Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang.

Jaringan periodontal merupakan sistem fungsional jaringan yang mengelilingi gigi


dan melekatkan pada tulang rahang, dengan demikian dapat mendukung gigi sehingga
tidak terlepas dari soketnya.
Penyakit periodontal adalah penyakit yang mengenai jaringan pendukung
gigi, yaitu gingiva/gusi serta jaringan periodontal, yaitu jaringan yang
menghubungkan antara gigi dan tulang penyangga gigi yaitu tulang alveolar. Penyakit
periodontal merupakan salah satu penyakit yang sangat meluas dalam
kehidupan manusia, sehingga kebanyakan masyarakat menerima keadaan ini sebagai 
sesuatu yang tidak terhindari. Namun studi etiologi, pencegahan dan perawatan
penyakit periodontal menunjukkan bahwa penyakit ini dapat dicegah. Penyakit yang
paling sering mengenai jaringan periodontal adalah gingivitis dan periodontitis.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa pengertian dari penyakit jaringan penyangga gigi?


2. Apa saja termasuk dari etiologi penyakit jaringan penyangga gigi?
3. Bagaimana mekanisme kerusakan jaringan penyangga gigi?
4. Apa saja yang pencegahan penyakit periodontal?

1.3 Tujuan

1. Untuk memenuhi tugas preventif dentistry


2. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit jaringan penyangga gigi
3. Untuk mengetahui etiologi penyakit dari jaringan penyangga gigi
4. Untuk mengetahui mekanisme kerusakan jaringan penyangga gigi
5. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit periodontal.

1
BAB II
PEMBAHASAN

PENYAKIT JARINGAN PENYANGGA GIGI

2.1 PENGERTIAN

Jaringan periodontal merupakan sistem fungsional jaringan yang mengelilingi gigi


dan melekatkan pada tulang rahang, dengan demikian dapat mendukung gigi sehingga
tidak terlepas dari soketnya.
Penyakit periodontal adalah penyakit yang mengenai jaringan pendukung
gigi, yaitu gingiva/gusi serta jaringan periodontal, yaitu jaringan yang
menghubungkan antara gigi dan tulang penyangga gigi yaitu tulang alveolar. Penyakit
periodontal merupakan salah satu penyakit yang sangat meluas dalam
kehidupan manusia, sehingga kebanyakan masyarakat menerima keadaan ini sebagai 
sesuatu yang tidak terhindari. Namun studi etiologi, pencegahan dan perawatan
penyakit periodontal menunjukkan bahwa penyakit ini dapat dicegah. Penyakit yang
paling sering mengenai jaringan periodontal adalah gingivitis dan periodontitis.

2.2 ETIOLOGI

Faktor- faktor primer

Penyebab primer dari penyakit periodontal adalah iritasi bakteri. Meskipun


demikian, sejumlah kecil plak tidak mengganggu kesehatan gingival dan periodontal
dan beberapa pasien bahkan mempunyai jumlah plak yang cukup besar yang sudah
berlangsung lama tanpa mengalami periodontitis yang merusak walaupun mereka
mengalami gingivitis.
Ada beberapa faktor lain baik local maupun sistematis yang merupakan
predisposisi dari akumulasi plak atau perubahan respon gingival terhadap plak. Faktor-
faktor ini dianggap sebagai faktor etiologi sekunder.

Teori Plak

Hubungan antara kebersihan mulut dan penyakit gingival sudah ditemukan sejak
jaman purba. Bukti- bukti berasal dari penelitian klinis, penelitian epidemiologis,
percobaan klinis dan mikrobiologi, dan akhir- akhir ini, dari penelitian imunologi.
Bukti- bukti tersebut dapat diringkas sebagai berikut:

1. Jumlah bakteri yang ada pada leher gingival yang inflamasi atau poket periodontal
lebih besar dari pada leher gingival yang sehat.
2. Bila ada inflamasi gingival atau poket periodontal jumlah organisme didalam mulut
akan meningkat.

