Anda di halaman 1dari 28

Mouth Ulcer

Departemen Dermatologi & Venereologi


Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Pendahuluan

Aphthous Stomatitis (Kompetensi 4)


• Stomatitis aftosa adalah penyakit yang umum terjadi, bersifat
idiopatik, dengan ulkus aftosa yang nyeri berulang (biasa
disebut “sariawan”) pada mukosa mulut non-keratin.
Apthous Stomatitis
Etiologi

• Penyebab stomatitis aftosa adalah idiopatik dan


multifaktorial, tetapi kemungkinan melibatkan aktivasi sistem
imun yang diperantarai oleh sel.
• Ulkus aphthous tidak disebabkan oleh infeksi akut dan
karena itu tidak menular.
Etiologi

• Stomatitis aftosa dapat dipicu oleh trauma lokal, stres


emosional atau fisiologis, alergi atau sensitivitas (seperti
natrium lauril sulfat yang ada dalam pasta gigi dan produk
kebersihan mulut, makanan seperti kayu manis, keju, jeruk,
atau nanas), paparan racun (nitrat dalam air minum),
menstruasi, atau perubahan mikrobioma pada mulut.
Epidemiologi
Stomatitis aphthous mempengaruhi sekitar 20 % dari populasi umum. sedikit
lebih banyak pada anak perempuan dan perempuan dewasa serta di antara
kelas dan negara sosial ekonomi yang makmur.

Ras tampaknya tidak menjadi faktor penyebab penyakit ini. Usia onset mungkin
selama masa kanak-kanak, tetapi lebih sering pada dekade kedua dan ketiga
kehidupan, menjadi kurang umum dengan bertambahnya usia.

Stomatitis aftosa dapat merupakan manifestasi dari sindrom Behcet, lupus


eritematosus sistemik, artritis reaktif, atau penyakit radang usus (terutama
penyakit Crohn). Gangguan ini dapat disingkirkan berdasarkan tanda dan gejala
sistemik.
Patofisiologi

• Ulserasi aftosa pada awalnya dan terutama merupakan akibat dari


disfungsi imun yang diperantarai oleh sel T tetapi juga dapat
melibatkan destruksi epitel mukosa yang diperantarai sel mast dan
neutrofil.
• Lesi dapat mengalami perubahan pada beberapa mediator interseluler,
seperti peningkatan interferon gamma, tumor necrosis factor-alpha,
dan interleukin (IL)-2, IL-4 dan IL-5, serta berbagai molekul adhesi
yang terlibat dalam komunikasi sel dan integritas epitel.
• Proses inflamasi ini menghasilkan pseudomembran yang mengandung
eksudat fibrin, bakteri, sel inflamasi, dan sel mukosa nekrotik.
Pemeriksaan Fisik
• Ulkus stomatitis aftosa tampak sebagai lesi berbatas tegas
dengan ulkus nekrotik sentral dengan eksudat fibrin berwarna
abu-abu yang dikelilingi oleh halo eritematosa pada mukosa
mulut yang tidak berkeratin.

• Lokasi khas termasuk mukosa bukal (pipi) dan labial (bibir),


dasar mulut, permukaan ventral lidah, dan langit-langit mulut.
Diagnosis
• Diagnosis stomatitis aftosa bersifat klinis, dan pengujian
laboratorium biasanya tidak diperlukan, meskipun pengujian
diagnostik dapat dipertimbangkan pada kasus yang persisten,
parah, atau berulang.

• Hitung darah lengkap yang menunjukkan anemia mungkin


menunjukkan defisiensi hematinik seperti zat besi, folat, atau
vitamin B12.
Diagnosis Banding
• Contact dermatitis
• Oral cancer
• Herpes simplex
• Drug induced lesions
• Lupus
• Lichen planus oral
Pengobatan
• Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi rasa sakit (memungkinkan
hidrasi dan nutrisi yang memadai), meningkatkan penyembuhan, dan
mencegah kekambuhan.
• Banyak pilihan pengobatan yang tersedia untuk stomatitis aphthous, termasuk
• agen topikal seperti anestesi lokal (benzocaine),
• agen pelapis atau oklusif (bismut subsalisilat, sukralfat, 2-oktil sianoakrilat, dan berbagai
pasta emolien bioadherent),
• antiseptik (klorheksidin glukonat dan hidrogen peroksida) ,
• agen anti-inflamasi seperti glukokortikosteroid (clobetasol, deksametason, fluocinonide,
dan triamcinolone), amlexanox dan inhibitor metalloprotease
• antimikroba tetrasiklin, doksisiklin, atau minosiklin), madu, dan
• agen imunomodulator (amlexanox, colchicine, cyclotrexphosporine, cyclophosphine ,
montelukast, thalidomide, atau retinoid)
Edukasi
• Edukasi pasien bahwa penting untuk mencegah kekambuhan ulserasi aphthous.
• Latih kebersihan mulut yang baik dan hindari trauma lokal atau produk
kebersihan mulut yang diketahui sensitifitasnya.
• Pertimbangkan untuk mengonsumsi suplemen makanan dengan zat besi, seng,
atau vitamin B1, B2, B6, B12, atau C jika ditemukan kekurangan vitamin atau
mineral.
• Hanya individu yang didiagnosis dengan penyakit celiac yang harus memilih diet
bebas gluten.
• Hindari makanan pemicu yang diketahui, stres emosional atau fisiologis bila
memungkinkan.
PRIMARY HERPES SIMPLEKS & RECURRENT
TANPA KOMPLIKASI (KOMPETENSI 4)
Definisi 
• Penyakit mulut berupa vesikel atau ulserasi multipel pada
gusi dan mukosa mulut akibat infeksi primer dari virus
Herpes Simpleks tipe 1 atau 2 (HSV-1 atau HSV-2). 
• Rekurensi akibat Reaktivasi HSV 1 atau 2
Faktor predisposisi dapat berupa 

