PENDAHULUAN
Penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu penyakit yang banyak terjadi pada
masyarakat luas. Menurut WHO, kesehatan rongga mulut adalah keadaan bebas dari
nyeri wajah dan mulut, kanker oral dan tenggorokan, infeksi dan luka oral, penyakit
periodontal, karies gigi, kehilangan gigi dan penyakit-penyakit serta gangguan oral lain
yang membatasi kapasitas individu untuk menggigit, mengunyah, tersenyum, berbicara
dan kesejahteraan psikososial.
Faktor utama yang memicu terjadinya inflamasi pada gingiva adalah plak gigi pada
permukaan gigi dan gingiva. Upaya menghilangkan plak gigi berguna untuk menjaga
kesehatan gingiva dan mencegah penyakit periodontal. Menyikat gigi dua kali sehari dan
pembersihan interdental direkomendasikan sejak lama untuk menghilangkan plak gigi
secara mekanik. Berkumur dengan air juga dapat digunakan sebagai langkah tambahan
untuk menjaga kesehatan rongga mulut, tetapi bukan sebagai langkah kebersihan mulut
utama karena berkumur air hanya dapat mengencerkan saliva dan membersihkan sisa-
sisa makanan. Oleh karena itu, senyawa bersifat antibakteri dibutuhkan untuk membantu
mencegah dan mengurangi peradangan, dengan cara menurunkan konsentrasi bakteri di
dalam plak gigi dan menghambat pertumbuhan bakteri.
1.3 Tujuan.
1. Mengetahui keadaan rongga mulut dalam keadaan sehat dan sakit
2. Memahami arti dari saliva
3. Mengetahui bakteri apa saja yang termasuk ke dalam bakteri dalam rongga
mulut
4. Mengetahui deposit apa saja yang terdapat pada permukaan gigi
1
BAB II
PEMBAHASAN
Rongga mulut adalah bagian teratas dari saluran pencernaan. Bagian utama dari rongga
mulut adalah bibir, lidah, mukosa, gusi,tulang rahang, gigi geligi dan faring.
RONGGA MULUT DALAM KEADAAN SEHAT.
Menurut WHO, kesehatan rongga mulut adalah keadaan bebas dari nyeri wajah dan
mulut, kanker oral dan tenggorokan, infeksi dan luka oral, penyakit periodontal, karies gigi,
kehilangan gigi dan penyakit-penyakit serta gangguan oral lain yang membatasi kapasitas
individu untuk menggigit, mengunyah, tersenyum, berbicara dan kesejahteraan psikososial.
Kondisi rongga mulut yang sehat adalah kondisi normal rongga mulut yang tetap
terpelihara dengan baik, yaitu bebas dari penyakit periodontal, karies, sisa akar, serta
tambalan. Rongga mulut terbentang mulai dari permukaan dalam gigi sampai orofaring. Atap
mulut dibentuk oleh palatum durum dan mole. Bagian posterior palatum mole berakhir
dengan uvula. Ludah membentuk dasar mulut. Pada bagian posterior dari rongga mulut
terletak tonsil diantara kolumna anterioir dan posterior.
2
3. Kanker.
Seperti kanker pada umumnya, kanker mulut jarang menimbulkan gejala pada
stadium awal sehingga sulit terdeteksi. Gejala kanker mulut juga cenderung sulit
dikenali karena sering kali mirip dengan indikasi penyakit lain.
Kemungkinan penyebab : Lesi primer dari sífilis, Menular.
1. Kritoplakia. Tanda dan gejala : Bercak kemerahan pada rongga mukosa oral.
Kemungkinan penyebab : Inflamasi nonseptik.
