Anak PT 7
Nama : Bagas Muhammad Rafiqi
NIM : 211FK01042
Definisi
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran napas
yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang
ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas dan
rasa berat di dada terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat
reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan (Kemenkes, 2008). Pedoman
Nasional Asma Anak (PNAA) menggunakan batasan operasional asma yaitu mengi
berulang dan/atau batuk persisten dengan karakteristik sebagai berikut: timbul secara
episodik, cenderung pada malam hari/dini hari (nokturnal), musiman, adanya faktor
pencetus diantaranya aktivitas fisis, dan bersifat reversibel baik secara spontan
maupun dengan pengobatan, serta adanya riwayat asma atau atopi lain pada
pasien/keluarganya. Jadi dapat kelompok simpulkan asma merupakan penyakit
inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang ditandai adanya mengi
episodik, batuk, dan rasa sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas,
termasuk dalam kelompok penyakit saluran pernapasan kronik.
Etiologi
Gejala asma, yaitu batuk, sesak dengan mengi merupakan akibat dari obstruksi
bronkus yang didasari oleh inflamasi kronik dan hiperaktivitas bronkus.
Hiperaktivitas bronkus merupakan ciri khas asma, besarnya hipereaktivitas
bronkus ini dapat diukur secara tidak langsung. Pengukuran ini merupakan
parameter objektif untuk menentukan beratnya hiperaktivitas bronkus yang ada
pada seseorang pasien. Berbagai cara digunakan untuk mengukur hipereaktivitas
bronkus ini, antara lain dengan uji provokasi beban kerja, inhalasi udara dingin,
inhalasi antigen maupun inhalasi zat nonspesifik.
1
Pencetus (trigger) serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor antara
lain alergen, virus, dan iritan yang dapat menginduksi respon inflamasi akut yang
terdiri atas reaksi asma dini (early asthmareaction=EAR) dan reaksi asma lambat
(late asthmareaction = LAR). Setelah reaksi asma awal dan reaksi asma lambat,
proses dapat terus berlanjut menjadi reaksi inflamasi sub-akut atau kronik. Pada
keadaan ini terjadi inflamasi di bronkus dan sekitarnya, berupainfiltrasi sel-sel
inflamasi terutama eosinofil dan monosit dalam jumlah besar ke dinding dan
lumen bronkus.
Penyempitan saluran napas yang terjadi pada asma merupakan suatu hal yang
kompleks. Hal ini terjadi karena lepasnya mediator dari sel mast yang banyak
ditemukan di permukaan mukosa bronkus, lumen jalan napas dan di bawah
membran basal. Berbagai faktor pencetus dapat mengaktivasi sal mast.Selain sel
mast, sel lain yang juga dapat melepaskan mediator adalah sel makrofag alveolar,
eosinofil, sel epitel jalan napas, netrofil, platelet, limfosit dan monosit.Inhalasi
alergen akan mengaktifkan sel mast intralumen, makrofag alveolar, nervus vagus
dan mungkin juga epitel saluran napas. Peregangan vagal menyebabkan refleks
bronkus, sedangkan mediator inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast dan
makrofag akan membuat epitel jalan napas lebih permeabel dan memudahkan
alergen masuk ke dalam submukosa, sehingga memperbesar reaksi yang terjadi.
2
2. Seseorang yang telah mengalami sensitisasi maka belum tentu menjadi
asma. Apabila seseorang yang telah mengalami sensitisasi terpajan dengan
pemacu (enhancer) maka terjadi proses inflamasi pada saluran napasnya.
Proses inflamasi yang berlangsung lama atau proses inflamasinya berat
secara klinis berhubungan dengan hiperreaktivitas bronkus.
3. Setelah mengalami inflamasi maka bila seseorang terpajan oleh pencetus
(trigger) maka akan terjadi serangan asma (mengi).
3
h. Polusi udara di luar dan di dalam ruangan
i. Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika
melakukan aktifitas tertentu.
