Anda di halaman 1dari 53

ASMA PADA ANAK

Diagnosis-Tatalaksana

RONI NANING
Div. Respirologi Dept.IKA FKKMK UGM
KSM Kesehatan Anak RSUP Dr Sardjito
Yogyakarta
Kasus Pemeriksaan fisik
• Anak usia 8 tahun
• Didiagnosis asma 2 tahun yang lalu, telah • Bicara masih dalam kalimat utuh,
mendapat ICS/LABA dengan SABA jika perlu
• Datang ke IGD dengan sesak napas dan dada Posisi lebih senang duduk
terasa tertekan, bersamaan dengan daripada berbaring
tersumbat.
• Gejala tidak berkurang dengan pemberian • Frekuensi napas: 32 x/menit; nadi
SABA 112 x/menit; Saturasi O2: 92%;
• Riwayat dirawat di rumah sakit setahun
sekali karena serangan asma. Serangan
APE (PEF) : 52%
dialami 4-6x /bulan dan sering tidak masuk
sekolah.
• Ada wheezing, tidak ada crackle
• Tidak ada pencetus yang diketahui, namun
ibunya mengatakan bahwa pasien sering
lupa menggunakan obat hirup (karena
merasa baik-baik saja). Diagnosis dan tatalaksana ?
Inflamasi kronis saluran napas ditandai : mengik (wheezing),
napas pendek, sesak, dan batuk yang bervariasi saat timbulnya,
frekuensinya dan intensitasnya.

Gejala asma berhubungan dengan keadaan aliran


udara pernapasan

Gangguan udara masuk dan keluar saluran napa

Asma akibat adanya:


• Kontriksi bronkus
• Edema dinding saluran napas
• Peningkatan produksi mukus

Faktor pencetus asma:


• infeksi virus, alergen indoor,outdoor (debu rumah,
• pollens, kecoa), asap rokok, exercise dan stres/psikis

Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA), 2015


Pathophysiology Patofisiologi Asma

Genetic factors

Remodeling

Environmen Airway Airway Airflow Asthma


t factors inflammation Hyperresponsivenes Limitation symptoms
s
• Allergen • Smooth • Wheezing
• Airway muscle • Increased
Exacerbation
contraction
infection factors
• Mucus respiratory
• Cigarette • Allergen secretion rate
smoke • Airway infection • Edema • Dyspnea
• Air pollution • Cigarette smoke
• Air pollution
• Weather change
• Physical training
• Psychological PNAA, 2015
Antigen

IL-12 ( - )
Naïve Lymphocyte
T
Dendritic cell Th-0
IL-12 ( + ) Th-2
(-) response
IL-3
IL-4 IL-9 IL-55

Patogenesis
Th-1 IL-13 IL-4 IL-3 GM-CSF
response
(IFNɣ, lymphotoxin, IL-2)
IgE Mast cell Basophil Eosinophil

Inflammation mediators
(histamine,
Cellular immunity and prostaglandin,
neutrophilic leukotriene, enzyme)
inflammation

Bronchus hyper-
Asthma symptoms
responsiveness
Airway obstruction
PNAA,2015
Trigger Remodeling
Smooth muscle hypertrophy
Collagen deposition
Basal Membrane thickening

Bronchial inflammation
Airway Mucus and Edema
and hyper
Bronchospasmresponsiveness

remodeling
cell debris
Normal response
Subclinical
Obstruction

Healing Healing
(Total) (partial)

PNAA, 2015
Persisten
berat

Persisten Sedang
30-40%
Persisten ringan

Intermiten
Diagnosis
Ditemukan lebih dari satu gejala:
• Gejala memburuk di malam hari atau pagi dini hari
• Gejala bervariasi waktu dan intensitas nya
• Gejala dipicu oleh infeksi virus (Common Cold),
Gejala exercise, paparan alergen, perubahan cuaca, tertawa
atau iritan seperti asap, bebauan yang menyengat
Menjurus ke Keadaan kemungkinan bukan asma
Diagnosis • Batuk tanpa gejala lain

Asma • Produksi sputum kronis


• Sesak yang berhubungan dengan dizzy, sakit kepala
ringan atau parestesi
• Nyeri dada
• Sesak setelah exercise disertai pernapasan brisik
waktu inspirasi