4. Stomatitis (apthous – sakit sariawan). Tanda dan gejala : Ulkus dalam dengan
bagian tengah putih atau abu-abu dan batas kemerahan, Terlihat pada bagian
dalam bibir, pipi dan batas kemerahan, Terlihat pada bagian dalam bibir, pipi
dan lidahMulai dengan ensasi kebakar atau kesemutan danagak bengka, Nyeri
biasanya hilang setelah 7 – 10 hari dansembuh tanpa jaringan parut.
kemungkinan penyebab : Stres emosi atau mental, Kelelahan, Faktor
hormonal, Trauma minor , Dihubungkan dengan infeksi HIV, Dapat kambuh
5. Kritoplakia. Tanda dan gejala : Bercak kemerahan pada rongga mukosa oral.
Kemungkinan penyebab : Inflamasi nonseptik
3
Kalkulus saliva (sialolitiasis) Kalkuli didalam kelenjar saliva tidak
menyebabkan gejalakecuali infeksi, tetapi kalkulus yang menyumbat duktus
menyebabkan nyeri tiba-tiba, local dan sering nyeri kolik, yang tiba-tiba
hilang dengan membuang ludah
1. Gingivitis. Tanda dan gejala : Gusi nyeri, inflamasi dan bengkak, Biasanya
gusi berdarah setelah berespon terhadapkontak ringan. Kemungkinan
penyebab : Higiene oral buruk, Debris makanan, plak bakterial, dan
akumulasi kalkulus (tartar), Gusi mungkin bengkak dalam respon pubertas
dankehamilan.
2.2 SALIVA
A. Pengertian Saliva
Saliva adalah suatu cairan tidak berwarna yang memiliki konsistensi seperti lendir
dan merupakan hasil sekresi kelenjar yang membasahi gigi serta mukosa rongga mulut.
Saliva dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar saliva mayor serta sejumlah kelenjar saliva
minor yang tersebar di seluruh rongga mulut, kecuali pada gingiva dan palatum.
B. Fungsi Saliva
Berikut adalah fungsi-fungsi saliva, antara lain :
3) Membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan, sisa sel dan bakteri,
sehingga dapat mengurangi akumulasi plak gigi dan mencegah infeksi.
4
Dalam 24 jam, kelenjar-kelenjar saliva dapat mensekresi kira-kira 1 sampai 1,5
liter. Saliva disekresi karena adanya rangsangan, baik secara langsung oleh ujung-ujung
saraf yang ada di mukosa mulut maupun secara tidak langsung oleh rangsangan
mekanis, termis, kimiawi, psikis atau olfaktori. Rangsang mekanik merupakan rangsang
utama untuk meningkatkan sekresi saliva. Sel-sel plasma dalam kelenjar saliva
menghasilkan antibodi, terutama dari kelas Immunoglobulin A (IgA) yang
ditransportasikan ke dalam saliva. Selain antibodi, saliva juga mengandung beberapa
jenis enzim antimikrobial seperti lisozim, laktoferin dan peroksidase serta beberapa
komponen seperti growth factor, yang berguna untuk menjaga kesehatan dari jaringan
luka mulut dan dapat membantu proses pencernaan, khususnya karbohidrat.
2) Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar lingualis, bukalis, labialis, palatinal,
dan glossopalatinal. Kelenjar-kelenjar ini berada di bawah mukosa dari bibir, lidah,
pipi, serta palatum.
5
D. Mekanisme Sekresi Saliva
Saliva disekresi sekitar 1 sampai 1,5 liter setiap hari tergantung pada tingkat
perangsangan. Kecepatan aliran saliva bervariasi dari 0,1-4,0 ml/menit. Pada kecepatan
0,5 ml/menit sekitar 95% saliva disekresi oleh kelenjar parotis dan kelenjar
submandibularis, sisanya disekresi oleh kelenjar sublingual dan kelenjar saliva minor.
Sekresi saliva yang bersifat spontan dan kontinyu disebabkan oleh stimulasi konstan
saraf parasimpatis dan berfungsi menjaga agar mulut serta tenggorokan tetap basah
setiap waktu.
Selain stimulasi sekresi yang bersifat konstan, sekresi saliva dapat ditingkatkan
melalui dua jenis refleks saliva yang berbeda, yaitu :
6
Obat
Penggunaan atropin dan obat kolinergik seperti antidepresan trisiklik,
antipsikotik, benzodiazepin, atropin, β-blocker dan antihistamin dapat
menurunkan laju aliran saliva
Usia
Laju aliran saliva pada usia lebih tua mengalami penurunan, sedangkan pada
anak dan dewasa laju aliran saliva meningkat.
