Anda di halaman 1dari 13

BAB II

KAJIAN TEORI
A. Definiss
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktifitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan. Penyempitan ini bersifat berulang namun
reversible, dan diantara episode penyempitan bronkus tersebut terdapat
keadaan ventilasi yang lebih normal (Sylvia, A.Price). Beberapa factor
penyebab asma, antara lain jenis kelamin, umur pasien, status atopi, factor
keturunan, serta factor lingkungan.
Asma dibedakan jadi 2 jenis, yakni:
1. Asma bronchial
Penderita asma bronchial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap
rangsangan dari luar,seperti debu rumah, bulu binatang, asap, dan
bahan lain penyebab alergi. Gejala kemunculannya sangat mendadak,
sehingga gangguan asma bisa datang secara tiba-tba. Jika tidak
mendapatkan pertolongan secepatnya, resiko kematian bisa datang.
Gangguan asma bronchial juga bisa muncul lantaran adanya radang
yang mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan bagian bawah.
Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos saluran pernapasan,
pembengkakan selaput lender, dan pembentukan timbunan lendir yang
berlebihan.
2. Asma kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma
kardial biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak nafas yang
hebat. Kejadian ini disebut nocturnal paroxymul dyspnea. Biasanya
terjadi pada saat penderita sedang tidur.
Menurut Mc Connel dan Holgate asma dibedakan menjadi:
1. Asma ekstrinsik: munculnya pada waktu kanak-kanak
2. Asma intrinsik: ditemukan tanda-tanda reaksi hipersensitivitas
terhadap alergi.
3. Asma yang berkaitan dengan penyakit paru obstruktif kronik
Menurut GINA dalam Nurarif dan Kusuma (2015), menjelaskan Derajat
Asma:
1. Intermiten
Gejala kurang dari 1 kali/minggu dan serangan singkat
2. Persisten ringan
Gejala lebih dari 1 kali/minggu tapi kurang dari 1 kali/hari
3. Persisten sedang
Gejala terjadi setiap hari
4. Persisten berat
Gejala terjadi setiap hari dan serangan sering terjadi
Menurut Phelen dkk dalam Nurarif dan Kusuma (2015), menjelaskan
pembagian derajat asma sebagai berikut:
1. Asma episodic jarang
Ditandai oleh adanya episode <1X tiap 4-6 minggu, setelah aktivitas
berat.
2. Asma episodic sering
Ditandai oleh frekuensi serangan yang lebih sering dan timbul pada
aktivitas sedang. Sedanmg gejala kurang dari 1X/minggu.
3. Asma persistem
Ditandai dengan seringnya episode akut pada aktivitas ringan terjadi
lebih dari 3X/minggu.
Menurut Pedoman Asma Anak Indonesia dalam Nurarif dan Kusuma
(2015), menjelaskan pembagian derajat asma:

Parameter klinis, Persisten Persisten


kebutuhan obat, dan Ringan Persisten Sedang Berat
faal paru
1. Frekuensi <1X/bulan >1X/bulan Sering
serangan
2. Lama serangan Hamper
<1 minggu ≥1 minggu sepanjang
tahun, tidak
ada remisi
3. Diantara Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang
serangan dan malam
4. Tidur dan Tidak Sering terganggu Sangat
aktifitas terganggu terganggu
5. Pemeriksaan Tidak pernah
fisik diluar Normal Ada kelainan normal
serangan
6. Obat pengendali Tidak perlu Nonsteroid/steroid Siteroid
(anti inflamasi) hirupan dosis hirupan/oral
rendah
7. Uji faal paru PEF/FEV1 PEF/FEV1 PEF/FEV1
(diluar >80% 60-80% <60%
serangan) variabelitas
20-30%
8. Fariabelitas faal Variabelitas Variabelitas Variabelitas
paru (bila ada >15% <30% <50%
serangan)
B. Etiologi
Menurut berbagai penelitian patologi dan etiologi asma belum diketahui
dengan pasti penyebabnya, akan tetapi hanya menunjukan besar gejala asma
yaitu inflamasi dan respons saluran nafas yang berlebihan dengan adanya
kalori (panas karena vasodilatasi), tumor (esudasi plasma dan edema) dolor
(rasa sakit dan rangsangan sensori), dan funchtion laesa (fungsi yang
terganggu). Dan rahang harus disertai dengan infiltrasi sel-sel radang (Sudoyo
Aru dkk).
Sebagai pemicu timbulnya serangan-serangan dapat berubah infeksi (infeksi
virus RSV), iklim (perubahan mendadak suhu, tekanan udara). Inhalan (debu,
kapuk, tungau, sisa-sisa serangga mati, bulu binatang, serbuk sari, bau asap,
uap cat), makanan (putih telur, susu sapi, kacang tanah, coklat, biji-bijian,
tomat), obat (aspirin), kegiatan fisik (olah raga berat, kecapean, tertawa
terbahak-bahak), dan emosi.
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala asma bervariasi sesuai dengan derajat bronkospasme.
Klasifikasi keparahan eksaserbasi asma.

