Anda di halaman 1dari 11

1 LAPORAN KASUS Identitas Nama Alamat Umur Kelamin Pekerjaan Status Suku bangsa Konsul dari Anamnesis Keluhan

an Utama Riwayat Penyakit : Pasien ingin mencabut gigi kiri atas karena menderita pilek : Awalnya pasien mengatakan kira-kira 1 bulan yang lalu sakit yang tidak sembuh-sembuh. pada gigi rahang atas sudah lama, setelah itu pasien menderita pilek yang tidak sembuhsembuh. Pasien mengatakan 1 minggu yang lalu mimisan, kemudian keluar cairan yang berbau dari hidung. Pasien tidak pernah minum obat-obatan selama ini karena menganggap pilek biasa. Riwayat Perawatan : Pasien belum pernah melakukan perawatan gigi sebelumnya : Pasien mengatakan belum pernah ada kelainan : Gangguan respiratori Kelainan imunologi Gangguan TMJ Tekanan darah Diabetes mellitus Lain- lain a. Gigi b. Jar.Lunak : Tn. Sujud : Selorejo, Blitar : 56 tahun : Laki-laki : Petani : Kawin : Jawa : THT Menderita : Sinusitis maxilaris sinistra

Riwayat Kesehatan

Kelainan darah Kelainan endokrin Gangguan nutrisi Kelainan jantung Kelainan kulit/kelamin Gangguan pencernaan

Obat-obat yang telah/ sedang dijalani : Pasien belum pernah minum obat-obatan Keadaan sosial/ kebiasaan Riwayat keluarga : Menengah ke bawah, merokok (+), :

tertentu selama sakit jarang sikat gigi

2 a. Kelainan darahb. Kelainan endokrin c. Diabetes mellitus d. Kelainan jantung e. Kelainan syaraf f. Alergi g. Lain-lain Pemeriksaan TD : 130/90 mmHg Ekstra oral : dBN : nyeri tekan pipi kiri atas (+) : dBN : dBN : dBN : dBN : dBN : dBN : dBN : dBN : dBN : dBN : dBN : dBN : dBN : dBN : dBN : dBN : dBN : dBN -

a. Muka b. Pipi kiri Pipi kiri c. Bibir atas Bibir bawah d. Sudut mulut

e. Kel.submandibularis kiri Kel.submandibularis kanan f. Kelenjar submentalis g. Kelenjar leher h. Kel. sublingualis i. Kel. parotis kanan Kel. parotis kiri j. Lain-lain Intraoral Mukosa labial bawah : dBN b. Mukosa pipi kanan Mukosa pipi kiri c. Bukal fold atas: dBN Bukal fold bawah d. Labial fold atas Labial fold bawah a. Mukosa labial atas

3 e. Gingiva rahang atas f. Lidah g. Dasar mulut h. Palatum i. Tonsil j. Pharyng 8 8 Diagnosis Diagnosis sementara 6 periodontitis Sinusitis maxilaris sinistra et causa 6 luksasi (+) derajat 3 6 caries medial sondasi (+) perkusi (-) palpasi (-) CE (+) 65432 5 4 Kalkulus rahang atas dan bawah Rencana 6 Rencana Perawatan pro ekstraksi pro 65432 5 4 pro ekstraksi 6 tambal radixes 7 7 6 6 5 V V 5 : nyeri (+) : dBN : dBN : dBN : dBN : dBN 4 IV IV 4 3 III III 3 2 II II 2 1 I I 1 1 I I 1 2 II II 2 3 III III 3 4 IV IV 4 5 V V 5 6 6 7 7 8 8

Gingiva rahang bawah : dBN

4 Pro scaling rahang atas dan bawah 1. Pengobatan R/ Azitromicin caps 500 mg No.VI S 2 dd 1 Asam mefenamat tab 500 mg No.X S 3 dd 1 1. Pemeriksaan penunjang 2. Rujukan Poli Penyakit Dalam Poli THT Poli Kulit Kelamin Poli Syaraf Lab. Radiologi Mulut Lab. Patologi Anatomi Sitologi Biopsi Lab. Mikrobiologi Bakteriologi Jamur Lab. Patologi Klinik

