Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang.

Penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu penyakit yang banyak terjadi pada
masyarakat luas. Menurut WHO, kesehatan rongga mulut adalah keadaan bebas dari
nyeri wajah dan mulut, kanker oral dan tenggorokan, infeksi dan luka oral, penyakit
periodontal, karies gigi, kehilangan gigi dan penyakit-penyakit serta gangguan oral lain
yang membatasi kapasitas individu untuk menggigit, mengunyah, tersenyum, berbicara
dan kesejahteraan psikososial.
Faktor utama yang memicu terjadinya inflamasi pada gingiva adalah plak gigi pada
permukaan gigi dan gingiva. Upaya menghilangkan plak gigi berguna untuk menjaga
kesehatan gingiva dan mencegah penyakit periodontal. Menyikat gigi dua kali sehari dan
pembersihan interdental direkomendasikan sejak lama untuk menghilangkan plak gigi
secara mekanik. Berkumur dengan air juga dapat digunakan sebagai langkah tambahan
untuk menjaga kesehatan rongga mulut, tetapi bukan sebagai langkah kebersihan mulut
utama karena berkumur air hanya dapat mengencerkan saliva dan membersihkan sisa-
sisa makanan. Oleh karena itu, senyawa bersifat antibakteri dibutuhkan untuk membantu
mencegah dan mengurangi peradangan, dengan cara menurunkan konsentrasi bakteri di
dalam plak gigi dan menghambat pertumbuhan bakteri.

1.2 Rumusan masalah.


1. Bagaimana keadaan rongga mulut dalam keadaan sehat dan sakit ?
2. Apakah yang dimaksud dengan saliva ?
3. Apa saja yang termasuk bakteri dalam rongga mulut ?
4. Apa saja deposit yang melekat pada permukaan gigi ?

1.3 Tujuan.
1. Mengetahui keadaan rongga mulut dalam keadaan sehat dan sakit
2. Memahami arti dari saliva
3. Mengetahui bakteri apa saja yang termasuk ke dalam bakteri dalam rongga
mulut
4. Mengetahui deposit apa saja yang terdapat pada permukaan gigi

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 RONGGA MULUT DALAM KEADAAN SEHAT DAN SAKIT

Rongga mulut adalah bagian teratas dari saluran pencernaan. Bagian utama dari rongga
mulut adalah bibir, lidah, mukosa, gusi,tulang rahang, gigi geligi dan faring.
RONGGA MULUT DALAM KEADAAN SEHAT.
Menurut WHO, kesehatan rongga mulut adalah keadaan bebas dari nyeri wajah dan
mulut, kanker oral dan tenggorokan, infeksi dan luka oral, penyakit periodontal, karies gigi,
kehilangan gigi dan penyakit-penyakit serta gangguan oral lain yang membatasi kapasitas
individu untuk menggigit, mengunyah, tersenyum, berbicara dan kesejahteraan psikososial.
Kondisi rongga mulut yang sehat adalah kondisi normal rongga mulut yang tetap
terpelihara dengan baik, yaitu bebas dari penyakit periodontal, karies, sisa akar, serta
tambalan. Rongga mulut terbentang mulai dari permukaan dalam gigi sampai orofaring. Atap
mulut dibentuk oleh palatum durum dan mole. Bagian posterior palatum mole berakhir
dengan uvula. Ludah membentuk dasar mulut. Pada bagian posterior dari rongga mulut
terletak tonsil diantara kolumna anterioir dan posterior.

RONGGA MULUT DALAM KEADAAN SAKIT.


I. Abnormalitas bibir
1. Seilitis aktinik.
Tanda dan gejala : Lesi kemerahan melingkar , yang ulserasi dan menjadi krusta.
kemungkinan penyebab : Efek kumulatif dari pemajanan dari sinar matahari,lebih
sering terjadi pada orang berkulit kuning dan pada orang yang cenderung terpajan
pada sinar matahari seperti petani dapat menimbulkan kanker sel skuamosaB.

2. Herpes simpleks 1 (sariawan dingin atau demam lepuh).


Tanda dan gejala : Area kemerahan atau ruam, Gatal.
Kemungkinan penyebab : Virus herpes simpleks – infeksi oportunistik
seringterlihat pada pasien yang mengalamai penekananimun, Dapat terjadi ulang
pada menstruasi, demam, ataupemajanan sinar matahari.

2
3. Kanker.
Seperti kanker pada umumnya, kanker mulut jarang menimbulkan gejala pada
stadium awal sehingga sulit terdeteksi. Gejala kanker mulut juga cenderung sulit
dikenali karena sering kali mirip dengan indikasi penyakit lain.
Kemungkinan penyebab : Lesi primer dari sífilis, Menular.