2
3. Injeksi bakteri mulut manusia pada babi dapat menimbulkan pembentukan abses,
kalau bakteri ini bersifat pathogen.
4. Penelitian epidemiologis terhadap berbagai kelompok populasi di berbagai belahan
dunia menunjukan hubungan langsung antara jumlah deposit bakteri yang diukur
melalui indeks kebersihan mulut dan keparahan inflamasi gingival.
5. Data epidemiologi menunjukan hubungan langsung antara status kebersihan mulut
dan derajat kerusakan periodontal seperti terlihat dari gambaran radiografi tentang
kerusakan tulang alveolar.
6. Produksi inflamasi gingival dalam percobaan, dengan cara penarikkan semua
bentuk pembersih mulut, Loe dkk (1965) menunjukkan bahwa bila 12 pelajar
berhenti mebersihkan gigi geliginya, sehingga plak leluasa berkumpul disekitar tepi
gingival, inflamasi gingival selalu timbul. Bila pembersihan gigi dilakukan kembali,
dan plak dihilangkan, inflamasi akan reda.

7. Percobaan diatas bila diulangi pada anjing Beagle juga memberikan hasil serupa.
Selain itu, pemberian diet yang lunak dan lengket pada hewan juga dapat
menimbulkan penyakit periodontal.
8. Penelitian epidemiologi menunjukkan pada control kebersihan mulut dapat
mengurangi terjadinya gingivitis.
9. Inflamasi gingival karena dihentikannya pembersihan mulut dapat dicegah dengan
menggunakan larutan kumur anti septic tertentu misalnya clorheksidin glukonat,
baik pada manusia maupun hewan percobaan.
10. Antibiotic sistemik maupun topical juga dapat mengurangi inflamasi gingival.
11. Iritasi mekanis seperti tepi tumpatan yang berlebihan atau tumpatan yang kasar,
tidak menimbulkan inflamasi gingival kecuali bila tumpatan tertutup plak bakteri.
12. Pada hewan bebas organism, kerusakan mekanis dan gingival akibat pemakaian
benang sutra antara gigi geligi kelihatannya tidak menimbulkan inflamasi gingival
atau kerusakan tulang alveolar. Bila bakeri ditambahkan maka kan terjadi inflamasi
gingival dan kerusakan tulang.
13. Kultur bakteri dari poket periodontal manusia dapat menghasilkan enzim yang
dapat mendegradasi jaringan ikat gingival.
14. Pada penyakit periodontal terlihat kenaikkan titer antibody terhadap plak bakteri.
Anti bodi ini dapat dideteksi pada darah dan cairan krevikular.
15. Limfosit dan sel plasma pembentuk imunoglobin yang terdapat pada jaringan ikat
gingival dan cairan gingival akan bertambah jumlahnya bila ada imflamasi gingival.

3
16. Pada penelitian in fitro, limsofit diaktifka oleh deposit plak dan terlihat hubungan
langsung antara keparahan penyakit periodontal dengan transformasi limfosit.
17. Bila individu dewasa muda yang sehat tidak membersihkan mulutnya selama 28
hari, akumulasi plak bakteri dan iflamasi gingival yang terbentuk akan berhubungan
dengan bertambahnya transformasi limfosit dan pengeluaran faktor penghambat
migrasi. Respons seluler ini akan kembali normal 28 hari setelah plak di bersihkan
(Lehner dkk, 1974).

Walaupun setiap bukti yang ada dapat dipertanyakan, agregat merupakan bukti
yang kuat yang menyokong tori plak. Kesimpulan lain yang dapat ditarik dari bukti-
bukti yang ada adalah bahwa diperlukan waktu yang singkat bagi produk bakteri untuk
membentuk inflamasi. Lang dkk (1973) menunjukan bahwa gigi geligi dibesihkan
dengan interfal 48 jam tidak akan terjadi gingivitis tetapi pembersihan di tunda sampai
72 jam, akan terbentuk inflamasi gingival.