PNAA, 2015
Gejala Karakteristik
Wheezing , batuk , sesak  Biasanya lebih dari 1 gejala respiratori
napas, dada tertekan,  Gejala berfluktuasi intensitasnya seiring
produksi sputum waktu
 Gejala memberat pada malam atau
dinihari
 Gejala timbul bila ada pencetus
Kriteria Diagnosis
Asma Konfirmasi adanya limitasi aliran udara ekspirasi
Gambaran obstruksi FEV1 rendah (<80% nilai prediksi)
saluran respiratori FEV1 / FVC ≤ 90%
Uji reversibilitas (pasca-
bronkodilator) Peningkatan FEV1 >12%

Variabilitas Perbedaan PEFR harian >13% 


Uji provokasi Penurunan FEV1 >20%, atau PEFR >15%

The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and
prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
Pemeriksaan Fisik
• Gejala relevan asma:
• Tanpa gejala
• Ada gejala: batuk, sesak, wheezing, ekspirasi memanjang

• Tanda alergi:
• Dermatitis atopik, rinitis alergi
• Allergic shiners, geographic
tongue

Allergic shiner Geographic tongue

Pedoman Nasional Asma Anak


Pemeriksaan penunjang
Mendukung diagnosis asma:
• Uji fungsi paru
• Spirometri
• Peak flow meter Spirometri Peak flow meter

• Uji cukit kulit (skin prick test), eosinofil total darah, pemeriksaan IgE
spesifik
• Uji inflamasi respiratori: FeNO (fractional exhaled nitric oxide),
eosinofil sputum
• Uji provokasi bronkus dengan exercise, metakolin, hipertonik salin

Pedoman Nasional Asma Anak


Gejala klinis tidak sesuai dengan karakteristik asma
dipertimbangkan kemungkinan diagnosis banding:

Inflamasi: infeksi, alergi Obstruksi mekanis


• Rinitis, rinosinusitis • Laringomalasia,
• Chronic upper airway trakeomalasia
Diagnosis cough syndrom • Hipertrofi timus
Banding • Infeksi respiratori
berulang
• Pembesaran KGB
• Aspirasi benda asing
• Bronkiolitis • Vascular ring,
• Aspirasi berulang laryngeal web
• Defisiensi imun • Disfungsi pita suara
• Tuberkulosis • Malforasi kongenital
saluran respiratori
1. Papadopoulus et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
2. The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. A
3. vailable from: www.ginasthma.org
Asma pada anak balita (modifikasi GINA 2015)
Gejala (batuk, wheezing, sulit Gejala (batuk wheezing, sulit Gejala (batuk wheezing, sulit

MUNGKIN BUKAN ASMA

MUNGKIN ASMA

SANGAT MUNGKIN ASMA


bernapas) ≤10 hari selama IRA bernapas) >10 hari selama IRA bernapas) >10 hari selama IRA

2-3 episode/tahun >3 episode/tahun, atau episode >3 episode/tahun, atau episode
berat dan/atau perburukan berat dan/atau perburukan
malam hari malam hari

Diantara episode anak mungkin Diantara episode anak mungkin


Tidak ada gejala diantara batuk, wheezing atau sulit batuk, wheezing atau sulit
episode bernapas bernapas

Alergi/atopi pada pasien, riwayat Alergi/atopi pada pasien, riwayat Alergi/atopi pada pasien, riwayat
asma pada keluarga (-) asma pada keluarga (+/-) asma pada keluarga (+)

Keterangan:
• Skema diatas menggambarkan bahwa asma pada anak balita merupakan suatu spektrum yang dinamis, semakin ke kanan pola gejala yang ditemui, maka makin
kuat dugaan ke arah asma. Dan seorang pasien dapat berubah posisinya seiring waktu.
• Bila seorang balita sudah memenuhi klinis sesuai kriteria klasik asma, maka bisa langsung didiagnosis asma tanpa melalui algoritma diagnosis asma.