Diagnosis Akhir Sinusitis maxilaris sinistra et causa 6 periodontitis

Lembar Perawatan Elemen 6 Diagnosa Periodontitis Terapi R/ Azitromicin caps 500 mg No.VI S 2 dd 1 Asam mefenamat tab 500 mg No.X S 3 dd 1 Caries medial Pro tambal - Menunggu keadaan/ nyeri Keterangan

Tanggal 28/10/2011

5
65432 5 4

Radixes

Pro ekstraksi

membaik - Meningkatkan oral hygiene - Mengurangi merokok - Sikat gigi teratur - Kontrol/ periksa gigi minimal 6 bulan sekali

Rahang atas dan rahang bawah

Kalkulus

Pro scaling

TELAAH KASUS 1 Anatomi Manusia memiliki sekitar 12 rongga di sepanjang atap dan bagian lateral kavum nasi. Sinussinus ini membentuk rongga di dalam beberapa tulang wajah, dan diberi nama sesuai dengan tulang tersebut, yaitu sinus maksilaris, sinus sfenoidalis, sinus frontalis, dan sinus etmoidalis. Seluruh sinus dilapisi oleh epitel saluran pernafasan yang mengalami modifikasi, yang mampu menghasilkan mukus, dan bersilia. Sekret yang dihasilkan disalurkan ke dalam kavum nasi. Pada orang sehat, sinus terutama berisi udara.

Sinus maxillaris merupakan sinus paranasalis yang terbesar. Sinus maksilaris terletak di dalam tulang maksilaris, dengan dinding inferior orbita sebagai batas superior, dinding lateral nasal sebagai batas medial, prosesus alveolaris maksila sebagai batas inferior, dan fossa canine sebagai batas anterior. Sinus ini sudah ada sejak lahir dan mencapai ukuran maksimum ( +15 ml ) pada saat dewasa. Dari segi klinis yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maxilla adalah :
1.

Dasar sinus maxillaris berhubungan dengan gigi C, P1, P2, M1, M2 dan M3 Ostium sinus maxillaris lebih tinggi dari dasarnya Sinus frontalis mulai berkembang dari sinus ethmoidalis anterior pada usia 8 tahun dan

2.

mencapai ukuran maksimal pada usia 20 tahun. Sinus ethmoidalis merupakan kelompok dari sel ethmoidalis anterior dan posterior yang saling berhubungan dan kemudian bermuara dalam rongga hidung. Sinus ini sudah ada sejak anak lahir. Sinus ini dianggap paling penting karena dapat menjadi fokus infeksi bagi sinus paranasalis yang lainnya. Sinus paranasalis ini mempunyai fungsi yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. Pengatur kondisi udara Membantu keseimbangan kepala Membantu resonansi suara Peredam perubahan tekanan udara Membantu produksi mukus Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau infeksi virus, bakteri maupun jamur. Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari keempat sinus yang ada (maksilaris, etmoidalis, frontalis atau sfenoidalis). Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung

2. Patofisiologi

7 selama 3 minggu atau kurang) maupun kronis (berlangsung selama 3-8 minggu tetapi dapat berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun). Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis. Dari semua jenis sinusitis, yang paling sering ditemukan adalah sinusitis maksilaris dan sinusitis ethmoidalis. Secara klinis sinusitis dibagi atas : 1. Sinusitis akut, bila infeksi beberapa hari sampai beberapa minggu. 2. Sinusitis subakut, bila infeksi beberapa minggu hingga beberapa bulan. 3. Sinusitis Kronis, bila infeksi beberapa bulah hingga beberapa tahun. Sedangkan berdasarkan penyebabnya sinusitis dibagi menjadi :
1. Rhinogenik (penyebab kelainan atau masalah di hidung), Segala sesuatu yang

menyebabkan sumbatan pada hidung dapat menyebabkan sinusitis. Contohnya rinitis akut (influenza), polip, dan septum deviasi.
2. Dentogenik/Odontogenik (penyebabnya kelainan gigi), yang sering menyebabkan

sinusitis infeksi adalah pada gigi geraham atas (pre molar dan molar). Bakteri penyebabnya adalah Streptococcus pneumoniae, Hemophilus influenza, Steptococcus viridans, Staphylococcus aureus, Branchamella catarhatis. Antrum maksila mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan akar gigi pre molar dan molar atas. Hubungan ini dapat menimbulkan problem klinis seperti infeksi yang berasal dari gigi dan fistula oroantral dapat naik ke atas dan menimbulkan infeksi sinus. Sinusitis maksila diawali dengan sumbatan ostium sinus akibat proses inflamasi pada mukosa rongga hidung. Proses inflamasi ini akan menyebabkan gangguan aerasi dan drainase sinus. Keterlibatan antrum unilateral seringkali merupakan indikasi dari keterlibatan gigi sebagai penyebab. Bila hal ini terjadi maka organisme yang bertanggung jawab kemungkinan adalah jenis gram negatif yang merupakan organisme yang lebih banyak didapatkan pada infeksi gigi daripada bakteri gram positif yang merupakan bakteri khas pada sinus. Penyakit gigi seperti abses apikal, atau periodontal dapat menimbulkan gambaran radiologi yang didominasi oleh bakteri gram negatif, karenanya menimbulkan bau busuk. Pada sinusitis yang dentogennya terkumpul kental akan memperberat atau mengganggu drainase terlebih bila meatus medius tertutup oleh oedem atau pus atau kelainan anatomi lain seperti deviasi, dan hipertropi konka. Akar gigi premolar kedua dan molar pertama berhubungan dekat dengan lantai dari sinus maksila dan pada sebagian individu berhubungan langsung dengan mukosa sinus maksila. Sehingga penyebaran bakteri langsung dari akar gigi ke sinus dapat terjadi.

3. Penegakan Diagnosis Manifestasi klinis sinusitis sangat bervariasi. Keluhan utama yang paling sering ditemukan adalah tidak spesifik, dan dapat berupa sekret nasal purulen, kongesti nasal, rasa tertekan pada wajah, nyeri gigi, nyeri telinga, demam, nyeri kepala, batuk, rasa lelah, halitosis, atau berkurangnya penciuman. Gejala seperti ini sulit dibedakan dengan infeksi saluran nafas atas karena virus, sehingga durasi gejala menjadi penting dalam diagnosis. Pasien dengan gejala diatas selama lebih dari 7 hari mengarahkan diagnosis ke arah sinusitis. Sinusitis maksilaris akut biasanya menyusul infeksi saluran napas atas yang ringan. Alergi hidung kronik, benda asing, dan deviasi septum nasi merupakan faktor-faktor predisposisi lokal yang paling sering ditemukan. Gejala infeksi sinus maksilaris akut berupa demam, malaise, dan nyeri kepala yang tak jelas yang biasanya reda dengan pemberian analgetik biasa seperti aspirin. Pada sinusitis maksila nyeri terasa di bawah kelopak mata dan kadang menyebar ke alveolus hingga terasa di gigi. Nyeri alih dirasakan di dahi dan depan telinga. Wajah terasa bengkak, penuh, dan gigi terasa nyeri pada gerakan kepala mendadak, misalnya sewaktu naik atau turun tangga. Seringkali terdapat nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk, serta nyeri pada palpasi dan perkusi. Selama berlangsungnya sinusitis maksilaris akut, pemeriksaan fisik akan mengungkapkan adanya pus dalam hidung. Sekret mukopurulen dapat keluar dari hidung dan terkadang berbau busuk. Batuk iritatif non produktif seringkali ada. Gambaran radiologik sinusitis akut mula-mula berupa penebalan mukosa, selanjutnya opasifikasi sinus lengkap akibat mukosa yang membengkak hebat, atau akibat akumulasi cairan yang memenuhi sinus. Biakan bakteri yang muncul biasanya Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, bakteri anaerob, Branghamella catarrhalis. Jika tidak mendapatkan

9 penanganan yang adekuat Sinusitis maksilaris akut dapat berubah menjadi sinusitis maksilaris kronis yang berlangsung selama beberapa bulan atau tahun. Kriteria diagnosis dar sinusitis yaitu : Gejala mayor Nyeri atau rasa tertekan pada wajah Sekret nasal purulen Demam Kongesti nasal Obstruksi nasal Hiposmia atau anosmia Diagnosis ditegakkan jika memenuhi 2 kriteria mayor minor pada pasien dengan gejala lebih dari 7 hari. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis sinusistis, yaitu: 1. Pemeriksaan transluminasi. Pada pemeriksaan transluminasi, sinus yang sakit akan tampak suram atau gelap. Hal ini lebih mudah diamati bila sinusitis terjadi pada satu sisi wajah, karena akan nampak perbedaan antara sinus yang sehat dengan sinus yang sakit. 2. Pencitraan Dengan foto kepala posisi Waters, PA, dan lateral, akan terlihat perselubungan atau penebalan mukosa, opasifikasi sinus ( berkurangnya pneumatisasi) atau air-fluid level pada sinus yang sakit akibat akumulasi pus. CT Scan adalah pemeriksaan pencitraan terbaik dalam kasus sinusitis. 3. Kultur Karena pengobatan harus dilakukan dengan mengarah kepada organisme penyebab, maka kultur dianjurkan. Bahan kultur dapat diambil dari meatus medius, meatus superior, atau aspirasi sinus. 4. Rontgen gigi Rontgen gigi dilakukan untuk mengetahui apakah sudah timbul abses atau belum. 4. Penatalaksanaan Tujuan utama dari penatalaksanaan sinusitis adalah: 1. Mempercepat penyembuhan 2. Mencegah komplikasi 3. Mencegah perubahan menjadi kronik. Sinusitis akut dapat diterapi dengan pengobatan (medikamentosa) dan pembedahan (operasi). Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien sinusitis akut, yaitu: Gejala minor Sakit kepala Batuk Rasa lelah Rasa lelah Halitosis Nyeri gigi atau 1 kriteria mayor dengan 2 kriteria

10 1. Antibiotik. Berikan golongan penisilin selama 10-14 hari meskipun gejala klinik sinusitis akut telah hilang. 2. Dekongestan lokal. Berupa obat tetes hidung untuk memperlancar drainase hidung. 3. Analgetik. Untuk menghilangkan rasa sakit. 4. Irigasi Antrum. Indikasinya adalah apabila terapi diatas gagal dan ostium sinus sedemikian edematosa sehingga terbentuk abses sejati. Irigasi antrum maksilaris dilakukan dengan mengalirkan larutan salin hangat melalui fossa incisivus ke dalam antrum maksilaris. Cairan ini kemudian akan mendorong pus untuk keluar melalui ostium normal. 5. Menghilangkan faktor predisposisi dan kausanya jika diakibatkan oleh gigi 6. Diatermi gelombang pendek selama 10 hari dapat membantu penyembuhan sinusitis dengan memperbaiki vaskularisasi sinus. Pembedahan (operasi) pada pasien sinusitis akut jarang dilakukan kecuali telah terjadi komplikasi ke orbita atau intrakranial. Selain itu nyeri yang hebat akibat sekret yang tertahan oleh sumbatan dapat menjadi indikasi untuk melakukan pembedahan

REFERENSI Dhanutirto, H.dkk. 2007. ISO Indonesia. Jakarta : Ikrar Mandiri Abadi Djuanda, A.dkk. 2007. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Jakarta : Info Master Gunawan, S.G. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : FK Universitas Indonesia Mansjoer, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan. 2008. Surabaya : RSU Dokter Soetomo Soepardi, dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

11

Anda mungkin juga menyukai