Anda di halaman 1dari 25

Tugas

IMUNOSEROLOGI

“JENIS – JENIS PEMERIKSAAN IMUNOSEROLOGI”

Dosen : DR. FIHIRUDIN, S.Si., M.Sc

Di susun oleh:

1. Ni Nengah Bagiastrini NIM : P07134019088R

2. Ni Nyoman Sri Sudewi NIM : P07134019089R

3. Suryawan Ilham NIM : P07134019093R

4. Ni Ketut Sri Sumanti NIM : P07134019086R

NIM : P07134019075R
5. M. Husnul Maad
NIM : P07134019077R
6. Narto
NIM : P07134019071R
7. Eko Hariwiyanto
NIM : P07134019073R
8. I Wayan Rati
NIM : P07134019072R
9. I Komang Sudarsana
NIM : P07134019080R
10. Yondy Rosidi
NIM : P07134019090R
11. Nurhidayati
NIM : P07134019092R
DEPARTEMEN 12. Sarinah
KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM PROGRAM STUDI D.III TLM
REKOGNOSI PENDIDIKAN LAMPAU (RPL) JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2020
JENIS – JENIS PEMERIKSAAN IMUNOSEROLOGI

Imunoserologi merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang berfokus


pada proses identifikasi akan antibodi, yakni protein yang pembuatannya
adalah dari sel darah putih yang bereaksi terhadap antigen. Antigen ini
diketahui pula sebagai sebuah jenis protein asing pada tubuh manusia.

Investigasi yang berkaitan erat dengan sistem daya tahan tubuh juga
termasuk di dalam imunoserologi ini. Jenis penyakit autoimun pun menjadi
salah satu yang perlu diinvestigasi pada bidang ilmu ini. Penyakit
autoimun merupakan jenis kondisi di mana sistem daya tahan tubuh dapat
berubah dan justru melakukan perlawanan terhadap jaringan tubuh
sendiri.

Imunoserologi juga diketahui sebagai sebuah bidang ilmu kedokteran


yang mempelajari akan kecocokan antara organ satu dan organ lain untuk
prosedur transplantasi. Sebelum beranjang pada jenis imunoserologi, ada
baiknya untuk mengetahui betul apa itu imunologi dan juga serologi.
Keduanya bisa dikenali lebih dulu seperti berikut:

 Imunologi

Dari ilmu biomedis, imunologi ini merupakan sebuah cabang yang begitu
luas di mana mencakup kajian tentang segala aspek sistem kekebalan
atau imun tak hanya pada manusia tapi pada seluruh organisme. Pada
bidang imunologi, ilmu kesehatan ini berfokus mempelajari tentang peran
fisiologis sistem kekebalan pada kondisi yang sakit ataupun sehat pada
organisme.

Selain itu, imunologi juga adalah bidang yang mempelajari tentang


malfungsi sistem kekebalan pada gangguan imunologi di mana hal ini
mencakup pula akan keadaan defisiensi imun, penyakit autoimun,
penolakan allograft, dan hipersensitivitas. Segala tentang karakteristik

2
kimiawi, autoimun, dan fisiologis komponen sistem imun in situ, in vitro,
serta in vivo juga ada pada imunologi ini.

 Serologi

Pada serologi, ini merupakan sebuah ilmu kesehatan yang diketahui


lebih berfokus mempelajari respon antigen antibodi secara in vitro. Tujuan
dari bidang ilmu ini adalah supaya dapat membantu penegakan diagnosa
sebuah penyakit infeksi. Dalam penegakan diagnosa tersebut, maka
penting dan wajib untuk menemukan dan juga mengisolasi kuman
penyebabnya.

Proses dari isolasi itu sendiri akan membutuhkan waktu yang


termasuk lama karena untuk menemukan kuman penyebab yang
dimaksud sangatlah sulit dalam praktiknya. Alasan yang menjadikan hal
ini sulit untuk dilaksanakan adalah karena kuman yang sudah masuk ke
dalam tubuh maka kuman sudah dianggap menjadi sebuah antigen alias
sebuah benda yang asing. Benda asing yang masuk ke dalam tubuh kita
kemudian bakal memicu pembentukan antibodi terhadap kuman yang
menginvasi tersebut.

Penegakan diagnosa akan sebuah penyakit infeksi tertentu akan


menjadi jauh lebih mudah ketika antibodi tersebut dapat ditemukan di
dalam tubuh kita. Untuk itulah, kita membutuhkan yang namanya
pemeriksaan serologi dan bidang ini penting dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk menemukan sekaligus mendeteksi keberadaan kuman atau antigen
beserta antibodi yang telah terbentuk di dalam tubuh, pemeriksaan
serologi adalah yang paling dibutuhkan.