II. Abnormalitas mulut

1. Kritoplakia. Tanda dan gejala : Bercak kemerahan pada rongga mukosa oral.
Kemungkinan penyebab : Inflamasi nonseptik.

2. Leukloplakia berambut. Tanda dan gejala : Bercak putih dengan proyeksi


seperti rambut kasar, Secara khas ditemukan pada batas lateral lidah.
Kemungkinan penyebab : Kemungkinan virus, merokok dan pengguna
tembakau, Sering terlihat pada orang dengan HIV positif.

3. Leukoplakia. Tanda dan gejala : Bercak putih, Mungkin hyperkeratosis,


Biasanya mukosa bukal, Biasanya tidak nyeri. Kemungkinan penyebab :
Kurang dari 2% adalah malignan

4. Stomatitis (apthous – sakit sariawan). Tanda dan gejala : Ulkus dalam dengan
bagian tengah putih atau abu-abu dan batas kemerahan, Terlihat pada bagian
dalam bibir, pipi dan batas kemerahan, Terlihat pada bagian dalam bibir, pipi
dan lidahMulai dengan ensasi kebakar atau kesemutan danagak bengka, Nyeri
biasanya hilang setelah 7 – 10 hari dansembuh tanpa jaringan parut.
kemungkinan penyebab : Stres emosi atau mental, Kelelahan, Faktor
hormonal, Trauma minor , Dihubungkan dengan infeksi HIV, Dapat kambuh

5. Kritoplakia. Tanda dan gejala : Bercak kemerahan pada rongga mukosa oral.
Kemungkinan penyebab : Inflamasi nonseptik

III. Abnormalitas kelenjar saliva

 Parotitis (inflamasi kelenjar parotis) adalah kondisi inflamasi paling umum


dari kelenjar saliva, namun infeksi dapat juga terjadi pada kelenjar saliva
lain. Orang lemah denganpenurunan aliran saliva karena dehedrasi umum
atau obat-obatan berisiko tinggi terhadap terjadinya peritonitis. Organisme
pengganggu biasanya Staphylococcus aureus (kecuali padamumps).

 Sialadentis (inflamasi kelenjar saliva) dapat disebabkanoleh dehidrasi, terapi


radiasi, stres, malnutrisi, kalkuli kelenjar saliva (batu), atau higiene oral yang
tidak tepat dandihubungkan dengan infeksi dengan Staphylococcus
aureus,Streptococcus viridansatau pneumokokus. Gejala meliputinyeri,
bengkak dan rabas perulen.

3
 Kalkulus saliva (sialolitiasis) Kalkuli didalam kelenjar saliva tidak
menyebabkan gejalakecuali infeksi, tetapi kalkulus yang menyumbat duktus
menyebabkan nyeri tiba-tiba, local dan sering nyeri kolik, yang tiba-tiba
hilang dengan membuang ludah

IV. Abnormalitas gusi

1. Gingivitis. Tanda dan gejala : Gusi nyeri, inflamasi dan bengkak, Biasanya
gusi berdarah setelah berespon terhadapkontak ringan. Kemungkinan
penyebab : Higiene oral buruk, Debris makanan, plak bakterial, dan
akumulasi kalkulus (tartar), Gusi mungkin bengkak dalam respon pubertas
dankehamilan.

2. Gingivostomatitis herpetic. Tanda dan gejala : Sensasi terbakar dengan


adanya vesikel kecil 24-48 jam kemudian, Vesikel dapat ruptur, membentuk
sariawan, ulkus dalam tertutup dengan membran abu-abu. Kemungkinan
penyebab : Virus herpes simpleks, terjadi pada orang imunosupresi, terjadi
pada proses nfeksi lain seperti pneumoniastreptokokal, meningitis
meningokokal dan malaria.

3. Gingivitis nekrotis . tanda dan gejala : Ulserasi pseudomembranosa abu-abu


putih yang mempengaruhi tepi gusi, mukosa mulut, tonsil danfaring, Nafas
bau, nyeri, gusi berdarah danpembengkakan.

2.2 SALIVA

A. Pengertian Saliva
Saliva adalah suatu cairan tidak berwarna yang memiliki konsistensi seperti lendir
dan merupakan hasil sekresi kelenjar yang membasahi gigi serta mukosa rongga mulut.
Saliva dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar saliva mayor serta sejumlah kelenjar saliva
minor yang tersebar di seluruh rongga mulut, kecuali pada gingiva dan palatum.

B. Fungsi Saliva
Berikut adalah fungsi-fungsi saliva, antara lain :

1) Menjaga kelembaban dan membasahi rongga mulut.

2) Melumasi dan melunakkan makanan sehingga memudahkan proses menelan


dan mengecap rasa makanan.

3) Membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan, sisa sel dan bakteri,
sehingga dapat mengurangi akumulasi plak gigi dan mencegah infeksi.

4) Menghambat proses dekalsifikasi dengan adanya pengaruh buffer yang dapat


menekan naik turunnya derajat keasaman (pH).

