Anda di halaman 1dari 11

Cakradonya Dent J 2023; 15(1): 70-80

Pembesaran Kelenjar Parotis Yang Tidak Spesifik


(Laporan Kasus)

Unspecified Parotid Gland Swelling


(Case Report)

Sarah Mersil, Nabila Dhia

Departemen Ilmu Penyakit Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Prof. Dr. Moestopo
(Beragama)
Correspondence email to: sarah.m@dsn.moestopo.ac.id

ABSTRAK
Pembesaran kelenjar parotis dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti hipertrofi masseter,
sialadenosis, penyakit autoimun, penyakit bawaan, infeksi bakteri/virus, penyakit granulomatosa,
penyakit neoplastik, trauma langsung, penggunaan obat-obatan. Seorang pasien perempuan berusia 48
tahun datang ke klinik RSGM Moestopo dengan keluhan bengkak pada pipi kiri dan kanan sejak 1
bulan yang lalu. Riwayat terdapat gejala demam ringan sebelum terjadi pembengkakan dan bengkak
hilang timbul. Pasien sudah menopause dan memiliki riwayat penyakit DM sejak 1 tahun yang lalu
dan rutin minum obat glimepiride dan neurodex. Pemeriksaan ekstraoral terdapat pembengkakan
dengan batas difus pada kelenjar parotis disebelah depan bawah telinga kanan dan kiri, tampak cuping
telinga kanan dan kiri terangkat. Pada awal kunjungan pembengkakan kelenjar parotis dicurigai
mengarah Mumps dengan salah satu diagnosis banding adalah Sjörgen’s syndrome. Setelah dilakukan
observasi, terdapat keluhan mata dan mulut kering yang dicurigai mengarah Sjörgen’s syndrome dan
dirujuk ke dokter spesialis alergi immunologi serta diberikan terapi simptomatik dan terapi suportif.
Pada kasus ini dokter gigi berperan untuk mengobati keluhan mulut kering dengan pemberian mouth
lubricant serta perlu adanya kerjasama dengan dokter spesialis untuk mendapatkan diagnosis definitf.
Kata kunci: Kelenjar Parotis, Mumps, Diabetes Melitus, Menopause, Sjörgen’s Syndrome

ABSTRACT
Parotid gland enlargement can be caused by several factors such as masseter hypertrophy,
sialadenosis, autoimmune diseases, congenital diseases, bacterial/viral infections, granulomatous
diseases, neoplastic diseases, direct trauma, and drug use. A 48-year-old woman came to the RSGM
FKG UPDM (B) with a chief complaint of swelling on the left and right cheeks since 1 month ago.
There were symptoms of mild fever before swelling and loss of swelling. She has been menopausal
and has a history of DM since 1 year ago and routinely take glimepiride and neurodex drugs. Extraoral
examination, there was swollen with a diffuse limit on the parotid gland next to the lower right and left
ear, the right and left ear lobes were raised. At the initial visit, parotid gland swelling is suspected of
causing mumps with a differential diagnosis of sjörgen's syndrome. After observation, there were
complaints of dry eyes and mouth that were suspected of leading to sjörgen's syndrome and were
referred to immunology allergists and given mouth lubricant therapy. In this case the dentist has the
role to treat dry mouth complaints by giving mouth lubricant and need for cooperation with other
disciplines to get a definitive diagnosis.
Keywords: Parotid Gland, Mumps, Diabetes Mellitus, Menopause, Sjörgen’s Syndrome

70 Cakradonya Dental Journal p-ISSN: 2085-546X; e-ISSN: 2622-4720.


Available at http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/CDJ
Cakradonya Dent J 2023; 15(1): 70-80

PENDAHULUAN penyakit yang diinduksi (pneumoparotid,


Saliva merupakan cairan sekresi anestesi atau sialadenitis yodium radioaktif),
eksokrin di dalam mulut yang diproduksi oleh penyakit neoplastik (tumor Warthin), trauma
kelenjar saliva mayor, yaitu kelenjar parotis, langsung dan sialolithiasis3. Terdapat banyak
submandibular dan sublingual, serta kelenjar kemungkinan penyebab dari penyakit atau
saliva minor yang tersebar di epitelium oral gangguan kelenjar saliva, terutama penyebab
serti pada mukosa bibir, lidah, rongga mulut, pembengkakan kelenjar parotis, sehingga perlu
dan faring. Kelenjar parotis merupakan pemeriksaan yang teliti untuk mendapatkan
kelenjar terbesar, letak kelenjar ini adalah di diagnosis yang tepat4.
ruang antara batas posterior ramus mandibular Pada kasus ini, pembesaran kelenjar
dan prosesus mastoideus tulang temporal. parotis yang terjadi berkaitan dengan gejala
Duktus Stensen merupakan duktus mayor dari yang ditemukan menyerupai infeksi virus
kelenjar parotis dan mempunyai diameter kira- mumps, sjörgen’s syndrome, diabetes melitus,
kira 1-3 mm dan panjang 6 cm, yang bermuara efek konsumsi obat glimepiride.
ke dalam vestibulum rongga mulut berhadapan
dengan gigi molar kedua atas. Kelenjar ini TINJAUAN PUSTAKA
menghasilkan suatu sekret yang kaya air (sel Mumps
serous) dan bersifat basofilik. Kelenjar Mumps atau epidemic parotitis
mandibularis merupakan kelenjar saliva merupakan penyakit yang sering terjadi pada
terbesar kedua yang terletak di segitiga kelenjar saliva oleh karena infeksi virus5.
mandibula yang terdiri dari bagian anterior dan Penyakit ini bersifat self-limiting yang
posterior M. Digastricus dan tepi inferior menimbulkan pembengkakan dan rasa sakit
mandibula. Duktus Wharton ialah duktus pada kelenjar parotis, kelenjar submandibula
utama untuk kelenjar submandibula. Sekresi dan kadang-kadang kelenjar saliva lainnya.
kelenjar ini bersifat campuran atau Pada kelenjar parotis dapat menimbulkan
seromucous yang terdiri dari 10% sel mucous pembengkakan baik unilateral atau bilateral5,6.
dan 90% sel serous. Kelenjar sublingual Penyebab mumps adalah virus jenis
merupakan kelenjar terkecil yang terletak di Ribonucleic Acid (RNA) Paramyxovirus yang
dalam dasar mulut diantara mandibula dan M. menular melului kontak langsung dengan
Genioglossus. Kelenjar sublingual tidak saliva dan airborne droplet. Virus ini paling
memiliki kapsul fasial yang jelas dan duktus sering menimbulkan infeksi pada kelenjar
yang dominan, namun terdapat beberapa saliva7.
duktus kecil yang disebut duktus Rivinus. Mumps dapat terjadi pada semua usia
Kadang-kadang duktus ini menyatu lalu namun biasanya mumps terjadi pada anak usia
membentuk duktus utama, yaitu duktus 5-15 tahun dan jarang terjadi pada dewasa.
Bhartolin. kelenjar sublingual menghasilkan Masa inkubasi penyakit ini 14-21 hari dan
sekret yang mukous dan konsistensinya virus ini sangat infeksius dua sampai lima hari
kental1,2 sebelum timbulnya parotitis6,8:
Kelenjar saliva tidak terlepas dari Gambaran klinis dari mumps yaitu,
penyakit atau kelainan yang mengenai kelenjar terdapat pembengkakan pada kelenjar saliva
saliva. Salah satunya adalah pembesaran disertai rasa sakit (parotitis), pembengkakan
kelenjar parotis yang dapat disbebakan oleh kelenjar parotis umumnya bilateral namun
banyak faktor, seperti hipertrofi maseter pada awal terjadi mumps pembengkakan yang
karena clenching, bruxism atau mengunyah terjadi unilateral. Pada sekitar 10% kasus,
permen karet secara konstan atau terus terjadi pembengkakan pada kelenjar
menerus, sialadenosis (alkoholisme, gangguan submandibula. Umumnya pembengkakan
endokrin, gangguan makan); infeksi bakteri terjadi sekitar 7 hari dan secara bertahap akan
atau virus (parotitis supuratif akut, parotitis mereda. Selain pembengkakan kelenjar saliva,
epidemi, HIV), penyakit autoimun (sjörgen’s penderita juga mengalami demam, lesu, sakit
syndrome), penyakit granulomatosa seperti kepala, terkadang terjadi trismus9.
Wegener granulomatosis atau sarkoidosis, Komplikasi yang dapat terjadi pada
penyakit bawaan (penyakit parotis polikistik), penyakit mumps adalah meningitis ringan dan
ensephalitis, tuli, miocarditis, thyroiditis,

71 Cakradonya Dental Journal p-ISSN: 2085-546X; e-ISSN: 2622-4720.


Available at http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/CDJ
Cakradonya Dent J 2023; 15(1): 70-80

pancreatitis, oophoritis jarang terjadi. Pada adalah DM tipe 2 dengan karakterisitik


laki-laki dapat terjadi epydidimitis dan gangguan sensitivitas insulin dan/atau
orchitis yang mengakibatkan atrofi testis dan gangguan sekresi insulin. DM tipe 2 secara
infertilitas jika penyakit ini terjadi pada masa klinis muncul ketika tubuh tidak mampu lagi
remaja atau dewasa. Komplikasi lainnya dapat memproduksi cukup insulin untuk
melibatkan komplikasi hati dan ginjal7,10. mengkompensasi peningkatan insulin resisten.
Dalam menegakan diagnosis mumps DM tipe 2 biasanya terjadi pada individu usia
dapat dilakukan dengan anamnesa dan lanjut dengan berat badan berlebih13,14.
pemeriksaan klinis. Pada orang dewasa, Diagnosis DM atas dasar pemeriksaan
penegakan diagnosis mumps lebih sulit glukosa darah. Pemeriksaan glukosa darah
dibandingkan pada anak. Pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa
penunjang dapat dilakukan degan melakukan darah secara enzimatik dengan bahan plasma
tes serologi dan saliva7. Diagnosis banding darah vena. Kecurigaan adanya DM tipe 2
dari mumps antara lain, parotitis supuratif, perlu dipikirkan bila terdapat gejala klasik
sialosis/sialodenitis, angioedema, sjörgen’s berupa poliuri, polidipsi, polifagi, dan
syndrome, mikulicz syndrome, sarcoidosis, penurunan berat badan yang tidak dapat
infeksi HIV, neoplasma kelenjar saliva dan dijelaskan penyebabnya. Keluhan lain dapat
inflamasi limfonodi6. berupa lemah badan, kesemutan, gatal, mata
Penatalaksanaan mumps berupa terapi kabur, disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus
simptomatik. Dapat diberikan analgesik, serta vulvae pada wanita. Diagnosis DM dapat
pemeberian kortikosteroid pada kasus berat. ditegakkan melalui pemeriksaan darah vena
Memperbanyak minum air putih serta diet dengan sistem enzimatik dengan hasil: (1)
lunak dan bed rest6,11. Gejala klasik + GDP ≥ 126 mg/dl, (2) Gejala
klasik + GDS ≥ 200 mg/dl, (3) Gejala klasik +
Diabetes Melitus GD 2 jam setelah TTGO ≥ 200 mg/dl, (4)
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit Tanpa gejala klasik + 2x Pemeriksaan GDP ≥
metabolik heterogen secara klinis dan genetik 126 mg/dl, (5) Tanpa gejala klasik + 2x
yang ditandai dengan peningkatan kadar Pemeriksaan GDS ≥ 200 mg/dl, (6) Tanpa
glukosa darah (hiperglikemia) yang abnormal gejala klasik + 2x Pemeriksaan GD 2 jam
dan disregulasi metabolisme karbohidrat, setelah TTGO ≥ 200 mg/dl, (7) HbA1c ≥
protein, dan lipid. Hal ini disebabkan karena 6.5%14.
kurangnya sekresi insulin dari sel β di Manifestasi oral pada pasien dengan
Langerhans pankreas atau resistensi insulin DM banyak terkait dengan tingkat kontrol
terutama di jaringan perifer7. Insulin adalah glikemik. Terdapat sejumlah manifestasi oral,
stabilisator utama kadar karbohidrat dalam seperti kondisi mukosa termasuk disestesia
darah dengan memengaruhi metabolisme oral, termasuk burning mouth syndrome,
karbohidrat dan metabolisme lain yang penyembuhan luka yang lama, peningkatan
berhubungan dengan metabolisme karbohidrat. insiden infeksi kandida (khususnya kandidiasis
Efek hiperglikemik pada diabetes mellitus pseudmembranosa akut pada lidah, mukosa
menyebabkan kerusakan oksidatif yang bukal dan gingiva). Xerostomia dan
menyebabkan kerusakan sel yang mengganggu pembesaran kelenjar saliva bilateral atau
struktur sistem, organ atau jaringan, sialadenitis (terutama pada kelenjar parotis)
komplikasi dapat terjadi pada sistem dan organ dapat terjadi dan keduanya sering terkait
kardiovaskular dan saraf seperti jantung, dengan kontrol glikemik yang buruk.
ginjal, mata, dan kelenjar ludah7,12. Penggunaan obat oleh pasien DM terkait atau
American Diabetes Association (ADA) tidak terkait kondisi sistemik dapat
mengkalsifikasikan diabetes melitus menyebabkan hipofungsi saliva. Xerostomia
berdasarkan patogenesis sindrom diabetes pada penderita DM biasanya disebabkan oleh
melitus dan gangguan toleransi glukosa. karena penggunaan obat-obatan untuk DM
Diabetes melitus diklasifikasikan menjadi 4, dibandingkan dengan kondisi DM itu sendiri.
yaitu diabetes melitus tipe 1, tipe 2, diabetes Permukaan mukosa kering yang disebabkan
gestasional dan diabetes melitus tipe khusus. oleh berkurangnya aliran saliva menyebabkan
Sembilan puluh persen dari kasus diabetes mukosa mudah teriritasi, sehingga dapat

72 Cakradonya Dental Journal p-ISSN: 2085-546X; e-ISSN: 2622-4720.


Available at http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/CDJ
Cakradonya Dent J 2023; 15(1): 70-80

terjadi ulserasi mukosa ringan, sensasi terbakar parah dapat menyebabkan kebutaan. Gejala
mulut, dan peningkatan pertumbuhan berlebih dan tanda pada kulit yaitu, kulit kering,
dari jamur. Neuropati sistem otonom juga purpura, fenomena Raynaud6,9.
dapat menyebabkan perubahan sekresi saliva Penegakan diagnosis sjörgen’s
karena aliran saliva dikendalikan oleh jalur syndrome terdapat beberapa hal yang perlu
simpatis dan parasimpatis. Peningkatan diperhatikan. Berdasarkan kriteria diagnosa
insiden dan keparahan karies pada penderita amerika-eropa, sjörgen’s syndrome dapat
DM berkaitan dengan xerostomia, karena
menyebabkan peningkatan kadar glukosa pada
cairan krevikular gingiva dan peningkatan ditegakan bila terdapat 4 dari 6 kriteria
akumulasi dental plak. Selain itu xerostomia (terutama bila histopatologi dan serologi
juga dapat menyebabkan peningkatan positif) atau bila terdapat gejala pada mata
prevalensi dan keparahan dari gingivitis dan atau rongga mulut ditambah 2 dari 4 kriteria9.
preiodontitis7.
Tabel 1. Kriteria diagnosa amerika-eropa
Sjörgen’s Syndrome untuk sjörgen’s syndrome (Scully)
Sjörgen’s syndrome atau autoimmune I. Gejala pada mata
exocrinophaty adalah penyakit autoimun (minimal terdapat 1 dari 3 gejala)
sistemik yang terutama mengenai kelenjar ▪ Mata kering terus menerus selama
eksokrin dengan gejala kering pada mata >3 bulan
(Keratoconjunctivitis Sicca) dan kering pada ▪ Sensasi pasir atau batu kerikil yang
mulut (Xerostomia) oleh karena keruskan rekuren
kelenjar lakrimal dan kelenjar saliva, serta ▪ Perlu menggunakan obat tetes
sering kali menyebabkan gejala kering pada mata >3 kali sehari
hidung, tenggorokan dan vagina5,7,15. II. Gejala pada rongga mulut
Sjörgen’s syndrome lebih sering terjadi (minimal terdapat 1 dari 3 gejala)
pada wanita pra- atau postmenopause, usia 40- ▪ Setiap hari mulut terasa kering > 3
50 tahun (rasio pria:wanita 9:1). Sjörgen’s bulan
syndrome diklasifikasikan menjadi dua, yaitu ▪ Pembengkakan kelenjar saliva
primer dan sekunder. Sjörgen’s syndrome rekuren atau menetap pada orang
primer mengenai kelenjar saliva dan lakrimal dewasa
tanpa disertai penyakit autoimun sistemik lain, ▪ Sering minum untuk membantu
sedangkan sjörgen’s syndrome sekunder menelan makan yang kering
disertai dengan penyakit autoimun laiinya III. Tanda pada mata
seperti rheumatoid athritis, Systemic Lupus ▪ Schirmer <5 mm dalam 5 menit
Erythematosus (SLE), scleroderma, ▪ Rose-bengal score >4 pada
polymyositis, Hashimoto thyroiditis, primary penilaian van Bijsterveld
biliary cirhosis, vasculitis, IV. Histopatologi
cryoglobulinemia6,7. ▪ Fokus score >1 pada LSG
Gejala klinis awal dari sjörgen’s V. Keterlibatan kelenjar saliva
syndrome tidak spesifik, seperti sakit kepala, ▪ Unstimulated whole salivary flow
nyeri sendi serta fenomena Raynaud, hal ini <1,5 mL dalam 15 menit
berlangsung 8-10 tahun dari gejala awal ▪ Sialography: diffuse sialectasis
sampai timbulnya penyakit9. Gambaran utama ▪ Scintigraphy: pengurangan
sjörgen’s syndrome dapat dilihat melalui tanda konsentrasi/penyerapan/ekskresi
dan gejala pada rongga mulut, mata, kulit. VI. Serum autoantibody
Gejala pada rongga mulut yaitu, xerostomia, ▪ SS-A (Ro)
pembengkakan rekuren pada kelenjar parotis, ▪ SS-B (La)
karies gigi, candidiasis, bau mulut. Gejala dan
tanda pada mata yaitu, adanya sensasi benda
Penatalaksanaan sjörgen’s syndrome
asing/pasir pada mata, kesulitan mengeluarkan
berupa terapi simptomatik dan terapai
air mata, intoleran terhadap cahaya
suportif9. Seperti penggunaan saliva buatan,
keratoconjunctivitis sicca; dalam kasus yang

73 Cakradonya Dental Journal p-ISSN: 2085-546X; e-ISSN: 2622-4720.


Available at http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/CDJ
Cakradonya Dent J 2023; 15(1): 70-80

yaitu pilocarpine untuk menstimulasi sekresi postmenopause ada gangguan pada daerah
saliva sehingga mencegah kekeringan, otak seperti Alzheimer's disease20.
penggunaan air mata buatan methyl cellulose Manifestasi oral pada wanita dengan
solution untuk mengurangi kering pada mata. menopause terjadi akibat terjadi kemunduran
Selain itu pemberian topikal fluoride untuk baik pada jaringan keras maupun jaringan
mencegah terjadinya karies gigi dan lunak. Manifestasi dalam rongga mulut
penggunaan chlohexidine 0,2% untuk diantaranya adalah ketidaknyamanan pada
mengurangi pembentukan plak Candida rongga mulut, penurunan sekresi saliva
albicans dapat diberikan nystatin atau periodontitis, burning mouth syndrom,
amphotericin secara topikal5. xerostomia (mulut kering) dan penipisan
mukosa rongga mulut. Xerostomia pada wanita
Menopause dengan menopause disebabkan oleh adanya
Menopause adalah bagian dari periode atrofi kelenjar dan degenerasi dari epitel
transisi perubahan masa produktif ke masa kelenjar saliva, menyebabkan terjadinya
tidak produktif, yaitu merupakan fase terakhir perubahan struktur dan fungsi kelenjar saliva,
dimana perdarahan haid seseorang berhenti sehingga dapat menyebabkan berkurangnya
sama sekali16,17. Hal ini terjadi karena flow saliva. Pada jaringan periodontal,
penurunan hormon estrogen sehingga terjadi menurunnya kadar estrogen pada wanita usia
perubahan sistem hormonal yang lanjut dihubungkan dengan gingivitis,
mempengaruhi vasomotor, psikososial, fisik peningkatan kehilangan tulang alveolar,
dan seksual18. Wanita dikatakan menopause kehilangan perlekatan jaringan periodontal,
bila sudah tidak mendapatkan menstruasi peningkatan keparahan penyakit periodontal
selama 12 bulan secara berurutan atau tidak dan kehilangan gigi16,21.
dan disertai dengan tanda gejala19. Proses
menopause ini dimulai dari fase pramenopause Laporan Kasus
(usia 40-48 tahun), menopause (usia 49-51 Pasien perempuan berusia 48 tahun
tahun), pascamenopause (usia 52-55 tahun)20. datang ke klinik RSGM Moestopo dengan
Menopause sebagai dari proses alamiah keluhan bengkak pada pipi kiri dan kanan
kehidupan seorang perempuan selain sejak 1 bulan yang lalu. Sebelum ada
gangguan siklus haid terdapat gejala dan tanda pembengkakan terdapat gejala demam ringan
dari menopause. Perubahan fisik yang terasa atau tidak enak badan. Awalnya bengkak pada
dan menimbulkan rasa tidak nyaman adalah sisi sebelah kanan, beberapa hari kemudian
adanya semburan panas (hot flushes) dari dada bengkak pada sisi sebelah kiri. Pasien sudah ke
keatas yang sering disusul dengan keringat dokter penyakit dalam dan diberi obat
banyak. Semburan panas ini bisa berlangsung antibiotik, antivirus, analgesik dan setelah
selama beberapa detik sampai 1 jam. ini minum obat bengkak mengecil, namun
merupakan gejala yang paling sering dijumpai. bengkak timbul hilang. Pasien belum pernah
Perubahan dan keluhan lain yang dirasakan mengalami hal ini sebelumnya. Pada saat
lagi seperti berdebar (palpitasi), vertigo, makan/mengunyah tidak terasa sakit, namun
migraine, nafsu seks (libido) menurun, gelisah, pada saat menelan makanan pasien merasa
lekas marah, depresi, susah tidur (insomnia), tidak nyaman seperti ada yang mengganjal dan
rasa kekurangan, rasa kesunyian, ketakutan ada rasa sakit sampai ke telinga serta rasa
keganasan, tidak sabar lagi, rasa lelah kering pada mulut. Pasien mengeluh sakit pada
(fatigue), keropos tulang, nyeri tulang saat dilakukan perabaan pada sisi sebelah
belakang, gangguan sirkulasi darah (miokard kanan. Akhir-akhir ini pasien merasa sulit
infark), hipertensi, kenaikan kadar kolestrol tidur sehingga kurang istirahat. Keluarga dan
darah sehingga terjadi pengerasan pembuluh lingkungan sekitar pasien tidak ada yang
darah (arteriosclerosis terutama sclerosis mengalami hal serupa. Pasien memiliki
koroner), juga berat badan sedikit meningkat riwayat diabetes melitus sejak 1 tahun yang
karena terjadi adipositas (penimbunan lemak) lalu, pasien rutin minum obat (Glimepiride dan
dan penyebaran lemak terutama ditemukan di Neurodex) dan cek gula darah setiap satu
tungkai atas, pinggul, perut bagian bawah dan bulan sekali. Selain itu pasien juga mengalami
lengan atas. Juga dikatakan pada masa menopause.

74 Cakradonya Dental Journal p-ISSN: 2085-546X; e-ISSN: 2622-4720.


Available at http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/CDJ
Cakradonya Dent J 2023; 15(1): 70-80

Pada pemeriksaan ekstraoral, wajah


pasien asimetris menunjukan terdapat
pembengkakan dengan batas difuse pada
kelenjar parotis disebelah depan bawah telinga
kanan dan kiri. Pada palpasi kelenjar limfe dan
parotis sebelah kanan konsistensi lunak dan
sakit, sedangkan sebelah kiri konsistensi lunak
namun tidak sakit. Tampak cuping telingan
kanan dan kiri terangkat. Gambar 2. Foto ekstra oral tampak dari
Pada pemeriksaan intra oral, diketahui samping kanan dan kiri, terdapat
kebesihan mulut pasien baik. Ditemukan pembengkakan dengan batas difuse dan warna
adanya tonjolan keras berbatas tegas pada normal
gingiva bagian lingual bawah kiri dengan
ukuran ±2 cm dan pada gingiva bagain lingual
bawah kanan berukuran ±3 cm. Pada palatum
ditemukan juga tonjolan keras berbatas tegas
dengan ukuran ±3 cm. Terdapat karies pada
gigi 15, 23, 44, 45, 46.
Berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan klinis yang dilakukan, diagnosis
kerja pada pasien ini adalah suspek mumps.
Pada kunjungan pertama, perawatan
yang diberikan pada pasien yaitu komunikasi, Gambar 3. Foto intra oral, tampak torus
informasi, dan edukasi (KIE) disertai mandibularis pada kedua sisi, tambalan dan
perawatan suportif. Pasien diberikan gigi berlubang pada regio posterior sebelah
penjelasan pada bahwa penyakit tersebut kanan serta missing regio posterior sebelah kiri
adalah mumps (gondongan) yang disebakan
oleh infeksi virus (paramyxovirus). Hal ini
dapat terjadi karena daya tahan tubuh pasien
sedang menurun. Pasien perlu istirahat yang
cukup serta makan makanan bergizi dan
memperbanyak minum air putih. Kemudian
pasien diberikan terapi natrium diklofenak 50
mg 3×1 dan isoprinosine 1×1. Pasien
diinstruksikan untuk kontrol kembali 1 minggu
kemudian. Namun pasien tidak melakukan
kontrol.
Gambar 4. Foto intra oral, tampak torus
palatinus pada tengah palatum

Kunjungan kedua (2 bulan setelah


kunjungan awal), pasien datang dengan
anamnesis pembengkakan kembali muncul
satu minggu yang lalu. Berdasarkan informasi
pasien, pembengkakan sempat hilang ±1,5
bulan yang lalu. Obat sudah diminum dengan
teratur. Pasien sempat melakukan pemeriksaan
MRI pada daerah pembengkakan yaitu
jaringan sekitar leher sekitar 1 bulan yang lalu
dan hasil MRI menyatakan bahwa jaringan
Gambar 1. Foto ekstra oral tampak depan, normal yang berarti tidak ada tanda-tanda
terlihat wajah asimetris keganasan.

75 Cakradonya Dental Journal p-ISSN: 2085-546X; e-ISSN: 2622-4720.


Available at http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/CDJ
Cakradonya Dent J 2023; 15(1): 70-80

Pemeriksaan ekstra oral menunjukan Pada pemeriksaan ekstra oral tampak


pembengkakan pada kelenjar parotis kanan terdapat keratinisasi pada mata kanan dan kiri
dan kiri dengan batas difus. Palpasi terasa sakit pasien. Masih terdapat pembengkakan pada
pada sisi sebelah kanan, konsisensi lunak dan kelenjar parotis kanan dan kiri dengan batas
warna normal. Keadaan umum pasien baik, difuse. Palpasi terasa sakit pada sisi sebelah
tidak tampak lemah dan demam. Pemeriksaan kanan, konsisensi lunak dan warna normal.
intra oral tidak menunjukan adanya kelainan. Pemeriksaan intra oral tidak menunjukan
Berdasarkan anamnesis dan adanya kelainan.
pemeriksaan klinis yang dilakukan, diagnosis Berdasarkan anamnesis dan
kerja pada pasien tetap sama yaitu suspek pemeriksaan klinis, diagnosis kerja pada
mumps. Perawatan yang diberikan pada pasien pasien ini adalah suspek sjörgen’s syndrome.
adalah KIE (komunikasi, informasi, edukasi) Perawatan yang dilakukan adalah KIE
kembali serta melanjutkan terapi berupa (komunikasi, informasi, edukasi) menjelaskan
imboost 1×1. Pasien diinstruksikan untuk bahwa dari keluhan yang terjadi dicurigai
kontrol kembali 1 minggu kemudian. merupakan sjörgen’s syndrome. Sjörgen’s
syndrome merupakan penyakit autoimun yang
sering terjadi pada wanita pra- atau
postmenopause, usia 40 - 50 tahun. Pasien
akan diberikan surat rujukan ke dokter mata
untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut
serta mengobati keluhan mata kering serta ke
spesialis alergi immunologi. Melanjutkan
imboost yang masih ada, memperbanyak
minum air putih untuk mengurangi gejala
mulut kering, serta memberikan rujukan ke
dokter mata untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Gambar 5. Foto ekstra oral tampak depan,
wajah terlihat asimetris

Gambar 6. Foto ekstra oral tampak dari sampig


kanan dan kiri, terdapat pembengkakan dengan
batas difuse dan warna normal Gambar 7. Foto ekstra oral tampak depan
wajah pasien, masih terlihat asimetris
Kunjungan ketiga, seminggu kemudian,
pada kontrol kedua pasien datang dengan
anamnesis masih terdapat pembengkakan serta
terdapat rasa sakit sampai ke telinga dan
kepala. Pasien mengeluh mulut dan mata
terasa kering, dan mata seperti ada pasir.
Keluhan mulut kering sudah dirasakan sejak 4
bulan yang lalu, pasien mengaku bahwa pasien
malas untuk minum air putih, sedangkan
keluhan mata kering baru dirasakan sekitar 2
minggu yang lalu.