3
Diketahui ada sejumlah panel umum yang memang sudah biasa
digunakan pada proses tes imunoserologi, yakni antara lain:

 PMS atau Penyakit Menular Seksual


 Rematik
 Torch
 Hepatitis
 Infeksi lain.

Antibodi monoklonal kerap dipergunakan untuk terapi kanker, namun lebih


dari itu, antibodi ini juga baik digunakan untuk proses pendeteksian
bermacam-macam zat. Penggunaan antibodi sebagai reagensia juga
bakal sangat membantu dalam prosedur pendeteksian tersebut. Justru hal
ini dianggap sebagai pendukung diagnosa dari penyakit infeksi karena
reaksi antigen antibodi dianggap sangat spesifik.

Metode Imunoserologi

Sejumlah metode imunoserologi digunakan cukup sering dan alangkah


baiknya kalau kita dapat mengenalnya satu per satu seperti berikut:

 Reaksi Aglutinasi

Pada reaksi ini biasanya dilaksanakan untuk antigen yang tak larut atau
yang larut namun memiliki ikatan dengan sel atau partikel. Ada suatu
agregat yang dapat terbentuk oleh antigen yang bereaksi dengan antibodi
dan aglutinasi adalah hasil penampakan yang bisa dilihat.

 Reaksi Presipitasi

Untuk metode kedua ada presipitasi di mana reaksi ini dilaksanakan


dengan tujuan agar kadar antibodi pada serum bisa diketahui. Terjadinya
presipitasi adalah dikarenakan reaksi antara antigen yang larut dengan

4
antibodi dan kemudian membentuklah kompleks yang bentuknya berupa
anyaman.

 Reaksi Fiksasi Komplemen

Kadar antibodi yang rendah dapat ditentukan oleh reaksi ini. Biasanya,
penentuan hanya untuk kadar antibodi rendah yang nyatanya tak mampu
terdeteksi melalui pengujian presipitasi atau aglutinasi.

 Reaksi Netralisasi

Reaksi ini juga diketahui sebagai sebuah reaksi antara antibodi dan
antigen dengan tujuan untuk mencegah adanya efek berbahaya seperti
keberadaan eksotoksin virus maupun bakteri. Antitoksin adalah senyawa
yang diketahui mampu membuat toksin menjadi netral dan sel hospeslah
yang memroduksi antibodi spesifik tersebut.

 ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)

Metode ini termasuk yang paling luas dan terdapat 2 cara yang diketahui
biasa dilaksanakan, yakni mendeteksi antigen secara langsung serta tidak
langsung untuk pendeteksian antibodi. Teknik ini adalah yang dianggap
paling simpel dan hasilnya pun terinterpretasi secara jelas dan baik, entah
itu negatif atau positif.

 RIA (Radioimmuno Assay)

Metode ini kerap digunakan untuk pengukuran konsentrasi antigen


maupun antibodi yang kadarnya rendah. Untuk itulah, metode ini termasuk
sangat baik untuk proses pendeteksian kelainan tubuh dari awal.

 Reaksi Imunofluoresensi

Metode ini adalah kombinasi antara antibodi dan juga zat warna fluoresein
sehingga akhirnya warna pendaran dapat muncul saat dicek melalui

5
mikroskop menggunakan sinar UV. Metode ini cukup sensitif, cepat dan
bahkan termasuk spesifik sehingga sangat bisa diandalkan.

Jenis Pemeriksaan Imunoserologi

1. UJI CRP

Tujuan : untuk mendeteksi adanya infeksi kerusakan jaringan,


inflamasi

Metode : kualitatif

Prinsip : aglutinasi pasif terbalik dimana latex dilapisi antibodi CRP


dan yang dideteksi adalah antigen CRP dalam serum dengan kadar
tinggi, aglutinasi terlihat dalam waktu 2 menit

Alat Pemeriksaan : kaca obyek, transferpet + tip, pengaduk

Bahan : serum

Reagen : Latex (suspensi polysterin latex)

Cara Kerja : masukkan 50 mikroL serum dalam test slide,


tambahkan satu tetes suspensi, campurkan suspensi dengan cara
digoyang. Putar test slide selama dua menit lihat aglutinasi yang
terjadi.

Interpretasi Hasil : hasil positif = aglitunasi kasar ; positif lemah =


aglutinasi halus ; hasil negatif = tidak ada aglutinasi

2. UJI ASO/ASTO

Tujuan : mengetahui arah Stertolysin O dalam serum secara


kualitatif dimurnikan.

Prinsip : suspensi latex dicampur dengan serum dengan kadar


meningkat, aglutinasi terjadi dalam waktu 2 menit

6
Reagen : kontrol (+) = mengandung antibodi ASO ; kontrol (–) =
tidak mengandung antibodi ASO ; reagen latex = suspensi partikel
latex polysiterin yang dilapisi Streptolysin O

Cara Kerja : reagen dan seum diinkubasi dalam suhu kamar,


teteskan 50 mikroL serum pasien ke dalam lubang slide. Kocok
reagen latex, kemudian teteskan ke dalam lubang dengan penetes
yang disediakan. campur tetesan menggunakan alat disposable
untuk memastikan seluruh lubang test tercampur. putar test slide,
selama 2 menit lihat aglutinasi yang terjadi.