4
Dalam 24 jam, kelenjar-kelenjar saliva dapat mensekresi kira-kira 1 sampai 1,5
liter. Saliva disekresi karena adanya rangsangan, baik secara langsung oleh ujung-ujung
saraf yang ada di mukosa mulut maupun secara tidak langsung oleh rangsangan
mekanis, termis, kimiawi, psikis atau olfaktori. Rangsang mekanik merupakan rangsang
utama untuk meningkatkan sekresi saliva. Sel-sel plasma dalam kelenjar saliva
menghasilkan antibodi, terutama dari kelas Immunoglobulin A (IgA) yang
ditransportasikan ke dalam saliva. Selain antibodi, saliva juga mengandung beberapa
jenis enzim antimikrobial seperti lisozim, laktoferin dan peroksidase serta beberapa
komponen seperti growth factor, yang berguna untuk menjaga kesehatan dari jaringan
luka mulut dan dapat membantu proses pencernaan, khususnya karbohidrat.

C. Anatomi Kelenjar Saliva


Saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva yang terdiri atas sepasang kelenjar saliva
mayor serta beberapa kelenjar saliva minor.
1) Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis, submandibularis, dan
sublingualis. Kelenjar parotis merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak bilateral
di depan telinga antara ramus mandibularis dan processus mastoideus dengan
bagian yang meluas ke muka di bawah lengkung zigomatik. Kelenjar
submandbularis merupakan kelenjar saliva terbesar kedua yang terletak pada dasar
mulut di bawah korpus mandibula. Salurannya bermuara melalui lubang yang
terdapat di samping frenulum lingualis. Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva
mayor terkecil dan terletak paling dalam, pada dasar mulut antara mandibula dan
otot genioglossus. Masing-masing kelenjar sublingualis sebelah kanan dan kiri
bersatu untuk membentuk massa kelenjar di sekitar frenulum lingualis.

2) Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar lingualis, bukalis, labialis, palatinal,
dan glossopalatinal. Kelenjar-kelenjar ini berada di bawah mukosa dari bibir, lidah,
pipi, serta palatum.

5
D. Mekanisme Sekresi Saliva
Saliva disekresi sekitar 1 sampai 1,5 liter setiap hari tergantung pada tingkat
perangsangan. Kecepatan aliran saliva bervariasi dari 0,1-4,0 ml/menit. Pada kecepatan
0,5 ml/menit sekitar 95% saliva disekresi oleh kelenjar parotis dan kelenjar
submandibularis, sisanya disekresi oleh kelenjar sublingual dan kelenjar saliva minor.
Sekresi saliva yang bersifat spontan dan kontinyu disebabkan oleh stimulasi konstan
saraf parasimpatis dan berfungsi menjaga agar mulut serta tenggorokan tetap basah
setiap waktu.

Selain stimulasi sekresi yang bersifat konstan, sekresi saliva dapat ditingkatkan
melalui dua jenis refleks saliva yang berbeda, yaitu :

 Refleks saliva sederhana atau tidak terkondisi


Refleks saliva sederhana terjadi saat baroreseptor di dalam rongga mulut
merespons adanya makanan. Saat diaktifkan, reseptor-reseptor tersebut memulai
impuls di serabut saraf afferen yang membawa informasi ke pusat saliva di
medula spinalis. Pusat saliva kemudian mengirim impuls melalui saraf otonom
ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi saliva. Gerakan gigi juga
mendorong sekresi saliva walaupun tidak terdapat makanan karena adanya
manipulasi terhadap baroreseptor yang terdapat di mulut.
 Refleks saliva didapat atau terkondisi.
Pada refleks saliva didapat, sekresi saliva dihasilkan tanpa rangsangan oral. Hanya
dengan berpikir, melihat, membaui, atau mendengar suatu makanan yang lezat
dapat memicu pengeluaran saliva melalui refleks ini.

E. Faktor yang Mempengaruhi Laju Aliran Saliva


Laju aliran saliva mengalami perubahan karena beberapa faktor berikut :
 Derajat hidrasi
Derajat hidrasi atau cairan tubuh merupakan faktor yang paling penting
karena apabila cairan tubuh berkurang 8% maka kecepatan aliran saliva
berkurang hingga mencapai nol. Sebaliknya hiperhidrasi akan meningkatkan
kecepatan aliran saliva. Pada keadaan dehidrasi, saliva menurun hingga
mencapai nol.
 Posisi tubuh
Posisi tubuh dalam keadaan berdiri merupakan posisi dengan kecepatan aliran
saliva tertinggi bila dibandingkan dengan posisi duduk dan berbaring. Pada
posisi berdiri, laju aliran saliva mencapai 100%, pada posisi duduk 69% dan
pada posisi berbaring 25%.
 Paparan cahaya
Paparan cahaya mempengaruhi laju aliran saliva. Dalam keadaan gelap, laju
aliran saliva mengalami penurunan sebanyak 30-40%.
 Irama siang dan malam
Laju aliran saliva memperlihatkan irama yang dapat mencapai puncaknya
pada siang hari dan menurun saat malam hari. 15