Efek psikis
Efek psikis seperti berbicara tentang makanan dan melihat makanan dapat
meningkatkan laju aliran saliva. Sebaliknya, berfikir makanan yang tidak
disukai dapat menurunkan sekresi saliva.
Jenis Kelamin
Laju aliran saliva pada pria lebih tinggi daripada wanita meskipun keduanya
mengalami penurunan setelah radioterapi. Perbedaan ini disebabkan oleh karena
ukuran kelenjar saliva pria lebih besar daripada kelenjar saliva wanita.
7
ukuran 1 - 2 mm, tidak berwarna/jernih, permukaam cembung, tepi rata, membentuk
hemolisa ( disekitar koloni terdapat zona hijau ), dibedakan dengan Streptococcus
pneumoniae dengan optochin dan kelarutannya dalam empedu, Streptococcus viridans
resisten terhadap optochin dan tidak larut dalam empedu sedangkan streptococcus
pneumoniae sensitif terhadap optochin dan larut dalam empedu.
Sifat fisiologi : bersifat anaerob fakultatif, tumbuh baik pada suasana CO 2 10 % dan suhu
370C, resisten terhadap optochin, sel tidak larut dalam empedu. Contoh spesies
Streptococcus yang lain adalah Streptococcus β hemolyticus dan Streptococcus
γhemolyticus.
Staphylococcus sp
Morfologi sel : bentuk coccus, susunan bergerombol, tidak berflagel, tidak berspora, tidak
berkapsul, Gram positif. Morfologi koloni pada media agar darah : bentuk koloni bulat,
ukuran 2 – 4 mm, membentuk pigmen kuning emas (Staphylococcus aureus ), pigmen
kuning jeruk dibentuk oleh Staphylococcus saprophyticus dan pigmen putih porselin
dihasilkan oleh Staphylococcus epidermidis , permukaan cembung, tepi rata dan hemolisa
bervareasi alfa, beta dan gama. Sifat fisiologi : bersifat aerob, tumbuh optimal pada suhu
370C dan pembentukan pigmen paling baik pada suhu 20 0C, memerlukan NaCl sampai 7,5
%, resisten terhadap pengeringan dan panas.
Lactobacillus sp
Morfologi sel : bentuk batang pendek, tidak berspora, tidak berflagel, tidak berkapsul,
Gram positif. Morfologi koloni pada media agar darah: bentuk koloni bulat kecil, warna
putih susu, cembung, tepi rata, permukaan mengkilap.
0
Sifat fisiologi : bersifat anaerob fakultatif, dengan suhu optimal 45 C, mereduksi
nitrat menjadi nitrit, mengfermentasi glukosa, laktosa dan sakarosa, tidak mempunyai
enzim katalase. Contoh spesiesnya adalah Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus lactis,
Lactobacillus casei.
Aquired pelicle merupakan lapisan tipis, licin, tidak berwarna, translusen, aseluler,
dan bebas bakteri. Jika diwarnai dengan larutan pewarna (disclosing solution) akan
terlihat sebagai suatu permukaan yang tipis dan pucat dibandingkan dengan plak yang
lebih kontras warnanya. Aquired pelicle ini dapat terbentuk setelah gigi erupsi dan
setelah kutikula email primer dan reduced email epithelium (membran nasmyth) hilang
karena abrasi atau pada permukaan gigi yang baru saja selesai disikat atau dibersihkan
sehingga gigi langsung berkontak dengan saliva dan flora mikroorganisme.
8
Ada beberapa pendapat tentang cara pengendapan glikoprotein saliva pada permukaan
gigi antara lain :
Adsorbsi protein saliva pada permukaan email terjadi karena adanya daya tarik
menarik antara calcium hidroxyapatit pada permukaan gigi dengan glikoprotein saliva
Pengendapan protein saliva karena adanya bakteri yang menghasilkan enzyme
Pengendapan protein saliva terjadi karena adanya daya tarik menarik antara email dan
porotein dan karena adanya bakteri yang menghasilkan hasil metabolismenya.