Teori bakteri spesifik dan non spesifik dari etiologi penyakit periodontal

Tiga penyaki inflamasi periodontal : Periodontitis kronis, Juvenile periodontitis


dan Gingivitis ulseratif akut. Penyakit periodontal kronis mencakup kondisi dari
gingivitis sampai periodontitis tahap lanjut dengan berbagai tingkatan perkembangan
dan berbagai gambaran klinis. Kondisi ini dapat berkembang atau tidak berkembang,
dan bila berkembang akan mengalami periode perkembangan, ketidak aktifan dan
rekresi. Kontroversi tentang teori microbial spesifik dan non spesifik sebagai etiologi
penyakit inflamasi periodontal terus berlanjut sejak hampir 100 tahun yang lalu.

Teori spesifik
Menurut teori spesifik murni, bakteri pathogen spesifik tunggal merupakan
penyebab penyakit inflamasi periodontal, seperti pada kasus infeksi bakteri eksogen
pada manusia yang sangat terkenal, yaitu pneumonia pneumokokal, tifoid, tuberculosis
dan sifilis. Pada keadaan ini perawatan harus di arahkan untuk menghilangkan bakteri
pathogen spesifik dari dalam mulut dengan pemberian antibiotic spectrum sempit yang
tepat. Selanjutnya, control plak tidak perlu lagi di lakukan karena plak tanpa bakteri
pathogen spesifik akan menjadi non patogenik. Bakteri ini merupakan anggota dari
flora normal rongga mulut, terdapat dalam proporsi yang besar dari flora sub gingival
di daerah berpenyakit yang menunjukkan tanda progresi, juga dapat di temukan dalam
jumlah yang lebih kecil pada poket yang non progresif dan pada keadaan tidak ada
penyakit. Menurut criteria Socransky bahwa penyakit dapat di sembuhkan dengan
menghilangkan spesies yang di duga tanpa merubah kondisi plak. Perawatan spesifik
ini tidak efektif dan bahkan pendukung terkuat dari teori spesifik juga memperkenalkan
control plak non spesifik dengan di sertai scalling sub gingival dan antibiotic spectrum
luas misalnya tetrasiklin.

4
Teori non spesifik

Menurut teori non spesifik murni bakteri mulut berkolonisasi pada leher gingival
untuk membentuk plak pada keadaan tidak ada kebersihan mulut yang efektif. Teori
non spesifik murni tidak mempertimbangkan mengapa berbagai fariasi komposisi flora
sub gingival yang berdampak pada potensi patogenesisnya. Selain itu juga tidak
menjelaskan mengapa beberapa pasien atau daerah gigi tertentu terserang gingivitis
jangka panjang, sedangkan lainnya terserang periodontitis progresif secara cepat atau
lambat. Hal ini lebih banyak di sebabkan oleh perbedaan resistensi hospes local atau
sistemis bukan karena perubahan flora bakteri.
Oleh karena itu kelihatanya teori modern dari etiologi microbial dari penyakit
periodontal merupakan kompromi antara versi ekstrum dari teori spesifik dan non
spesifik.

Teori bakteri sebagai etiologi periodontitis kronis

Versi modern dari teori spesifik tidak lagi mengikuti ide bakteri pathogen
periodontal tunggal dan menyatakan bahwa penyakit periodontal dapat di sebabkan
oleh beberapa pathogen yang berbeda. Disini di nyatakan bahwa 6-12 spesies bakteri
dapat ikut menyebabkan terjadinya sebagian besar kasus periodontitis yang merusak
dan ada spesies tambahan lainnya yang menyebabkan sejumlah kecil kasus yang
berbeda. Sebaliknya penganut teori non spesifik menyetujui bahwa beberapa flora
bakteri lebih sering menyebabkan penyakit dari pada bakteri lain dan mempunyai faktor
virulensi yang penting.

Faktor sekunder.

Faktor-faktor sekunder dapat lokal atau sistemik. Beberapa faktor lokal pada
lingkungan gingiva merupakan predisposisi dari akumulasi deposit plak dan
menghalangi pembersihan plak. Faktor-faktor ini disebut sebagai faktor retensi plak.
Faktor sistemik dan hospes dapat memodifikasi respons gingiva terhadap iritasi lokal.