6
 Obat
Penggunaan atropin dan obat kolinergik seperti antidepresan trisiklik,
antipsikotik, benzodiazepin, atropin, β-blocker dan antihistamin dapat
menurunkan laju aliran saliva
 Usia
Laju aliran saliva pada usia lebih tua mengalami penurunan, sedangkan pada
anak dan dewasa laju aliran saliva meningkat.
 Efek psikis
Efek psikis seperti berbicara tentang makanan dan melihat makanan dapat
meningkatkan laju aliran saliva. Sebaliknya, berfikir makanan yang tidak
disukai dapat menurunkan sekresi saliva.
 Jenis Kelamin
Laju aliran saliva pada pria lebih tinggi daripada wanita meskipun keduanya
mengalami penurunan setelah radioterapi. Perbedaan ini disebabkan oleh karena
ukuran kelenjar saliva pria lebih besar daripada kelenjar saliva wanita.

2.3 BAKTERI MULUT

Rongga mulut merupakan pintu gerbang masuknya berbagai macam mikroorganisme


ke dalam tubuh, mikroorganisme tersebut masuk bersama makanan atau minuman. Namun
tidak semua mikroorganisme tersebut bersifat patogen, di dalam rongga mulut
mikroorganisme yang masuk akan dinetralisir oleh zat anti bakteri yang dihasilkan oleh
kelenjar ludah dan bakteri flora normal.
Flora normal adalah sekumpulan mikroorganisme yang hidup pada kulit dan selaput
lendir/mukosa manusia yang sehat maupun sakit. Pertumbuhan flora normal pada bagian
tubuh tertentu dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, nutrisi dan adanya zat penghambat.
Keberadaan flora normal pada bagian tubuh tertentu mempunyai peranan penting dalam
pertahanan tubuh karena menghasilkan suatu zat yang menghambat pertumbuhan
mikroorganisme lain. Adanya flora normal pada bagian tubuh tidak selalu menguntungkan,
dalam kondisi tertentu flora normal dapat menimbulkan penyakit, misalnya bila terjadi
perubahan substrat atau berpindah dari habitat yang semestinya.
Flora normal dalam rongga mulut terdiri dari Streptococcus mutans/Streptococcus
viridans, Staphylococcus sp dan Lactobacillus sp. Meskipun sebagai flora normal dalam
keadaan tertentu bakteri-bakteri tersebut bisa berubah menjadi patogen karena adanya faktor
predisposisi yaitu kebersihan rongga mulut. Sisa-sisa makanan dalam rongga mulut akan
diuraikan oleh bakteri menghasilkan asam, asam yang terbentuk menempel pada email
menyebabkan demineralisasi akibatnya terjadi karies gigi. Bakteri flora normal mulut bisa
masuk aliran darah melalui gigi yang berlubang atau karies gigi dan gusi yang berdarah
sehingga terjadi bakterimia

 Streptococcus mutans / Streptococcus viridans


Morfologi sel : bentuk coccus, susunan berderet, tidak berflagel, tidak berspora, tidak
berkapsul, Gram positif. Morfologi koloni pada media agar darah : bentuk koloni bulat,

7
ukuran 1 - 2 mm, tidak berwarna/jernih, permukaam cembung, tepi rata, membentuk
hemolisa ( disekitar koloni terdapat zona hijau ), dibedakan dengan Streptococcus
pneumoniae dengan optochin dan kelarutannya dalam empedu, Streptococcus viridans
resisten terhadap optochin dan tidak larut dalam empedu sedangkan streptococcus
pneumoniae sensitif terhadap optochin dan larut dalam empedu.

Sifat fisiologi : bersifat anaerob fakultatif, tumbuh baik pada suasana CO 2 10 % dan suhu
370C, resisten terhadap optochin, sel tidak larut dalam empedu. Contoh spesies
Streptococcus yang lain adalah Streptococcus β hemolyticus dan Streptococcus
γhemolyticus.

 Staphylococcus sp
Morfologi sel : bentuk coccus, susunan bergerombol, tidak berflagel, tidak berspora, tidak
berkapsul, Gram positif. Morfologi koloni pada media agar darah : bentuk koloni bulat,
ukuran 2 – 4 mm, membentuk pigmen kuning emas (Staphylococcus aureus ), pigmen
kuning jeruk dibentuk oleh Staphylococcus saprophyticus dan pigmen putih porselin
dihasilkan oleh Staphylococcus epidermidis , permukaan cembung, tepi rata dan hemolisa
bervareasi alfa, beta dan gama. Sifat fisiologi : bersifat aerob, tumbuh optimal pada suhu
370C dan pembentukan pigmen paling baik pada suhu 20 0C, memerlukan NaCl sampai 7,5
%, resisten terhadap pengeringan dan panas.