Pedoman Nasional Asma Anak


Batuk/wheezing/sesak napas/dada tertekan/produksi sputum

Patut diduga asma bila memenuhi 2 dari 5 kriteria:


• Timbul kronik atau berulang
• Gejala berfluktuasi intensitasnya seiring waktu
• Gejala memberat pada malam atau dini hari
• Timbul bila ada pencetus
• Riwayat alergi pada pasien/keluarga
Ya Tidak

Spirometri/Peak flow meter • Pikirkan diagnosis lain


Ya Tidak tersedia
• Pertimbangkan
pemeriksaan berikut (sesuai
Reversibilitas >12% indikasi)
Berikan beta-agonis* • Uji tuberkulin
atau selama 3-5 hari • Rontgen toraks
variabilitas >13%
• Pemeriksaan refluks
Ya
• CT scan dada/sinus
Ya
ASMA** Respons
Tidak

Tentukan derajat Ya Tambah steroid sistemik


penyakit dan (3-5 hari) Tatalaksana
serangan sesuai diagnosis
lain
Tidak
Respons
Pedoman Nasional Asma Anak
KLASIFIKASI ASMA
Berdasarkan :
1.Kekerapan gejala
2.Derajat serangan
3.Derajat kendali
Derajat serangan asma
Asma serangan Asma serangan berat Serangan asma dengan
ringan-sedang ancaman henti napas
• Bicara dalam kalimat • Bicara dalam kata • Mengantuk
• Lebih senang duduk daripada • Duduk bertopang lengan • Letargi
berbaring • Gelisah • Suara napas tak terdengar
• Tidak gelisah • Frekuensi napas meningkat
• Frekuensi napas meningkat • Frekuensi nadi meningkat
• Frekuensi nadi meningkat • Retraksi jelas
• Retraksi minimal • SpO2 (udara kamar) < 90%
• SpO2 (udara kamar): 90 – 95% • PEF < 50% prediksi atau
• PEF > 50% prediksi atau terbaik
terbaik
SERANGAN RINGAN- Kalimat BICARA Kata
Duduk POSISI Bertopang

SERANGAN BERAT
- GELISAH +
 RR/HR 

Minimal RETRAKSI Jelas


90-95 SpO2 (%) <90
>50 PEF (%) <50
Kekerapan gejala
Kekerapan Uraian kekerapan gejala asma
Intermiten <6x/tahun atau jarak antar gejala ≥6 minggu
Persisten
>1x/bulan, <1x/minggu
ringan

Persisten sedang >1x/minggu, namun tidak setiap hari

Persisten
berat Gejala asma terjadi hampir tiap hari
RINGAN-SEDANG
SERANGAN BERAT ASMA
ANCAMAN GAGAL NAPAS

INTERMITEN <6X/Tahun
>1X/Bulan
KLASIFI-
PERSISTEN RINGAN
<1 x/Minggu
KASI
> 1X/ Minggu
SEDANG
Tidak Setiap Hari

BERAT Hampir Setiap hari


Derajat kendali asma
A. Penilaian Klinis (Dalam 6-8 minggu)
Terkendali dengan/tanpa
obat pengendali Terkendali sebagian
Manifestasi Klinis Tidak terkendali
(Min. satu)
(Bila semua kriteria terpenuhi)
Gejala Siang Hari Tidak pernah (< 2 kali/minggu) > 2 kali/minggu
Aktivitas Terbatas Tidak ada Ada Tiga atau lebih
kriteria ­terkendali
Gejala Malam Hari Tidak ada Ada sebagian*†
Pemakaian Pereda Tidak ada (< 2 kali/minggu) > 2 kali/minggu

B. Penilaian risiko perjalanan asma (risiko eksaserbasi, ketidakstabilan, penurunan fungsi paru, efek samping)

Asma yang tidak terkendali, sering eksaserbasi , pernah masuk ICU karena asma, FEV 1 yang rendah, paparan
terhadap asap rokok, mendapat pengobatan dosis tinggi
Tatalaksana
Tujuan tata laksana

Mencapai – Aktivitas pasien berjalan normal


– Gejala tidak timbul Potensi
kendali – Kebutuhan obat minimal
tumbuh
• Efek samping obat dicegah
asma
kembang
anak secara
Mengurangi risiko optimal
serangan

The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
Garis besar tatalaksana asma
• Penghindaran pencetus, termasuk
pengelolaan lingkungan
• Tatalaksana medikamentosa
• KIE (komunikasi, informasi, edukasi)
• Rencana aksi (action plan)
Episode peningkatan yang progresif
(perburukan) dari gejala-gejala
batuk, sesak napas, wheezing, rasa
dada tertekan, atau berbagai
kombinasi dari gejala-gejala tersebut
Serangan
asma
Mencerminkan gagalnya tata
laksana asma jangka panjang, atau
adanya pajanan dengan pencetus