Faktor- faktor sekunder dapat local atau sistematik.

Faktor lokal yaitu:

a) Restorasi yang keliru.


Restorasi yang keliru mungkin merupakan faktor yang paling menguntungkan
bagi retensi plak. Tepi tumpatan yang berlebihan sangat sering ditemukan dan
berasal dari penggunaan matriks yang ceroboh dan kegagalan untuk memolws
bagian tepi. Pernah ada anggapan bahwa tepi tumpatan yang kasar didekat daerah
tepi gingival akan mengiritasi jaringan, namun anggapan ini belum terbukti.
Walaupun tidak ada akumulasi plak pada tepi restorasi, inflamasi tetap saja bisa
terjadi.

5
Restorasi pada kontur yang buruk, terutama yang konturnya yang terlalu besar
dan mahkota atau tumpatan yang terlalu cembung, dapat menghalangi aksi
penyikatan gigi yang efektif.

b) Kavitas karies
Kavitas karies terutama didekat tepi gingival, dapat merangsang terbentuknya
daerah timbunan plak. Sisa makanan adalah baji yang kuat dari makanan terhadap
gingival diantara gigi geligi. Bila gigi geligi saling bergerak saling menjauh dapat
terbentuk baji makanan, khusunya bila ada plunger cups.

c) Tumpukan sisa makanan.


Sisa makanan adalah baji yang kuat dari makanan terhadap gingiva diantara
gigi-geligi. Bila gigi-geligi bergerak saling menjauhi dapat terbentuk baji
makanan, khususnya bila ada plunger cusp.

d) Geligi tiruan sebagian lepasan yang desainnya tidak baik.


Geligi tiruan sebagian lepasan dengan desain yang buruk. Geligi tiruan adalah
benda asing yang dapat menimbulkan iritasi jaringan melalui berbagai cara. Geligi
yang longgara atau geligi tiruan yang tidak terpoles dengan baik cenderung
berfungsi sebagai focus timbunan plak. Geligi tiruan tissue borne sering kali
terbenam ke dalam mukosa dan menekan tepi gingival, menyebabkan inflamasi
dan kerusakan jaringan. Efek ini akan bertambah buruk bila geligi tiruan tidak
dibersihkan dengan baik dan tetap dipakai selama pasien tidur. Akibat lanjut dari
geligi tiruan sebagian dengan desain yang buruk adalah stress oklusal yang
berlebihan pada gigi penyangga, dan faktor ini bersama dengan inflamasi gingival
karena plak adalah penyebab paling umum dari tanggalnya suatu gigi.

e) Pesawat orthodonti
Pesawat orhodonti yang dipakai siang dan malam kecuali jika pasien telah
diajarkan cara membersihkan plak yang menumpuk pada pesawat karena sebagian
besar pasien orhdonti masih muda, inflamasi yang parah serta dengan
pembengkakan gingival.

f) Susunan gigi geligi yang tidak teratur.


Susunan gigi yang tidak beraturan yang berupakan predisposisi dai retensi
plak dan mempersulit upaya menghilangkan plak. Susunan gigi yang tidak teratur
sering kali disertai dengan inflamasi gingival dan merupakan kasus untuk
perawatan orthodonti, kecuali bila teknik pembersihan mulut pasien sangat baik.

g) Kurangnya seal bibir atau kebiasaan bernapas melaui mulut.


Kurangnya sel bibir . pengaruh postur bibir terhadap kesehatan gingival masih
dipertanyakan namun suatu fenomena klinis yang sering ditemukan adalah
gingivitis hyperplasia pada sekmen anterior, biasanya pada regio insisivus atas,

6
dimana sel bibir kurang sempurna. Walaupun kurangnya sel bibir sering
berhubungan dengan kebiasaan bernafas melalui mulut, seal bibir yang kurang
memadai juga dapat terjadi walaupun pasien bernapas melalui hidung. Bila bibir
terbuka gingival dibagian depan mulut tentunya tidak terlumasi saliva. Keadaan
ini kelihatannya mempunyai 2 efek :
1. Aksi pembersihan normal dari saliva berkurang sehingga timbunan plak
bertambah.
2. Dehidrasi dari jaringan yang akan mengganggu resistensinya.

h) Merojok tembakau.
Merokok tembakau walaupun stain tembakau dapat meperkasar permukaan
gigi. Efek yang paling jelas dari kebiasaan merokok adalah perubahan warna gigi
geliigi dan bertambahnya keratinisasi epithelium mulut disertai dengan produksi
bercak putih pada perokok berat di daerah pipi dan pelatum, yang kadang- kadang
dapat juga ditemukan pada jaringan periodontal.

i) Groove perkembangan pada enamel servikal atau permukaan akar.


Groove pada permukaan akar atau di daerah sevikal mahkota dapat
merangsang akumulasi bakteri dan tidak mungkin di bersihkan. Dan daerah ini
dapat menimbulkan daerah- daerah gingivitis lokal dan pembentukan poket, yang
paling sering terlihat di sebelah palatal insisivus atas. Fosa caninus pada
permukaan mesial gigi premolar pertama atas juga dapat berfungsi sebagai groove
perkembangan.

(Sumber : Buku Ajar Periodonti edisi 2 hal 44-53).

2.3 MEKANISME KERUSAKAN JARINGAN PENYANGGA GIGI

Bakteri adalah penyebab utama dari penyakit periodontal, namun jarang ditemukan
pada jaringan dalam keadaan periodontitis kronis kecuali selama pembentukan abses.
Hanya pada gingivitis ulseratif akut spirochaaeta ditemukan menyerang jaringan tetapi
masih batas normal dan hanya berpenetrasi supervisial. Epithelium krevikular yang
utuh tidak mudah tertembus oleh bakteri, tetapi dapat di tembus oleh antigen bakteri,
metabolit dan enzim.

Bakteri plak memproduksi beberapa faktor yang dapat menyerang jaringan baik
secara langsung maupun tidak langsung dengan cara merangsang reaksi imun dan
implamasi.

Efek langsung dari bakteri

Untuk dapat menimbulkan kerusakan bakteri harus :

1. Berkolonisasi pada leher gingival dengan menyerang pertahanan hospes.


2. Merusak barier krevikular epiteliar.

7
3. Memproduksi substansi yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan baik secara
langsung maupun tidak langsung, masing- masing mekanisme tersebut akan
dibicarakan secra terpisah:
a. Menyerang pertahanan hospes
b. Kerusakan pada daerah krevikuler epithelium
Faktor- faktor langsung yang toksik bagi epithelium di sekresi oleh
bacteroides gingivalis dan B. intermedius, species capnotcytophaga dan
actinobacillus actinomycetemcomitans ( slots dan genco, 1984 )
c. Enzim bakteri yang dapat merusak jaringan periodontal.
Bakteri yang berhubungan dengan penyakit periodontal dapat memproduksi
berbagai enzim proteolitik yang ikut berperan pada kerusakan jaringan yaitu
kolagenase dari spesie bacterioides, actinobacillus actinomycetemcomitans
dan spirocaeta ( Robenson, dkk, 1982), enzim seperti elastase dari spirocaeta
(uitt dkk, 1986), enzim seperti stripsin dari bacteroides gingivalis dan B.
forsytus, treponema denticola dan spirocaeta lainnya dan aminopeptidase dari
bacteroides dan species capnocytophage.

Metabolit bakteri dan faktor toksik

Ada berbagai metabolit bakteri dan produk toksik yang dapat merusak jaringan atau
merangsang terjadinya inflamasi. Faktor- faktor ini mencangkup ammonia, amintoksin,
indole, asam organic, hidrigen sulfide, metilmerkaptan, dan dimetil disulfide.