 Lactobacillus sp
Morfologi sel : bentuk batang pendek, tidak berspora, tidak berflagel, tidak berkapsul,
Gram positif. Morfologi koloni pada media agar darah: bentuk koloni bulat kecil, warna
putih susu, cembung, tepi rata, permukaan mengkilap.
0
Sifat fisiologi : bersifat anaerob fakultatif, dengan suhu optimal 45 C, mereduksi
nitrat menjadi nitrit, mengfermentasi glukosa, laktosa dan sakarosa, tidak mempunyai
enzim katalase. Contoh spesiesnya adalah Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus lactis,
Lactobacillus casei.

2.4 DEPOSIT YANG MELEKAT PADA PERMUKAAN GIGI


Deposit atau lapisan yang menumpuk dan melekat pada permukaan gigi dapat
dikelompokkan menjadi :

1. ACQUIRED PELICLE (PELIKEL DAPATAN)

Aquired pelicle merupakan lapisan tipis, licin, tidak berwarna, translusen, aseluler,
dan bebas bakteri. Jika diwarnai dengan larutan pewarna (disclosing solution) akan
terlihat sebagai suatu permukaan yang tipis dan pucat dibandingkan dengan plak yang
lebih kontras warnanya. Aquired pelicle ini dapat terbentuk setelah gigi erupsi dan
setelah kutikula email primer dan reduced email epithelium (membran nasmyth) hilang
karena abrasi atau pada permukaan gigi yang baru saja selesai disikat atau dibersihkan
sehingga gigi langsung berkontak dengan saliva dan flora mikroorganisme.

8
Ada beberapa pendapat tentang cara pengendapan glikoprotein saliva pada permukaan
gigi antara lain :

 Adsorbsi protein saliva pada permukaan email terjadi karena adanya daya tarik
menarik antara calcium hidroxyapatit pada permukaan gigi dengan glikoprotein saliva
 Pengendapan protein saliva karena adanya bakteri yang menghasilkan enzyme
 Pengendapan protein saliva terjadi karena adanya daya tarik menarik antara email dan
porotein dan karena adanya bakteri yang menghasilkan hasil metabolismenya.

Peranan acquired pelicle ini belum diketahui dengan pasti, tetapi disepakati bahwa
lapisan ini merupakan tahap permulaan dari pembentukan plak gigi.

2. MATERIA ALBA

Materia alba adalah suatu deposit lunak, berwarna kuning atau putih keabu-abuan
yang melekat pada permukaan gigi, restorasi, kalkulus, dan gingiva. Materia alba dapat
menyebabkan iritasi lokal pada gingiva sehingga dapat merupakan penyebab umum
terjadinya gingivitis, efek iritasi oleh materia alba ini kemungkinan disebabkan oleh
bakteri serta produk produknya.

Dulu materia alba ini diduga terdiri atas debris makanan, akan tetapi sekarang
diketahui kalau materia alba ini terdiri atas massa organisme, sel-sel epitel yang
mengalami degenerasi, leukosit gabungan dari protein saliva, dan sisa makanan.

3. DEBRIS MAKANAN.

Kebanyakan food debris akan segera mengalami liquifikasi oleh enzyme bakteri dan
dibersihkan lima menit/ tiga puluh menit setelah makan, tetapi ada kemungkinan
sebagian masih tertinggal pada permukaan gigi dan mukosa membran. Aliran saliva, aksi
mekanis dari lidah, pipi dan bibir serta bentuk dan susunan gigi dan rahang akan
mempengaruhi kecepatan pembersihan sisa makanan, dimana pembersihan ini dipercepat
oleh proses pengunyahan dan viscositas ludah yang rendah. Walaupun food debris
mengandung bakteri , tetapi berbeda dari plaque dan materia alba, food debris ini lebih
mudah dibersihkan, food debris harus dibedakan dengan makanan yang tertekan keruang
interproksimal (food impaction).
Kecepatan pembersihan debris makanan dari rongga mulut bervariasi menurut jenis
makanan dan individunya. Bahan makanan yang cair lebih mudah dibersihkan dibanding
bahan makanan yang padat, makanan-makanan yang lengket dapat melekat pada
permukaan gigi sampai lebih dari satu jam, sedangkan makanan yang kasar akan
dibersihkan dengan segera, makanan yang dingin akan lebih cepat dibersihkan dibanding
dengan makanan yang panas.

9
4. PLAK GIGI.

Pengertian plak gigi.