- Penurunan imunitas, 

Patofisiologi 
- terjadinya epidemi pada pergantian musim, 

- defisiensi nutrisi, 

- memilikipenyakit sistemik tertentu


(imunokompromis). 
Infeksi primer terjadi pada kontak awal
dengan virus melalui inokulasi mukosa, kulit
dan mata atau sekresi tubuh yang terinfeksi.
Virus kemudian bereplikasi di dalam sel-sel
epitel mukosa mulut dan atau kulit dan
menyebabkan terjadinya vesikel. 

Patofisiologi 
Setelah proses penyembuhan, virus akan
berjalan sepanjang akson saraf menuju
ganglion syaraf, dan menimbulkan infeksi
laten.Apabila terdapat faktor predisposisi
seperti maka akan terjadi reaktivasi virus. 
Gejala Klinis dan Pemeriksaan 

Gejala prodromal 1-3 hari : 


• Demam,kehilangan nafsu makan,malaise,myalgia,bisa
disertai sakit kepala dan nausea. 
• - Gejala ekstra oral: Vesikel dan atau ulserasi pada merah
bibir (vermillion border of lip,) ditutupi krusta yang
berwarna kekuningan. 
Gejala klinis dan pemeriksaan 

Gejala intra oral: 


• Erythema dan vesikel kecil diameter 1-3 mm, 
• Terletak berkelompok pada palatum durum, attached gingiva, dorsum
lidah, dan mukosa non keratin di labial, bukal, ventral lidah dan
pallatum mole, 
• Vesikel mudah pecah membentuk ulser yang lebih besar dengan tepi
tidak teratur dan kemerahan, 
• Gingiva membesar berwarna merah, dan sangat sakit,dapat terjadi
pharyngitis. 
Diagnosis banding 

• Stomatitis Aftosa Rekuren tipe herpetiformis, 


• Eritema Multiforme, 
• Hand Foot and Mouth Disease 
KIE (Komunikasi, Informasi Dan Edukasi) 

• Penyakit yang dapat sembuh sendiri apabila daya tahan tubuh


membaik(Self limiting disease) 
• Terapi kausatif:
• Acyclovir 15mg/kgBB pada anak, acyclovir 200 mg 5x/hari pada dewasa. 
• Simtomatik: anestetik topikal, analgesik-antipiretik, antiseptik kumur. 
• Supportif: istirahat, hidrasi, imunomodulator, multivitamin. 
• Pencegahan penularan melalui penyuluhan. 
HAND, FOOT AND MOUTH
DISEASE (FLU SINGAPURA) / 3A

Definisi 
• Penyakit vesikular yang dapat
terjadi pada tangan, kaki, dan
rongga mulut. 
HAND, FOOT AND MOUTH
DISEASE (FLU SINGAPURA) 
Patofisiologi 

Disebabkan oleh:
Coxsackievirus A16, A6, Enterovirus 71 (EV 71)

Biasa terjadi ketika epidemi, (pada musim panas), pada anak usia
di bawah 5 tahun. 
HAND, FOOT AND MOUTH DISEASE (FLU
SINGAPURA) 
Patofisiologi 

Transmisi melalui rute fecal oral, atau dapat terjadi penyebaran


di saluran pernafasan atas. 

Virus bereplikasi pertama kali dalam mulut kemudian meluas ke


saluran gastrointestinal bawah dan menyebar. 

Pada pasien imunokompeten: Self limiting disease (penyakit


yang dapat sembuh sendiri apabila daya tahan tubuh membaik). 
Gejala klinis dan pemeriksaan 

• Demam derajat rendah, ruam kemerahan yang menjadi makular dan


vesikel pada kulit tangan dan kaki (punggung, telapak, tumit), serta
pinggul. 
Gejala klinis dan pemeriksaan 
• Ulserasi pada mulut dan tenggorokan yang diawali makula
eritematous, vesikel yang cepat pecah menjadi ulser, pada lidah,
palatum durum dan molle, mukosa bukal, bisa pada semua mukosa
mulut. 
Tatalaksana

• Pencegahan penularan melalui penyuluhan. 


• Suportif: istirahat cukup, hidrasi, multivitamin, diet lunak. 
• Simtomatik: analgesik, antipiretik, anestetik topikal. 
• Rujuk kepada dokter yang kompeten 
Terimakasih
• Bijelić B, Matić IZ, Besu I, Janković L, Juranić Z, Marušić S,
Andrejević S. Celiac disease-specific and inflammatory bowel
disease-related antibodies in patients with recurrent aphthous
stomatitis. Immunobiology. 2019 Jan;224(1):75-79. [PubMed]
• 2.Chiang CP, Yu-Fong Chang J, Wang YP, Wu YH, Wu YC, Sun A. R
ecurrent aphthous stomatitis - Etiology, serum autoantibodies, anemi
a, hematinic deficiencies, and management. J Formos Med Assoc. 2
019 Sep;118(9):1279-1289. [PubMed]
• 3.Öztekin A, Öztekin C. Vitamin D levels in patients with recurrent ap
hthous stomatitis. BMC Oral Health. 2018 Nov 09;18(1):186. [PMC fr
ee article] [PubMed]

Anda mungkin juga menyukai