Anda di halaman 1dari 6

1.

Overview case
- Identitas pasien : perempuan usian 24 tahun
- Keluhan utama : sariawan di bibir bagian bawah sejak 3 hari yang lalu
- Keluhan penyerta : terasa sakit dan menggangu saat makan
- Riwayat medis : -
- Pemeriksaan EO : wajah pasien tampak pucat
- Pemeriksaan IO : lesi ulser, 3 buah, berwarna putih kekuningan, dangkal, dikelingi
daerah eritema, bentuk oval, diameter 2-3mm, pada mukosa labial bawah

2. Basic science
Mukosa mulut
a. Anatomi
Rongga mulut dilapisi epitel gepeng berlapis (stratified squamous epithelium)
epitel ini ada yang berkeratin dan juga tidaak berkeratin
1. Lapisan berkeratin melindungi rongga mulut terhadap kerusakan selama
proses makan dan hanya ada di gingiva dan palatun durum.
2. Lapisan non keratin terdapat pada palatum mole, bibir, pipi, dan dasar mulut

Klasifikasi mukosa mulut


- Lining mucosa (60%) melapisi semua jaringan lunak di rongga mulut kecuali
gingival, palatum keras, dan dasar mulut. Epitel gepengnya non keratin dan
lamina proprianya terdiri serat kolagen, elastic, dan retikuler.
- Masticatory mucosa (25%) melapisi gingival dan palatum keras. Epitelnya
berkeratin dan lamina proprianya terdiri dari serat kolagen yang mengikat erat
epitel ke tulang dasar.
- Specialized mucosa (15%) menutupi bagian dorsal lidah. Epitelnya berkeratin
dan lamina proprianya menyebar dari mukosa hingga jauh di antara bundel-
bundel otot dari lidah.
b. Histologi
1. Epitel mukosa mulut
- Stratum keratinosum
- Stratum granulosum
- Stratum spinosum
- Stratum basalis
2. Lamina basalis adalah sel basal melekat pada lamina basalis dengan
perlekatan yang dinamakan hemi-desmoosom
3. Lamina propria merupakan jaringan ikat yang terletak di bawah epitel
c. Fisiologi
- Fungsi proteksi > oleh epitel mukosa mulut sebagai proteksi menjaga trauma
saat terkena > tekanan pengunyahan
- Fungsi sensasi > oleh saraf sensoris yang menerima rangsangan melalui bibir
dan lidah
- Fungsi sekresi > oleh kelenjar liur
- Fungsi regulasi thermal > berperan dalam regulasi suhu tubuh

3. Tanda gejala
- Munculnya ulser, baik berbentuk bulat atau ovoid secara berulang.
- Menimbulkan rasa sakit, terutama saat makan, mengunyah, dan berbicara. 
- Ulser dapat muncul berupa lesi tunggal ataupun multipel.
- Terasa terbakar 1 atau 2 hari sebelum timbul ulserasi
- Tidak demam
- Tidak ruam
- Tidak sakit kepala
- Berdiameter <1 cm
- Sembuh dalam 7-14 hari

4. Diagnosis
Reccurant Apthous Stomatitis (SAR) merupakan salah satu penyakit mulut yang
sering terjadi, ditandai oleh ulser berbentuk oval atau bulat yang nyeri pada
mukosa mulut, terjadi secara rekuren.
Klasifikasi :

Pada kasus Reccurant Apthous Stomatitis minor karena terdapat pada labial
bibir bawah

5. Epidemiologi SAR
Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) atau yang biasa dikenal dengan sariawan,
merupakan penyakit mulut yang paling sering ditemukan di masyarakat. SAR
dapat terjadi pada setiap orang, namun wanita dan dewasa muda sedikit lebih
rentan terkena. Berdasarkan jenis kelamin, insiden SAR lebih tinggi terjadi pada
wanita daripada pria. Hal ini disebabkan karena SAR berkaitan dengan hormon
progesteron.

6. Diagnosis banding
- Traumatic ulceration : Secara klinis dilapisi oleh bekuan fibrin kuning-putih, dan
dikelilingi haloeritema. Penyebabnya karena trauma dan lokasi di sekitar injuri

- Oral Lichens Planus : Tampak seperti jala dan biasanya terletak di mukosa bukal,
palatum molle, dan gingiva
- Varicella Zoster : gejala prodromal (demam, malaise) infeksi primer/cacar air
pada anak dan termasuk self limiting disease 2-3minggu

- Herpes Simplex Virus : gejala prodromal, single/multiple ulser, terasa sakit dan
termasuk self limiting disease

- Eritema Multiformis : Muncul pada bibir disertai dengan makula dan papula.
Terbentuk krusta disertai bercak merah dan terasa sakit

- Behcet’s syndrome : suatu peradangan multiformis kronis yang ditandai oleh


ulserasi yang hilang timbul pada rongga mulut, alat kelamin, nata dan
melibatkan sendi, kulit, sistem saraf pusat dan saluran pencernaan.

7. Etiologi dan faktor predisposisi


a. Etiologi :

Etiologi RAS belum diketahui dengan jelas. Akan tetapi terdapat beberapa faktor
yang berperan dalam timbulnya SAR yaitu faktor genetik, infeksi virus atau
bakteri, alergi makanan, penyakit sitemik, stres, hormonal, defisiensi nutrisi,
penyakit saluran pencernaan, dan trauma lokal Interaksi yang kompleks antara
faktor etiologi dapat memicu timbulnya ulkus pada SAR.

b. Faktor predisposisi :
- faktor nutrisi → karena kekurangan vitamin B12, vitamin C, zat besi, asam
folat
- hormonal → biasa terjadi pada wanita dimana berhubungan dengan fase
luteal stress dari siklus menstruasi
- stress
- genetik
- autoimun
- traumatik
- infeksi virus dan bakteri
- obat-obatan
- stress
- alergi

8. Patogenesis
- Tahap prodromal : Timbul gejala seperti terbakar, gatal dan perih namun tanpa
disertai dengan tanda klinis yang terlihat
- Tahap pra-ulkus : umumnya akan terjadi eritema yang diakibatkan adanya
vasodilatasi dan juga eksudasi yang dapat menyebabkan edema, tahap ini
bersifat sementara
- Tahap ulkus : papula mengalami ulserasi dan di infiltrasikan oleh neutrofil,
limfosit & sel plasma.tahap yang dominan dan mulai timbul rasa sakit pada
daerah ulkus. Awal kehancuran epitel menyebabkan ulkus kecil dengan cepat
berkembang menjadi ulkus ukuran besar, paling sering diameter 0,3-0,5 cm.
Tahap ini berlangsung 3-7 hari
- Tahap penyembuhan : rasa sakit mulai terhenti, granulasi dalam permukaan
(eksudat permukaan) menurun. Terlihat adanya pseudomembran yang
menyebabkan warna putih pada ulcer dan gambaran granulasi. Penyembuhan
tanpa jaringan parut berlangsung 10-14 hari dari pertama kali ulcer muncul
- Tahap remission : periode bebas dari ulkus

9. Patofisiologi
- Timbulnya lesi RAS dikaitkan dengan respon mediator imun, generasi sel T dan
juga produksi TNF-a. Ketika sel mononuklear darah tepi pasien mengeluarkan
TNF-a dalam jumlah tinggi, maka adhesi sel endotel akan termediasi oleh TNF-a
dan kemotaksis neutrofil memulai proses inflamasi yang menyebabkan ulserasi. 
- Nyeri yang diderita pasien berbanding lurus dengan ukuran ulkus dan juga
tingkat keparahan dari faktor pemicunya. Nyeri pada pasien disebabkan karena
adanya mediator-mediator inflamasi seperti prostaglandin dan bradikinin. 

10. Pemeriksaan penunjang


- Pemeriksaan laboratorium (darah lengkap) : hemoglobin, eritrosit, leukosit,
trombosit dll

11. Prognosis & Komplikasi


a. Prognosis : Baik ( Ad Bonam ) karena RAS merupakan salah satu penyakit Self
Limiting Deasease yang dapat sembuh 10-14 hari apabila tidak terdapat faktor
lain yang memperberat.
b. Komplikasi :
- Treated : rekuren (dapat kambuh lagi) dan sulit mengunyah
- Untreated : rekuren, inflamasi berlanjut, mengganggu bicara dan makan, rasa
tidak nyaman terus menerus
12. Rencana perawatan
Menurut Standar Kompetensi Dokter Gigi Indonesia (SKDGI), kompetensi dokter gigi
dalam tata laksana SAR mencapai level kompetensi 4, yakni dapat membuat
diagnosis klinis penyakit sendiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang sederhana seperti laboratorium sederhana dan rontgen, serta mampu
mengelola secara mandiri suatu penyakit.
a. Non-farmakologis
KIE
- Menjelaskan diagnosis, etiologi, faktor predisposisi
- Menjelaskan cara menjaga kebersihan rongga mulut
- Melakukan manajemen stress pada pasien
- Mengonsumsi nutrisi yang cukup terutama yang mengandung vitamin B12
(bermanfaat untuk pembentukan protein, sel darah dan jaringan), vitamin C dan
zat besi
b. Farmakologis
Untuk mengurangi rasa sakit, mempercepat penyembuhan lesi, mencegah
timbulnya ulserasi baru 
 Chlorhexidine 0,12% -> 3 x sehari selama 7 hari 
 Obat anti inflamasi 
 Multivitamin becomzet ->  1 x sehari 
 Tetrasiklin 250 mg -> 2-3x sehari 
 Benzocaine gel 20%  (anbesol, zilactin-B) ->  3-4 x sehari 
 Triamcinolon acetonide 0,1%  -> 3 x sehari 
13. BHP

a. Beneficence : dokter gigi mampu menegakan diagnosis dan diagnosis banding


yang tepat melalui anamnesis, pemeriksaan EO, pemeriksaan IO, dan
pemeriksaan penunjang
b. Nonmaleficence : mengobati pasien dengan baik, tidak membahayakan pasien
dan memberi obat-obatan sesuai indikasi
c. Autonomy : memberikan informasi pengenai penyakit pasien, meliputi
perawatan, diagnosis, diagnosis banding, prognosis dan komplikasi
d. Justice : tidak membeda-bedakan pasien dan menghargai hak sehat pasien

Anda mungkin juga menyukai