Pedoman Nasional Asma Anak


Tujuan tata laksana serangan asma
Mengatasi penyempitan saluran respiratori secepat
mungkin

Mengurangi hipoksemia

Mengembalikan fungsi paru ke keadaan normal


secepatnya

Mengevaluasi dan memperbarui tata laksana jangka


panjang untuk mencegah kekambuhan
SERANGAN
RINGAN- β2 Agonis + Steroid ORAL
SEDANG
Kortikosteroid
inhalasi

Β2 agonis +Ipr.br
SERANGAN Steroid IV, Aminofilin IV
BERAT
Suportif
Peranan Kortikosteroid Pada Tatalaksana Eksaserbasi Asma
 GINA dan PNAA merekomendasikan pemberian
kortikosteroid pada semua tingkat keparahan
eksaserbasi asma, baik pada ringan-sedang dan berat1.2

 Peran utama kortikosteroid berfungsi sebagai anti


inflamasi (efek genomik) dengan onset kerja 6-12 jam3,4

 ICS dosis tinggi, bekerja dengan dua mekanisme yaitu


genomic dan non-genomic (efek vasokontriski) dengan
onset kerja cepat dalam hitungan detik atau menit 4,5
1. Global Initiative for Asthma (GINA). Global Strategy for Asthma Management and Prevention. 2018. Tersedia di: http://www.ginasthma.org/. 2. IDAI. Pedoman
28 Nasional Asma Anak 2016 3. Produk informasi Pulmicort nop 2017 4. Rodrigo GJ. Arch bronchoneumol 2006; 42(10):5 33-40 4. Rodrigo GJ CHEST 2004;130:1301-
1311
Rekomendasi UKK Respirologi IDAI
Pada Tata Laksana Asma Akut (Saat Serangan) Tahun 2019
Pemberian Kortikosteroid Inhalasi Dosis tinggi direkomendasikan pada semua tingkat keparahan asma akut

Asma Serangan Ringan – Asma dengan ancaman henti


Asma Serangan Berat
Sedang* napas

SABA + kortikosteroid sistemik • SABA + antikolinergik + kortikosteroid


sistemik intravena.
• SABA + antikolinergik +
atau kortikosteroid sistemik intravena +
• Jika setelah terapi tidak ada perbaikan, kortikosteroid inhalasi dosis tinggi.
SABA+ kortikosteroid inhalasi dosis maka selanjutnya ditambah dengan
tinggi. kortikosteroid inhalasi dosis tinggi.

Informasi Tambahan
• Kortikosteroid inhalasi hanya dapat diberikan dengan alat nebuliser jet (bukan ultrasonik)
• Kortikosteroid nebulisasi diberikan bersama SABA atau SABA plus ipratropium bromida, dalam satu nebulisasi (disatukan)

Keterangan:
*Rekomendasi anak diatas 5 tahun
Untuk anak balita, jika menunjukkan perbaikan klinis setelah terapi dengan inhalasi SABA, kortikosteroid tidak perlu diberikan.
Kortikosteroid sebagai pereda; SABA: short-acting ꞵ2 (beta2) agonist

Referensi: Buku Rekomendasi Terapi Inhalasi pada Anak. UKK Respirologi PP IDAI. 2019
Budesonide 1600 –
2400 mcg/kali
pemberian
Steroid inhalasi
dosis tinggi
Fluticasone propionate
(FP) 1000 – 1500
mcg/kali pemberian
FP nebulisasi sama
efektifnya dengan
prednisolon oral pada anak
dengan eksaserbasi asma

The same results were first published in Zhang H et al. Chinese J Pract Paed 2017;32:710-714. This graph has been independently created by GSK from the original
data.
Nebulised
• Pada hari ke-7, FP is at least as effective as oral prednisolone
in thesecara
perbaikan treatment of children presenting with an acute
exacerbation
bermakna of asthma
lebih tinggi
pada APE pagi hari
pada kelompok FP
dibandingkan
kelompok Pred
• Kedua pengobatan
ditoleransi dengan
baik

The same results were first published in Manjra AI et al. Resp Med 2000;94:1206-1214. This graph has been independently created by GSK from the original data
Alur tatalaksana serangan
asma pada anak
(Pedoman IDAI)
SERANGAN ASMA
• Nilai derajat serangan asma
• Cari riwayat asma risiko tinggi