Peranan acquired pelicle ini belum diketahui dengan pasti, tetapi disepakati bahwa
lapisan ini merupakan tahap permulaan dari pembentukan plak gigi.
2. MATERIA ALBA
Materia alba adalah suatu deposit lunak, berwarna kuning atau putih keabu-abuan
yang melekat pada permukaan gigi, restorasi, kalkulus, dan gingiva. Materia alba dapat
menyebabkan iritasi lokal pada gingiva sehingga dapat merupakan penyebab umum
terjadinya gingivitis, efek iritasi oleh materia alba ini kemungkinan disebabkan oleh
bakteri serta produk produknya.
Dulu materia alba ini diduga terdiri atas debris makanan, akan tetapi sekarang
diketahui kalau materia alba ini terdiri atas massa organisme, sel-sel epitel yang
mengalami degenerasi, leukosit gabungan dari protein saliva, dan sisa makanan.
3. DEBRIS MAKANAN.
Kebanyakan food debris akan segera mengalami liquifikasi oleh enzyme bakteri dan
dibersihkan lima menit/ tiga puluh menit setelah makan, tetapi ada kemungkinan
sebagian masih tertinggal pada permukaan gigi dan mukosa membran. Aliran saliva, aksi
mekanis dari lidah, pipi dan bibir serta bentuk dan susunan gigi dan rahang akan
mempengaruhi kecepatan pembersihan sisa makanan, dimana pembersihan ini dipercepat
oleh proses pengunyahan dan viscositas ludah yang rendah. Walaupun food debris
mengandung bakteri , tetapi berbeda dari plaque dan materia alba, food debris ini lebih
mudah dibersihkan, food debris harus dibedakan dengan makanan yang tertekan keruang
interproksimal (food impaction).
Kecepatan pembersihan debris makanan dari rongga mulut bervariasi menurut jenis
makanan dan individunya. Bahan makanan yang cair lebih mudah dibersihkan dibanding
bahan makanan yang padat, makanan-makanan yang lengket dapat melekat pada
permukaan gigi sampai lebih dari satu jam, sedangkan makanan yang kasar akan
dibersihkan dengan segera, makanan yang dingin akan lebih cepat dibersihkan dibanding
dengan makanan yang panas.
9
4. PLAK GIGI.
Jenis Makanan yang keras dan lunak mempengaruhi pembentukan plak pada
permukaan gigi, Ternyata Plak banyak terbentuk apabila kita lebih banyak
mengkonsumsi makanan lunak , terutama makanan yang mengadung karbohidrat jenis
sukrosa, karena akan menghasilkan dextran dan levan yang memegang peranan penting
dalam pembentukan matriks daripada plak.
10
Potensi Patologis Plak terhadap Terjadinya Penyakit Jaringan Keras Gigi dan
Jaringan Lunak.
Plak yang melekat erat pada permukaan gigi dan gingiva mempunyai potensi yang
cukup besar terhadap terjadinya penyakit pada jaringan keras gigi maupun jaringan
pendukungnya, keadaan ini disebabkan oleh karena plak mengandung berbagai macam
bakteri dengan berbagai macam hasil metabolismenya . Penyakit yang ditimbulkan oleh
bakteri terhadap jaringan keras gigi maupun jaringan pendukungnya tergantung dari
umur dan ketebalan plak (yang akan mempengaruhi pH, komposisi organik dan
anorganik serta macam dan jumlah bakteri), jenis makanan dalam diet dan banyaknya
aliran saliva.
Plak memegang peranan penting dalam terjadinya penyakit gigi dan mulut, bakteri
yang terdapat dalam plak bertangung jawab dalam terjadinya kerusakan gigi , karena
bakteri-bakteri tersebut akan melakukan metabolisme terhadap sisa-sisa makanan yang
tertinggal.
Peranan bakteri Streptokokus dan laktobasilus yang terdapat dalam plak yang
melekat pada gigi akan memetabolisme sisa makanan yang bersifat kariogenik , terutama
yang berasal dari jenis karbohidrat sederhana, seperti sukrosa, glukosa, fruktosa, maltosa.
