Anda di halaman 1dari 27

ASMA BRONKIALE

PATOFISIOLOGI

Tipe cepat
Akut
Inflamasi Tipe lambat
Kronik

Tipe cepat Alergen IgE yang menempel sel mast Reaksi 10-20 menit

Alergen terikat IgE yang menempel sel mast

Degranulasi sel mast


Leuoktrien

Pengeluaran preformed mediator


Prostaglandin

Histamin Protease Newly generated med PAF

Kontraksi otot polos bronkus Sekresi mukus Vasodilatasi

Tipe lambat Provokasi Alergen

6-9 jam kemudian Eosinofil

Sel T CD4+
Aktivasi
Neutrofil

Makrofag

Produksi kerusakan epitel Edema ↓pembersihan sekresi ↑respon jalan napas


Pencetus

Limfosit T

IL-3 IL-5 GM-CSF IL-13 IL-4

Maturasi, aktivasi, memperpanjang ketahanan hidupInduksi limfosit B


eosinofil Induksi Th0 ke arah Th2

Sintesis IgE

Eosinofil mengandung:
eosinophil cationic protein (ECP), major basic protein (MBP),
eosinophil peroxidase (EPO)
eosinophil derived neurotoxin (EDN)

Toksik terhadap epitel saluran napas

FAKTOR RISIKO

Bakat yang diturunkan: Pengaruh lingkungan :


Asma Alergen
Atopi/ Alergik Infeksi pernapasan
Hipereaktiviti bronkus Asap rokok / polusi udara
Faktor yang memodifikasi penyakit genetik Diet
Status sosioekonomi

Asimptomatik atau Asma dini

Manifestasi Klinis Asma


(Perubahan ireversibel pada struktur dan fungsi jalan napas)
Faktor Risiko

Faktor Pejamu

Prediposisi genetik
Atopi
Hiperesponsif jalan napas
Jenis kelamin Faktor Lingkungan
Ras/ etnik

Mempengaruhi berkembangnya Pencetus


Alergen di dalam ruangan Alergen di dalam dan di luar ruangan
• Mite domestik Polusi udara di dalam dan di luar ruangan
• Alergen binatang Infeksi pernapasan
• Alergen kecoa Exercise dan hiperventilasi
• Jamur (fungi, molds, yeasts) Perubahan cuaca
Alergen di luar ruangan Sulfur dioksida
• Tepung sari bunga Makanan, aditif (pengawet, penyedap, pewarna makan
• Jamur (fungi, molds, yeasts) Ekspresi emosi yang berlebihan
Bahan di lingkungan kerja Asap rokok
Asap rokok Iritan (a.l. parfum, bau-bauan merangsang, household
Polusi udara
Infeksi pernapasan
Hipotesis higiene
Infeksi parasit
Status sosioekonomi
Besar keluarga
Diet dan obat
Obesiti

KLASIFIKASI
Nadi

Ringan <100 x/m

Beratnya serangan Sedang 100-120 x/m

Berat >120 x/m

Klasifikasi Berdasar Serangan

Intermiten < 1x/minggu

Frekuensi serangan
Ringan ≥ 1x/minggu

Persisten Sedang Tiap hari

Berat Berkepanjangan

Gejala dan Berat serangan asma Keadaan


tanda Ringan Sedang Berat mengancam jiwa
Sesak Berjalan Berbicara Istirahat
Posisi Dapat tidur duduk Duduk
membungkuk
Cara bicara 1 kalimat Beberapa kata Kata demi
kata
Kesadaran Mungkin gelisah gelisah Gelisah Mengantuk, gelisah,
kesadaran ↓
RR <20 x/menit 20-30 x/menit >30 x/menit
Nadi <100x/menit 100-120x/menit >120x/menit <60x/menit
Pulsus -10 mmHg +/- 10-20 mmHg + >25 mmHg Kelelahan otot
paradoksus
Retraksi - + + Torakoabdominal
paradoksal
Mengi Akhir ekpirasi Akhir ekspirasi Inspirasi dan Silent chest
paksa ekspirasi
APE >80% 60-80% <60%
PaO2 >80 mmHg 80-60 mmHg <60 mmHg
PaCO2 <45 mmHg <45 mmHg >45%
SaO2 >95% 91-95% <90%
Frekuensi serangan