Tanda dan Gejala
Asma diklasifikasikan atas asma saat tanpa serangan dan asma saat serangan
(akut).
a) Asma saat tanpa serangan
Pada anak, secara arbiteri Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA)
mengklasifikasikan derajat asma menjadi: 1) Asma episodik jarang; 2) Asma
episodik sering; dan 3) Asma persisten (Tabel 1).
4
Klasifikasi tersebut meliputi asma serangan ringan, asma serangan sedang dan
asma serangan berat.
5
Pengobatan
Penatalaksanaan asma klasifikasikan menjadi:1) Penatalaksanaan asma akut/saat
serangan, dan 2) Penatalaksanaan asma jangka panjang.
Pada serangan berat pasien dirawat dan diberikan oksigen, cairan IV, β2 agonis
kerja cepat ipratropium bromida inhalasi, kortikosteroid IV, dan aminofilin IV
(bolus atau drip). Apabila β2 agonis kerja cepat tidak tersedia dapat digantikan
dengan adrenalin subkutan.Pada serangan asma yang mengancam jiwa langsung
dirujuk ke ICU.Pemberian obat-obat bronkodilator diutamakan dalam bentuk
6
inhalasi menggunakan nebulizer. Bila tidak ada dapat menggunakan IDT (Inhalasi
Dosis Terukur) dengan alat bantu (spacer).
b) Penatalaksanaan asma jangka panjang
Penatalaksanaan asma jangka panjang bertujuan untuk mengontrol asma dan
mencegah serangan. Pengobatan asma jangka panjang disesuaikan dengan
klasifikasi beratnya asma. Prinsip pengobatan jangka panjang meliputi: 1)
Edukasi; 2) Obat asma (pengontrol dan pelega); dan Menjaga kebugaran.
Edukasi yang diberikan mencakup: kapan pasien berobat/ mencari pertolongan,
mengenali gejala serangan asma secara dini, mengetahuiobat-obatpelega dan
pengontrolserta cara dan waktupenggunaannya, mengenali dan menghindari
faktor pencetus, kontrol teratur. Alat edukasi untuk dewasa yang dapat digunakan
oleh dokter dan pasien adalah pelangi asma (bagan 6), sedangkan pada anak
digunakan lembaran harian.Obat asma terdiri dari obat pelega dan pengontrol.
Obat pelega diberikan pada saat serangan asma, sedangkan obat pengontrol
ditujukan untuk pencegahan serangan asma dan diberikan dalam jangka panjang
dan terus menerus. Untuk mengontrol asma digunakan anti inflamasi
(kortikosteroid inhalasi). Pada anak, kontrol lingkungan mutlak dilakukan
sebelum diberikan kortikosteroid dan dosis diturunkan apabila dua sampai tiga
bulan kondisi telah terkontrol.Obat asma yang digunakan sebagai pengontrol
antara lain:Inhalasi kortikosteroid, β2 agonis kerja panjang, antileukotrien, teofilin
lepas lambat.
Bagan 1.
Alur TatalaksanaSerangan Asma pada Anak
Klinik / IGD
Tatalaksana awal
nebulisasi -agonis 1-3x, selang 20 menit (2)
nebulisasi ketiga + antikolinergik
jika serangan berat, nebulisasi. 1x (+antikoinergik)
E
6-8 minggu, respons: () (+) N
G
Pertimbangkan alternatif penambahan salah H
Asma persisten satu obat:
-agonis kerja panjang (LABA) I
teofilin lepas lambat
antileukotrien N
atau dosis kortikosterid ditingkatkan
(medium) D
A
6-8 minggu, respons: () (+) R
A
Kortikosteroid dosis medium
ditambahkanan salah satu obat: N
-agonis kerja panjang
teofilin lepas lambat
antileukotrien
atau dosis kortikosteroid ditingkatkan
(tinggi)
*) Ketotifen dapat digunakan pada pasien balita dan/atau asma tipe rinitis
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk diagnosis asma:
1. Pemeriksaan fungsi/faal paru dengan alat spirometer
2. Pemeriksaan arus puncak ekspirasi dengan alat peak flow rate meter
3. Uji reversibilitas (dengan bronkodilator)
4. Uji provokasi bronkus, untuk menilai ada/tidaknya hipereaktivitas
bronkus.
5. Uji Alergi (Tes tusuk kulit /skin prick test) untuk menilai ada tidaknya
alergi.
6. Foto toraks, pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan penyakit
selain asma.
10
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA
PENGKAJIAN
Identitas Pasien
Nama : An. A
Tanggal Lahir / Umur : Tidak Terkaji / 5 tahun
Jenis kelamin : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji
Tanggal pengkajian : 31 Mei 2017
Tanggal MRS : 30 Mei 2017
No. RM : Tidak terkaji
Bahasa yang dimengerti : Tidak terkaji
Nama ayah : Tidak terkaji
Nama ibu : Tidak terkaji
Pekerjaan orang tua : Tidak terkaji
Pendidikan orang tua : Tidak terkaji
Keluhan Utama
Sesak napas
11
c. Penyakit yang pernah diderira (apakah ada penyakit lain yang diderita olh
anak?)
d. Hospitalisasi/tindakan oprasi (apakah anak pernah dirawat dengan gejala
yang sama? Apakah anak pernah menjalankan tindakan oprasi?)
e. Injuri (apakah anak pernah mengalami kecelakaan atau terjatuh secara
serius?)
f. Alergi (Pasien dilaporkan memiliki riwayat alergi debu sejak usia 4 tahun)
g. Imunisasi dan tes laboratorium (apakah imunisasi dasar anak lengkap?)
h. Pengobatan (adakah obat-obatan yang dikonsumsi rutin sampai saat ini?)
Riwayat Pertumbuhan
Apakah ada keterlambatan pertumbuhan anak
Riwayat Sosial
a. Siapa yang mengasuh anak sampai saat ini?
b. Bagaimana hubungan anak dengan angota keluarga?
c. Bagaimana interaksi anak dengan teman sebaya?
d. Bagaimana sikap anak secara umum?
Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah keluarga ada yang memiliki penyakit yang sama seperti diderita anak?
Bagaimana keadaan ekonomi keluarga?
Genogram
Riwayat Perkembangan
Motorik kasar
Telungkup :
Duduk :
Merangkak :
Jalan dibantu :
Berjalan :
Motorik halus
Bahasa
Riwayat lingkungan tempat tinggal
tinggal di rumah permanen, lingkungan perumahan tidak padat
ventilasi dan pencahayaan cukup
12
sumber air minum dari sumur bor
sumber air MCK dari sumur bor
Pengkajian Pola Kesehatan Gordon
a. Pemeliharaan dan persepsi
Tanyakan bagaimana persepsi keluarga tentang penyakit yang diderita
sang anak
b. Nutrisi
Bagaimana pola makan anak SMRS, Bagaimana pola makan saat ini,
c. Cairan
Bagaimana status hidrasi anak, apakah anak mau minum
d. Aktivitas
Apakah anak masih aktif, apakah anak mau bermain? Apakah anak cepat
merasa capek saat beraktivitas? Apakah anak sesak saat beraktivitas atau
pun tanpa beraktivitas?
e. Tidur dan Istirahat
Apakah anak mengalami kesulitan saat tidur? Bagaimana kwlitas tidur
anak?
f. Eliminasi
Apakah anak ada gangguan BAB atau BAK?
g. Pola hubungan
Apakah anak mau berinteraksi dengan anggota keluarga maupun teman
sebaya yang dirawat disebelah?
h. Koping
Apakah anak mau bermain?
i. Kognitif dan persepsi
Apakah anak mengeluh nyeri? Apakah anak sering menangis?
j. Konsep Diri
k. Seksual
l. Nilai
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum :
Kesadaran :
13
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Frekuensi nafas : 32 x/menit
Frekuensi nadi : 110 x/menit Suhu : 37,4oC
Status Gizi
Berat Badan : kg TB/U :
Tinggi Badan : cm BB/TB :
BB/U :
Status generalisata
Kepala
Bentuk :
Rambut :
Mata :
Hidung : nafas cuping hidung (+/+)
Mulut :
Leher
KGB :
Thorax
14
Inspeksi : gerakan dinding dada, retraksi ()
Palpasi : vokal fremitus sama
Perkusi : sonor di semua lapangan paru
Auskultasi : suara nafas mengi/wheezing (+/+)
Abdomen
Inspeksi :
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
Ekstremitas
Superior& Inferior :
Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan penunjang
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Analisa Data
Tanggal/
No Data Fokus Etilogi Masalah
Jam
1. 31 Mei DS : pasien dilaporkan Alergen (debu) Ketidakefektifan
2017 sesak sejak kemarin saat bersihan jalan
membersihkan kamar, Antigen IgE aktif nafas
pasien dilaporkan
memiliki riwayat alergi Mediator alergi
debu sejak usia 4 tahun. aktif
DO : Nafas cuping
hidung, mengi (+), RR: Permeabilitas
32x/menit, Nadi : kapiler meningkat
110x/menit.
Kontriksi otot
polos meningkat
Penyempitan/
obstruksi
proksimal dan
bronkus pada
15
tahap ekspirasi
dan inspirasi
Mukus
berlebihan, batuk,
wheezing, sesak
nafas
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan asma ditandai
dengan : pasien dilaporkan sesak sejak kemarin saat membersihkan kamar,
pasien dilaporkan memiliki riwayat alergi debu sejak usia 4 tahun, nafas cuping
hidung, mengi (+), suhu 37,40C, RR: 32x/menit, Nadi : 110x/menit.
INTERVENSI
16
1 Ketidakefektifan bersihan jalan Setelah diberikan NIC Label
nafas berhubungan dengan asma asuhan Pemberian obat :
ditandai dengan : pasien keperawatan inhalasi
dilaporkan sesak sejak kemarin selama 1 x 24 jam Bantuan terapi
saat membersihkan kamar, diharapkan nafas
pasien dilaporkan memiliki Status (Nebulizer
riwayat alergi debu sejak usia 4 pernafasan : atau
tahun, nafas cuping hidung, Kepatenan jalan broncodilator)
mengi (+), suhu 37,40C, RR: nafas
32x/menit, Nadi : 110x/menit. Dengan Kriteri Manajemen asma
hasil : Menghindari
Frekuensi pemicu asma
nafas dalam sebisa
batas normal mungkin
Irama Monitor
pernafasan reaksi asma
teratur Monitor
Mampu untuk kecepatan
mengeluarkan irama,
sekret kedalaman,
Tidak ada dan usaha
suara nafas pernafasan
tambahan Auskultasi
Tidak ada suara
nafas cuping pernafasan,
hidung amati
Tidak ada pergerakan
menggunakan dada
otot bantu Anjurkan
nafas minuman
hangat
Monitor TTV
Monitor Suhu
dan nadi
EVALUASI
17
1 Juni Ketidakefektifan bersihan S : Menanyakan kepada pasien
2017 jalan nafas berhubungan apakah masih terasa sesak atau
dengan asma ditandai berat saat bernafas,
dengan : pasien dilaporkan menanyakan kepada ibu
sesak sejak kemarin saat apakah anak masih merasa
membersihkan kamar, sesak atau berat saat menarik
pasien dilaporkan memiliki atau mengeluarkan nafas
riwayat alergi debu sejak
usia 4 tahun, nafas cuping O : Suara nafas Vesikuler
hidung, mengi (+), suhu (+/+), mengi (-), Respirasi 22-
37,40C, RR: 32x/menit, 34 x/menit, Nadi 60-140
Nadi : 110x/menit x/menit, Suhu : 36,5-37,50C,
Tidak ada nafas cuping hidung,
tidak ada menggunakan otot
bantu nafas
18