Gula ini mempunyai molekul yang kecil dan mempunyai berat yang rendah sehingga
mudah mersap dan dimetabolisme oleh bakteri , hasil metabolisme oleh bakteri tersebut
selain dapat menghasilkan asam juga menghasilkan polisakharida extra selluler dan
polisakharida intraselluler, alkohol dan CO2 .
Oleh karena itu apabila seseorang mengkonsumsi gula yang sering dan terus
menerus/ berulang-ulang maka pH akan tetap dibawah pH normal dan dalam waktu
tertentu dapat mengakibatkan terjadinya demineralisasi dari permukaan email yang
rentan, yaitu terjadinya pelarutan dari calcium dan phospat email yang menyebabkan
terjadinya kerusakan / dekstruksi email sehingga terjadi karies. Namun demikian tidak
selalu penurunan Ph plak akan selalu diikuti dengan terjadinya proses karies, karena pH
plak yang rendah lambat laun akan kembali kenormal , karena adanya hasil metabolisme
lain oleh dari makanan yang kita makan,
Faktor lokal yang sering disebut sebagai faktor etiologi dalam penyakit periodontal
antara lain adalah bakteri dalam plak, kalkulus, materia alba dan food debris. Diantara
faktor-faktor tersebut yang terpenting adalah plak gigi.
Semua faktor lokal tersebut diakibatkan karena kurangnya memelihara kebersihan
gigi dan mulut. Pentingnya peranan bakteri di dalam plak dalam penyakit periodontal,
terutama gingivitis telah dibuktikan dengan hasil berbagai percobaan. Patogenitas dari
bakteri tersebut di demonstrasikan dengan mengijeksikan subgingiva plak secara
11
subcutan pada binatang-binatang percobaan dan ternyata ini mengakibatkan terjadinya
abcess.
Secara klinis terbukti bahwa mulut yang berpenyakit periodontal selalu
memperlihatkan adanya penimbunan plak yang jauh lebih banyak dari mulut yang sehat.
Dengan penelitian kuantitatif ditunjukan bahwa jumlah plak dan kalkulus di dalam mulut
yang berpenyakit periodontal adalah kurang lebih 10 kali lebih banyak daripada di dalam
mulut yang sehat. Tetapi sebenarnya tidak terdapat perbedaan secara kwalitatif di dalam
oral flora pasien yang sehat dan pasien yang tidak sehat dan juga tidak terdapat
perbedaan yang besar daya patologis dari mikroorganisme tersebut secara individual.
Pengertian.
Pewarnaan pada gigi dan tambalan terjadi melalui 3 cara :
1) stain melekat langsung pada permukaan gigi melalui acquired pellicle,
2) Stainmengendap pada kalkulus dan deposit lunak
3) stain bersatu dengan struktur gigi dan bahan tambal.
Stain yang melekat langsung pada permukaan gigi dan stain yang mengendap pada
kalkulus dapat dihilangkan dengan cara diskaling dan dipoles. Gangguan yang
diakibatkan oleh stain terutama adalah masalah estetik. Endapan stain yang menebal
dapat membuat kasar permukaan gigi yang selnjutnya akan menyebabkan penumpukan
plak sehingga mengiritasi gusi didekatnya. Stain tertentu mengindikasikan dilakukannya
evaluasi kebersihan mulut dan perawatan yang berkaitan dengan kebersihan mulut.
Klasifikasi Stain
Klasifikasi Berdasarkan Lokasi
a) Stain Ekstrinsik.
Stain ekstrinsik terjadi pada permukaan luar gigi dan dapat dihilangkan
dengan prosedur menyikat gigi, skaling dan atau poles.
b) Stain Intrinsik
Stain intrinsik terjadi didalam substansi gigi dan tidak dapat
dihilangkandengan teknik skaling maupun poles.
Klasifikasi berdasarkan Sumber
a. Stain Eksogen
Stain eksogen berkembang atau berasal dari sumber-sumber diluar gigi. Stain
eksogen dapat berupa ekstrinsik dan berada pada permukaan luar gigi atau
intrinsik dan menyatu dengan struktur gigi.
b. Stain Endogen
Stain endogen berkembang atau berasal dari dalam gigi. Stain endogen
selalu bersfat intrinsic dan biasanya mewarnai dentin yang terefleksi pada
email.