Plak gigi merupakan suatu deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi
yang terdiri dari mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matrik interseluler
apabila seseorang melalaikan kebersihan gigi dan mulutnya.
Berbeda halnya dengan lapisan terdahulu, plak gigi tidak dapat dibersihkan hanya
dengan cara kumur ataupun semprotan air dan hanya dapatdibersihkan secara sempurna
dengan cara mekanis. Jika jumlahnya sedikit plak tidak dapat terlihat, kecuali diwarnai
dengan larutan disclosing atau telah mengalami discolorasi oleh pigment-pigmen yang
berada dalam rongga mulut. Apabila plak telah menumpuk, plak akan terlihat berwarna
abu-abu, abu-abu kekuningan dan kuning.
Plak biasanya mulai terbentuk pada sepertiga permukaan gingival dan pada
permukaan gigi yang cacat dan kasar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Pembentukan Plak

Menurut Carlsson, faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan plak gigi


adalah sebagai berikut;
 Lingkungan fisik , yang meliputi anatomi dan posisi gigi, anatomi jaringan
sekitarnya, struktur permukaan gigi, jelas terlihat setelah dilakukan pewarnaan
dengan suatu larutan disclosing.
 Friksi atau gesekan oleh makanan yang dikunyah hanya terjadi pada permukaan
gigi yang tidak terlindung dan pemeliharaan kebersihan mulut dapat mencegah
atau mengurangi penumpukan plak pada permukaan gigi.
 Pengaruh diet terhadap pembentukan plak telah diteliti dalam dua aspek, yakni
pengaruhnya secara fisik dan pengaruhnya sebagai sumber makanan bagi bakteri di
dalam plak.

Jenis Makanan yang keras dan lunak mempengaruhi pembentukan plak pada
permukaan gigi, Ternyata Plak banyak terbentuk apabila kita lebih banyak
mengkonsumsi makanan lunak , terutama makanan yang mengadung karbohidrat jenis
sukrosa, karena akan menghasilkan dextran dan levan yang memegang peranan penting
dalam pembentukan matriks daripada plak.

Struktur dan komposisi plak gigi.

Komposisi secara keseluruhan.


Plak gigi sebagian besar terdiri atas air dan berbagai macam mikroorganisme yang
berkembang biak dalam suatu matriks interseluler yang terdiri atas polisakharida
ekstraseluler dan protein saliva. Sekitar 80% dari berat plak adalah air, sementara jumlah
mikroorganisme kurang lebih 250 juta per mg berat basah. Selain terdiri atas
mikroorganisme, juga terdapat sel-sel epitel lepas, leukosit, partikel-partikel sisa
makanan, garam anorganik yang terutama terdiri atas kalsium, fosfat, dan fluor

10
Potensi Patologis Plak terhadap Terjadinya Penyakit Jaringan Keras Gigi dan
Jaringan Lunak.

Plak yang melekat erat pada permukaan gigi dan gingiva mempunyai potensi yang
cukup besar terhadap terjadinya penyakit pada jaringan keras gigi maupun jaringan
pendukungnya, keadaan ini disebabkan oleh karena plak mengandung berbagai macam
bakteri dengan berbagai macam hasil metabolismenya . Penyakit yang ditimbulkan oleh
bakteri terhadap jaringan keras gigi maupun jaringan pendukungnya tergantung dari
umur dan ketebalan plak (yang akan mempengaruhi pH, komposisi organik dan
anorganik serta macam dan jumlah bakteri), jenis makanan dalam diet dan banyaknya
aliran saliva.

Hubungan plak gigi dengan karies.

Plak memegang peranan penting dalam terjadinya penyakit gigi dan mulut, bakteri
yang terdapat dalam plak bertangung jawab dalam terjadinya kerusakan gigi , karena
bakteri-bakteri tersebut akan melakukan metabolisme terhadap sisa-sisa makanan yang
tertinggal.
Peranan bakteri Streptokokus dan laktobasilus yang terdapat dalam plak yang
melekat pada gigi akan memetabolisme sisa makanan yang bersifat kariogenik , terutama
yang berasal dari jenis karbohidrat sederhana, seperti sukrosa, glukosa, fruktosa, maltosa.
Gula ini mempunyai molekul yang kecil dan mempunyai berat yang rendah sehingga
mudah mersap dan dimetabolisme oleh bakteri , hasil metabolisme oleh bakteri tersebut
selain dapat menghasilkan asam juga menghasilkan polisakharida extra selluler dan
polisakharida intraselluler, alkohol dan CO2 .
Oleh karena itu apabila seseorang mengkonsumsi gula yang sering dan terus
menerus/ berulang-ulang maka pH akan tetap dibawah pH normal dan dalam waktu
tertentu dapat mengakibatkan terjadinya demineralisasi dari permukaan email yang
rentan, yaitu terjadinya pelarutan dari calcium dan phospat email yang menyebabkan
terjadinya kerusakan / dekstruksi email sehingga terjadi karies. Namun demikian tidak
selalu penurunan Ph plak akan selalu diikuti dengan terjadinya proses karies, karena pH
plak yang rendah lambat laun akan kembali kenormal , karena adanya hasil metabolisme
lain oleh dari makanan yang kita makan,

Hubungan antara plak dengan terjadinya penyakit periodontal.