RINGAN / SEDANG BERAT ANCAMAN HENTI NAPAS


Bicara dalam kalimat Bicara kata per kata Kriteria asma serangan berat terpenuhi,
Memilih duduk daripada berbaring Duduk bertopang lengan ditambah:
- mengantuk/letargi
Tidak gelisah Gelisah
- Suara napas tidak terdengar
Frekuensi napas meningkat Frekuensi napas meningkat
Frekuensi nadi meningkat Frekuensi nadi meningkat
Retraksi minimal Retraksi jelas
Saturasi O2 90–95% (udara kamar) Saturasi O2 < 90% (udara ruangan)
APE >50% dari nilai prediksi / terbaik APE ≤50% dari nilai prediksi/terbaik SEGERA
Tidak respons
Atau memburuk
Mulai terapi awal Bila di IGD rumah sakit
- Berikan oksigen 1-2L/menit, jika SpO2 <94% - Lanjutkan tatalaksana sesuai derajat
- Agonis beta2 kerja pendek serangan, bila di FASYANKES primer, segera
- Via nebulizer atau via pMDI + Spacer (4-10 semprot) rujuk ke rumah sakit.
- Nebulisasi bisa diulang sampai 3 kali tiap 20 menit dalam 1 jam - Selama menunggu berikan terapi:
- Untuk nebulisasi ketiga pertimbangkan kombinasi agonis beta2 kerja pendek dengan ipratropium - Nebulisasi beta2 agonis kerja pendek
bromide dan ipratropium bromide
- Pada saat serangan: steroid sistemik (prednisolone/prednisone) 1-2mg/kgBB/hari maksimal 40mg - Steroid sistemik 1-2mg/kgBB/hari
per oral (bila tidak memungkinkan IV). Hati-hati dalam penggunaan steroid sistemik maksimal 40mg IV
- Berikan oksigen 2L/menit
Pasien dengan serangan asma berat atau ancaman henti napas yg dirujuk ke RS
PENILAIAN AWAL Apakah ada gejala berikut?
A: airway B: breathing C: circulation Mengantuk, letargi, suara paru tak terdengar
Tidak YA

BERAT ANCAMAN HENTI NAPAS


Siapkan perawatan ICU
Bicara dalam kata - Inhalasi agonis beta2 kerja pendek
Duduk bertopang tangan - Oksigen
Gelisah - Siapkan intubasi jika perlu
Frekuensi napas meningkat
Frekuensi nadi meningkat
Retraksi jelas
Saturasi O2 < 90% (udara kamar)
PEF(APE) ≤50% dari nilai prediksi/terbaik
Mulai terapi
- Inhalasi agonis beta2 kerja pendek + Ipratropium bromide
- Steroid IV
- Oksigen untuk menjaga Sa O2 94-98%
- Berikan aminofilin IV
Jika memburuk pertimbangkan dirawat sebagai ancaman henti napas dan pertimbangkan rawat ICU

Nilai kondisi klinis secara berkala, periksa spirometry/PEF (satu jam setelah terapi awal

FEV1/APE 60-80% dan terdapat perbaikan gejala FEV1/APE <60 dan tidak terdapat perbaikan gejala
SEDANG BERAT
pertimbangkan rawat jalan lanjutkan tatalaksana dan evaluasi berkala
Mulai terapi awal Bila di IGD rumah sakit
- Berikan oksigen 1-2L/menit, jika SpO2 <94% - Lanjutkan tatalaksana sesuai derajat
- Agonis beta2 kerja pendek serangan, bila di FASYANKES primer, segera
- Via nebulizer atau via pMDI + Spacer (4-10 semprot) rujuk ke rumah sakit.
- Nebulisasi bisa diulang sampai 3 kali tiap 20 menit dalam 1 jam - Selama menunggu berikan terapi:
- Untuk nebulisasi ketiga pertimbangkan kombinasi agonis beta2 kerja pendek dengan ipratropium - Nebulisasi beta2 agonis kerja pendek
bromide dan ipratropium bromide
- Pada saat serangan: steroid sistemik (prednisolone/prednisone) 1-2mg/kgBB/hari maksimal 40mg - Steroid sistemik 1-2mg/kgBB/hari
per oral (bila tidak memungkinkan IV). Hati-hati dalam penggunaan steroid sistemik maksimal 40mg IV
- Berikan oksigen 2L/menit