Persisten

Intermiten Ringan Sedang Berat

Bulanan Mingguan Harian Kontinyu

< 1x/minggu ≥ 1x/minggu Tiap hari Berkepanjangan

Tanpa gejala di luar Mengganggu aktivitas danMengganggu


tidur aktivitas dan tidur
Aktivitas fisik terbatas
serangan

Serangan singkat Butuh bronkodilator tiap hari

Gejala malam : Gejala malam : Gejala malam : Gejala malam :


≤ 2x sebulan > 2x sebulan > 1x seminggu sering

VEP1 ≥ 80% n.pred VEP1 > 80% n.pred VEP1 60-80% n.pred VEP1 ≤ 60% n.pred

APE ≥ 80% n.trbaik APE > 80% n.trbaik APE 60-80% n.trbaik APE ≤ 60% n.trbaik

Var. APE < 20% Var. APE 20-30% Var. APE > 30% Var. APE > 30%

Var. = Variabiliti n.trbaik = nilai terbaik n.pred = nilai prediksi

DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis Banding

Dewasa Anak

Penyakit Paru Obstruksi Kronik Benda asing di saluran napas


Bronkitis kronik Laringotrakeomalasia
Gagal Jantung Kongestif Pembesaran kelenjar limfe
Batuk kronik akibat lain-lain Tumor
Disfungsi larings Stenosis trakea
Obstruksi mekanis (misal tumor) Bronkiolitis
Emboli Paru
PENEGAKKAN DIAGNOSIS

ANAMNESIS PX FISIK
Keluhan Utama : sesak nafas RR, Nadi, Retraksi sesuai dengan klasifikasi beratnya serangan
Keluhan tambahan : dapat batuk Thoraks : Wheezing (+/+)
Faktor pencetus: ? (lihat skema faktor pencetus)
RPD: riwayat asma/sesak ngik-ngik
: riwayat atopi/alergi ada
RPK: riwayat asma/sesak ngik-ngik
Interpretasi APE :
: riwayat atopi/alergi ada
nilai APE <80% nilai prediksi sumbatan jalan napas
Nilai APE > 15% setelah pemberian bronkodilator inhalasi atau or
Variabilitas APE tergantung pada siklus diurnal (pagi dan malam y

PX PENUNJANG
Darah : eosinofil ↑
APE (Arus Puncak Ekspirasi)
AGD (Analisis gas darah)
Oksimetri (Saturasi O2 )
Rö thorax bila dengan penyerta

APE dibicarakan berulang-ulang dalam pembahasan asma. Nah, apa sich itu APE dan gimana
sich cara periksanya ?

Berikut tahap pemeriksaan APE dengan peak flow meter:

1. Pasang mouthpiece ke ujung peak flow meter


2. Penderita berdiri dan memegang peak flow meter
Cara pegang : pegang mendatar tanpa meyentuh/mengganggu pergerakan marker
Yakinkan marker pada skala terendah
3. Penderita diminta menarik napas dalam sebanyak-banyaknya
4. Masukkan mouthpiece ke mulut dengan bibir menutup mengelilingi mouthpiece, dan
buang napas sesegera dan sekuat mungkin
5. Saat membuang napas, marker bergerak dan menunjukkan angka pada skala
6. Catat hasil
7. Ulangi 3x langkah 1-6 dan catat nilai tertinggi
8. Bandingkan step 7 dengan nilai terbaik/prediksi

Khusus untuk anak, instruksi yang dapat diberikan pada anak adalah seolah-olah anak sedang
meniup lilin yang api sedang menyala di atasnya.

Cara pemeriksaan variability APE : pagi hari diukur APE nilai terendah dan malam hari APE
nilai tertinggi. Rumus Variabiliti harian :
APE malam−APE pagi
Variabiliti harian= x 100 %
1
( APE malam+ APE pagi)
2
Faktor pencetus Identifikasi dan kendalikan
secara berkala Kemungkinan sebab

Pelihara binatang ? Binatang

Rumah lembab ? Jamur

Rumah banyak kecoa ? Kecoa

Karpet/sofa berbulu ? Mite

Karpet/sofa berbulu ? Mite


Alergen yang dihirup
Berapa sering ganti tirai/sprei ? Mite

Banyak barang dikamar? Mite

Main boneka berbulu ? Mite

Muncul ketika di tempat kerja ? saat libur tidak ?

Lakrimasi mata dan hidung di tempat kerja ?

Pekerja lain mengalami keluhan sama ?

Pajanan lingkungan kerja Kerja sebagai apa ?

Bahan di tempat kerja ?


?
Lokasi tempat kerja ?

Kontak dengan bau merangsang ? Parfum/dll. ?

Kompor berasap / pakai kayu bakar di rumah ?


Polutan dan iritan
Sering memasak makanan bau merangsang ? tumisan ?

Asap rokok
Sering terpajan debu jalan ?

Refluks gastroesofagus Anamnesis penegakkan diagnosis GERD ?

β –blocker ?
Sensitif obat Muncul setelah minum obat ?
NSAID ?

? = Anamnesis
TERAPI

Tujuan Utama : meningkatkan dan mempertahankan kualiti hidup agar penderita asma dapat
hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktiviti sehari-hari.

Tujuan penatalaksanaan asma:


1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
2. Mencegah eksaserbasi akut
3. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin
4. Mengupayakan aktiviti normal termasuk exercise
5. Menghindari efek samping obat
6. Mencegah terjadi keterbatasan aliran udara (airflow limitation) ireversibel
7. Mencegah kematian karena asma

Penatalaksanaan asma berguna untuk mengontrol penyakit. Asma dikatakan terkontrol bila :
1. Gejala minimal (sebaiknya tidak ada), termasuk gejala malam
2. Tidak ada keterbatasan aktiviti termasuk exercise
3. Kebutuhan bronkodilator (agonis β2 kerja singkat) minimal (idealnya tidak diperlukan)
4. Variasi harian APE kurang dari 20%
5. Nilai APE normal atau mendekati normal
6. Efek samping obat minimal (tidak ada)
7. Tidak ada kunjungan ke unit darurat gawat

Edukasi Pola hidup sehat

Faktor pencetus Identifikasi dan kendalikan


Komponen secara berkala
Tata laksana asma Pengobatan Jangka panjang dan serangan akut

Kontrol secara teratur Monitor berat asma secara berkala


Kortikosteroid inhalasi

Kortikosteroid sistemik

Nedokromil sodium

Sodium kromoglikat

Metilsantin
Pengontrol (controller) inhalasi
Agonis β-2 kerja lama
oral
Antihistamin generasi ke-2 (antagonis -H1)

Jenis Medikasi Leukotrien modifiers

Lain-lain

Agonis β-2 kerja singkat

Kortikosteroid sistemik

Pelega (reliever) Antikolinergik

Aminofilin

Adrenalin

IDT/MDI
inhalasi
IDT dengan alat bantu
Rute Medikasi
oral
Breath-actuated MDI
i.v.
Dry powder inhaler (DPI)
parenteral i.m.
Turbuhaler
s.c.
Nebuliser

Keterangan skema :

IDT : inhalasi dosis terukur = metered dose inhaler/MDI, dapat digunakan bersama dengan
spacer
Kelebihan rute inhalasi :

 lebih efektif untuk dapat mencapai konsentrasi tinggi di jalan napas


 efek sistemik minimal atau dihindarkan
 beberapa obat hanya dapat diberikan melalui inhalasi, karena tidak terabsorpsi pada
pemberian oral (antikolinergik dan kromolin).
 Waktu kerja bronkodilator adalah lebih cepat bila diberikan inhalasi daripada oral.

Kortikosteroid inhalasi

Kortikosteroid sistemik

Nedokromil sodium

Sodium kromoglikat

Metilsantin
Pengontrol (controller) inhalasi
Agonis β-2 kerja lama
oral
Antihistamin generasi ke-2 (antagonis -H1)
Jenis Medikasi

Leukotrien modifiers

Lain-lain

Pelega (reliever)

- KORTIKOSTEROID INHALASI [Pengontrol]

Paling aman dan Pilihan utama

Indikasi asma persisten ringan-berat


Kortikosteroid inhalasi
Candidiasis orofaring

Efek samping lokal Disfonia

Batuk karena iritasi

Dengan spacer
Dapat dikurangi
Cuci mulut setelahnya
No Dewasa Dosis Rendah Dosis Medium Dosis Tinggi
.
1. Beklometason dipropionat 200-500 ug 500-1000 ug >1000 ug
2. Budesonid 200-400 ug 400-800 ug >800 ug
3. Flunisolid 500-1000 ug 1000-2000 ug >2000 ug
4. Flutikason 100-250 ug 250-500 ug >500 ug
5. Triamsinolon asetonid 400-1000 ug 1000-2000 ug >2000 ug
No Anak Dosis Rendah Dosis Medium Dosis Tinggi
.
1. Beklometason dipropionat 100-400 ug 400-800 ug >800 ug
2. Budesonid 100-200 ug 200-400 ug >400 ug
3. Flunisolid 500-750 ug 1000-1250 ug >1250 ug
4. Flutikason 100-200 ug 200-500 ug >500 ug
5. Triamsinolon asetonid 400-800 ug 800-1200 ug >1200 ug

Apakah bisa ada efek sistemiknya? Ya, masih bisa karena absorbsi di alveoli paru sehingga
masih memungkinkan masuk dalam peredaran sistemik.

Penelitian menunjukkan budesonid dan flutikason propionate mempunyai efek sistemik yang
rendah dibandingkan beklometason dipropionat dan triamsinolon.

Penggunaan spacer dapat menurunkan efek sistemik.

- KORTIKOSTEROID SISTEMIK [Pengontrol]


oral
Rute Medikasi i.v.

parenteral i.m.

s.c.

Kortikosteroid sistemik Indikasi asma persisten berat

Indikasi bila belum mampu mengontrol, terpaksa dipakai


Bagaimana bila terpaksa memakai ? apa yang perlu diperhatikan ?
osteoporosis
isolon karena mempunyai efek mineralokortikoid minimal, waktu paruh pendek dan efek striae pada otot minimal
bentuk oral, bukan parenteral hipetensi
penggunaan selang sehari atau sekali sehari pagi hari
diabetes

katarak

obesitas
Efek samping
Striae

Kelemahan otot

Penipisan kulit

Supresi aksis adrenal pituitary hipotalamus

NB : jangan diberikan pada penderita virus herpes atau varicella

Glukokortikosteroid mempercepat resolusi pengobatan asma derajat apapun, terutama jika :

 Inhalasi β-2 agonist singkat pada pengobatan awal tidak memberikan respons.
 Serangan terjadi walau penderita sedang dalam pengobatan
 Serangan asma berat

Butuh 4 jam terjadinya perbaikan klinis setelah pemerian glukokortikosteroid.

Oral Tidak invasive dan tidak mahal


Glukokortikosteroid
Parenteral Dilanjutkan tx hingga 10-14 hari
Metilprednisolone 60-80 mg 40 mg sudah adekuat
Glukokortikosteroid oral
Prednisone 300-400 mg 200 mg sudah adekuat

- KROMOLIN [Pengontrol]

Kerja Kromolin Antiinflamasi nonsteroid

Per inhalasi

Pengontrol asma persisten ringan

Butuh waktu 4-6 minggu untuk tahu manfaatnya obat ini

Efek samping minimal Batuk

Rasa tidak nyaman ketika inhalasi


NB : tidak seefektif glukokortikoid inhalasi

- METILXANTIN [Pengontrol]
Konsentrasi tinggi >10 mg/dL Efek bronkodilatasi
Kerja Teofilin
Konsentrasi rendah 5-10 mg/dL Efek antiinflamasi

Teofilin + antiinflamasi yang lazim mengontrol gejala asma malam

Teofilin sebagai tx tambahan gluksteroid inhalasi dosis tinggi/rendah efektif

sebagai tx tambahan : teofilin VS. agonist β-2 kerja lama Inhalasi agonist β-2 WIN

TAPI, teofilin lebih murah sehingga lebih sering dipilih

Gejala GIT Paling awal dan sering Mual &/ muntah


Efek samping
Gejala Kardiopulmoner Takikardia

Aritmia
Kejang
Intoksikasi Merangsang pusat napas
Kematian

tunggal/kombinasi sebagai pelega bila sudah digunakan oleh penderita sebagai pengontrol. Jadi, perlu anamnesis apakah menggunaka
Jadi, terhadap PERHATIAN : dianjurkan monitor kadar teofilin/aminofilin serum penderita pada pengobatan jangka panjang

Kadar 5-15 μg/mL (28-85 μM) Efektif dan aman

Demam

Hamil

Kondisi yang merubah metabolisme teofilin Penyakit hati

Gagal jantung
Sehingga ada perubahan dosis teofilin/aminofilin
Merokok

Simetidin

Teofilin mempengaruhi dosis obat lain Kuinolon

Makrolide

- AGONIST Β-2 KERJA LAMA [Pengontrol]

Efek bronkodilator per inhalasi lebih baik dibanding per oral.

Diberikan kombinasi dengan glukotikokosteroid inhalasi bila glukortikosteroid dosis standar


gagal mengontrol.

Agonist β-2 kerja lama inhalasi + glukotikokosteroid inhalasi dosis rendah

V.S.
glukotikokosteroid inhalasi dosis 2x lipat

Agonist β-2 kerja lama inhalasi + glukotikokosteroid inhalasi dosis rendah WIN
WIN
Contoh nama obat

Salbutamol lepas lambat

Oral Prokaterol

Bambuterol
Rute Medikasi

Formoterol
Inhalasi
Salmaterol

Rangsangan kardiovaskuler

Anxietas
Oral Efek sistemik
Tremor otot rangka

Efek samping Hipokalemia

Inhalasi Efek sistemik minimal

Onset Durasi (lama kerja)


Singkat Lama
Cepat Fenoterol Formoterol
Prokaterol
Salbutamol/albuterol
Terbutalia
Pirbuterol
Lambat Salmeterol

- LEUKOTRIENE MODIFIERS [Pengontrol]

 Obat relative baru dan per oral


 Mekanisme kerja : memblok sintesis leukotrien  bronkodilator
 Membantu penderita yang tidak terkontrol dengan glukokortikosteroid inhalasi
 Kombinasi dengan glukokortikosteroid inhalasi tidak lebih baik dibanding kombinasi
glukokortikosteroid inhalasi dengan agonist β-2 kerja lama
 Penderita aspirin induced asthma memberi respon baik terhadap leukotrien modifiers.
 Di Indonesia  zafirlukans
 Efek samping minimal
 Zileuton dihubungkan toksik dengan hati sehingga perlu monitor fungsi hati.

Pengontrol (controller)

Agonis β-2 kerja singkat


Jenis Medikasi
Kortikosteroid sistemik

Antikolinergik
Pelega (reliever)
Aminofilin

Adrenalin

- AGONIST Β-2 KERJA SINGKAT [Pelega]

 Rute medikasi dan efek samping sama dengan Agonis β-2 kerja lama
 Terapi pilihan pada serangan akut dan sangat bermanfaat pada exercise-induced asthma
 Bila respons tidak memuaskan perlu kombinasi dengan glukokortikosteroid oral.

Salbutamol

Terbutalin
Contoh obat
Fenoterol

Prokaterol

- METILXANTIN [Pelega]

Efek Bronkodilatornya lebih lemah dibanding agonist β-2 kerja singkat.


Kalau lebih lemah, berarti nggak perlu digunain donk? Nggak gitu juga kaliiii,,,, ada saatnya obat
ini baik digunakan. Kapan baik digunakan ?
Baik digunakan ketika dikombinasikan dengan agonist β-2 kerja singkat. Meskipun tidak
menambah efek bronkodilatasinya, tetapi bermanfaat untuk respiratory drive, memperkuat
fungsi otot pernapasan, dan mempertahankan respons terhadap agonist β-2 kerja singkat
diantara pemberian satu dengan berikutnya.
a singkat sebaiknya tidak diberikan pada penderita yang sedang dalam terapi teofilin lepas lambat kecuali diketahui dan dipantau ketat

Aminofilin intravena dengan dosis 5-6 mg/kgBB/bolus yang diberikan dilarutkan dalam larutan
NaCl fisiologis 0,9% atau dextrose 5% dengan perbandingan 1:1. Pada penderita yang sedang
menggunakan aminofilin 6 jam sebelumnya maka dosis diturunkan setengahnya; untuk
mempertahankan kadar aminofilin di dalam darah, pemberian dilanjutkan drip dosis 0,5-0,9
mg/kgBB/jam.

- ANTIKOLINERGIK [Pelega]

Rute medikasi : inhalasi

Ipratropium bromide
Contoh obat
Tiotropium bromide

Mekanisme kerja Memblok pelepasan asetilkolin dari saraf kolinergik jalan napas

↓ tonus kolinergik vagal intrinsik

Bronkodilatasi

kering
Efek samping mulut
pahit

- ADRENALIN [Pelega]

 Pilihan asma eksaserbasi sedang-berat


 Pilihan bila tidak tersedia agonist β-2 atau tidak respon terhadap agonist β-2
Lanjut usia
s.c. Hati-hati
Gangguan kardiovaskuler
Rute Medikasi Parenteral

i.v. Pengawasan ketat (bedside monitoring)

Berat Medikasi pengontrol Dosis Gluko Alternatif Alternatif


asma harian inhalasi lain
Asma Tidak perlu - - -
intermiten
Asma Glukokortikosteroid 200-400 ug  Teofilin lepas -
Persisten inhalasi BD/hari atau lambat
Ringan ekivalennya  Kromolin
 Leukotriene
modifiers
Asma Glukokortikosteroid 400-800 ug
Persisten inhalasi BD/hari atau Glukokortikosteroid Ditambah
Sedang + ekivalennya inhalasi agonis
agonis β-2 kerja lama + beta-2
Teofilin lepas kerja lama
lambat / agonis oral, atau
beta-2 kerja lama
oral / leukotriene Ditambah
modifiers teofilin
lepas
atau lambat

Glukokortikosteroid
inhalasi dosis tinggi
(>800 ug BD atau
ekivalennya)

Asma Glukokortikosteroid > 800 ug BD atau Prednisolon/ -


Persisten inhalasi ekivalennya metilprednisolon
Berat + oral selang sehari
agonis β-2 kerja lama 10 mg
+ +
(≥ 1 dari: agonis beta-2 kerja
teofilin lepas lambat/ lama oral
leukotriene modifiers/ +
glukokortikosteroid teofilin lepas
oral) lambat

Semua tahapan : ditambahkan agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega bila dibutuhkan,
tidak melebihi 3-4 kali sehari.
Semua tahapan : Bila tercapai asma terkontrol, pertahankan terapi paling tidak 3 bulan,
kemudian turunkan bertahap sampai mencapai terapi seminimal mungkin dengan kondisi
asma tetap terkontrol.

PENTING
Kapan sich dibilang asma terkontrol atau tidak ?
Tidak terkontrol bila :
 Asma malam, terbangun malam hari karena gejala-gejala asma
 Kunjungan ke darurat gawat, ke dokter karena serangan akut
 Kebutuhan obat pelega meningkat (bukan akibat infeksi pernapasan, atau exercise-
induced asthma)

Lingkungan Perubahan lingk./lingk. tidak terkontrol

Kepatuhan Kapan dan banyaknya obat asma digunakan


Sebab tidak terkontrol
Teknik inhalasi Evaluasi teknik inhalasi Sinusitis

Konkomitan penyakit saluran napas yang memperberat Bronkitis

Dll.

TERAPI SERANGAN AKUT

Tabel Terapi utama serangan akut


No. Berat serangan Bicara Terbaik Tempat
1. Ringan Bicara satu Inhalasi β-2 agonist Rumah
kalimat dalam 1
nafas
2. Sedang Bicara beberapa  Nebulisasi β-2 agonist/4 jam Tempat praktik
kata dalam 1  O2 bila mungkin umum
nafas  Kortikosteroid sistemik
3. Berat Bicara kata per  Nebulisasi β-2 agonist/4 jam IGD/RS Klinik
kata dalam 1  O2 bila mungkin
nafas  Kortikosteroid sistemik
 Aminofilin bolus dilanjutkan
drip
4. Mengancam Kesadaran  Nebulisasi β-2 agonist/4 jam IGD/RS ICU
jiwa menurun  O2 bila mungkin
 Kortikosteroid sistemik
 Aminofilin bolus dilanjutkan
drip
 Pertimbangkan intubasi dan
ventilasi mekanis

Tabel Terapi alternatif serangan akut

No. Berat serangan Bicara Alternatif Tempat


1. Ringan Bicara satu Kombinasi oral β-2 agonist dan Rumah
kalimat dalam 1 teofilin
nafas
2. Sedang Bicara beberapa  Agonist β-2 s.c. / Tempat praktik
kata dalam 1 Aminophyllin i.v. / umum
nafas Adrenalin 1/1000 0,3 mL s.c.
 O2 bila mungkin
 Kortikosteroid sistemik
3. Berat Bicara kata per  Agonist β-2 s.c. / IGD/RS Klinik
kata dalam 1 Adrenalin 1/1000 0,3 mL s.c.
nafas  Aminofilin bolus dilanjutkan
drip
 O2 bila mungkin
 Kortikosteroid sistemik
4. Mengancam Kesadaran  Sama seperti serangan berat IGD/RS ICU
jiwa menurun  Pertimbangkan intubasi dan
ventilasi mekanis

Keterangan tabel Inhalasi β-2 agonist: inhalasi 2-4 semprot setiap 3-4 jam
Oral β-2 agonist: setiap 6-8 jam
i.v. = intravena Tx tambahan tidak perlu bila respon membaik, bertahan 3-4 jam
s.c. = subcutan Serangan asma sedang-berat butuh kortikosteroid karena tidak hanya bronkospasme t

Bila di rumah

Agonist β-2 inhalasi tidak memberi respons dapat diberi glukokortikosteroid oral 0,5 – 1 mg/kgBB dalam 24 jam pertama lalu segera k
Penanganan asma di rumah Batuk

↑ Gejala Sesak
Penilaian berat serangan
Mengi
Terapi awal
APE <80% nilai terbaik/prediksi

Respons baik Respons buruk


Terapi awal
Pengobatan lanjutan Tambahkan :
Kortikosteroid oral Inhalasi agonis β-2 kerja singkat
agonis β-2 ulang
Setiap 20 menit, 3x/jam
Hubungi dr. untuk instruksi lanjut
Segera ke dokter/IGD/RS atau
Bronkodilator oral

Pertahankan tx 5-7 hari bebas serangan lalu kembali kepada tx sebelumnya

Respons baik Respons buruk

Gejala membaik Gejala menetap/bertambah berat

Perbaikan dengan agonis β-2 dan bertahan selam 4 jam

APE <60% nilai terbaik/prediksi


APE <80% nilai terbaik/prediksi

Pengobatan lanjutan
Inhalasi agonis β-2 setiap 3-4 jam untuk 24-48 jam

Alternatif : bronkodilator oral setiap 6-8 jam

teruskan dengan dosis tinggi (bila sedang menggunakan steroid inhalasi [max 2x lipat dosis awal]) selama 2 minggu, kemudian kembali

Alternatif : bronkodilator oral : Kombinasi oral β-2 agonist dan teofilin


Penanganan asma di RS
+
Penilaian awal

Serangan Ringan Serangan Sedang/Berat Serangan mengancam jiwa

Pengobatan awal

Penilaian ulang 1 jam

Respon baik Respon tidak sempurna Respon buruk

Pulang Dirawat di RS Dirawat di ICU

Tidak membaik 6-12 jam

Membaik Tidak membaik

Oksigenisasi dengan kanul nasal

Nebulisasi setiap 20 menit dalam 1 jam


agonist β-2 Inhalasi kerja singkat
Pengobatan awal
atau

agonist β-2 Injeksi Terbutalin 0,5 mL s.c.

atau

Adrenalin 1/1000 0,3 mL s.c.

Kortikosteroid sistemik

Bila : Serangan berat

Tidak respon langsung dengan bronkodilator

Dalam kortikosteroid oral


No. Parameter Respon baik Respon tidak sempurna Respon buruk
1. Risiko tinggi - Distress Distress
2. Px fisik normal Gejala ringan-sedang Gejala berat, gelisah,
kesadaran ↓
3. APE >70% prediksi/nilai >50% tapi <70% <30%
terbaik prediksi/nilai terbaik
4. SaO2 >90% (95% pada Tidak ada perbaikan PaCO2 >45 mmHg
anak) PaO2 <60mmHg

Penanganan asma di RS
+
Pengobatan lanjut dengan agonist β-2 Inhalasi

Pulang Butuh kortikosteroid oral

Edukasi

agonist β-2 Inhalasi ± antikolinergik

Kortikosteroid sistemik

Dirawat di RS Aminofilin drip

Tx O2 nasal kanul/masker venturi

Pantau APE, Sat O2, Nadi, kadar teofilin

agonist β-2 Inhalasi ± antikolinergik

Kortikosteroid sistemik i.v.

Aminofilin drip

Dirawat di ICU Tx O2 masker venturi

Pantau APE, Sat O2, Nadi, kadar teofilin

Pertimbangkan agonist β-2 injeksi

Mungkin perlu intubasi dan ventilasi mekanik


DAFTAR OBAT ASMA DI INDONESIA

Tabel Daftar obat pengontrol (antiinflamasi)

No. Golongan Nama generik Kemasan


1. Flutikason propionate IDT
2. Steroid inhalasi Budesonide IDT, Turbuhaler
3. Kromolin IDT
4. Sodium kromoglikat Nedokromil IDT
5. Nedokromil Zafirlukast Oral (tablet)
6. Antileukotrin Metilprednisolone Oral, injeksi
7. Kortikosteroid sistemik Prednisolon Oral
8. Prokaterol Oral
9. Agonis β-2 kerja lama Bambuterol Oral
10. Formoterol Turbuhaler

Tabel Daftar obat pelega (bronkodilator)

No. Golongan Nama generik Kemasan


1. Agonis β-2 kerja singkat Salbutamol Oral, IDT, rotacap, rotadisk, solutio
2. Terbutalin Oral, IDT, turbuhaler, solution ampul
3. Prokaterol IDT
4. Fenoterol IDT, solutio
5. Antikolinergik Ipratropium bromide IDT, solutio
6. Metilxantin Teofilin Oral
7. Aminofilin Oral, injeksi
8. Teofilin lepas lambat Oral
9. Agonis β-2 kerja lama Formoterol Turbuhaler
10. Kortikosteroid sistemik Metilprednisolone Oral, injeksi
11. Prednisone Oral

Keterangan tabel :
Solutio : larutan untuk penggunaan nebulisasi dengan nebulizer
Oral : bentuk sirup/tablet
Injeksi : s.c./i.m./i.v.

NEBULISASI

Nebulizer adalah alat yang dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol
secara terus-menerus dengan tenaga yagn berasal dari udara yang dipadatkan atau gelombang
ultrasonnik.
Meptin

Combiven

↓ bronkospasme Berotex

Atroven
Tujuan
Pulmicort

NaCl
Mengencerkan dahak
Bisolvon cair

Cara pemberian :

1. Beri posisi nyaman pada penderita


2. Mengontrol flowmeter dan humidifier
3. Cuci tangan
4. Sambung nebulizer cup dengan tabung oksigen dengan selang penghubung
5. Buka nebulizer cup
6. Masukkan obat ke dalam nebulizer cup
7. Pasang mouthpiece ke nebulizer cup
8. Colok air compressor ke stop kontak
9. Letakkan mouthpiece ke mulut penderita
10. Mouthpiece diantara gigi dan bibir
11. Penderita hirup pelan dan dalam dan dapat dikeluarkan melalui mulut/hidung
12. Hirup hingga gasnya telah hilang
13. Matikan mesin dan cabut colokan dari stopkontak

CONTOH RESEP

R/ Ventolin inhaler no. I


S 1 dd puff I p.r.n

Anda mungkin juga menyukai