12
6. KALKULUS.
Kalkulus merupakan suatu massa yang mengalami kalsifikasi yang terbentuk dan
melekat erat pada permukaan gigi, dan objek solid lainnya di dalam mulut, misalnya
restorasi dan gigi geligi tiruan. Kalkulus adalah plak terkalsifikasi. Tahap-tahap
pembentukannya dapat dipantau dengan mengamati vener plastic yang terpasang pada
gigi geligi atau geligi tiruan.
Jenis Kalkulus
Berdasarkan hubungannya terhadap gingival margin , kalkulus dikelompokan
menjadi :
Bila gingiva mengalami resesi maka subgingival kalkulus akan dapat dilihat
seperti supragingival kalkulus dan mungkin akan ditutupi oleh supra gingival
yang asli.
Persentasi organisme filementous gram positif dan gram negatif lebih tinggi
pada kalkulus daripada daerah lain pada rongga mulut. Mikroorganisme pada daerah
perifer yang predominat adalah bacillus gram negatif dan coccus. Kebanyakan
mikroorganisme yang ada didalam kalkulus ini mati.
13
Bibby dan Yarden , membedakan komposisi bakteri kalkulus sebagai berikut :
Menurut Bibby, kalkulus dibedakan atas bagian eksternal, tengah dan internal,
yaitu :
Pada supra gingival kalkulus
Predominant filament positiferi
Pilamen gram negatif dan coccus gram negative
Coccus gram positif dijumpai pada kalkulus bila telah ada proses supurasi.
Pada sub gingival kalkulus
Lapisan superficial lebih banyak filamen gram negative
Lapisan tengah dan dalam, predominat filamen gram positif
Perlekatan kalkulus
Adanya perbedaan cara perlekatan kalkulus ke permukaan akar akan
mempengaruhi mudah tidaknya kalkulus dilepaskan dari permukaan gigi. Substansi
Interselluler dan atau bakteri akan melekatkan kalkulus kepermukaan gigi dengan salah
satu atau lebih cara yang berikut ini :
dengan bantuan acquired pelicle
dengan adanya penetrasi kedalam sementum dan dentin
pada daerah sementum dan dentin yang resorpsi dan tidak diperbaiki yang
menjadi telanjang karena resesi
interlocking Kristal.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
Kondisi rongga mulut yang sehat adalah kondisi normal rongga mulut yang tetap
terpelihara dengan baik, yaitu bebas dari penyakit periodontal, karies, sisa akar, serta
tambalan. Rongga mulut terbentang mulai dari permukaan dalam gigi sampai orofaring.
Saliva adalah suatu cairan tidak berwarna yang memiliki konsistensi seperti lendir dan
merupakan hasil sekresi kelenjar yang membasahi gigi serta mukosa rongga mulut.
Saliva dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar saliva mayor serta sejumlah kelenjar saliva
minor yang tersebar di seluruh rongga mulut, kecuali pada gingiva dan palatum.
Flora normal dalam rongga mulut terdiri dari Streptococcus mutans/Streptococcus
viridans, Staphylococcus sp dan Lactobacillus sp. Meskipun sebagai flora normal dalam
keadaan tertentu bakteri-bakteri tersebut bisa berubah menjadi patogen karena adanya
faktor predisposisi yaitu kebersihan rongga mulut
Deposit atau lapisan yang menumpuk dan melekat pada permukaan gigi dapat
dikelompokkan menjadi : acquired pelicle (pelikel dapatan), materia alba, debris
makanan, plak gigi, stain, dan kalkulus.
3.1 Saran.
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan pembaca maupun kami dapat lebih
memahami mengenai rongga mulut. Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi
pembaca dan bermanfaat bagi banyak orang. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
ada kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
menjadikan makalah ini lebih baik kedepannya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Putri, Megananda Hiranya. Dkk. 2009. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras Gigi
Kusuma, nila. 2015. Fisiologi dan patologi saliva. Padang : andalas university press.
16