Lanjutkan terapi dengan beta2 agonis kerja pendek jika diperlukan


Tidak respons
Nilai respons terapi dalam 1 jam berikutnya (atau lebih cepat)
atau memburuk
Membaik
Siapkan untuk rawat jalan
Penilaian sebelum dpulangkan - Obat pereda: lanjut sampai gejala reda/hilang
- Gejala membaik
- Obat pengendali: dimulai, dilanjutkan, dinaikkan
- SpO2 >94% (udara kamar)
sesuai dengan derajat kekerapan asma
- PEF membaik, dan 60-80% nilai
- Kortikosteroid oral: lanjutkan 3-5 hari
prediksi terbaik - Kunjungan ulang ke rumah sakit dalam 3-5 hari

Tindak lanjut:
- Obat pereda: diberikan jika perlu
- Obat pengendali: lanjutkan dengan dosis yang sesuai
- Evaluasi faktor risiko: identifikasi dan modifikasi faktor risiko bila memungkinkan
Bila tidak tersedia obat-obatan lain, gunakan ADRENALIN untuk asma yang berhubungan dengan anafilaksis dan
angioedema, dosis 10 ug/kgBB (0,01ml/kgBB adrenalin1:1000), maksimal 500ug(0,5ml)
Jenjang dalam pengendalian asma

• Keterangan gambar: ICS (inhaled corticosteroids, steroid inhalasi); LTRA (Leukotriene Receptor Antagonist); SABA
(short acting beta agonist, β2-agonis kerja pendek); LABA (long acting beta agonist, β2-agonis kerja panjang)
The control-based
asthma management cycle
• Diagnosis
• Symptom control & risk factors
(including lung function)
• Inhaler technique & adherence
• Patient preference
• Symptoms
• Exacerbations
• Side-effects
• Patient satisfaction
• Lung function

• Asthma medications
• Non-pharmacological strategies
• Treat modifiable risk factors
GINA 2015, Box 3-2
STEP UP TERAPI ASMA
• Observasi 2- 3 bulan sebelum memutuskan step up
• Nilai : apakah teknik penggunaan alat telah benar, bagaimana
kepatuhan nya, apakah ada faktor risiko seperti merokok,
apakah ada peran komorbid seperti rinitis alergi, sinusitis?
• Dapat dilakukan step up jangka pendek pada keadaan infeksi
virus atau terpapar alergen
• Harus dilakukan penyesuaian harian oleh pasien.
• Dapat diberikan as needed dosis rendah ICS-formoterol untuk
atau sebagai maintenance dan terapi reliever
STEP DOWN TERAPI ASMA
• Bila asma terkontrol dilakukan observasi 3 bulan, untuk
menentukan dosis terendah mencegah timbulnya gejala,
eksaserbasi dan efek samping yang minimal
• Dicatat status baseline, buat Rencana Aksi Asma tertulis
• Dosis diturunkan 25 – 50% dengan interval 2 – 3 bulan
• Bila asma terkontrol selanjutnya diberikan as needed
Budesonide- Formoterol atau ICS ditambahkan SABA
• Jangan menghentikan sama sekali ICS
• Kontrol teratur
REKOMENDASI TERAPI
INHALASI PADA ASMA ANAK
ADA 14 REKOMENDASI :

• 2 Rekomendasi pada asma


serangan ringan sedang
• 1 Rekomendasi pada asama
serangan berat
• 3 Rekomendasi pada asma
ancaman henti napas
• 8 Rekomendasi asma kronik
( jangka panjang)
Nasihat berhenti merokok untuk adolesen dan
menghindari asap rokok di rumah, mobil dan
dilingkungan

Aktifitas fisik rutin agar tetap bugar. Berikan


Strategi non nasihat tentang EIA
farmakological
dan intervensi. Mencegah okupasional asma

Obat yang bisa mentriger asma seperti NSAIDs

Pedoman Nasional Asma Anak


Rencana Aksi Asma (RAA)
Asthma Action Plan (AAP)

• Mencapai kemandirian program KIE  Catatan harian gejala


dan penilaian PFM (Peak Flow Meter) diisi anak atau orang tua
• RAA berisi :
– Instruksi kapan, bagaimana cara, dan lamanya meningkatkan dosis
pengobatan
– Penentuan kapan harus mencari pertolongan medis
Rencana Aksi Asma (RAA) (1)
Rencana Aksi Asma (RAA) (2)
ASMA - COVID19
Persentase penyakit penyerta pada pasien COVID-
19 pediatrik (CDC 2020)
345 pasien anak dengan COVID-19
25%
23.0%