Gagal nafas
Ringan Sedang Berat yang mungkin
terjadi
Gejala
Dispnea Sakit Saat Pada saat Saat istirahat
beraktifitas bebicara istirahat
Bicara Dalam Dalam frasa Dalam kata- Diam
kalimat kata
Tanda
Posisi tubuh Mampu Lebih suka Tidak Tidak mampu
berbaring duduk mampu berbaring
berbaring
Frekuensi Meningkat Meningkat Sering kali <30/menit
pernapasan <30/menit
Penggunaan Biasanya Umumnya Biasanya Gerakan
obat bantu tidak ada ada ada torakoabdomina
pernapasan
Suara napas Mengi Mengi keras Mengi keras Gerakan udara
sedang pd selama saat inspirasi sedikit tanpa
pertengahan ekspirasi dan ekspirasi mengi
sampai
ekspirasi
Frek jantung <100 100-120 <120 Bradikardi
(kali/menit) reaktif
Pulsus <10 10-25 Sering <25 Seringkali tidak
paradoksus ada
(mm Hg)
Status mental Mungkin Biasanya Biasanya Bingung atau
agitasi agitasi agitasi mengantuk
Pengkajian fungsional
PEF (% yang <80 50-80 <50/respons <50
diprediksi terhadap
atau terbaik terapi
secara berlangsung
personal) <2 jam
Sao2 (%, <95 91-95 <90 <91
udara
ruangan)
Pao2 (mm Hg, Normal <60 <60 <60
udara
ruangan)
Paco2 (mm <42 <42 ≥42 ≥42
Hg)
Penilaian derajat serangan asma pada anak

Parameter Berat
klinis, fungsi Ringan Sedang
paru, Tanpa Ancaman
laboratorium ancaman henti nafas
henti nafas
Sesak Berjalan Berbicara Istirahat
(breathless) Bayi: Bayi: Bayi: tidak
menangis -Tangis mau
keras pendek dan minum/makan
lemah
-Kesulitan
menyusu dan
lemah
Posisi Bisa berbaring Lebih suka Duduk
duduk bertopang
lengan
Bicara Kalimat Penggal Kata-kata
kalimat
Kesadaran Mungkin Biasanya Biasanya Kebingungan
irritable irritable irritable
Sianosis Tidak ada Tidak ada Ada Nyata
Mengi Sedang, sering Nyaring, Sangat Sulit/tidak
hanyapada sepanjang nyaring, terdengar
akhir ekspirasi ekspirasi ± terdengar
inspirasi tanpa
stetoskop
sepanjang
ekspirasi dan
inspirasi
Penggunaan Biasanya tidak Biayanya ya Ya Gerakkan
otot bantu paradox torako
respiratorik abdominal
Retraksi Dangkal, Sedang, Dalam, Dangkal/hilang
retraksi ditambah ditambah nafas
interkostal retraksi cuping hidung
suprasternal
Frekuensi Takipnea Takipnea Takipnea Bradipnea
nafas
Pedoman nilai baku laju nafas pada anak sadar:
Usia Frekuensi nafas normal
<2 bulan <60/menit
2-12 bulan <50/menit
1-5 tahun <40/menit
6-8 tahun <30/menit
Frekuensi nadi Normal Takikardi Takikardi Brakikardi
Pedoman nilai baku frekuensi nadi pada anak:
Usia Laju nadi normal
2-12 bulan <160/menit
1-2 tahun <120/menit
3-8 tahun <110/menit
Pulsus Tidak ada Ada Ada Tidak ada,
paradoksus <10 mmHg 10-20 mmHg >20 mmHg tanda
(pemeriksaan kelelahan otot
tidak praktis) napas
PEFR atau
FEV1 (%
nilai) prediksi
(% nilai
terbaik) >60% 40-60% <40%
-Pra >80% 60-80% <60%
bronkodilator Respon <2 jam
-Pasca
bronkodilator
SaO2 % >95% 91-95% ≤90%
PaO2 Normal (biasa >60 mmHg <60 mmHg
tidak
diperiksa)
PaCO2 <45 mmHg <45mmHg >45mmHg
Pemeriksaan penunjang:
1. Spirometer: dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup
(nebulizer/inhaler), positif jika peningkatan VEP/KVP >20%.
2. Sputum: eosinofil meningkat.
3. Eosinofil darah meningkat.
4. Uji kulit.
5. RO dada yaitu patologis paru atau komplikasi asma.
6. AGD: terjadi pada asma berat pada fase awal terjadi hipoksemia dan
hipokapnia (PCO2 turun) kemudian fase lanjut normokapnia dan hiperkapnia
(PCO2 naik).
7. Foto dada AP dan lateral. Hiperinflasi paru, diameter anteroposterior
membesar pada foto lateral, dapat terlihat bercak tkonsolidasi terbesar.
Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan
mempertahankan kualitas hidup agar pederita asma dapat hidup normal tanpa
hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Program penatalaksanaan asma
meliputi 7 komponen yaitu:
1. Edukasi
Edukasi yang baik dan menurunkan morbiditi dan mortaliti. Edukasi hanya
ditunjukan untuk penderita dan keluarga tetapi juga pihak lain yang
membutuhkan seperti pemegang keputusan, pembuat perencanaan bidang
kesehatan/asma profesi kesehatan.
2. Menilai dan monitor berat asma secara berkala
Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan dan monitoring asma oleh penderita
sendiri mutlak dilakukan pada penatalaksanaan asma. Hal tersebut disebabkan
berbagai factor anatara lain:
a. Gejala dan berat asma berubah sehingga membutuhkan perubahan
terapi.
b. Pajanan pencetus menyebabkan penderita mengalami perubahan pada
asma.
c. Daya ingat (memori) dan motifasi penderita yang perlu direview
sehingga membantu penanganan asma terutama asma mandiri.
3. Identifikasi dan mengendalikan factor pencetus
4. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut sebagai
asma terkontrol.
D. Discharge Planning
1. Kenali allergen yang akan muncul yang dapat menimbulkan asma.
2. Pelajari cara penanganan pertama pada asma dan cara menggunakan
obat-obat asma (inhalasi).
3. Hindari factor pemicu: kebersihan lantai rumah, debu, karpet, bulu
binatang, dan sebagainya.
4. Keluarga perlu memahami tentang pengobatan, nama obat, dosis, efek
samping, waktu pemberian.
5. Pelajari cara control kecemasan, takut stress.
6. Lakukan istirahat yang cukup dan latihan nafas.
7. Hubungi dokter jika serangan asma masih timbul sesudah diobati
dengan kortikosteroid oral atau inhalasi.
8. Gunakan alat penyaring udara dan penyejuk ruangan (AC).
9. Bersihkan rumah sekurang-kurangnya sekali seminggu.
10. Gunakan obat asma secara teratur.
11. Hindari asap rokok dan berhenti merokok.
12. Jika hamil segera konsultasi dengan tenaga medis sehingga asma dapat
terkontrol.
E. Patofisiologi

Anda mungkin juga menyukai