Anda di halaman 1dari 4

Mucus Extravasation Phenomenon (MEP) / Mucocele

Etiologi: Trauma yang parah pada kelenjar saliva duktus extretoris yang menyebabkan keluarnya
cairan / mukus ke jaringan disekitarnya

Gambaran Klinis: terdapat pembesaraan mucosa berbentuk kubah dengan ukuran berkisar antara 1
atau 2 cm sebagai ciri khas dari MEP, Penampakan pembesaran mukosa yang translusen berwarna
kebiruan, Lesi biasanya berfluktuasi (Kenyal) tetapi beberapa MEP pada palpasi terasa firm (Keras),
bibir bawah adalah tempat yang paling sering terjadinya MEP, juga terjadi pada mukosa buccal,
permukaan anterior-ventral pada lidah (Lokasi terdapatnya Kelenjar Blandin-Nuhn).

MEP juga dapat terjadi pada daerah palatum mole dan retromolare, MEP pada daerah ini merupakan
MEP yang superfisial. MEP superfisial berpenampilan klinis seperti vesikel dengan ukuran diameter 1
mm sampai 4 mm, dapat tunggal atau multipel. Lesi ini sering pecah meninggalkan ulkus dangkal dan
sakit yang akan sembuh dalam beberapa hari.

Treatment: Eksisi, untuk MEP superfisial tidak perlu dilakukan perawatan karena akan hancur dengan
sendirinya dan berumur pendek.

Ranula

Ranula adalah suatu bentuk dari mucocele yang mengenai/menyerang dasar dari rongga mulut, pada
ranula mucin keluar melalui Kelenjar Saliva Minor (Glandula Sublingual dan tak jarang melalui
duktus submandibular

Gambaran Klinis: Tampak kebiruan, berbentuk seperti kubah, bernanah secara fluktuatif pada dasar
rongga mulut dan biasanya berada pada lateral dari midline

Treatment: Dilakukan pengangkatan pada glandula sublingual dengan teknik Marsupialization

Salivary Ductus Cyst / Mucus Retention Cyst (Sialocyst)

Etiologi: Terjadi karena adanya obstruksi aliran saliva oleh batu saliva (sialolith), sialolith terbentuk
karena akumulasi garam kalsium (campuran calcium carbonate dan calciu phosphate)

Gambaran Klinis: Gambaran Klinis menyerupai MEP yaitu pembesaran lunak berwarna kebiruan
berfluktuasi, tergantung kedalaman kista, beberapa kista pada palpasi teraba kenyal yang terlihat
sebagai pembesaran yang lambat dan asimptomatik
SDC biasa terjadi pada orang dewasa, dapat melibatkan kelenjar ludah minor maupun mayor, yang
paling sering adalah gld. Parotis. Intra oral kista dapat terjadi pada gld minor, lebih sering terjadi pada
dasar mulut, mukosa bukal dan bibir.

Treatment: Dilakukan pengangkatan Kista pada kelenjar saliva yang terkena SDC melalui insisi pada
duktus dan dilakukan pemijatan hingga batu saliva (sialolith) keluar melalui orifice pada duktus.

Adenomatoid Hyperplasia

Pembesaran Non-neoplastic kelenjar saliva minor pada palatum yang belum diketahui penyebabnya
dan pada penelitian saat ini menunjukan bahwa trauma berperan dalam proses terjadinya
Adenomatoid Hyperplasia.

Gambaran Klinis: Terlihat adana pembengkakan unilateral pada palatum durum / palatum mole,
asimtomatik, yang juga terdapat cairan mukosa disekitarnya.

Treatment: Tidak diperlukan tindakan karena tidak ada potensi neoplastic

Mumps

Etiologi: Disebabkan oleh paramyxovirus, yang disebabkan kontak langsung dengan cairan saliva

Gambaran Klinis: Biasanya mumps terjadi pada anak-anak usia antara 4 dan 6 tahun, Masa inkubasi
antara 2 sampai 3 minggu; kemudian diikuti dengan inflamasi dan pembengkakan glandula, rasa sakit
pada preauricular, demam, malaise, sakit kepala dan myalgia. Sebagian besar menyerang glandula
parotis, tapi 10% kasus melibatkan gld. submandibular saja. Pembengkakan glandula terjadi tiba-tiba
dan terasa sakit pada palpasi, kulit yang menutupi glandula edematous. Duktus glandula inflamasi
tanpa cairan purulen. Jika terjadi obstruksi duktus parsial maka akan terasa sakit pada waktu makan.
Jarak antara pembengkakan glandula pada satu sisi dengan sisi yang lain berkisar antara 24 sampai 48
jam. Pembengkakan bilateral terjadi sampai 7 hari.

Treatment: Dilakukan pemberian analgesic dan pemberian corticosteroid bila terjadi kasus yang
parah, serta pasien diarahkan untuk beristirahat.

Cytomegalovirus Sialadenisis

Etilogi: Human CMV merupakan beta herpesvirus yang hanya menginfeksi manusia. CMV dapat
tetap laten setelah paparan pertama dan infeksi. Reaktivasi dapat terjadi, pada orang sehat tidak
menimbulkan gejala, tetapi pada orang dengan kondisi immuno compromised dapat membahayakan
jiwa.
Transmisi melalui muntahan, urine, sekresi respiratory, dan ASI serta trans plasental yang
menyebabkan infeksi kongenital dan malformasi. Pada bayi dan anakanak dapat berakibat fatal.
Gambaran klinis: CMV mononukleosis biasanya terjadi pada dewasa muda disertai demam akut
dengan pembesaran glandula. Diagnosis ditetapkan berdasar pada kenaikan titer antibodi terhadap
CMV, prognosis pada orang dewasa sehat adalah baik. Infeksi pada anak-anak dapat berakibat fatal,
jika anak tersebut dapat bertahan hidup maka dapat terjadi kerusakan syaraf yang permanen yang
menyebabkan keterbelakangan mental dan seizure disorders.
Infeksi pada orang dewasa dapat terjadi karena reaktivasi virus laten atau karena infeksi primer.
Sistem immun yang kurang baik memberi kesempatan pada virus untuk replikasi dan menyebabkan
infeksi. Pasien yang menggunakan obat imunosupressive dan pasien dengan kelainan hematologik
atau infeksi HIV akan peka terhadap infeksi CMV yang berat.

Bacterial Sialadenisis (Parotitis)

Etiologi: Infeksi Bakteri pada kelenjar saliva yang disebabkan oleh pertumbuhan yang berlebihan
pada mikroba yang berkaitan dengan berkurangnya cairan saliva contohnya karena dehidrasi, keadaan
post-operasi, dan debilitiasi. Organisme yang menyebabkan sialadenitis adalah Stapylococcus aureus,
Streptococcus viridans, Streptococcus pneumoniae

Gambaran Klinis: Terjadi pembengkakan wajah unilateral dan bilateral, disertai erithematous
(kemerahan) pada daerah yang terkena, demam ringan, malaise, dan sakit kepala

Treatment: Pemberian antibiotik penicilinase-resistant yang juga bersamaan dengan rehidrasi atau
pengambalian cairan saliva seperti semua yaitu dengan kompres air hangat, pemberian analgesik dan
pasien diarahkan untuk beristirahat.

Allergic sialadenitis
Pembesaran glandula saliva berhubungan dengan paparan bermacam-macam agen pharmaceutical
dan alergen. Karakteristik gambaran reaksi alergik adalah pembesaran glandula akut kadang disertai
rasa gatal pada glandula. Alergik sialadenitis akan sembuh sendiri. Pasien dijauhkan dari alergen
keseimbangan cairan dijaga dan monitoring adanya infeksi sekunder.

Sarcoidosis

Sarcoidosis merupakan suatu kondisi khronis dimana T limfosit, mononuclear phagocytes dan
granuloma menyebabkan destruksi jaringan yang terlibat. Penyebab penyakit tidak jelas. Primer
terjadi pada usia dekade ketiga atau keempat. Lebih banyak pada wanita dibanding pria.

Etiologi: Belum diketahui

Gejala Klinis:
- Demam, dan sesak nafas

- Batuk, sakit kepala

- Mulut kering

- Facial Palsy (Kelumpuhan Otot-Otot Wajah)

- Luka dan ruam di kulit

- Pembesaran Kelenjar Limfatik dan Kelenjar Saliva

- Pembesaran Hati & Limfe

- Malaise dan Penurunan Berat badan

Treatment: Pemberian kortikosteroid atau chloroquine atau kombinasi keduanya tergantung respon
pada pasien

Sjorgen Syndrome

Etiologi: Penyebab spesifik dari kasus ini belum diketahui dan merupakan proses
multifaktorial dan juga akibat penyakit sistemik autoimun serta penghancuran parenkim
saliva yang dimediasi oleh limfosit

Gambaran Klinis: Terdapat 2 tipe sjorgen syndrome, yaitu Primary Sjorgen Syndrome dan
Secondary Sjorgen Syndrome, pada Primary Sjorgen Syndrome tampak kondisi penderita
yang mengalami kekeringan pada mulut dan mata sedangkan Secondary sama seperti Primary
tetapi dengan tambahan penyakit kolagen vaskular (Rheumatoid arthritis, lupus
erythematosus, scleroderma)

Treatment: Penalaksanaan Lintas Bidang (Dokter Gigi, Ophtalmologist, Rheumatologist, dll)


Pada kedokteran gigi, treatment lebih bersifat preventif yaitu dengan pencegahan xerostomia
(faktor pencetusnya) dengan menjaga keseimbangan cairan pada rongga mulut, terapi
pemberian topical fluoride, dan solusi remineralisasi untuk mencegah fluorisis dan menjaga
kondisi jaringan rongga mulut.

Anda mungkin juga menyukai