76 Cakradonya Dental Journal p-ISSN: 2085-546X; e-ISSN: 2622-4720.


Available at http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/CDJ
Cakradonya Dent J 2023; 15(1): 70-80

Gambar 8. Foto ekstra oral tampak dari sampig


kanan dan kiri, masih terdapat pembengkakan
dengan batas difuse dan warna normal

Gambar 11. Foto ekstra oral tampak dari


sampig kanan dan kiri, tampak pembengkakan
sudah mengecil
Gambar 9. Foto pada mata kanan dan kiri
tampak terdapat keratinisasi pada konjungtiva

Kunjungan keempat, pada kontrol ketiga


pasien datang dengan anamnesis masih
terdapat keluhan mata kering dan mulut
kering. Mulut terasa panas seperti terbakar,
namun bila menelan makanan tidak perlu
dibantu dengan air. Setiap pagi warna saliva
pasien seperti kecokelatan. Pasien sudah
menambah asupan air mineral sehari 3 botol Gambar 12. Foto pemeriksaan laju alir saliva
(600 ml) yang berarti asupan air mineral tanpa distimulasi dan hasil pemeriksaan pada
pasien 1800ml/hari. Pasien belum melakukan tabung tampak saliva sedikit berbuih
rujukan ke dokter mata untuk keluhan mata PEMBAHASAN
kering serta ke dokter spesialis alergi Pada kasus ini, saat awal kunjungan
immunologi. Pasien hanya melakukan terapi dicurigai pasien menderita mumps karena
untuk penegangan otot leher. berdasarkan anamnesis terdapat
Pemeriksaan ekstra oral pembengkakan pembengkakan yang terjadi sejak satu bulan
di leher sudah mengecil. Pemeriksaan laju alir yang lalu disertai demam ringan, serta pada
saliva tanpa distimulasi menunjukkan angka pemeriksaan klinis terdapat pembengkakan
0,05 ml/menit yang berarti hiposalivasi. dengan batas difuse pada kelenjar parotis
Pemeriksaan intra oral tidak menunjukan disebelah depan bawah telinga kanan dan kiri
adanya kelainan. serta tampak cuping telingan kanan dan kiri
Perawatan yang dilakukan adalah KIE terangkat. Hal ini merupakan gambaran klinis
(Komunikasi,Informasi, Edukasi), yaitu untuk khas dari mumps5,6. Kasus ini terjadi pada
memperbanyak asupan air mineral dan pasien perempuan berusia 47 tahun, dimana
pemberian terapi mouth lubricant untuk pada umumnya mumps lebih sering terjadi
mengurangi keluhan mulut kering. pada anak usia 5-15 tahun dan jarang terjadi
pada orang dewasa6.
Pembengkakan yang terjadi pada kasus
ini terjadi lebih dari masa inkubasi mumps
pada umumnya, yaitu 14-21 hari. Keadaan ini
dapat disebabkan oleh kondisi sistemik pasien
yang memperberat keluhan. Berdasarkan
anamnesis pasien menderita diabetes melitus
(DM) tipe 2 sejak 1 tahun yang lalu, dimana
pada kondisi kontrol glikemik yang buruk
dapat menyebabkan pembengkakan pada
Gambar 10. Foto ekstra oral tampak depan kelenjar saliva, terutama kelenjar parotis7.
wajah pasien, masih terlihat asimetris namun Berdasarkan hasil pemeriksaan gula darah
pembengkakan sudah mengecil. terakhir didapatkan GDP 115 mg/dL dan GD 2
jam PP 215 mg/dL, yang menunjukan adanya

77 Cakradonya Dental Journal p-ISSN: 2085-546X; e-ISSN: 2622-4720.


Available at http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/CDJ
Cakradonya Dent J 2023; 15(1): 70-80

peningkatan kadar gula darah lebih dari meneruskan terapi suportif berupa imboost
normal. untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Selain karena kondisi sistemik yaitu DM Pasien diinstruksikan untuk kontrol
tipe 2, pembengkakan kelenjar parotis dapat kembali 1 minggu setelah kontrol pertama dan
disebabkan karena penggunaan obat, salah pasien datang 1 minggu setelahnya.
satunya adalah sulfonamide22. Berdasarkan Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan
anamnesis, pasien rutin mengkonsumsi obat klinis masih tampak pembengkakan pada leher
berupa glimepiride dan neurodex. Glimepiride disertai rasa sakit pada telinga hingga kepala.
adalah sulfunilurea generasi ketiga yang Pasien juga mengeluhkan mata dan mulut
digunakan sebagai agen anti hiperglikemik terasa kering, serta mata terasa seperti
untuk terapi oral diabetes mellitus tipe 2, yang berpasir. Dengan kondisi tersebut pasien
mana di dalam obat golongan sulfoniurea dicurigai terdapat sjörgen’s syndrome, karena
terkandung sulfonamide23,24. sjörgen’s syndrome biasanya terjadi pada pada
Perawatan yang diberikan pada pasien wanita pra- atau postmenopause, usia 40-50
ini berupa terapi simptomatik yaitu natrium tahun dimana gambaran utama sjörgen’s
diklofenak 50 mg untuk keluhan bengkak, syndrome dapat dilihat melalui tanda dan
serta terapi suportif yaitu isoprinosine untuk gejala pada rongga mulut, mata, kulit. Gejala
meningkatkan daya tahan tubuh. Namun pada pada rongga mulut yaitu, xerostomia,
kasus ini pasien tidak mendapatkan pembengkakan rekuren pada kelenjar parotis,
isoprinosine sehingga diganti dengan imboost karies gigi, candidiasis, bau mulut. Gejala dan
yang fungsinya serupa, yaitu untuk tanda pada mata yaitu, adanya sensasi benda
meningkatkan daya tahan tubuh. asing/pasir pada mata, kesulitan mengeluarkan
Pasien diinstrukiskan untuk kontrol air mata, intoleran terhadap cahaya
kembali 1 minggu setelah kunjungan awal. keratoconjunctivitis sicca; dalam kasus yang
Pada kontrol pertama pasien 2 bulan setelah parah dapat menyebabkan kebutaan. Gejala
kunjungan pertama. Berdasarkan hasil dan tanda pada kulit yaitu, kulit kering,
pemeriksaan klinis masih tampak purpura, fenomena Raynaud. Namun perlu
pembengkakan pada leher. Berdasarkan pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakan
anamnesis, pembengkakan sempat hilang 1 diagnosa sjörgen’s syndrome. Berdasarkan
bulan yang lalu atau 2 minggu setelah kriteria diagnosa amerika-eropa, sjörgen’s
kunjungan pertama, namun pembengkakan syndrome dapat ditegakan bila terdapat 4 dari
muncul kembali 1 bulan setelahnya tanpa 6 kriteria (terutama bila histopatologi dan
disertai demam ataupun gejala prodromal serologi positif) atau bila terdapat gejala pada
lainnya. Hal ini dapat disebabkan karena mata atau rongga mulut ditambah 2 dari 4
karena kontrol glikemik yang buruk atau dapat kriteria6,9. Pada kasus ini, gejala mulut kering
dikatakan pada saat kadar gula darah pasien juga dapat disebabkan karena kondisi
meningkat yang menyebabkan terjadinya menopause pada pasien, dimana gejala mulut
pembengkakan pada kelenjar parotis7. Namun kering atau xerostomia pada wanita dengan
pada saat kontrol pertama tidak melakukan menopause disebabkan oleh adanya atrofi
pemeriksaan kadar gula darah sehingga tidak kelenjar dan degenerasi dari epitel kelenjar
dapat dipastikan penyebab pembengkakan saliva, menyebabkan terjadinya perubahan
karena kontrol glikemik yang buruk atau struktur dan fungsi kelenjar saliva, sehingga
penyebab lainnya. Pasien melakukan dapat menyebabkan berkurangnya flow
pemeriksaan penunjang, yaitu MRI, namun saliva16. Perawatan yang diberikan pada
hasil pemeriksaan tersebut tidak menunjukan pasien, yaitu meneruskan terapi berupa
adanya kelainan (semua jaringan dalam imboost yang masih tersisauntuk
keadaan normal termasuk kelenjar parotis). meningkatkan daya tahan tubuh,
Hal ini disebabkan karena pasien melakukan memperbanyak minum air putih untuk
MRI pada awal bulan januari dimana mengrangi gejala mulut kering, serta
berdasarkan anamensis pada awal bulan memberikan rujukan ke dokter mata untuk
januari pembengkakan hilang sehingga pemeriksaan lebih lanjut mengenai keluhan
pemeriksaan MRI menunjukan hasil normal. mata kering.
Perawatan yang diberikan pada pasien ini yaitu

78 Cakradonya Dental Journal p-ISSN: 2085-546X; e-ISSN: 2622-4720.


Available at http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/CDJ
Cakradonya Dent J 2023; 15(1): 70-80

Pasien diinstruksikan kontrol kembali SIMPULAN


setelah kontrol kedua. Pada kunjungan ketiiga Pada kasus ini pasien mengalami
berdasarkan pemeriksaan klinis tampak beberapa kondisi yang dapat menyebabkan
pembengkakan sudah mengecil. Berdasarkan terjadinya pembengkakan kelenjar parotis.
hasil pemeriksaan darah didapatkan hasil GDP Setelah dilakukan observasi, pembengkakan
120 mg/dL dan GD2PP 213 mg/dL, yang kelenjar parotis yang terjadi pada pasien
menunjukan masih diatas nilai normal atau dicurigai terkait dengan sjörgen’s syndrome.
kadar gula darah masih tinggi. Hal ini dapat Peran dokter gigi pada kasus ini adalah
menggambarkan bahwa pembengkakan yang memberikan terapi untuk gejala pada rongga
terjadi bukan disebabkan oleh karena kontrol mulut, yaitu gejala mulut kering dengan
glikemik yang buruk. Berdasarkan anamnesis pemberian mouth lubricant serta perlu adanya
pasien masih mengeluhkan mata dan mulut kerjasama dengan disiplin ilmu lain agar dapat
kering serta mulut terasa panas seperti mengeliminasi beberapa kemungkinan
terbakar. Pasien sudah meningkatkan asupan penyebab pembesaran kelenjar parotis
air putih dimana pasien minum 3 botol (600 sehingga diagnosis definitif kasus ini dapat
ml) per hari, yang berarti asupan air putih ditegakan serta dapat menentukan perawatan
dalam sehari ±1800 ml. Pasien dilakukan secara komprehensif.
pemeriksaan laju alir saliva (sialometri)
dengan metode pengumpulan saliva yaitu DAFTAR PUSTAKA
spitting methode tanpa stimulasi (whole 1. Kasuma N. Fisiologi dan patologi saliva.
unstimulated saliva) dan dipatkan hasil laju Padang Andalas Univ Press Hal.
alir saliva tanpa stimulasi (whole unstimulated 2015;1:6-21.
saliva) 0,05 ml/menit yang berarti pasien 2. Wilson KF, Meier JD, Ward PD. Salivary
termasuk hiposalivasi.1 Pasien belum gland disorders. Am Fam Physician.
melakukan rujukan ke dokter mata sehingga 2014;89(11):882-888.
untuk menegakan diagnosis sjörgen’s 3. Berton F, Pipinato G, Maglione M, Baldi
syndrome tidak dapat dilakukan. Perawatan D, Di Lenarda R, Stacchi C. Parotid Gland
yang diberikan pada pasien ini yaitu Mouth Edema After Chlorhexidine Mouthrinse:
lubricant Gel untuk mengurangi gejala mulut Case Report and Literature Review. Open
kering apabila masih tidak adapat teratasi Dent J. 2018;12(1).
dengan memperbanyak minum air putih. 4. Ship JA. Diagnosing, managing, and
Mouth lubricant gel merupakan pengganti preventing salivary gland disorders. Oral
saliva sintetik yang berfungsi melindungi gigi Dis. 2002;8(2):77-89.
serta jaringan rongga mulut. Gel ini memiliki 5. Cawson RA, Odell EW, Porter S.
pH netral sehingga tidak menyebabkan Cawson’s essential of oral pathology and
demineralisasi pada email dan dentin. Gel ini oral medicine 8th ed. Edinburgh:
mengandung carboxymethyl cellulose yang Churchill Livingstone. Published online
memiliki viskositas menyerupai saliva, 2002:102-121.
mucopolysaccharide, base polimer gliseat atau 6. Laskaris G. Treatment of Oral Diseases:
musin yang dapat menyebabkan mukosa A Concise Textbook. Thieme; 2005.
menjadi lembab7,25. Mouth lubricant gel 7. Greenberg, Glick S. Burket’s Oral
terdapat dalam berbagai rasa dimana rasa Medicine Diagnosis and Treatmet. 11th
berfungsi sebagai stimulasi produksi saliva ed. Lippincott Company; 2008.
secara kimiawi26. 8. Wiggers JB, Chan T, Gold WL,
Pada kasus ini pasien memiliki gejala MacFadden DR. Mumps in a 27-year-old
yang menyerupai dari beberapa penyakit, man. CMAJ. 2017;189(15):E569-E571.
sehingga pada kasus ini belum didapatkan 9. Challacombe, Stephen J. Carey B,
diagnosis definitif, namun pasien diberikan Setterfield J. Scully’s Oral and
terapi terkait keluhan pada mulut pasien yaitu Maxillofacial Medicine: The Basis of
keluhan mulut kering berupa Mouth lubricant . Diagnosis and Treatment. 3rd ed.
Churchill Livingstone; 2013.
10. Apriasari ML, Soenartyo H. Mumps
unilateral pada pasien remaja (Laporan

79 Cakradonya Dental Journal p-ISSN: 2085-546X; e-ISSN: 2622-4720.


Available at http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/CDJ
Cakradonya Dent J 2023; 15(1): 70-80

Kasus). 19. Utami IRB. Hubungan Pengetahuan


11. Regezi JA, Sciubba JJ, Jordan RCK. Oral Tentang Menopause Dengan Tingkat
pathology: clinical pathologic Kesiapan Menjelang Menopause Pada Ibu
correlations [CD]/edited by Joseph A. Premenopause Proposal Skripsi.
Regezi, James J. Sciubba, Riachard CK Universitas Dipenogoro; 2017.
Jordan. Published online 2003. 20. Ghani L. Seluk beluk menopause. Media
12. Parlak SN, Tatar A, Keles ON, Selli J, Penelit dan Pengemb Kesehat.
Can I, Unal B. Effects of menopause and 2009;19(4):153124.
diabetes on the rat parotid glands: A 21. Sitanaya RI, Yunus SI. Gambaran oral
histopathological and stereological study. hygiene wanita pasca menopause di Desa
Int J Med Sci Public Heal. 2014;3(6):749. Jonjo Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa.
13. Wyatt LH, Ferrance RJ. The Media Kesehat Gigi Politek Kesehat
musculoskeletal effects of diabetes Makassar. 2018;17(1).
mellitus. J Can Chiropr Assoc. 22. Bakhtiari S, Sehatpour M, Mortazavi H,
2006;50(1):43. Bakhshi M. Orofacial manifestations of
14. Decroli E. Diabetes melitus tipe 2. adverse drug reactions: A review study.
Padang Pus Pnb Bagian Ilmu Penyakit Clujul Med. 2018;91(1):27.
Dalam Fak Kedokt Univ Andalas. 23. Hydrie MZI, Gul A, Hakeem R, Ahmadani
Published online 2019:1-52. MY, Basit A. Glimepiride study on type-2
15. Mahendranath KM. Sjogren’s syndrome-- diabetic subjects. Pakistan J Med Sci.
diagnosis and management. J Assoc 2006;22(2):132.
Physicians India. 2006;54:54-57. 24. Anonim. Sulfonamide (medicine).
16. Kusumayani P, Harijanti K, Hernawan I. Wikipedia. Published 2019. Accessed June
Perbedaan flow saliva pada wanita 4, 2023.
menopause sebelum dan sesudah https://en.wikipedia.org/w/index.php?title
mengunyah permen karet yang =Special:ElectronPdf&page=Sulfonamide
mengandung xylitol. Oral Med Dent J. +%28medicine%29&action=show-
2011;3(1):24-29. download-screen
17. Maita L, Nurlisis N, Pitriani R. 25. Usman NA, Hernawan I. Tata laksana
Karakteristik Wanita dengan Keluhan xerostomia oleh karena efek penggunaan
Masa Menopause di Wilayah Kerja amlodipine: Laporan kasus. Insisiva Dent
Puskesmas Rejosari. J Kesehat Komunitas. J. 2017;6(2):15-23.
2013;2(3):128-131. 26. Indriana T. Perbedaan laju aliran saliva
18. Diniyati D, Heriyani N. Faktor–Faktor dan pH karena pengaruh stimulus kimiawi
yang Memengaruhi Usia Menopause di dan mekanis. J Kedokt Meditek. Published
Kelurahan Buluran Kenali Kota Jambi online 2011.
Tahun 2015. J Ilm Univ Batanghari
Jambi. 2016;16(2):24-30.

80 Cakradonya Dental Journal p-ISSN: 2085-546X; e-ISSN: 2622-4720.


Available at http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/CDJ

Anda mungkin juga menyukai