Dinding sel bakteri gram negatife mengandung lipopolisakarida (LPS, endotoksin)


yang dikeluarkan ketika bakteri mati. Asam lipoteichoic dan peptidoglikan yang ada
pada dinding sel bakteri gram potif juga merangsang resopsi tulang. Ekstrak dari
bakteri gram negative yang diisolasi dari poket periodontal dapat menyebabkan aktifasi
sel B poliklonal, yang ikut berperan pada patologi periodontal dengan cara merangsang
limfosit untuk membentuk antibody yang tidak berhubungan dengan agen pengaktif.

Antigen bakteri

Tiap spesies mengandung antigen yang dapat merangsang system imun dan
mendorong terjadinya berbagai reaksi imun dan reaksi hipersensitifitas yang dapat
mempengaruhi faktor perlindungan hospes dan kerusakan jaringan.

 Daerah infeksi periodontal


1. Plak supra gingival
2. Flora sub gingival yang terdiri dari :
a. Melekat pada akar
b. Bebas di dalam poket
c. Di dalam sementum
d. Pada atau di dalam dinding jaringan lunak poket.

 Serangan bakteri
8
Serangan bakteri pada jaringan pada kasus periodontitis hanya dapat di
temukan pada periodontitis kronis tahap lanjut dan juvenile periodontitis.
Serangan bakteri merupakan faktor yang berperan pada produksi episode akut dari
periodontitis kronis yaitu melalui produksi dari nekrosis lokal atau mikroabses.

Kelainan jaringan penyangga gigi atau periodontal merupakan reaksi


inflamasi. Sehingga, dinamakan gingivitis dan periodotitis. Kelainan periodontal di
kelompokkan menjadi

Kerusakan jaringan tidak langsung.

Imunitas.

aktivitas imunitas humoral akan menyebabkan akumulasi sel-sel plasma dan


produksi imunoglobulin, yanga akan mengaktifkan komplemen dan menimbulkan
inflamasi serta generasi prostaglandin.

Inflamasi.
Inflamasi menyebabkan akumulasi dari PMN, makrofag dan sel-sel mast yang
sangat penting dalam mekanisme perlindungan terhadap infeksi, meskipun
demikian, sel-sel ini juga mengandung enzim yang merusak di dalam lisosim,
dapat merusak jaringan bila enzim ini mengalir keluar.
Untuk mengetahui peranan enzim-enzim ini akan di bicarakan secara ringkas
yaitu :
- Degradasi kolagen.
Adalah proses multitahap. Masing-masing moleku kolagen terdiri dari
2 regio yang berbeda. Regio yang besar (96% deret molekul) adalah regio
berbentuk helikal tripel yang resisten terhadap serangan sebagian besar
proteinase kecuali kolagenasi. Regio terminal yang lebih kecil terdiri dari
peptida yang disebut peptida terminal, yang mengandung daerah hubungan
silang intra dan inter molekuler.
- Degradasi proteoglikan.
Proteoglikan utama dari gingiva dan ligamen periodontal adalah asam
hialuronik,heparinsulfat, dermatan sulfat, dan kondroitin sulfat 4. Pada tulang
sementum proteoglikan utama adalah kondroitin sulfat 4 dengan sejumlah
kecil kondroitin sulfat 6, dermatan sulfat, dan keratan sulfat.

(Sumber : Buku Ajar Periodonti edisi 2 hal 55-64).

2.4 PENCEGAHAN PENYAKIT PERIODONTAL

Upaya pengontrolan plak harus di lakukan oleh pasien. Tanggung jawab personel
kesehatan gigi adalah:

1. Memberikan informasi tentang kesehatan gigi


2. Memberikan informasi dan pengarahan tentang teknik-tekni pengontrolan plak

9
3. Berupaya merubah evaluasi kesehatan gigi individual: dalam skala luas untuk
memotivasi pasien.

 Menyajikan informasi.
Menyajikan informasi yang di perlukan oleh pasien membutuhkan waktu lama
dan melibatkan upaya memahami keterbatasan daya penerimaan pasien juga
membutuhkan kemampuaan untuk mengekspresikan dalam bahasa yang
sederhana.
Informasi harus disajikan dengan memperlihatkan keadaan mulut pasien itu
sendiri yang belum dirawat. Berikan pasien cermin sehingga pasien dapat
melihatnya, tunjukan plak dan kalkulus pada pasien dan jelakan hubungannya
dengan penyakit. Pada waktu yang sama dapat ditunjukkan bahwa penyebab
utama penyakit adalah plak bakteri, yang hampir-hampir tidak terlihat namun
dapat dilihat dengan jelas dengan menggunakan bahan disklosing.
Kemudian berikan kepada pasien sikat gigi dan beritahukan untuk
menghilangkan semua plak yang telah diberi warna tersebut. Jangan berusaha
menginstruksikan kepada pasien teknik penyikatan gigi tertentu. Kendala tindakan
ini langsung dapat dilihat oleh pasien sendiri sehingga ia lebih dapat menerima
nasehat dan instruksi.
Dalam memulai perawatan sangat penting untuk menghindari pemberian
informasi yang berlebihan kepada pasien tentang sikat gigi dan alat bantu
pembersih gigi yang lain,dan jangan mengajarkan cara penyikatan yang terlalu
sulit atau memakan waktu lama.

 Metode mekanis untuk membersihkan plak


Teknik menyikat gigi :
1. Teknik penyikatan harus dapat membersihkan semua permukaan gigi
2. Gerakan sikat gigi tidak boleh melukai jaringan lunak maupun jaringan keras.
3. Teknik penyikatan harus sederhana dan mudah di pelajari
4. Metode harus tersusun dengan baik sehingga setiap bagian gigi geligi dapat di
sikat bergantian pada daerah dan tidak ada daerah yang terlewatkan.

Pembersihan interdental.

Daerah interdental adalah daerah retensi plak yang paling sering ditemukan
dan paling sulit dijangkau oleh sikat gigi, sehingga seringkali perlu digunakan
metode pembersihan khusus. Untuk ini dapat digunakan floss, plester, tusuk gigi,
sikat interdental, dan semacam sikat botol dalam ukuran kecil

Persyaratan sikat gigi yang ideal.

- Kepala sikat gigi harus cukup kecil untuk dapat dimanipulasi dengan efektif
didaerah manapun didalam rongga mulut, tetapi tidak boleh terlalu kecil
sehingga harus digunakan dengan sangat hati0hati untuk dapat menyikat
seluruh permukaan gigi-geligi

10
- Bulu-bulu sikat harus mempunyai panjang sama sehingga dapat berfungsi
bergantian. Bulu sikat yang pendek tidak dapat mencapai daerah interdental
juga terlalu kaku dapat melukai jaringan.
- Tekstur harus memungkinkan sikat gigi digunakan dengan efektif tanpa
merusak jaringan lunak maupun jaringan keras. Kekakuan tergantung pada
diameter dan panjang filamen dan elstisitasnya. Sikat yang lunak tidak dapat
membersihkan plak dengan efektif, kekakuan medium adalah yang biasa
dianjurkan.
- Sikat harus mudah dibersihkan
- Pegangan sikat gigi harus enak dipegang dan stabil.

Sikat interproksimal.

Merupakan alat yeng penting untuk membersihkan daerah antara gigi molar
dan daerah furkasi, khususnya setelah operasi.

Floss gigi .

Floss yang dilapisi malam atau tanpa pelapis malam, dapat digunakan dengan
sangat efektif untuk membersihkan plak interproksimal. Agar efektif floss harus
digerakkan mengelilingi kurvatur gigi sehingga berkontak rapat dengan
permukaan gigi.

Tusuk gigi.

Tusuk gigi digunakan tidak hanya untuk membuat gingiva terkeratinisasi


tetapi juga untuk membersihkan pertautan dento gingival interdental.

Sikat interdental.

Adalah sikat dengan deretan bulu tunggal yang dibuat khusus untuk
membersihkan daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh sikat gigi biasa.

Sikat gigi otomatik

Sikat gigi otomatik dewasa ini sering digunakan sebagai salah satu peralatan
rumah tangga. Sikat gigi otomatik terutama sangat bermanfaat untuk penderita
cacat bahkan sikat ini merupakan satu-satunya alat pembersih mulut yang dapat
digunakan dsama efektifnya baik oleh pasien mapun oleh perawat.

Alat irigasi

Dapat digunakan sebagai tambahan sikat gigi, terutama bila pasien


memakai restorasi jembatan cekat meskipun demikian, perlu dijelaskan kepada
pasien bahwa irigasi dapat membersihkan sisa makanan tetapi tetap tidak dapat
membersihkan plak.

Frekuensi penyikatan gigi.

11
Secara teoritis gigi geligi cukup dibersihkan sekali sehari untk mencegah
agar plak tidak menempel pada daerah yang dapat merangsang timbulnya
inflamasi gingiva.sudah menjadi aturan bahwa gigi geligi harus dibersihkan
disetiap pagi dan malam hari dan tentunya diperlukan kebiasaan membersihkan
mulut yang teratur.

Pasta gigi

Pasta gigi mengandung bahan abrasif ringan seperti kalsium karbonat dan
dikalsium fosfat. Deterjen dan aksi abrasif dari pasta gigi memang dapat
membantu menghilangkan stain, dengan hal ini bubuk pembersih gigi ternyata
labih efektif daripada pasra gigi walaupun dapat menyebabkan abrasi gigi. Pasta
gigi yang mengandung fluorida sudah terbukti dapat meningkatkan absorpsi ion
fluor pada permukaan gigi, yang akan menghambat kolonisasi bakteri dari
permukaan gigi.

 Kontrol kimia dari deposisi plak


1. Menekan flora mulut
2. Menghambat kolonisasi bakteri pada permukaan gigi
3. Menghalangi faktor misalnya menghalangi misalnya pengikatan karbohidrat
seperti dekstran
4. Melarutkan plak yang sudah terbentuk
5. Pencegahan mineralisasi plak

 Diet
Makanan yang berserat dan keras terlihat bahwa makanan seperti apel, wortel,
seledri dll tidak mempunyai pengaruh terhadap deposit plak pada daerah leher
gingival yang terlindung, di region interdental. Sebaliknya, makanan yang berserat
dan berserat tidak merangsang deposisi plak dan karena itu bermanfaat sebagai
pengganti dari makanan yang lunak dan lengket yang dapat merangsang deposit
plak mengkonsumsi makanan manis dan melekat seharusnya di kurangi.

 Motivasi pasien.
Dalam memberikan penjelasan tentang kendala yang ada, ada beberapa aturan
yang perlu diikuti :
1. Jangan menganggap bahwa pasien sudah mempunyai cukup pengetahuan
tentang hal tersebut, asumsikan bahwa pasien hanya sedikit mengetahui
tentang masalah mulut dan informasi yang dipunyainya adalah kumpulan
dari gosip, mitos dan pseudo-sientifik.
2. Berikan informasi dalam bahasa sehari-hari yang sederhana dan dihindari
jargon, yang tentunya tidak dimengerti sebagian besar pasien
3. Jangan memberikan terlalu banyak informasi sekaligus dan ulangi apapun
yang sudah pernah anda berikan.

(Sumber : Buku Ajar Periodonti edisi 2 hal 105-119).

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpualan

Jaringan periodontal merupakan sistem fungsional jaringan yang mengelilingi


gigi dan melekatkan pada tulang rahang, dengan demikian dapat mendukung gigi
sehingga tidak terlepas dari soketnya. penyakit periodontal merupakan penyakit
yang dapat dicegah yang paling utama dengan seallu menjaga kebersihan gigi dan
mulut, salah satunya dengan cara menyikat gigi secara menyeluruh hingga ke
permukaan interdental dan dilakukan secara rutin.

3.2 Saran
Disarankan kepada para pembaca untuk selalu menjaga kebersihan gigi dan
mulut untuk mencegah terjadinya penyakit periodontal.

13
DAFTAR PUSTAKA

- Manson dan Eley, 2002, buku ajar periodonti, jakarta, EGC.

14

Anda mungkin juga menyukai