3. PENGUJIAN RF

Tujuan : mengetahui Rheumatoid Factor dalam serum secara


kualitatif.

Metode : Aglutinasi Latex

Prinsip : Partikel latex yang dilapisi gamma globulin manusia yang


telah dimurnikan, ketika suspensi latex dicampur dengan serum
yang kadar RF nya meningkat, aglutinasi jelas terlihat dalam waktu
2 menit.

Reagen : kontrol (+) = mengandung antibodi RF ; kontrol (–) =


bebas antibodi RF ; latex = suspensi latex polyesterin dilapisi fraksi
FC termodifikasi dari IgG dalam buffer stabil.

Cara Kerja :reagen dan seum diinkubasi dalam suhu kamar,


teteskan 50 mikroL serum pasien ke dalam lubang slide. Kocok
reagen latex, kemudian teteskan ke dalam lubang dengan penetes
yang disediakan. campur tetesan menggunakan alat disposable
untuk memastikan seluruh lubang test tercampur. putar test slide,
selama 2 menit lihat aglutinasi yang terjadi.

4. PEMERIKSAAN RPR
7
Tujuan : digunakan untuk test flokulasi non treponemal untuk
penentuan adanya reagen antibodi dalam serum

Metode : Slide Test

Prinsip : pencampuran terjadi antara kolesterol / cardiolipin /


tetrasiklin dalam reagen yang juga terdapat partikel karbon dengan
reagen antibodi dalam serum, hasil dapat dilihat secara mikrokopis
dalam bentuk gumpalan hitam.

Reagen : RPR Ag, Kontrol (+), kontrol (–)

Cara Kerja : reagen dan seum diinkubasi dalam suhu kamar,


teteskan 50 mikroL serum pasien ke dalam lubang slide.
tambahkan 1 tetes reagen antigen pada test spesimen, putar pada
100 Rpm selama 8 menit.

5. Pemeriksaan widal (kualitatif)

Reagen : Antigen O, H, AH dan BH

Cara kerja:
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Pipet satu tets serum (20µ) keadaan lingkaran yang terdapat
dalam slide dengan kode O,H,AH, dan BH
c. Tambakan masing-masing satu tetes reagen widal sesuia
dengan kode slide, begitu pula pada CN dan Cp
d. Campur antigen dan serum dengan batang pengaduk berbeda
dan lebarkan kemudian goyang-goyangkan selama satu menit
e. Amati reaksi yang terjadi.

Interpretasi Hasil

Posotif : Bila terjadi aglutinasi

Negative : Bila tidak terjadi aglutinasi

8
a.       Kelebihan
Kerjanya praktis dengan penambahan beberapa rfeagen susupensi
antigen widal O.H AH, BH
·         Mampu mendeteksi adanya antibodi yang terdapat salmonella pada
serum pasien yang akan bereaksi dengan antigen pada reagen
b.      Kekurangan
·         Dapat menentukan titer antibodi yang kurang akurasi karna untuk
spesifik menentukan harus pemeriksaan di lanjutkan di semikuantitatifn
untuk menentukan titernya antibodi salmonella sp

6. Pemeriksaan Widal (Semikuantitaif)

Judul : pemeriksaan widal


Metode : Tabung
Prinsip : adanya antibody salmonella typhi dan salmonella paratyphi
dalam serum sampel akan bereaksi dengan antigen yang terdapat
dalam reagen widal. Reaksi dilihat dengan adanya aglutinasi
Reagen : Reagen Widal

Cara Kerja :

a. Siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan


b. Susun 8 tabung reaksi di atas tabung untuk satu baris
c. Tabung pertama diisi NaCl 0,9% ml
d. Tabung kedua sampai pada tabung kedelapan diisi masing-masing 1
ml NaCl 0,9%
e. Pipet 100 ul serum masukan kedalam tabung pertama tabung
pertama dan homogenkan
f. Pindahkan 1 ml isi tabung pertama kedalam tabung kedua ke tabung
dan seterusnya sampai tabung ke tujuh
g. Buang 1 ml isi tabung ketujuh

9
h. Tambahkan 1 tetes reagen widal yang positif pada masing-masing
tabung, sedangakan tabung kedelapan ditambakan 1 tetes control
positif
i. Inkubasi selama 24 jam pada suhu kamar
j. Amati hasil reaksi.

Interpretasi Hasil

Positif : terjadi aglutinasi

Negative : tidak terjadi aglutinasi

1.      Kelebihan
a) Mampu mengetahi ada tidaknya antibodi spesifik terhadap
antigen salmonella sp dalam serum
b) Mampu melanjutkan pemeriiksaan dari kualitatif ke
pemeriksaan semikuantitatif untuk menentukan titer antibodi
terhadap salmonella sp
2.      Kekurangan
a) Pemeriksaan yang membutuhkan waktu
yang lama
b) Prinsip pemeeriksaan dengan
penambahan beberapa  reagen
c) Secara pemeriksaan harus di lakukan
pemeriksaan widal secara kualitatif kemudian di lanjutka di
pemeriksaan widal secara semi kuantitatif untuk
menentukan titer antibodi

7. Pemeriksaan Rf (Rematoid Factor) / RA (Rheumatoid Arthritis)

Judul : pemeriksaan rematoid factor


Metode : untuk mengetahui adanya RF dalam serum yaitu
immunoglobulin antibody yang dapat mengikat antibodi lainnya.
Prinsip : antibody RF (serum) + Reagen latex (anti-antibodi) = aglutinasi
10
Reagen : Latex

Cara Kerja

a. Siapkan alat dan bahan


b. Dengan menggunakan klinipet pipet 40 ul dari tiap-tiap tabung
pengenceran kemudian teteskan pada slide dengan latar hitam
c. Tambahkan masing-masing reagen latex sama banyak
d. Pada slide yang lain buat control positif dan control negatif sebagai
pembanding dengan cara
e. Slide 1 control positif + reagen latex
f. Slide 2 control negatif + reagen latex
1
g. /16 (40 ul) 1/32 (40 ul)
h. Campur dengan gerakan memurat beberapa detik hingga
campuran tersebut menyebar keseluruh tubuh arah lingkaran
i. Putar perlahan selama 1 menit dan amati aglutinasi yang terjadi

Interpretasi Hasil

Positif : terjadi aglutinasi

Negatif : tidak terjadi aglutinasi

8. Pemeriksaan HbsAg

Judul : pemeriksaan HbzAg Rapid test


Metode : imunokromatografi
Prinsip : imunokromatografi dengan prinsip serum yang diteteskan
pada bantalan sampel bereaksi dengan partikel yeng telah dilapisi
dengan anti HBs (antibodi). Campuran ini selanjutnya akan
bergerak sepanjang strip membran untuk berikatan dengan
antibody spesifik. Pada daerah tes, sehingga akan menghasilkan
garis warna.
Cara kerja

a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan


11
b. Siapkan serum dalam tabung reaksi
c. Keluarkan strip HBsAg dari kemasannya
d. Celupkan kedalam seru, biarkan selama 15 menit
e. Amati hasil test yang terjadi

Interpretasi Hasil

Positif (+) : terdapat 2 garis pada daerah control dan test

Invalid : tidak terjadi garis merah pada control test

Negatif (-) : terdapat satu garis pada kontrol

9. PEMERIKSAAN ANTI HCV

Judul : Pemeriksaan anti HCV


Metode : Imunokromatografi
Prinsip : menggunakan rekombinan HCV protein sebagai viral
antigen. Pada langkah pertama anti HCV lgG dalam specimen bila
ada akan terikat pada protein rekombin;an HCV
Reagen : HCV / buffer HCV

Cara kerja :

a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan


b. Tempatkan kemasan strip pada temperature ruangan sebelum
dibaca
c. Siapkan serum dalam tabung reaksi kemudian diambil kurang
lebih satu tetes serum, lalu masukan strip HCV setelah itu
masukan buffer HCV kurang lebih 2 tetes.
d. Tunggu sampai muncul garis merah pada strip

Interpretasi Hasil :

(+) : terdapat 2 garis pada daerah control dan tes


12
(-) : terbentuk satu garis pada daerah control

Invalid : tidak terdapat garis pada daerah control dan tes

10. PEMERIKSAAN ANTI HBs

Judul : pemeriksaan anti HBs


Metode : imunokromatografi
Prinsip : serum diteteskan kedalam wadah dan reaksi yang terjadi
akan memberikan hasil dengan tanda garis

Cara kerja :

a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan


b. Darah dicentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 10
menit
c. Buka strip anti HBs dari kemasannya
d. Celupka strip tersebut kedalam tabung yang berisi serum
e. Biarkan selama 15 menit , angkat dan baca hasilnya

Interpretasi Hasil :

(+) : terdapat 2 garis pada daerah control dan tes

(-) : hanya terdapat 1 garis pada daerah control

Invalid : tidak terdapat garis pada daerah control dan tes

11. PEMERIKSAAN ANTI HAV

Metode : manual / semi autometik dan autometik


Prinsip : enzim immunoassay yang berdasarkan pada prinsip
pengikatan antibody untuk mendeteksi antibody virus hepatitis A

13
Cara kerja:

Cara manual/semi automatic

a. Siapkan empat tabung reaksi masing-masing reagen blanko


(RB),negetif control (NC),positif control (PC), dan sampel
(S).Masing-masing diberi label.
b. Pada tabung NC,PC,dan S masing-masing diisi samel
sebanyak 50ul.
c. Kemudian tambahkan konyugat anti HAV sebanyak 25 ul
pada ketiga tabung tadi
d. Tambahkan pengencer sebanyak 250 ul pada tabung NC, PC,
dan S. serta tambahkan manik-manik masing-masing 1ul
e. Tutplah tabung dengan seld adhesive foil dan inkubasi selama
15 menit pada suhu 370C dengan pengocokan permanen
(hindari dari sinar terang). Kemudian dicuci dengan aquadest
(washer EIA)
f. Kemudian tambahkan konyugat anti HAV sebanyak 250ul
kedalam ketiga tabung tersebut.
g. Tutup kemudian inkubasi selama 30 menit pada suhu 37 0C
kemudian dicuci lagi dengan washer EIA
h. Tambahkan larutan kerja TBM kedalam tabung RB ,NC, PC,
dan S sebanyak 250ul.
i. Tambahkan sebanyak 1ul asam sulfat 5% kedalam masing-
masing tabung kemudian baca fotometer dengan λ 450 nm.

Cara autometik

a. Masukkan 500 ul serum penderita kedalam tabung mikro.


b. Letakkan tabung mikro pada tempatnya di cobas core.
c. Tekan tombol anti HAV Cobas Core (jalankan sesuai
prosedur).
d. Hasil secara autometik,berupa lembar print out.
Interpretasi Hasil
Sampel dengan absorbansi dibawah gray zone (nilai cut off-
10%)dinyatakan sebagai negative. Sampel didaerah gray zone , tes harus
diulangi, tanda +/- akan tercetak dikertas. Hasil diatas gray zone
dinyatakan positif

12. Pemeriksaan HCG( Human Chorionic Gonadotropin )


Tujuan Praktikum   : Untuk Mengetahui Kehamilan  dengan
menggunakan tes serologi
Metode   : Kuantitatif             
Prinsip : reaksi hambatan aglutinasi (aglutinasi – inhibisi) antara hormone
human chorionic gonadotropoin (HCG) dalam urin selama proses
kehamilan berlangsung dengan lateks yang secara kimiawi dikatakan
dengan HCG dan diaglutinasi oleh antibody HCG.dengan adanya HCG
bebas dalam urin maka antibody akan dinetralkan sehingga tidak terjadi
penggupalan.
Cara Kerja       :
a. Siapkan 6 buah tabung
b. Tabung I masukan 100 mikro urine + larutan Nacl 100 µl
c. Tabung  II  -  V masukan larutan Nacl sebanyak 100 µl
d. Dari tabung I yang sudah tercampur urine dan larutan Nacl
pipet sebanyak 100 µl, lalu pindahkan  kedalam tabung  II
e. Lakukan perlakuan diatas pada tabung III,IV dan V
Interprestasi Hasil                 :
Titer       1/2, 1/4, 1/6,  1/16, 1/32

13. Pemeriksaan anti Samlomenella IgM


METODE :

Inhibition-Magnetic Binding Immunoassay (IMBI)

PRINSI PEMERIKSAAN:
TUBEXTF mendeteksi adanya anti-09 antibodi dalam serum pasien
dengan menilai emampuannya untuk menghambat reaksi antara reagen
coklat berlabel antigen dan reagen biru berlabel antibodi.

Kadar penghambatan sebanding dengan konsentrasi anti-09 antibodi


dalam sampel. Pemisahan dilakukan dengan kekuatan magnet.
Hasildibaca secara visual dibandingkan terhadap skala warna

CARA KERJA :

Prosedur Pengerjaan Pemeriksaan TUBEX TF (Anti Salmonella

typhi IgM) Berikut adalah tahapan-tahapan untuk melakukan


pemeriksaan :

1. Semua komponen reagen dalam kit Tubex dalam kondisi siap pakai.
Sebelum digunakan, biarkan semua komponen reagen dan sampel pada
suhu kamar sel ama kurang lebih 30 menit.

2. Tempelkan stiker warna pada botol dan tutup reagen . Stiker biru untuk
reagen biru, stiker coklat untuk reagen coklat; stiker kuning untuk kontrol
neg atif; dan stiker hijau untuk kontrol positif.

3. Homogenkan semua reagen sebelum digunakan dengan membolak-


balikkan vial atau dengan cara vortex dan pastikan secara visual tidak ada
endapan atau kristalis asi di setiap botol dan endapan telah terdispersi
dengan sempurna di dalam larutan. Proses homogenisasi ini harus
dilakukan setiap kali reagen akan digunakan untuk pemeriksaan

sampel.

4. Pastikan reaction well yang akan digunakan tidak dalam kondisi basah /
berembun . Bila mulut reaction well basah, lap mulut reaction well dengan
ha ti-hati menggunakan tissue supaya sealing tape dapat merekat dengan
sempurna pada saat pengerjaan

INTERPRETASI HASIL :
(i) Validasi : Nilai kontrol harus masuk dalam rentang yang telah
ditentukan dalam kit insert

(ii) Perhitungan : -

(iii) Interpretasi hasil :

Skala Keterangan

0 – 2 Negatif, tidak menunjukan infeksi demam tifoid

>2 – <4 Borderline, ulangi pemeriksaan 3 – 5 hari kemudian

4 – 10 Positif, semakin tinggi skor semakin kuat indikasi demam tifoid

14. IgG DHF

Metoda     :  ELISA

Prinsip      : IgG DHF yang terdapat pada sampel akan berikatan dengan
anti human IgG yang dilekatkan pada well sample. Kemudian
ditambahkan HRP konjugat monoclonal antibodi (Mab) sehingga terbentuk
senyawa komplek dan melepaskan peroksida yang bereaksi dengan
chromogen membentuk senyawa berwarna biru yang intensitasnya
sebanding dengan konsentrasi IgG DHF dalam sampel. Reaksi dihentikan
dengan penambahan asam sulfat sebagai stop solution sehingga warna
berubah menjadi kuning yang dibaca absorbannya dengan alat ELISA
Plate Reader pada ? 450 nm dan 620 nm.

Alat dan bahan  :

-          Inkubator

-          ELISA Plate reader

-          Mikropipet 1000 µl, 500 µl, 100 µl, 50 µl dan 5 µl

-          Rak well  beserta penutupnya

-          Reagen kit IgG DHF

-          Tip kuning

-          Washing solution

-          Sampel (serum)


Cara Kerja :

a)     Dipipet 1000 µl serum diluentdan 10 µl sampel serum, kontrol


negatif, kontrol positif, calibrator  kedalam tabung reaksi.

b)    Dikocok sampai homogen.

c)  Dipipet 100 µl campuran tersebut dimasukkan ke dalam masing-


masing sumur well.

d)    Diinkubasi selama 30 menitpada suhu  370C.

e)     Dicuci masing-masing dengan larutan pencuci sebanyak 6 kali.

f)     Ditambahkan 100 µl enzim konjugat IgG.

g)    Diinkubasi selama 30 menitpada suhu 370C, kemudian dicuci 6 kali.

h)     Ditambahkan 100 µl TMB pada masing-masing well.

i)      Diinkubasi selama 10 menit pada suhu ruangan.

j)      Ditambahkan 100 µl H2SO42N.

k)     Dibaca absorban dengan ELISA Reader.

Perhitungan :

Cut off (CO) = Absorban calibrator x faktor (0,62)

Interpretasi hasil  :

- Negatif   : jika absorban < Cut off

- Positif    : jika absorban > Cut off

15. IgM DHF

Metoda     : ELISA

Prinsip      : IgM DHF yang terdapat pada sampel akan berikatan dengan
anti human IgM yang dilekatkan pada well sample. Kemudian
ditambahkan HRP konjugat monoclonal antibodi (Mab) sehingga terbentuk
senyawa komplek dan melepaskan peroksida yang bereaksi dengan
chromogen membentuk senyawa berwarna biru yang intensitasnya
sebanding dengan konsentrasi IgM DHF dalam sampel. Reaksi dihentikan
dengan penambahan asam sulfat sebagai stop solution sehingga warna
berubah menjadi kuning yang dibaca absorbannya dengan alat ELISA
Plate Reader pada ? 450 nm dan 620 nm.

Alat dan bahan  :

-          Inkubator

-          ELISA Plate reader

-          Mikropipet 1000 µl, 500 µl, 100 µl, 50 µl dan 5µl

-          Rak well  beserta penutupnya

-          Reagen kit IgM DHF

-          Tip kuning

-          Washing solution

-          Sampel (serum)

Cara Kerja       :

a)    Dipipet 1000 µl serum diluentdan 10 µl sampel serum, kontrol negatif,


kontrol positif dan calibrator  ke dalam tabung  reaksi.

b)    Dikocok sampai homogen.


c) Dipipet 100 µl campuran tersebut dimasukkan ke dalam masing-
masing  sumur well.

d)    Diinkubasi selama 1 jam pada suhu  370C.

e)     Dicuci masing-masing dengan larutan pencuci sebanyak 6 kali.

f)     Ditambahkan 100 µl enzim konjugat IgM.

g)    Diinkubasi selama 1 jam pada suhu 370C, kemudian dicuci 6 kali.

h)     Ditambahkan 100 µl TMB pada masing-masing well.

i)      Diinkubasi selama 10 menit pada suhu ruangan.

j)      Ditambahkan 100 µl H2SO42N.

k)     Dibaca absorban dengan ELISA Reader.

Perhitungan :

Cut off (CO) = Absorban calibrator x faktor (0,62)

Interpretasi hasil :

Negatif  : jika absorban < Cut off

Positif    : jika absorban > Cut off

16. Pemeriksaan IgG dan IgM DHF


Metode            :  Rapid
Prinsip             : Human IgG dan IgM spesifik terikat pada protein-protein
yang tidak bergerak dalam membran intra seluler yang terletak pada dua
test garis individu (garis IgG dan IgM) dalam daerah test (T) dari alat uji.
Garis IgM dalam daerah tes (T) adalah penutup dari lubang sampel dan
diikuti oleh garis IgG dalam daerah tes. Protein virus dengue yang
dikombinasikan dengan kemurnian tinggi adalah konjugat koloid partikel-
partikel emas dalam patogen sampel. Serum sampel ditambahkan pada
sumur sampel dari alat, antibody-antibodi (IgG dan IgM) dari virus dengue,
jika terdapat dalam sampel akan membentuk kompleks warna garis tes
IgM atau IgG. Salah satu tempat dalam daerah garis control (C) terlihat
ketika tes telah terbentuk dengan tepat, tanpa memperhatikan ada
tidaknya antibody anti virus dengue dalam sampel.

Cara Kerja       :
1)     Ambil Rapid Test Dengue letakan diatas meja.
2)     Gunakan pipet yang tersedia untuk menambahkan 5µl serum atau
plasma sampel pada bagian tengah sumur sampel (S).
3)     Tambahkan 3 tetes atau lebih buffer pencuci dalam sumur sampel.
4)     Tunggu selama 5 - 10 menit

5)     Jika latar belakang membrane darah tes masih kemerah-merahan


tambahkan 2 tetes atau lebih buffer pencuci pada sumur sampel (S) untuk
membersihkan latar belakang membrane.
Catatan Penting :
Jangan pernah menambahkan lebih banyak sampel dalam daerah tes,
lebih banyak sampel akan mempengaruhi hasil tes. Hasil tes mungkin
dibaca segera 5- 10 menit untuk reaksi spesifik IgG. Untuk IgM boleh
selama 20 menit, karena titer IgM antibody yang rendah. Kadang-kadang
garis positif IgM biasanya sangat terang atau lemah dari garis positif IgG,
jika ada.
Interpretasi Hasil :
- Hasil Positif     :
-  dua garis merah muda keunguan pada daerah tes (G dan M) serta satu
garis pada daerah kontrol (C) menandakan adanya antibodi IgG dan IgM
spesifik yang melawan virus dengue.
- satu garis merah muda keunguan pada daerah tes (M) serta satu garis
pada daerah control (C) menandakan adanya antibodi IgM spesifik
melawan virus dengue.
-  satu garis merah muda keunguan pada daerah tes (G) serta satu garis
pada daerah control (C) menandakan adanya antibodi spesifik IgG
melawan virus dengue.
- Hasil Negatif   :
satu garis berwarna merah muda keunguan pada daerah kontrol (C)
menandakan tidak adanya antibodi spesifik yang melawan virus dengue
atau jumlah antibodi di bawah tingkat sensitivitas pengujian.
-  Hasil Invalid (gagal):
Jika setelah 20 menit tidak ada garis yang nampak dalam daerah tes atau
kontrol, maka hasil invalid. Prosedur yang sudah diikuti tidak benar atau
telah terjadi kerusakan pada alat. Tes harus diulang dengan alat baru.

17. Anti TPO IgG

Pemeriksaan sensitif untuk diagnosis penyakit tiroid


Manfaat Pemeriksaan autoimun dan penanda awal pada perkembangan
hipotiroidisme akibat tiroiditis Hashimoto.

Metode CMIA

Sampel Serum, Plasma (Li,Na Heparin/EDTA)

Volume Minimal 1 ml

Persiapan Pasien Tidak diperlukan persiapan khusus sebelumnya

Stabilitas Sampel 3 hari   suhu 2 – 8 ⁰ C

Penanganan
Menggunakan Ice Pack
Sampel/transportasi

Kreteria penolakan Serum Hemolisis

Nilai Rujukan <0.9      : Negatif

  0.9-1.1 : Borderline positif


                Jika ada indikasi klinis

               direkomendasikan pemeriksaan lanjutan

     >1.1 : Indikasi gangguan Tiroid

Catatan Hemolisis akan mengacaukan hasil pemeriksaan

18. FREE T4

merupakan pemeriksaan sensitif untuk fungsi tiroid.


Peningkatan konsentrasi FT4 terlihat pada kondisi
hipertiroid, sedangkan penurunan konsentrasi terjadi
Manfaat Pemeriksaan pada kondisi hipotiroid. Pemeriksaan ini merupakan
indikator yang lebih baik dibandingkan dengan T4
total karena tidak dipengaruhi oleh perubahan
thyroxine-binding proteins.

Metode ECLIA

Sampel Serum

Volume Minimal 1 ml

Persiapan Pasien Tidak diperlukan persiapan khusus sebelumnya

Stabilitas Sampel 3 hari   suhu 2 – 8 ⁰ C

Penanganan
Menggunakan Ice Pack
Sampel/transportasi

Kreteria penolakan Serum   Hemolisis .

Nilai Rujukan
9.0 – 20.0 pmol/L
 
Catatan Hemolisis akan mengacaukan hasil pemeriksaan
20. T4

Manfaat
Tes fungsi tiroid
Pemeriksaan

Metode ELFA / ECLIA

Sampel Serum
19. FREE T3
Volume Minimal 1 ml
Pemeriksaan FT3 merupakan pemeriksaan terhadap
Persiapan Pasien Tidak diperlukan persiapan khusus sebelumnya
fungsi tiroid dan membantu diagnosa T3 tirotoksis,
Manfaat Pemeriksaan
Stabilitas Sampel 3 harihipertiroid
  suhu 2 –subklinik
8 ⁰ C dan gangguan fungsi tiroid
lainnya
Penanganan
Metode Menggunakan
ECLIA Ice Pack
Sampel/transportasi
Sampelpenolakan
Kreteria Serum
Serum   Hemolisis .
Volume Minimal ECLIA1 ml
Persiapan Pasien Anak Tidak
1 th –diperlukan
15 th – Agepersiapan
5 5.95khusus
– 13.2 sebelumnya
ug/dL
Stabilitas Sampel 3 hari   dewasa
Perempuan suhu 2 – 8 ⁰ C 5.1 – 14.1 ug/dL

Penanganan Laki-laki dewasa


Menggunakan Ice Pack 5.1 – 14.1 ug/dL
Sampel/transportasi
Bayi (2bln – 1 Tahun)– Age
Kreteria penolakan 4 Serum   Hemolisis . 5.41 – 16.0 ug/dL

Nilai Rujukan Bayi (1


4.1Minggu – 1 Bulan)-
– 6.7 pmol/L 5.41 – 17.0 ug/dL
Age 2
 
Nilai Rujukan Bayi 1 bulan – 2 Bulan ) –
5.41 – 17.0 ug/dL
Age 3
 
Bayi 0 – 1 minggu – Age 1 5.04 – 18.5

ELFA :

Euthyroidism       : 60 – 120
nmol/L ( 4.66 – 9.32 ug/dL )

Hyperthyroidism   : > 140


nmol/L     ( > 10.87 ug/dL )

Hypothyroidism   : < 50 nmol/L

( < 3.89 ug/dL)


Catatan Hemolisis akan mengacaukan hasil pemeriksaan

21. T3

Untuk   diagnosis fungsi tiroid ( Hipertiroid , T3


Manfaat Pemeriksaan
tirotoksis )

Metode ELFA / ECLIA

Sampel Serum
22. Anti Sarscov2

Metode : Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)

Prinsip kerja : immunoassay untuk mendeteksi keberadaan antibodi


spesifik yang dihasilkan oleh tubuh seseorang yang terinfeksi COVID-19
untuk melawan virus yang masuk ke dalam tubuh. Berbeda dengan tes
Swab, pada immunoassay sampel yang diambil adalah sampel darah.

Cara kerja :

Mencampur sampel darah seseorang dengan suatu cairan yang


mengandung protein spesifik Sars-Cov-2. Apabila darah mengandung
antibodi spesifik untuk melawan virus, maka akan terjadi interaksi kimiawi
antara antibodi dengan protein spesifik Sars-Cov-2 sebagai antigen yang
divisualisasikan dalam bentuk warna

Hasil negatif atau positif palsu juga bisa dihasilkan dari tes ini disebabkan
faktor berikut :

1. Hasil negatif palsu mungkin terjadi pada penderita yang masih


berada di fase awal infeksi dimana diperlukan waktu inkubasi
tertentu sebelum antibodi diproduksi tubuh 
2. Hasil positif palsu juga dapat terjadi pada penderita yang telah
melalui masa infeksi dan virus sudah tidak ada lagi di tubuh pasien 
3. Apabila seseorang telah terinfeksi coronavirus jenis lain di masa
lalu tanpa yang bersangkutan mengetahui, maka hasil positif palsu
pun sangat mungkin terjadi
4. Terjadinya cross reactivity/reaksi silang antibodi dari jenis corona
yang lain atau jenis virus yang memiliki kemiripan, misalnya di
Singapura seorang pasien awalnya dideteksi negatif COVID-19
walaupun memiliki gejala yang mirip seperti badan pegal dan
demam. Pasien ini sebelumnya menjalani tes inmunoassay demam
berdarah dan dinyatakan positif

Anda mungkin juga menyukai