20%

15%
11.6%
10%
7.2%
5%
2.9%
0%
Paling tidak 1 penyakit penyerta Penyakit saluran pernapasan kronis Penyakit kardiovaskular Penyakit immunosupresi
(termasuk asma)

Pasien anak dengan COVID-19

Adapted from Team, C.C.-R., Coronavirus Disease 2019 in Children - United States, February 12- April 2, 2020. MMWR Morb
Mortal Wkly Rep, 2020. 69(14): p. 422-426.
• Manifestasi klinis COVID-19 pada anak hampir
sama dengan orang dewasa, seperti demam
dan batuk. Beberapa anak mengalami diare
dan hidung meler, namun secara keseluruhan
gejala secara relatif lebih ringan.1
• Anak dengan COVID-19 biasanya ditandai
COVID-19 dengan infeksi saluran pernapasan yang lebih
pada anak ringan dibandingkan kasus pada orang
dewasa.2
• Namun anak dengan penyakit penyerta
seperti asma memiliki risiko yang lebih tinggi
terhadap COVID-19 sama dengan orang
dewasa dengan penyakit penyerta.3
1. Wei Xia et al, Pediatric Pulmonology. 2020;55:1169–1174;
2. Cai JieHao et al, Clinical Infectious Diseases 2020;XX(XX):1–5;
3. Barsoum, SN Comprehensive Clinical Medicine https://doi.org/10.1007/s42399-020-00310-3
• COVID-19 dapat memperlihatkan klinis
seperti asma atau eksaserbasi asma pada
anak, dengan batuk, mengi, dan sesak
napas.1
• Nebuliser dapat meningkatkan risiko
COVID-19 penyebaran COVID-19; untuk itu lebih
dengan disarankan penggunaan inhaler + spacer.2
Asma • Kortikosteroid oral dapat memperpanjang
waktu COVID-19 clearance, dan
penggunaannya pada pengobatan asma
pada anak yang juga terinfeksi COVID-19
tidak direkomendasikan oleh WHO dan the
Centers for Disease Control (CDC) di
Amerika.2 1. Barsoum, SN Comprehensive Clinical Medicine
https://doi.org/10.1007/s42399-020-00310-3 ;
2. Abrams. THE JOURNAL OF PEDIATRICS 2020;222:221-226
COVID-19: GINA menjawab pertanyaan mengenai
manajemen asma1
• Pasien asma harus melanjutkan semua pengobatan inhalasi mereka,
termasuk kortikosteroid inhalasi, seperti yang diresepkan oleh
dokter.
• Nebuliser sebaiknya, jika memungkinkan, dihindari dalam
penanganan serangan akut karena risiko peningkatan penyebaran
COVID-19 (pada pasien lain dan pada tenaga kesehatan).
• Pressurized metered dose inhaler (pMDI) dengan spacer lebih
disarankan untuk pengobatan serangan akut
• Pasien dengan rinitis alergi harus melanjutkan kortikosteroid
intranasal, seperti yang diresepkan oleh dokter.
1. GINA, COVID-19: GINA Answers to Frequently Asked Questions on asthma Management,
release date: March 25, 2020
Simpulan
• Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran napas
• Gejala asma berdasarkan keadaan aliran udara
penapasan dengan gejala yang karakteristik
(anamnesis,pemeriksaan fisik dan penunjang)
• Klasifikasi asma (serangan,kekerapan,derajat kendali)
penting ditentukan untuk menentukan tatalaksana
• Kortikosteroid indikasi untuk diberikan dalam
mengatasi serangan dan tatalaksana jangka panjang
…..simpulan

• Cara pemberian obat yang dipilih adalah secara hirupan


(inhalasi)
• Kontrol monitor asma dilakukan berdasarkan monitor siklus
managemen asma yaitun melakukan Assess,Adjust treatment
dan Review response
• Rencana aksi asma penting diberikan untuk mencapai
kemandirian dan edukasi
• Ada keterkaitan asma dengan Covid 19 ,sehingga perlu
perhatian tertentu dalam tindakan atau tatalaksana
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai