Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KASUS

ABSES KELENJAR SALIVA


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mengikuti Ujian Akhir
Kepaniteraan Klinik Madya Di SMF Ilmu Penyakit Gigi Dan Mulut Rumah
Sakit Umum Jayapura

Oleh:
Metty Sinthike Wonda,S.ked
0100840098

Pembimbing:

drg.Meiske.Sp.BM

SMF ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAYAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA- PAPUA
2017
BAB I
LAPORAN KASUS

1.1 Identitas
Nama Lengkap : Ny. P
Jenis Kelamin : Perempuan
No Register : 423665
Tanggal Lahir : 07 Februari 1972
Usia : 45 tahun
Pekerjaan : petani
Agama : islam
Alamat : jl.dahlia arso viii
Tanggal Pemeriksaan : senin,15 mei 2017

1.2 Anamnesis
 Keluhan Utama :
Bengkak dan nyeri pada dasar lidah bagian kiri.
 Riwayat Penyakit Sekarang :
 Pasien dirujuk dari puskesmas kerom, pasien datang dengan keluhan
bengkak pada dasar lidahnya bagian kiri dan terasa nyeri serta terasa ada
yang ganjal, dan pernah keluar nanah dari bagian yang bengkak tersebut.
Bengkak pada dasar lidah sudah terjadi satu tahun yang lalu namun pasien
belum pernah kedokter,namun sekarang bengkak pada dasar lidah tersebut
mulai terasa nyeri lagi sehingga pasien memutuskan untuk berobat.
 Riwayat Penyakit Dahulu :
- Diabetes mellitus, penyakit jantung, hipertensi disangkal

 Riwayat Penyakit Keluarga :


Dikeluarga pasien tidak ada yang mempunyai penyakit seperti pasien. Diabetes
mellitus, penyakit jantung, hipertensi juga disangkal dalam keluarga.

1.3 Pemeriksaan Fisik


 Tanda-tanda Vital:
Keadaan umum : Pasien tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Nadi : 60x/menit
RR : 20X/menit
Suhu : 36,7oC

 Status generalis

Regio Simetris, edema(-), nyeri tekan (-).


facialis

Regio Pada papila sublingualis Edema (+), nyeri tekan (+)


intraoral

Telinga Bentuk telinga dan daun telinga normal.

Gigi dan Caries dentis gigi molar 3 inferior sinistra, stain gigi (+), Oral
Mulut hygiene buruk, bibir dan mukosa mulut merah, tidak sianosis

Tenggorokan Sulit di evaluasi

1.4 Diagnosa
- Abses kelenjar saliva
1.5 Diagnosis Banding
1 . Ranula
2 .Sialolitiasis
2.1 Tatalaksana
a. Obat
R/clindamicin 300 mg tab NO.XV
3 dd 1
R/ asam mefenamat 500 mg tab NO.XV
3 dd 1

R/Sefadroxil 500 mg tab NO X

2 dd 1
R/Metronidazol 500 mg tab NO X

3 dd 1

a. Prognosa
Ad Vitam : dubia
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI KELENJAR SALIVA

Gambar 1. Anatomi kelenjar saliva

KELENJAR SALIVA MAYOR

1. Kelenjar parotis

Kelenjar parotis merupakan kelenjar saliva yang terbesar, terletak di regio preaurikula
dan berada dalam jaringan subkutis. Kelenjar ini memproduksi sekret yang sebagian besar
berasal dari sel-sel asini. Kelenjar parotis terbagi oleh nervus fasialis menjadi kelenjar
supraneural dan kelenjar infraneural. Kelenjar supraneural ukurannya lebih besar daripada
kelenjar infraneural. Kelenjar parotis terletak pada daerah triangular yang selain kelenjar
parotis, terdapat pula pembuluh darah, saraf, serta kelenjar limfatik.

Produk dari kelenjar saliva disalurkan melalui duktus Stensen yang keluar dari
sebelah anterior kelenjar parotis, yaitu sekitar 1,5 cm di bawah zigoma. Duktus ini memiliki
panjang sekitar 4-6 cm dan berjalan ke anterior menyilang muskulus maseter, berputar ke
medial dan menembus muskulus businator dan berakhir dalam rongga mulut di seberang
molar kedua atas.Duktus ini berjalan bersama dengan nervus fasialis cabang bukal.

2. Kelenjar submandibula

Kelenjar submandibula merupakan kelenjar saliva terbesar kedua setelah kelenjar


parotis. Kelenjar ini menghasilkan sekret mukoid maupun serosa, berada di segitiga
submandibula yang pada bagian anterior dan posterior dibentuk oleh muskulus digastrikus
dan inferior oleh mandibula. Kelenjar ini berada di medial dan inferior ramus mandibula dan
berada di sekeliling muskulus milohioid, membentuk huruf ”C” serta membentuk lobus
1
superfisial dan profunda.

Lobus superfisial kelenjar submandibula berada di ruang sublingual lateral. Lobus


profunda berada di sebelah inferior muskulus milohioid dan merupakan bagian yang terbesar
dari kelenjar. Kelenjar ini dilapisi oleh fasia leher dalam bagian superfisial. Sekret dialirkan
melalui duktus Wharton yang keluar dari permukaan medial kelenjar dan berjalan di antara
muskulus milohioid. dan muskulus hioglosus menuju muskulus genioglosus. Duktus ini
memiliki panjang kurang lebih 5 cm, berjalan bersama dengan nervus hipoglosus di sebelah
inferior dan nervus lingualis di sebelah superior, kemudian berakhir dalam rongga mulut di
sebelah lateral frenulum lingual di dasar mulut.

3. Kelenjar sublingual

Kelenjar sublingual merupakan kelenjar saliva mayor yang paling kecil. Kelenjar ini
berada di dalam mukosa di dasar mulut, dan terdiri dari sel-sel asini yang mensekresi mukus.
Kelenjar ini berbatasan dengan mandibula dan muskulus genioglosus di bagian lateral,
sedangkan di bagian inferior dibatasi oleh muskulus milohioid.

KELENJAR SALIVA MINOR

Kelenjar saliva minor sangat banyak jumlahnya, berkisar antara 600 sampai 1000
kelenjar. Di antaranya ada yang memproduksi cairan serosa, mukoid, ataupun keduanya.
Masing-masing kelenjar memiliki duktus yang bermuara di dalam rongga mulut. Kelenjar ini
tersebar di daerah bukal, labium, palatum, serta lingual. Kelenjar ini juga bisa didapatkan
pada kutub superior tonsil palatina (kelenjar Weber), pilar tonsilaris serta di pangkal lidah.
Suplai darah berasal dari arteri di sekitar rongga mulut, begitu juga drainase kelenjar getah
bening mengikuti saluran limfatik di daerah rongga mulut.

2.2.ABSES KELENJAR SUBLINGUA

A. Definisi

Kelenjar sublingual merupakan kelenjar saliva mayor yang paling kecil.


Kelenjar ini berada di dalam mukosa di dasar mulut, dan terdiri dari sel-sel asini yang
mensekresi mukus. Kelenjar ini berbatasan dengan mandibula dan muskulus
genioglosus di bagian lateral, sedangkan di bagian inferior dibatasi oleh muskulus
milohioid.
Berdasarkan teori, abses terjadi sebagai akumulasi dari pus dalam suatu
rongga patalogis yang dapat terjadi dibagian tubuh manapun sebagai reaksi
pertahanan tubuh terhadap benda asing. Sedangkan dari pemeriksaan fisik yang
dilakukan pada pasien, ditemukan adanya edema pada papilla sublingualis dan
terdapat inti kekuningan dari pus pada edema tersebut.

B. Etiologi

JENIS-JENIS PENYAKIT KELENJAR SALIVA

A. Non Neoplastik Disorder

1. Infeksi
a. Infeksi akut

Manifestasi infeksi akut yang biasa terjadi pada kelenjar ludah biasanya berupa parotitis
akut. Beberapa kelompok virus dan bakteri merupakan penyebab umum terjadinya
ketidaknormalan produksi kelenjar ludah. Sebagian besar infeksi bakteri kemungkinan
berasal dari kavitas oral dan berhubungan dengan penurunan aliran ludah. Selain itu beberapa
pasien dengan kondisi lemah dan imunosupresan memiliki resiko untuk terkena sialedenitis
akut.
1. Infeksi Bakteri
a. Acute suppurative Sialedenitis merupakan suatu kondisi akut dan nyeri difus pada
keadaan awal penyakit glandula parotis. Kelenjar mengalami pembesaran, terasa
sakit, dan terdapat eksudat purulen yang terlihat pada orifice bukal duktus Stensen.
Penyakit ini biasanya terjadi pada pasien dengan kondisi kesehatan lemah, dehidrasi,
dengan oral hygiene yang buruk. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh infeksi
bakteri Staphylococcus aureus, Streptococcus viridans, S. pneumoniae, Haemophilus
influenzae, Streptococcus pyogenes, and Escherichia coli. Limfonodi parotis dan
intraparotis biasanya akan terlibat sebagai reaksi inflamasi. Treatment of choice
penyakit ini adalah dengan terapi antibiotik. Selain pada glandula parotis, acute
suppurative sialedenitis juga dapat menyerang pada region submandibula.
b. Suppurative parotitis. Penyakit ini dapat terjadi pada bayi yang baru lahir, biasanya
pada bayi yang lahir prematur (35-40%) dengan dehidrasi sebagai faktor predisposisi.
Onset biasanya terjadi sekitar 7-14 hari dan terdapat eritema pada kulit di sekitar
kelenjar parotis. Penyebab umum infeksi antara lain Staphylococcus, Pseudomonas,
Streptococcus, Pneumococcus, and Escherichia. Terapi hidrasi dan antibiotic
biasanya digunakan untuk merawat infeksi. Pasien yang salah terdiagnosis atau yang
tidak terobati sempurna terkadang dapat berkembang menjadi abses intraglandular.
c. Sialodochitis merupakan inflamasi yang terjadi baik pada duktus Warthon maupun
Stensen. Biasanya terjadi dilatasi pada obstruksi distal. Pembesaran duktus dapat
berbentuk fusiform atau berantai menghasilkan area ductal stenosis.

2. Infeksi Virus

Kasus paling umum yaitu viral parotitis (mumps) yang disebabkan oleh RNA virus dari
kelompok paramyxovirus. Pada tahap awal infeksi melibatkan kelenjar parotis namun juga
dapat berkembang di kelenjar submandibula maupun sublingual. Diagnosis biasanya
berdasarkan pada penyakit epidemik dan ditegakkan dengan uji titer antibody. Periode
inkubasi diantara 2-3 minggu, dengan keterlibatan kelenjar parotis secara unilateral pada 20-
33,3% kasus. Agen virus lain yang dapat menyebabkan parotitis antara lain coxsackie
viruses, parainfluenza viruses (types I and III), influenza virus type A, herpes virus, echo
virus, and choriomeningitis virus.

b. Infeksi Kronis
Inflamasi kronis merupakan penyakit umum kelenjar ludah yang disebabkan oleh
rekurensi infeksi bakteri atau infeksi dari agen lain. Kondisi non infeksi disebabkan oleh
iradiasi, penyakit autoimun, dan kasus idiopatik.

1. Mycobacteria

Epidemiologi menyatakan bahwa infeksi mycobacteria dapat menyerang kelenjar


parotis (70% kasus), kelenjar submandibula (27%), dan kelenjar sublingualis (3%). Sebagian
besar penyakit yang disebabkan infeksi ini berkembang dari tonsi maupun gigi yang menjadi
fokal infeksi kemudian menyebar ke kelenjar melalui limfonodi. Sarcoidosis, merupakan
penyakit sistemik infeksius yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada berbagai
system organ dan biasanya disebabkan oleh infeksi mycobacteria. Sekitar 83% kasus pasien
mengalami pembesaran kelenjar parotis bilateral dan penurunan aliran saliva. Beberapa
pasien, juga mengalami gejala xerostomia akibar kelenjar ludah minor ikut terinfeksi.
Sebagian besar pasien tidak mengalami rasa sakit, dan terjadi pembesaran kronis pada
kelenjar yang terlibat dengan penambakan multinodular dan terlihat seperti keganasan.

