Identitas
ALAMAT : Garut suami
PEKERJAAN : IRT
NAMA : TN. R
PENDIDIKAN : SMA
USIA : 32 TAHUN
STATUS : MENIKAH
AGAMA : ISLAM ALAMAT : Garut
PEKERJAAN : Buruh
PENDIDIKAN : SMA
STATUS : MENIKAH
AGAMA : ISLAM
KELUHAN
UTAMA
Perdarahan dari jalan lahir
ANAMNESIS

P2A0 datang ke IGD RSUD Al-Ihsan dengan keluhan perdarahan dari


jalan lahir sejak 11 hari SMRS. Perdarahan dirasakan cukup banyak hingga
menghabiskan 2-3 pembalut sehari. Darah bersifat cair namun kadang
disertai gumpalan darah. Pasien mengaku baru melahirkan 12 hari yang
lalu.
ANAMNESIS

7 hari SMRS (5 hari setelah persalinan) pasien mengeluhkan demam


yang bersifat menetap. Keluhan disertai dengan pusing, nyeri kepala,
lemas, dan kadang-kadang terasa mules. Pasien juga mengeluhkan nyeri
perut bagian bawah sejak 5 hari SMRS. Keluhan nyeri perut diperberat
ketika berjalan ataupun membungkuk.
ANAMNESIS

Demam menggigil dan Nyeri saat berkemih disangkal oleh


pasien. Pasien menyangkal adanya riwayat batuk lebih dari 2
minggu, penurunan berat badan, penurunan nafsu makan.
Pasien juga menyangkal adanya riwayat darah tinggi ataupun
riwayat luka yang sulit sembuh,
RIWAYAT KEHAMILAN

No Cara Usia Tempa BBL Tahu H/M


melahirkan kehamila t n
n

1 Spontan 9 bulan RS 3,1 2019 H

2 Spontan 9 bulan RS 3,5 2021 H


ANAMNESIS TAMBAHAN

STATUS Riwayat menstruasi


● PERNIKAHAN
Pernikahan ke 1 Menarche : 12 tahun
● Istri menikah usia Siklus : Teratur
Lama Haid : 6-7 hari
17 tahun
Banyanknya haid : Sehari
● Suami menikah
2-3x ganti pembalut
usia 29 tahun Dismenorea : Tidak ada
● Lama menikah 2
tahun
Pemeriksaan fisik

▪KU: baik, tampak sakit sedang


▪Kesadaran: CM (GCS 15)
▪Tanda vital:
▫TD: 100/60 mmHg
▫N: 94x/m
▫R: 20x/m
▫S: 36.5 C
Pemeriksaan fisik

Kepala - Mata Abdomen


Konjungtiva : anemis (+/+) Cembung, lembut, BU (+),
Sklera : ikterik (-/-) Nyeri Tekan Suprapubis (+)
Leher (status Obstetri)
KGB : tidak ada pembesaran
Tiroid : tidak ada pembesaran Ekstremitas
Thoraks Edema -/-, CRT < 2 detik
Paru-paru : VBS kiri=kanan, ronki
-/-, wheezing (-)
Jantung : S1 S2 murni reguler,
murmur (-), gallop (-)
PEMERIKSAAN OBSTETRI
Pemeriksaan luar :
a/r Abdomen
Inspeksi: Bentuk Cembung, Striae Gravidarum (+)
Palpasi: TFU terasa 1 jari diatas simfisis pubis; Nyeri tekan
daerah suprapubis

a/r Vulva Vagina


Inspeksi: Bercak darah berwarna merah pada vulva, Jahitan perineum (-)
Palpasi: Nyeri didaerah bekas lahiran
PEMERIKSAAN OBSTETRI

Inspekulo : Rugae Vagina (+), Fluksus (+), lochia berbau

Pemeriksaan Dalam
Vulva Vagina : Tidak teraba massa, penyempitan (-)
Portio : Tebal, konsistensi biasa, Nyeri Goyang (-)
OUE : +/- 1 cm
Cav. Douglas : Tidak menonjol
HASIL LABORATORIUM

Tanggal 14 Januari 2021


Hb 8 g/dL

Leukosit 121080

Trombosit 134000

Hematokrit 24,1

Eritrosit 3,09

Golongan AB
Darah
HASIL USG
HASIL X-RAY
THORAX
Foto Thoraks:

Kesimpulan:

● Efusi Pleura kanan


● Tidak tampak kardiomegali
DIAGNOSIS
KERJA
P2A0 Post partum 12 hari dengan Sisa
Plasenta + Infeksi Puerperalis + Efusi
Pleura + Anemia
TATALAKSANA
● Tranfusi PRC sampai hb >10
● Oksitosin 20-40 unit dalam 1000 ml larutan RL 20 tpm
● Ceftriaxone 2 x 1 gram IV
● Pro Rujuk Sp.OG untuk dilakukan Dilatasi dan Kuretase
HASIL OBSERVASI
S O A P

15/01/2021 Pasien masih KU: Baik P2A0 post ● Transfusi


mengeuhkan Kesadaran: CM partum 13 hari PRC
perdarahan TD:110/70 mmHg + Sisa Plasenta ● Konsul IPD
namun N: 90 x/min + Anemia +
membaik, ganti R: 20 x/min Infeksi
pembalut 1 kali, S: 36,5 C Puerperalis +
nyeri perut CA +/+ Efusi PLeura
kanan bawah Ronkhi -/-
(+), pusing (+), Nyeri tekan
lemas (+) suprapubis (+)
PROGNOSIS

•Quo ad vitam : ad bonam


•Quo ad fungsionam : ad bonam
•Quo ad sanationam : dubia ad bonam
PERDARAHAN
PASCA
PERSALINAN
DEFINISI
● Perdarahan pascasalin adalah kehilangan darah 500 ml atau
lebih melalui jalan lahir setelah selesai kala tiga (plasenta lahir)
dan > 1.000 ml pada operasi sesar dalam 24 jam pertama
setelah anak lahir.
● 5% wanita yang melakukan persalinan pervaginam kehilangan
darah >1000cc, namun diperkirakan jumlah darah yang tercatat
biasanya ternyata hanya 50% dari jumlah kehilangan darah
sebenarnya.
KLASIFIKASI

Perdarahan Perdarahan
pascasalin primer pascasalin sekunder
yang terjadi sampai yang terjadi setelah
24 jam setelah anak 24 jam hingga 1-2
mingggu masa nifas.
lahir.
FAKTOR RISIKO
ETIOLOGI

TONUS TISSUE
kelemahan tonus otot uterus Sisa plasenta atau bekuan darah
untuk menghentikan perdarahan yang menghalangi kontraksi
dari bekas insersi plasenta. uterus yang adekuat.

TRAUMA THROMBIN

Robekan jalan lahir dari Gangguan faktor


perineum, vagina, sampai
uterus.
pembekuan darah.
TONUS

● Penyebab perdarahan pascasalin yang akut dan berat


seringkali disebabkan oleh lemahnya kekuatan kontraksi
miometrium syok hipovolemik
● Kurangnya kontraksi otot uterus ini juga bisa disebabkan
karena kelelahan otot akibat dari persalinan yang terlalu
lama atau juga bisa karena perangsangan. Juga bisa
karena obat-obat yang dapat menurunkan kekuatan
kontraksi seperti; halogen, nitrat, NSAID, MgSO4, dan
nifedipine.
TISSUE
● Pada dasar plasenta biasanya didapatkan lapisan
bahan fibrinoid berkaitan dengan pelepasan
plasenta saat uterus yang berkontraksi.
● Tapi pemisahan plasenta dari lapisan ini dapat
terganggu bila vili penempel plasenta berkembang
ke bawah ke dalam miometrium sehingga
mengganggu lapisan tersebut.
● Hal ini dikarenakan miometrium tak dapat
berkontraksi dengan baik untuk menghentikan
perdarahan sebab ada sebagian plasenta yang
masih melekat.
TRAUMA
● Kerusakan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun disebabkan oleh
tindakan dalam persalinan. Pada persalinan per abdomen resiko terjadi
perdarahan dua kali lebih besar dibanding per vaginam.
● Pada bekas operasi sesar, terjadi peningkatan resiko terjadinya ruptur uteri.
● Trauma juga dapat terjadi pada persalinan yang lama, terutama pada pasien
dengan disproporsi sefalopelvik yang relatif maupun absolut dan pada uterus
yang telah dirangsang dengan oksitosin atau prostaglandin
THROMBIN
● Endapan fibrin pada tempat plasenta, bekuan darah dan
suply pembuluh darah memegang peranan penting pada
jam-jam dan hari-hari setelah persalinan dimana kelainan
pada area ini dapat mencetuskan perdarahan pascasalin
sekunder atau eksaserbasi perdarahan karena penyebab
lainnya dimana yang paling sering trauma.
MANIFESTASI
KLINIS
atonia uteri

● Keadaan pendarahan obstetrik paling sering.


● Suatu keadaan dimana uterus gagal untuk berkontraksi
dengan cukup setelah melahirkan dan untuk menghentikan
pendarahan dari pembuluh di tempat implantasi plasenta.
● Bila didapatkan kontraksi uterus yang tidak baik akan
menyebabkan pembuluh darah tetap terbuka, sehingga
perdarahan terus berlangsung.
ATONIA UTERI
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko terjadinya
atonia uteri adalah:
• Polihidramnion
• Kehamilan kembar
• Makrosomia
• Persalinan lama
• Persalinan terlalu cepat
• Persalinan dengan induksi
• Infeksi intrapartum
• Paritas tinggi
TATALAKSANA

Turunan Misoprosto
oksitosin ergot l
PERDARAHAN
TIDAK BERESPON
1. KOMPRESI
TERHADAP
Uterotonik
BIMANUAL
■ Kompresi bimanual eksternal

Menekan uterus melalui dinding abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua belah telapak
tangan yang melingkupi uterus. Pantau aliran darah yang keluar. Bila perdarahan berkurang,
kompresi diteruskan, pertahankan hingga uterus dapat kembali berkontraksi atau dibawa ke fasilitas
kesehatan rujukan. Bila belum berhasil, coba dengan kompresi bimanual internal.

■ Kompresi bimanual internal

Teknik ini terdiri atas pemijatan sisi poterior uterus dengan tangan yang diletakkan pada abdomen
dan pemijatan dinding anterior uterus melalui vagina dengan tangan lain yang dikepalkan.
PERDARAHAN
TIDAK BERESPON
TERHADAP
Uterotonik
2. PACKING UTERUS
Teknik ini dipertimbangkan pada perempuan dengan PPS disebabkan oleh atonia uterus yang masih ingin
mempertahankan kesuburannya. Dapat dilakukan dengan cara :

■ Ujung kateter Foley 24F dengan balon 30 mL dipandu ke dalam rongga rahim dan diisi dengan 60 hingga
80 mL saline.

■ Ujung yang lain memungkinkan drainase perdarahan dari uterus. Jika perdarahan mereda, kateter
biasanya dilepas setelah 12 hingga 24 jam.

■ Alternatif lain uterus atau pelvis dapat tampon secara langsung dengan kassa

■ Selain itu, sekarang ini juga dikenal balon intra uterin yaitu Bakri Postpartum balloon (Cook Medical) atau
BT-Cath (Utah Medical Product) dapat dimasukkan kedalam uterus dan dipompa untuk memenuhi rongga
endometrium dan menghentikan pendarahan.
1. LIGASI ARTERI
UTERINA
Beberapa prosedur bedah
mungkin bermanfaat untuk
menghentikan perdarahan
obstetrik. Karena hal tersebut,
2. PENJAHITAN
ligasi arteri uterina unilateral KOMPRESI UTERUS
atau bilateral digunakan
terutama untuk laserasi pada
bagian lateral sayatan Teknik bedah untuk menghentikan
histerotomi
perdarahan karena atonia
postpartum digunakan teknik
yang dikenalkan oleh B-Lynch dkk
(1997), disebut B-Lynch suture.
Prosedur ini melibatkan
penjahitan dengan benang kromik
no. 2 untuk menekan dinding

TATALAK uterus anterior


secara bersama-sama.
dan posterior

SANA
INVERSIO UTERI
Keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya ke dalam cavum uteri
● Disebabkan penarikan yang kuat terhadap tali pusat saat pengeluaran plasenta
yang melekat di fundus, atonia uteri, serviks masih terbuka yang mendapat
tekanan dari atas atau tekanan intraabdominal yang keras dan tiba-tiba (batuk
atau bersin)
● Dibagi menjadi:
❖ Inversio uteri ringan
Fundus uteri terbalik menonjol dalam cavum uteri, namun belum keluar dari
rongga rahim
❖ Inversio uteri sedang
Fundus uteri terbalik dan sudah masuk dalam vagina
❖ Inversio uteri berat
Uterus dan vagina semua terbalik dan sebagian sudah keluar dari vagina
● Ada pula yang membagi menjadi inversio uteri inkomplet (1) dan (2); dan komplit (3)
Faktor risiko
• Implantasi plasenta pada fundus,
• Terjadinya onset tertunda atau kontraktilitas uterus
yang tidak memadai setelah melahirkan janin, yaitu
atonia uteri,
• Traksi tali pusat dilakukan sebelum pemisahan plasenta,
dan
• Plasentasi yang tidak normal seperti pada plasenta
akreta
MANIFESTASI KLINIS

01 02 03 04

Tiba-tiba Fundus uterus Nyeri luar Inverted terus yang


yang teraba biasa dan dapat sempurna dapat
timbulnya bentuknya menyebabkan muncul sebagai
PPS tidak teratur syok massa abu-abu
atau tidak hipovolemik kebiruan pada
teraba introitus vagina
• Pegang uterus pada daerah insersi tali
pusat dan masukkan kembali melalui
TATALAKSANA serviks, dimulai dari bagian fundus.
Gunakan tangan lain untuk membantu
menahan uterus dari dinding abdomen.
Jika plasenta masih belum terlepas,
lakukan plasenta manual setelah
tindakan reposisi.
• Setelah rahim dikembalikan ke posisi
normal, tokolitik dihentikan. Oksitosin
kemudian diinfuskan, dan uterotonik
lainnya dapat diberikan.
• Pantau uterus secara transvaginal untuk

REPOSISI mencegah terjadinya inversio berulang.

MANUAL
•Umumnya, uterus yang
TATALAKSANA mengalami inversi dapat
dikembalikan ke posisi
normalnya dengan teknik yang
sudah diuraikan
•Kadang-kadang, hal tersebut
dapat gagal.
•Salah satu penyebabnya
INTERVENSI adalah kepadatan konstriksi
BEDAH cincin miometrium. Pada
keadaan ini, laparotomi
dilakukan
LASERASI TRAKTUS GENITALIS
• Persalinan selalu dikaitkan dengan
trauma pada jalan lahir, yang meliputi
uterus, serviks, vagina, dan perineum.

• Cedera yang terjadi selama persalinan


karena adanya robekan mukosa minor
hingga laserasi yang menyebabkan
perdarahan atau hematoma yang dapat
mengancam jiwa.
LASERASI
VAGINA & PERINEUM
• Robekan kecil dari dinding vagina anterior
dekat uretra relatif umum.
• Hal tersebut seringkali dangkal dengan
sedikit atau tanpa perdarahan, dan
penjahitan biasanya tidak perlukan
• Laserasi perineum superfisial dan vagina
minor kadang-kadang juga membutuhkan
jahitan untuk menghentikan perdarahan.
• Laserasi yang cukup besar biasanya
keluhannya terkait dengan kesulitan
berkemih, dan dibutuhkan pemasangan
kateter.
TATALAKSANA

■ Lakukan pemeriksaan vagina, perineum dan serviks untuk melihat beratnya robekan

■ Jika robekan panjang dan dalam, periksa apakah robekan tersebut mencapai anus dengan
memasukkan jari ke anus dan merasakan tonus sfingter ani

■ Klasifikasi Ruptur Perineum :

- Tingkat I mengenai mukosa vagina dan jaringan ikat

- Tingkat II mengenai mukosa vagina, jaringan ikat, dan otot perineum

- Tingkat III mengenai m. sfingter ani

- Tingkat IV mengenai mukosa rektum

Biasanya perbaikan dilakukan hanya pada robekan tingkat II, III, dan IV.
ROBEKAN
TINGKAT II
■ Suntikkan Lidocain di bawah mukosa vagina, di
bawah kulit perineum, dan pada otot-otot perineum.

■ Tunggu 2 menit, kemudian jepit area dengan forsep.


Jika pasien masih merasakan, tunggu 2 menit
kemudian lalu ulangi tes.

⮚ JAHITAN MUKOSA

Jahit mukosa vagina secara kontinu dengan


benang 2-0 mulai dari 1 cm di atas puncak luka di dalam
vagina sampai pada batas vagina.
ROBEKAN
TINGKAT II
⮚ JAHITAN OTOT

- Lanjutkan jahitan pada daerah otot perineum


sampai ujung luka pada perineum secara kontinu
dengan benang 2-0.

- Lihat ke dalam luka untuk mengetahui letak ototnya.

- Penting sekali untuk menjahit otot ke otot agar tidak


ada rongga di antaranya.
ROBEKAN
TINGKAT II
➢ JAHITAN KULIT

- Carilah lapisan subkutikuler persis di bawah lapisan kulit

- Lanjutkan dengan jahitan subkutikuler kembali ke arah batas


vagina, akhiri dengan simpul mati pada bagian dalam vagina

- Potong kedua ujung benang, dan hanya disisakan masing-


masing 1 cm.

- Jika robekan cukup luas dan dalam, lakukan colok dubur, dan
pastikan tidak ada bagian rektum terjahit.
ROBEKAN
TINGKAT III & IV
■ Minta asisten untuk memeriksa uterus dan memastikan uterus
berkontraksi.

■ Asepsis dan antisepsis pada daerah robekan.

■ Pastikan tidak ada alergi terhadap lidocain atau obat-obatan sejenis

■ Suntikkan sekitar lidocain di bawah mukosa vagina, di bawah kulit


perineum, dan pada otot-otot perineum. Masukkan jarum sepuit pada
ujung atau pojok laserasi atau luka dan dorong masuk sepanjang luka
mengikuti garis tempat jarum jahitnya akan masuk atau keluar.

■ Tunggu 2 menit, kemudian jepit area dengan forsep. Jika pasien masih
merasakan, tunggu 2 menit kemudian lalu ulangi tes.

■ Tautkan mukosa rektum dengan benang 3-0 atau 4-0 secara


interuptus dengan jarak 0,5 cm antara jahitan.

■ Jahitlah otot perineum dengan jahitan kontinu.


ROBEKAN
TINGKAT III & IV
RUPTUR
UTERI
Ruptur uterus diklasifikasikan menjadi primer dan sekunder.
• Ruptur primer adalah ruptur yang terjadi pada rahim yang
sebelumnya utuh.
• Ruptur sekunder adalah ruptur yang berhubungan dengan
adanya insisi miometrium, cedera, atau anomali yang sudah ada
sebelumnya atau disebabkan karena adanya suatu tindakan.
Selain itu ruptur uterus juga diklasifikasikan menjadi komplit dan
inkomplit.
• Ruptur yang komplit ketika semua lapisan dinding rahim
terpisahkan.
• Ruptur inkomplit ketika otot uterus dipisahkan tetapi peritoneum
visceral masih utuh. Ruptur yang tidak lengkap juga sering
disebut dehiscence uterus.
ETIOLOGI
TATALAKSANA

Penanganannya ialah dengan pemberian transfusi darah


segera, lalu laparotomi. Jenis operasi yang dilakukan ialah
penjahitan luka pada dinding uterus (histeroraphy) atau
histerektomi. Histerektomi adalah terapi definitif untuk
mengontrol perdarahan pasca salin.
RETENSIO
PLASENTA
• Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum
lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30
menit setelah bayi lahir.
• Etiologi :
1. Plasenta belum dapat terlepas dari dinding rahim
karena tumbuh melekat di dalam (adhesive, inkreta,
akreta, perkreta).
2. Plasenta sudah lepas tetapi belum keluar karena atonia
uteri dan akan menyebabkan perdarahan yang banyak
3. Adanya lingkaran kontriksi pada bagian bawah rahim
akibat kesalahan penanganan kala III yang akan
menghalangi plasenta keluar ( Plasenta inkarserata)
Rest PLASENTA/sisa plasenta

● Rest plasenta merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam


rongga rahim yang dapat menimbulkan perdarahan post partum
dini atau perdarahan post partum lambat yang biasanya terjadi
dalam 6 hari sampai 10 hari pasca persalinan

● Faktor penyebab utama perdarahan baik secara primer maupun


sekunder adalah multipara, pertolongan kala uri, persalinan
dengan tindakan paksa, Usia kehamilan dini, pengeluaran plasenta
tidak hati- hati, pada pasien dilakukan manual plasenta
KOAGULOPATI

• Pada periode post partum awal, kelainan


Pemeriksaan Penunjang
sistem koagulasi dan platelet biasanya
Pemeriksaan lab:
tidak menyebabkan perdarahan yang - Hemoglobin & Hematokrit
banyak, hal ini bergantung pada kontraksi - Waktu perdarahan (Bleeding Time/BT)
uterus untuk mencegah perdarahan. - Waktu pembekuan (Clotting Time/CT)
• Manifestasi klinis - Prothrombin time (PT)
✔ Kontraksi uterus baik - Activated partial thromboplastin time
✔ Tidak ada perlukaan jalan lahir
(APTT)
✔ Tidak ada sisa jaringan - Hitung trombosit
✔ Terdapat gangguan faktor perdarahan - Fibrinogen
KOAGULOPATI

Jika darah lengkap segar tidak tersedia, pilih salah satu


Penatalaksanaan dibawah ini:
• • Plasma beku segar untuk menggantikan faktor
Pada banyak kasus kehilangan darah
pembekuan (15 ml/ kg berat badan) jika APTT dan PT
yang akut, koagulopati dapat dicegah
melebihi 1,5 kali kontrol pada perdarahan lanjut atau
jika volume darah dipulihkan segera. pada keadaan perdarahan berat walaupun hasil dari
• Tangani kemungkinan penyebab pembekuan belum ada.
• Sel darah merah (packed red cells) untuk penggantian
(solusio plasenta, eklampsia). sel darah merah.
• Berikan darah lengkap segar, jika • Kriopresipitat untuk menggantikan fibrinogen.
tersedia, untuk menggantikan faktor • Konsentrasi trombosit (perdarahan berlanjut dan
trombosit < 20.000).
pembekuan dan sel darah merah. • Apabila kesulitan mendapatkan darah yang sesuai,
berikan darah golongan O untuk penyelamatan jiwa.
Infeksi Puerperalis

infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah


melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu sampai
38⁰C atau lebih selama 2 hari berturut-turut dalam 10
hari pertama pasca persalinan, dengan
mengecualikan 24 jam pertama

Etiologi penyebab:
- Streptococcus Sp
- Staphylococcus Sp
- Clostridium Welchiii
- Gonococcus
- Salmonella typhii
Faktor Risiko

- Faktor ibu : Anemia, kelelahan, malnutrisi, infeksi


lain yang diderita ibu,
- Faktor Penolong :Tindakan yang kurang bersih
- Faktor Fasilitas : Ruangan yang tidak bersih
PATOGENESIS & PATOFISIOLOGI
Perdarahan Demam

Trauma Pus (+)


Persalinan
Port d’entree
Partus lama, Demam
Bacterial Colonisation
retensio Nyeri tekan
plasenta

Anemia, Malaise
malnutrisi
Organ Reproduksi Daerah Sekitar Organ Lainnya
Reproduksi

Vulvitis Parametritis Mastitis

Vaginitis Peritonitis Tromboflebitis

Servisitis Salpingitis

Myometritis Ooforitis

Endometritis
Sign & Symptoms
Vulvitis - Rasa nyeri
- Demam
Vaginitis - Sekret

Servisitis

Myometritis

Endometritis - Lokiametra
- Demam
- Uterus membesar, nyeri perabaan
Sign & Symptoms
Parametritis - Nyeri perut bawah
- Demam tinggi menetap
Pelvioperitonitis - Nyeri saat pemeriksaan dalam
Salpingitis

Ooforitis

Parametritis
Manifestasi klinis

Infeksi perineum, vulva, vagina dan serviks:


- Nyeri daerah jalan lahir kadang disertai rasa panas
- Demam
- Nadi dibawah 100x/menit
Endometritis
- Lokiametra
- Demam
- Uterus membesar, nyeri perabaan
Pencegahan INfeksi nifas

- Menghindari pemeriksaan dalam berulang-


ulang.
- Menghindari partus terallu lama dan ketuban
pecah lama
- Menjaga sterilitas kamar bersalin, penolong
dan alat-alat
- Perlukaan jalan lahir dibersihkan dan dijahit
dengan menjaga sterilitas
- Mencegah terjadinya perdarahan yang lama
pada pasien
Pengobatan infeksi nifas

- Kultur sekret dan darah


- Diberikan antibiotik spektrum luas
- Meningkatkan asupan gizi
- Apabila terjadi abses dilakukan evakuasi
PROGNOSIS

Prognosis cenderung baik apabila tidak terjadi


infeksi berat seperti septikemia atau peritonitis
difusa
TERIMAK
ASIH

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai