Anda di halaman 1dari 4

A.

ANA TEST
Anti-nuklir antibodi (juga dikenal sebagai anti-nuclear factor atau ANF) adalah autoantibodi
yang mempunyai kemampuan mengikat pada struktur-struktur tertentu didalam inti (nukleus)
dari sel-sel lekosit. ANA yang merupakan imunoglobulin (IgM, IgG, dan IgA) bereaksi
dengan inti lekosit menyebabkan terbentuknya antibodi, yaitu anti-DNA dan anti-Dnukleoprotein (anti-DNP). Anti-DNA dan anti-DNP hampir selalu dijumpai pada penderita
SLE.
Masalah Klinis
ANA ditemukan pada pasien dengan sejumlah penyakit autoimun, seperti SLE (penyebab
tersering), sklerosis sistemik progresif (PSS), sindrom Sjrgen, sindrom CREST, rheumatoid
arthritis, skleroderma, mononukleosis infeksiosa, polymyositis, 's tiroiditis Hashimoto,
juvenile diabetes mellitus, penyakit Addison, vitiligo, anemia pernisiosa, glomerulonefritis,
dan fibrosis paru.
ANA juga dapat ditemukan pada pasien dengan kondisi yang tidak dianggap sebagai penyakit
autoimun klasik, seperti infeksi kronis (virus, bakteri), penyakit paru (fibrosis paru primer,
hipertensi paru), penyakit gastrointestinal (kolitis ulseratif, penyakit Crohn, sirosis bilier
primer, penyakit hati alkoholik), kanker (melanoma, payudara, paru-paru, ginjal, ovarium dan
lain-lain), penyakit darah (idiopatik trombositopenik purpura, anemia hemolitik), penyakit
kulit (psoriasis, pemphigus), serta orang tua dan orang-orang dengan keluarga dengan riwayat
penyakit reumatik.
Prosedur
Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk menguji ANA. Salah satu metode yang
dipakai adalah imunofluorensensi tak langsung yang dinamakan Fluorescent Antinuclear
Antibodi Test atau FANA. Prosedur ini dapat mengidentifikasi autoantibodi terhadap DNA,
histon, atau antigen nuklear yang dapat larut. Sel yang positif menunjukkan fluoresensi hijau
terang dengan pola pewarnaan yang berbeda. Sampel awalnya diuji pada pengenceran 1:160.
Sampel yang positif kemudian diencerkan dan pola fluoresensi dan titer dilaporkan. Titer
adalah pengenceran tertinggi dari serum yang masih menunjukkan pewarnaan
imunofluoresensi inti.
Selain dengan FANA, uji ANA juga dapat dilakukan dengan menggunakan metode ELISA
(Enzyme Linked Immunosorbent Assay) yang dianggap sensitif dengan biaya yang lebih
rendah.
Sampel untuk pengujian ANA adalah serum. Kumpulkan 3-5 ml darah vena dalam tabung
bertutup merah. Lakukan pemusingan dan pisahkan serumnya. Hindari terjadinya hemolisis.
Tidak ada pembatasan asupan makanan atau minuman sebelum dilakukan sampling. Catat
obat yang dikonsumsi pasien yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium

B. PERBEDAAN STOMATITIS DAN ORAL THRUSH


1. Pengertian Stomatitis
Stomatitis merupakan inflamasi dan ulserasi pada membrane mukosa mulut (Nursalam
dkk, 2005). Stomatitis merupakan gangguan di rongga mulut, berupa bercak putih
kekuningan dengan permukaan agak cekung (Rita Juniriani Primisasiki, 2007)
2. Gambaran klinis:
a. Gejala subyektif : rasa nyeri yang tidak sesuai dengan besarnya sariawan mulut. Rasa
nyeri bila daerah mukosa oris sekitar afthae ini tertarik oleh salah satu pergerakan
sewaktu mengunyah rasa nyeri mulai berkurang setelah 14 hari, bila erosi mulai
tertutup oleh sel epitel baru. Stomatitis aftosa ini tidak pernah menimbulkan gejala
demam.
b. Gejal objektif : tampak beberapa erosi yang berwarna putih kekuningan, dilihat dari
samping cekung dengan diameter 2-10 mm, jika dilihat dari atas bentuknya bulat
lonjong. Sekitar erosi tersebut terlihat satu (zone) yang berwarna lebih merah dari
mukosa oris. Penyembuhan kira-kira satu bulan dan hampir tidak meninggalkan
jaringan parut.
c. Pada stomatitis herpetika, gejala yang muncul adalah gejala prodromal diikuti
timbulnya vesikel-vesikel kecil berdiameter 1-3 mm yang berkelompok sebesar 1-2
cm pada bibir, lesi pada intra oral sama dengan lesi yang muncul pada bibir, tapi
sangat cepat pecah sehingga membentuk ulserasi. Lesi akan bertambah besar dan
menyebar ke mukosa disekitarnya, pada daerah yang mengandung sedikit keratin,
seperti mukosa rongga mulut, mukosa bibir, dan dasar rongga mulut, penyakit ini
akan sembuh dalam 1-2 minggu. Biasanya stomatitis ini sering di sertai demam.
3. Penatalaksanaan :
Harus disertai dengan terapi penyakit penyebabnya. Selain diberikan emolien topical,
seperti orabase, pada kasus yang ringan dengan 2-3 lesi ulserasi minor. Pada kasus yang
lebih berat dapat diberikan kortikosteroid, seperti triamsinolon atau fluosinolon topical,
sebanyak 3 atau 4 kali sehari setelah makan dan menjelang tidur. Pemberian tetrasiklin
dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri dan jumlah ulserasi. (Arif Mansjur, 2000).
Tergantung keluhan pasien pemberian asiklovir 5 x 2 mg dapat diberikan sebagai
profilaksis bukan saat penyakit ini kambuh jika pasiennya anak-anak maka jangan
memberikan anak makanan yang mengandung bumbu-bumbu dan asam. Misalnya, jus
jeruk, dan hindari pemakaian obat kumur. Ibu bisa memberikan petroleum jelly tau pasta
anastetikom yang dioleskan dengan kapas pada daerah yang sakit untuk menghilangkan
rasa sakit (Arif Mansjur, 2000).
4. KANDIDIASIS ORAL/ ORAL TRUSH
Kandidiasis oral sering disebut dengan oral trush atau moniliasis, oral trush adalah
adanya bercak putih pada lidah, langit-langit dan pipi bagian dalam bercak tersebut sulit
untuk dihilangkan dan bila di paksa untuk di ambil maka akan mengakibatkan perdarahan.
Penyebab oral trush pada umumnya adalah candida albicans, jamur ini terdapat dalam
mulut sebagai flora saprofit dalam jumlah kecil. Oleh sebab-sebab tertentu misalnya
pemakaian antibiotika spectrum luas, yang membasmi kuman lain dalam mulut, candida
ini dapat berkembang biak dengan memperbanyak diri
5. Gambaran klinis :
Setelah pemberian antibiotika peroral berupa bercak putih pada mukosa yang tampak
seperti sisa-sisa susu atau melg beslag. Mulanya berupa bintik-bintik putih yang
menyerupai stomatitis aftosa, kemudian berkonfluensi dan akhirnya menjadi satu. Bercak

kecil, putih dan bulat ini menyebabkan rasa sakit terutama pada waktu makan. Moniliasis
dapat menyebar ke esofagus yang menimbulkan rasa sakit di dada dan sakit di waktu
makan.
b.
Tanda tanda
1) Tidak mau makan / minum
2) Ada bercak putih pada lidah
3) Ada bercak putih pada langit-langit
4) Ada bercak putih pada pipi bagian dalam
5) Timbul luka (ulserasi)
6)
Nyeri
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Untuk melakukan penegakkan diagnosis dapat dilakukan melalui tindakan-tindakan sebagai
berikut seperti:
Kecurigaan yang tinggi terhadap kemungkinan infeksi jamur.
Pemeriksaan diagnostic yang menunjang seperti melakukan pemeriksaan dengan CT
Scan, hasil radiologi
Pemeriksaan laboratorium kultur darah
Pemeriksaan serologi.
Bahan pemeriksaan yang digunakan tergantung pada tempat kelainan, misalnya kerokan
kulit, kuku dan rambut pada penderita dengan kelainan superficial. Sputum, secret bronkus,
jaringan paru diperiksa pada penderita dengan kelainan paru, usap mulut pada penderita
stomatitis dan usap vagina pada penderita vaginitis, serta pemeriksaan tinja pada penderita
enteritis. Pada kelainan sistemik dapat dapat diperiksa urine, darah dan cairan
serebrospinalis. Bahan usap diperiksa dengan larutan air garam atau diwarnai.
Jamur yang diperiksa tampak sebagai blastospora dan hifa semu (pseudohyfa). Gambaran
histopatologi berupa radang tidak khas dengan jamur sebagai hifa dan blastospora.
Dalam biakan media agar suhu kamar, jamur membentuk koloni menyerupai ragi.
Determinasi spesies Candida dilakukan dengan uji deretan gula. Sedangkan untuk
determinasi Candida albicans dipakai corn meal agar (CMA) dengan Tween 80, agar
EMB, serum dan putih telur.
6. Penatalaksanaan :
a. Mengurangi dan mengobati faktor predisposisi
b. Bila karena gigi palsu, perlu melepas gigi palsu setiap malam dan mencuci dengan
antiseptik seperti khlorheksidin,12 atau larutan hipokhlorit 0,1% untuk mengurangi jumlah
Candida.
c. Obat topikal
- Nistatin suspensi oral
- 4-6 ml (400.000-600.000), 4 x / hari sesudah makan
- Harus ditahan di mulut beberapa menit sebelum ditelan
- Dosis untuk bayi 2 ml (200.000), 4 x / hari
- Perlu 10-14 hari untuk kasus akut atau beberapa bulan untuk
kasus kronis.
- Solusio gentian violet 1-2%
- Masih sangat berguna, tetapi memberi warna biru yang tidak menarik. Dapat
dipertimbangkan untuk kasus sulit dan kambuhan.
- Dioleskan 2x/hari selama 3 hari.1
- Mikonazol gel oral:

- Dewasa : 10 ml (2 sendok teh= 250 mg) 4x/hari


- Anak-anak : > 6 tahun 4 x 5 ml/hari
2.6 tahun 2 x 5 ml/hari
< 2 tahun 2 x 2,5 ml/hari
- Dibiarkan di dalam mulut selama mungkin, dan pengobatan harus diteruskan
sampai 2 hari sesudah gejala tidak tampak.
Kheilosis kandida : terapi topikal anti jamur kombinasi dengan steroid dan mungkin
dengan anti bakteri.

d. Obat sistemik
- Ketokonazol 200 mg 400 mg / hari selama 2-4 minggu. Untuk infeksi kronis perlu
3-5 minggu.12
- Itrakonazol 100-200 mg/hari selama 2 minggu,3
- Flukonazol 100 mg/hari selama 5-14 hari3,9 atau 200 mg dosis sekali.
- Pada pasien AIDS2 : terbaik dengan kapsul Flukonazol dari pada kapsul
Itrakonazol. Sebaiknya tablet ketokonazol tidak digunakan oleh karena pasien AIDS
kurang-sampai aklorhidria sedangkan ketokonazol perlu hiperkhlorhidria hingga
minumnya harus bersama makanan, sehingga absorbsinya meningkat

Anda mungkin juga menyukai