2. Syphilis

Syphilis biasanya jarang terjadi pada kelenjar parotis, namun ketika penyakit ini
muncul, distribusi dan penampakannya sama seperti pada infeksi TB dengan gambaran yang
hamper mirip dengan sarcoidosis.

3. Cat-Scratch Disease disebabkan oleh infeksi bakteri gram negatif, riketsia dan
menyebabkan limfadenitis regional. Penyakit ini biasa menyerang pada anak-anak dan
remaja. Radiografik menunjukkan adanya pembesaran limfonodi intraparotid yang
meluas dan tidak spesifik dan hal ini mirip pada infeksi sarcoidosis dan infeksi TB
sehingga sering terjadi kesalahan diagnosis.
4. Toxoplasmosis merupakan infeksi protozoa yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii.
Penyakit ini merupakan infeksi yang umum terjadi yaitu sekitar 5-95% populasi
tergantung dari lokasi geografis.
5. Actinomycosis disebabkan oleh infeksi bakteri gram positif anaerob, Actinomyces
iszraelli, mengakibatkan infeksi orofaring. Limfonodi parois dan submandibular dapat
menjadi lokasi infeksi sekunder yang disebarkan melalui perluasan perluasan infeksi
kronis mandibula. Jaringan ikat sekitar mengalami infiltrate inflamasi dan terkadang
infeksi kelenjar parotis dapat menyebar hingga masticator space. Infeksi bakteri ini
pada kelenjar parotis dapat akut, dengan gejala rasa sakit, pembengkakan, abses, dan
pembentukan fistula. Infeksi kronik memiliki gambaran hamper mirip seperti infeksi
TB yang termanifestasi sebagai masa parotid yang tidak sakit.

2. Inflamasi
a. Sialolithiasis, sebagian besar terjadi pada kelenjar submandibula (80-90%),
kelenjar parotis (10-20%), dan sekitar 1-7% terjadi di kelenjar ludah sublingual.
Keterlibatan kelenjar ludah minor sangatlah jarang, meskipun juga bias terjadi
pada mukosa bukal dan bibir atas. Sekitar 75% batu berbentuk solid dan tunggal,
namun 25% diantaranya memiliki batu kelenjar multiple. Pada pasien dengan
sialodenitis kronis, setidaknya terdapat kalkulus pada du pertiga kasus dan pada
gambaran radiograf batu tampak sebagai lesi radiopak. Sebanyak 85% batu
kelenjar submandibula terjadi di dalam duktus Warthon, 30% di dekat ostium
duktus, dan 20% diantaranya pada pertengahan duktus.
b. Chronic Reccurent Sialodenitis, merupakan pembengakakan difus maupun
terlokalisasi pada kelenjar ludah, dan terasa sakit. Penyakit ini biasanya
diasosiasikan dengan obstruksi tidak sempurna pada sistem duktus, walaupun
biasanya terjadi variasi.
c. Sialodochitis Fibrinosa (Kussmaul’s Disease), merupakan pembengkakan
rekuren, akut, dan bias terasa nyeri maupun tidak nyeri pada kelenjar parotis atau
submandibula. Penampakan klinis berupa penyumbatan pada pintu masuk duktus
Stensen atau duktus Warthon. Penyakit ini biasanya terjadi padan pasien dengan
kondisi lemah dan dehidrasi perawatan dapat berupa pemijatan pada glandulam
penggunaan secretogogeus untuk menghilangkan sumbatan, dilatasi pintu masuk
duktus untuk mencegah rekurensi, dan bila dimungkinkan dilakukan rehidrasi.

d. Hiperlipidemia, dikarakteristikkan sebagai peningkatan level trigliserid dan atau


kolesterol total plasma. Beberapa pasien dengan hiperlipidemia mengalami
pembesaran kelenjar parotis dengan infiltrate lipid yang seragam yang terlihat
pada MRI. Peningkatan kadar trigliserid plasma berkorelasi dengan
pembengkakan parotis, dan berakibat pada penurunan aliran saliva yang semakin
parah. Kelenjar submandibula juga dapat terlibat namun insidensinya lebih
rendah.
e. Sialosis, merupakan pembesaran kelenjar parotis yang rekuren maupun kronik,
nonneoplastik, non inflamatori, dan tidak terasa sakit. Kelenjar submandibula,
sublingual, dan kelenjar ludah minor juga ada kemungkinan terlibat.
Pembengkakan parotis biasanya bilateral dan simetrik namun juga bias unilateral
dan atau simetris. Onset biasanya tidak terlalu terlihat, karena tidak ada simptom
maupun inflamasi.

3. Trauma

a. Mucoceles, merupakan istilah klinis yang mendeskripsikan pembengkakan


yang disebabkan oleh akumulasi saliva pada sisi yang terkena trauma
maupun daerah yang mengalami pemnyumbatan pada duktus glandula
saliva minor. Mucocele diklasifikasikan menjadi tipe retensi dan
ekstravasasi.
b. Ranula, merupakan mucocele yang terletak di dasar mulut. Ranula
kemungkinan merupakan fenomena ekstravasasi mucus maupun retensi
mucus dan sebagian besar terjadi pada duktus glandula saliva sublingual.
Pembentukan ranula biasanya terjadi karena trauma. Penyebab lain yaitu
penyumbatan pada kelenjar saliva atau aneurism dukt
BAB III
PEMBAHASAN

Pasien Ny.P umur 45 tahun datang denngan keluhan bengkak dan nyeri pada
dasar lidah bagian kiri disertai keluarnya nanah. Pasien dirujuk dari puskesmas
kerom,. Bengkak pada dasar lidah sudah terjadi satu tahun yang lalu, pasien
belum pernah kedokter,namun sekarang bengkak pada dasar lidah tersebut mulai
terasa nyerinya bertambah lagi sehingga pasien memutuskan untuk berobat.

Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit hipertensi,diabetes melitus, dan


penyakit jantung begitu pula dengan riwayat keluarga.

Pada pemeriksaan fisik, keadaan umumnya tampak sakit sedang dengan


kesadaran compos metis tanda-tanda vital dalam batas normal,region facialis
simetris dan tidak ada edema serta tidak ada nyeri tekan. Pada inspeksi region
intra oral ditemukan adanya edema pada papilla sublingualis sinistra dengan
nyeri tekan.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan serta


pemeriksaan penunjang bahwa pasien mengalami abses kelenjar saliva karena
adanya nanah dengan inti yang jelas, dan tidak berwarna.

Diagnosis banding dari abses kelenjar saliva dari beberapa penyakit kelenjar
saliva yang paling mirip adalah ranula dan sialolitiasis.

Terapi untuk abses kelenjar saliva adalah terapi suportif meliputi pemberian
analgesik, antibiotik, dan antipiretik apabila dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kontis TC, Johns ME. Anatomy and physiology of the salivary gland. In: Baily BJ, ed.
Head and neck surgery- otolaryngology. Philadelphia: Lippincott; 2001. p. 429-36.

2. Tamin S dan Yassi D. 2010. Penyakit Kelenjar Saliva dan Peran Sialoendoskopi untuk
Diagnostik dan Terapi. J.THT UI: 1-16.
3. Vorvick LJ. 2011. Salivary Gland Disorders. American Accreditation HealthCare
Commission: 114-121.
4. Zorzetto DL, Marzola C, Toledo-Filho JL, Azenha MR, Cavalieri-Pereira L, Silva-Rosa
LP. 2010. Ranula Surgical Treatment by The Marsupialization Technique. J. Surg: 309-
315.

Anda mungkin juga menyukai