Faktor lokal yang sering disebut sebagai faktor etiologi dalam penyakit periodontal
antara lain adalah bakteri dalam plak, kalkulus, materia alba dan food debris. Diantara
faktor-faktor tersebut yang terpenting adalah plak gigi.
Semua faktor lokal tersebut diakibatkan karena kurangnya memelihara kebersihan
gigi dan mulut. Pentingnya peranan bakteri di dalam plak dalam penyakit periodontal,
terutama gingivitis telah dibuktikan dengan hasil berbagai percobaan. Patogenitas dari
bakteri tersebut di demonstrasikan dengan mengijeksikan subgingiva plak secara

11
subcutan pada binatang-binatang percobaan dan ternyata ini mengakibatkan terjadinya
abcess.
Secara klinis terbukti bahwa mulut yang berpenyakit periodontal selalu
memperlihatkan adanya penimbunan plak yang jauh lebih banyak dari mulut yang sehat.
Dengan penelitian kuantitatif ditunjukan bahwa jumlah plak dan kalkulus di dalam mulut
yang berpenyakit periodontal adalah kurang lebih 10 kali lebih banyak daripada di dalam
mulut yang sehat. Tetapi sebenarnya tidak terdapat perbedaan secara kwalitatif di dalam
oral flora pasien yang sehat dan pasien yang tidak sehat dan juga tidak terdapat
perbedaan yang besar daya patologis dari mikroorganisme tersebut secara individual.

5. STAIN ( PEWARNAAN GIGI )

Pengertian.
Pewarnaan pada gigi dan tambalan terjadi melalui 3 cara :
1) stain melekat langsung pada permukaan gigi melalui acquired pellicle,
2) Stainmengendap pada kalkulus dan deposit lunak
3) stain bersatu dengan struktur gigi dan bahan tambal.

Stain yang melekat langsung pada permukaan gigi dan stain yang mengendap pada
kalkulus dapat dihilangkan dengan cara diskaling dan dipoles. Gangguan yang
diakibatkan oleh stain terutama adalah masalah estetik. Endapan stain yang menebal
dapat membuat kasar permukaan gigi yang selnjutnya akan menyebabkan penumpukan
plak sehingga mengiritasi gusi didekatnya. Stain tertentu mengindikasikan dilakukannya
evaluasi kebersihan mulut dan perawatan yang berkaitan dengan kebersihan mulut.

Klasifikasi Stain
 Klasifikasi Berdasarkan Lokasi
a) Stain Ekstrinsik.
Stain ekstrinsik terjadi pada permukaan luar gigi dan dapat dihilangkan
dengan prosedur menyikat gigi, skaling dan atau poles.
b) Stain Intrinsik
Stain intrinsik terjadi didalam substansi gigi dan tidak dapat
dihilangkandengan teknik skaling maupun poles.
 Klasifikasi berdasarkan Sumber
a. Stain Eksogen
Stain eksogen berkembang atau berasal dari sumber-sumber diluar gigi. Stain
eksogen dapat berupa ekstrinsik dan berada pada permukaan luar gigi atau
intrinsik dan menyatu dengan struktur gigi.

b. Stain Endogen
Stain endogen berkembang atau berasal dari dalam gigi. Stain endogen
selalu bersfat intrinsic dan biasanya mewarnai dentin yang terefleksi pada
email.

12
6. KALKULUS.

Kalkulus merupakan suatu massa yang mengalami kalsifikasi yang terbentuk dan
melekat erat pada permukaan gigi, dan objek solid lainnya di dalam mulut, misalnya
restorasi dan gigi geligi tiruan. Kalkulus adalah plak terkalsifikasi. Tahap-tahap
pembentukannya dapat dipantau dengan mengamati vener plastic yang terpasang pada
gigi geligi atau geligi tiruan.

Jenis Kalkulus
Berdasarkan hubungannya terhadap gingival margin , kalkulus dikelompokan
menjadi :

o Supra gingival kalkulus.


Supra gingival kalkulus adalah kalkulus yang melekat pada permukaan
mahkota gigi mulai dari puncak gingival margin dan dapat dilihat.
Supra gingival kalkulus berwarna putih kekuning-kuningan , konsistensinya keras
seperti batu clay dan mudah dilepaskan dari permukaan gigi dengan scaler. Warna
kalkulus dapat dipengaruhi oleh pigmen sisa makanan atau dari merokok.

o Sub gingival kalkulus.


Sub gingival kalkulus adalah kalkulus yang berada dibawah batas gingival
margin, biasanya pada daerah saku gusi dan tak dapat terlihat pada waktu
pemeriksaan. Untuk menentukan lokasi dan perluasannya harus dilakukan probing
dengan explorer, biasanya padat dan keras, warnanya coklat tua atau hijau kehitam-
hitaman , konsistensinya seperti flint dan melekat erat kepermukaan gigi.
Bentuk Sub gingival kalkulus dapat dibagi menjadi :
 Deposit noduler dan spining yang kerasB
 Berbentuk cincin atau ledge yang mengellingi gigi
 Berbentuk seperti jari yang meluas sampai kedasar saku
 Bentuk bulat yang terlokalisir
 Bentuk gabungan dari bentuk-bentuk diatas

Bila gingiva mengalami resesi maka subgingival kalkulus akan dapat dilihat
seperti supragingival kalkulus dan mungkin akan ditutupi oleh supra gingival
yang asli.

Perbedaan komponen kalkulus subgingival dan supragingival

Persentasi organisme filementous gram positif dan gram negatif lebih tinggi
pada kalkulus daripada daerah lain pada rongga mulut. Mikroorganisme pada daerah
perifer yang predominat adalah bacillus gram negatif dan coccus. Kebanyakan
mikroorganisme yang ada didalam kalkulus ini mati.

13
Bibby dan Yarden , membedakan komposisi bakteri kalkulus sebagai berikut :
Menurut Bibby, kalkulus dibedakan atas bagian eksternal, tengah dan internal,
yaitu :
Pada supra gingival kalkulus
 Predominant filament positiferi
 Pilamen gram negatif dan coccus gram negative
 Coccus gram positif dijumpai pada kalkulus bila telah ada proses supurasi.
Pada sub gingival kalkulus
 Lapisan superficial lebih banyak filamen gram negative
 Lapisan tengah dan dalam, predominat filamen gram positif

Menurut Yarden, kalkulus dibedakan atas tiga zone yaitu :


 Kalkulusnya sendiri, zone yang berbatasan dengan kalkulus dan permukaan dalam
kalkulus. Pada kalkulusnya sendiri dijumpai sejumlah besar filamen gram positif
dari type actinomycetes, beberapa gram positif threads yang dapat
diidentifikasikan sebagai leptotrichia; borrelia pada kass-kasus individual, coccus
gram negatif tetapi jarang.
 Permukaan dalam kalkulus hampir steril
 Zone yang mengelilingi atau berdekatan dengan kalkulus dijumpai prodominat
coccus dengan basillus gram negative

Perlekatan kalkulus
Adanya perbedaan cara perlekatan kalkulus ke permukaan akar akan
mempengaruhi mudah tidaknya kalkulus dilepaskan dari permukaan gigi. Substansi
Interselluler dan atau bakteri akan melekatkan kalkulus kepermukaan gigi dengan salah
satu atau lebih cara yang berikut ini :
 dengan bantuan acquired pelicle
 dengan adanya penetrasi kedalam sementum dan dentin
 pada daerah sementum dan dentin yang resorpsi dan tidak diperbaiki yang
menjadi telanjang karena resesi
 interlocking Kristal.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan.

Kondisi rongga mulut yang sehat adalah kondisi normal rongga mulut yang tetap
terpelihara dengan baik, yaitu bebas dari penyakit periodontal, karies, sisa akar, serta
tambalan. Rongga mulut terbentang mulai dari permukaan dalam gigi sampai orofaring.
Saliva adalah suatu cairan tidak berwarna yang memiliki konsistensi seperti lendir dan
merupakan hasil sekresi kelenjar yang membasahi gigi serta mukosa rongga mulut.
Saliva dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar saliva mayor serta sejumlah kelenjar saliva
minor yang tersebar di seluruh rongga mulut, kecuali pada gingiva dan palatum.
Flora normal dalam rongga mulut terdiri dari Streptococcus mutans/Streptococcus
viridans, Staphylococcus sp dan Lactobacillus sp. Meskipun sebagai flora normal dalam
keadaan tertentu bakteri-bakteri tersebut bisa berubah menjadi patogen karena adanya
faktor predisposisi yaitu kebersihan rongga mulut
Deposit atau lapisan yang menumpuk dan melekat pada permukaan gigi dapat
dikelompokkan menjadi : acquired pelicle (pelikel dapatan), materia alba, debris
makanan, plak gigi, stain, dan kalkulus.

3.1 Saran.
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan pembaca maupun kami dapat lebih
memahami mengenai rongga mulut. Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi
pembaca dan bermanfaat bagi banyak orang. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
ada kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
menjadikan makalah ini lebih baik kedepannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Putri, Megananda Hiranya. Dkk. 2009. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras Gigi

Dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kusuma, nila. 2015. Fisiologi dan patologi saliva. Padang : andalas university press.

16

Anda mungkin juga menyukai