Anda di halaman 1dari 15

A.

Defenisi
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas
terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabakan peradangan; penyempitan ini berulang namun
reversible, dan diantar episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih
normal (Sylvia A. Price). Beberapa faktor penyebab asma, antara lain jenis kelamin, umur pasien,
status atopi, faktor keturunan, serta faktor lingkungan
Asma dibedakan menjadi 2 jenis, yakni :
1. Asma bronkial
Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan dari luar, seperti
debu rumah, bulu binatang, asap, dan bahan lain penyebab alergi. Gejala kemunculannya
sangat mendadak, sehingga gangguan asma bisa datang secara tiba-tiba. Jika tidak
mendapatkan pertolongan secepatnnya, resiko kematian bisa datang. Gangguan asma bronkial
juga bisa muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan penyempitan saluran pernafasan
bagian bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos saluran pernafasan,
pembengkakan selaput lendir, dan pembentukan timbuanan lendir yang berlebihan
2. Asma kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial biasanya terjadi pada
malam hari, disertai sesak nafas yang hebat. Kejadian ini disebut nocturnal paroxymul
dyspnea. Biasanya terjadi pada saat penderita sedang tidur.
Menurut MC Connel dan Holgate asma dibedakan menjadi : (Sudoyo Aru)
1. Asma ekstrinsik : Munculnya pada waktu kanak-kanak
2. Asthma intrinsic : Ditemukan tanda-tanda reaksi hipersensitivitas terhadap alergen
3. Asma yang berakitan dengan penyakit paru obstruktif kronik

B. Etiologi
Menurut berbagai penelitian patologi dan etiologi asma belum diketahui dengan pasti
penyebabanya, akan tetapi hanya menunjukan dasar gejala asma yaitu infamasi dan respons saluran
nafas yang berlebihan ditandai dengan adanya kalor (panas karena Vasodilatasi), tumor (esudasi
plasma dan edema), dolor (rasa sakit karena rangsangan sensori), dan function laesa (fungsi yang
terganggu) dan raang harus disertai dengan inflitrasi sel sel radang. (Sudoyo Aru dkk)
Sebagai pemicu timbulnya serangan-serangan dapat berupa infeksi (infeksi virus RSV), iklim
(perubahan mendadak suhu, tekanan udara) inhalan (debu, kapuk, tungau, sisa-sisa serangga mati,
bulu binatang, serbuk sari, bau asap, uap cat), makanan (putih telur, susu sapi, kacang tanah, coklat,
biji-bijian, tomat), obat (aspirin), kegiatan fisik (olahraga berat, kecapean, tertawa terbahak-
bahak), dan emosi.

C. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala asma bervariasi sesuai dengan derajat bronkopasme. Lasifikasi keparahan
eksaserbasi asma
Gagal nafas yang
Ringan Sedang Berat
mungkin terjadi
Gejala
Sakit Pada saat
Dispnea Saat berbicara Saat istirahat
beraktivitas istirahat
Bicara Dalam kalimat Dalam frasa Dalam kata-kata Diam
Tanda
Mampu Lebih suka Tidak mampu Tidak mampu
Posisi tubuh
berbaring duduk berbaring berbaring
Frekuensi Sering kali
Menignkat Meningkat >30/menit
pernapasan >30/menit
Penggunaan Gerakan
Baiasanya tidak
obat bantu Umumnya ada Biasanya ada torakoabdominal
ada
pernapasan paradoksial
Mengi sedang
pada Mengi keras saat
Mengi keras Gerakan udara sedikit
Suara napas pertengahan inspirasi dan
selama ekspirasi tanpa mengi
sampai akhir ekspirasi
ekspirasi
Frek jantung
<100 100-120 >120 Bradikardi reaktif
(kali/menit)
Pulsus
paradoksus (mm <10 10-25 Sering >25 Seringkali tidak ada
Hg)
Bingung atau
Status mental Mungkin agitasi Biasanya agitasi Biasanya agitasi
mengantuk
Pengkajian fungsional
PEF (% yang <50/respons
diprediksi atau terhadap terapi
>80 50-80 <50
terbaik secara berlangsu <2
personal) jam
Sao2 (%, uadara
>95 91-95 <91 <91
ruangan)
Pao2 (mm Hg,
Normal >60 <60 <60
udara ruanagan)
Paco2 (mmHg) <42 <42 ≥42 ≥42

D. Pemeriksaan penunjang
1. Spirometer : Dilakukan sebelum dan sesuda bronkodilator hirup (nebulizer/inhaler), positif
jika peningkatan VEP/KVP > 20%
2. Sputum : Eosinofil
3. Eosinofil darah menigkat
4. Uji kulit
5. RO dada yaitu petologis paru/komplikasi asma
6. AGD : Terjadi pada pasien asma berat pada fase awal terjadi hopksemia dan hipokapnia
(PCO2 turun) kemudian fase lanjut normokapnia dan hiperkapnia (pco2 naik).
7. Fto dada AP dan lateral. Hiperinflasi paru, diameter anteroposterior membesar pada foto
lateral, dapat terlihat bercak konsolidasi yang terbesar.

E. Penatalaksanaan medis
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan mempertahanakan kualitas hidup
agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalm melakukan aktivitas sehari-hari.
Program penatalksanaan asma meliputi 7 komponen, yaitu : (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia)
1. Edukasi
Edukasi yang baik akan menurunkan morbiditi dan mortaliti. Edukasi tidak hanya ditujukan
untuk penderita dan keluarga tetapi juga pihak lain yang membutuhkan seperti pemegang
keputusan, pembuat perencanaan bidang kesehatan/asma, profesi kesehatan.
2. Menilai dan monitor berat asma secara berkala
Penilaian klinis berkala 1-6 bulan dan monitoring asma oleh penderita sendiri mutlak
dilakukan pada penatalaksanaan asma. Hal tersebut desebabkan berbagai faktor antara lain :
a. Gejala berat asma berubah, sehingga membutuhkan perubahan pada asmanya
b. Daya ingat (memori) dan motivasi penderita yang perlu direviw, sehingga membantu
penanganan asma terutama asma mandiri.
3. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
4. Merencanakan dan memberikan pongabatan jangka panjang
Penatalaksanaan asma bertujuan untu mengontrol penyakit, disebut sebagai asma terkontrol.
Terdapat 3 faktor yang perlu dipertimbangkan :
a. Medikasi (obat-obatan)
Medikasi asma ditujukan untuk mnegtasi dan mencegah gejala obstruksi jalan napas,
terdiri atas pengontrolan dan pelega.
b. Tahapan pengobatan
tabel pengobatan sesuai berat asma

Semua tahapan : ditambahakan agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega bila dibutuhkan, tidak
melebihi 3-4 kali seharai
Berat asma Medikasi pengontrol Alternatif / pilihan lain Alternatif lain
harian
Asma Tidak perlu ------ -------
intermiten
Asma Glukokortikosteroid - Teofilin lepas lambat -------
persisten inhalasi (200-400 ug - Kromolin
ringan BD/hari atau - Leukotriene modifiers
ekivalennya)
Asma Kombinasi inhalasi - Glukokortikosteroid - Ditambah agonis
persisten glukokortikosteroid (400- inhalasi (400-800 ug beta-2 kerja lama
sedang 800 ug BD/hari atau BD/hari atau ekivalennya) oral, atau
ekivalennya) dan agonis ditambah tofilin lepas - Ditambaah teofilin
beta-2 kerja lama lambat, atau lepas lambat
- Glukokortikosteroid
inhalasi (400-800 ug
BD/hari atau ekivalennya)
ditambah agonis beta-2
kerja lama oral, atau
- Glukokortikosteroid
inhalasi dosis tinggi (>800
ug BD/hari atau
ekivalennya) atau
- Glukokortikosteroid
inhalasi (400-800 ug
BD/hari atau ekivalennya)
ditambah leukotriene
modifiers
Asma Kombinasi inhalasi Prednison/metilprednisolon
persisten glukokortikosteroid (> oral selang sehari 10 mg
berat 800 ug BD atau ditambah agnois beta-2 kerja
ekivalennya) dan agonis lama oral, ditambah teofilin
beta-2 kerja lama, lepas lambat
ditambah 1 dibawah ini :
- Teofilin lepas
lambat
- Leukotrene
- Modifiers
- Glukokortikosteroid
- Oral
Semua tahapan : bila tercapai asma terkontrol, pertahankan terapi paling tidak 3 bulan, kemudian
bertahap sampai mencapai terapi seminimal mungkin dengan kondisi asma tepat terkontrol
c. Penanganan asma mandiri
Hubungan penderita-dokter yang baik adalah daar yang kuat untuk terjadi kepatuhan dan
efektif penatalaksanaan asma. Rencanakan pengobatan asma jangka panjang sesuai
kondisi penderita, realistik/ memungkinkan bagi penderita dengan maksud mengontrol
asma. Bila memungkinkan, ajaklah perawat , farmasi, tenaga fisioterapi pernapasan dan
lain-lainnya untuk membantu memberikan edukasi dan menunjang keberhasilan
pengobatan penderita.
 Hijau :
- Kondisi baik asma terkontrol
- Tidak ada / minimal gejala
- APE : 80 - 100% nilai dugaan / terbaik
Pengobatan bergantung berat asam, prinsipnya pengobatan dilanjutkan. Bila
tetap berada pada wrna hijau minimal 3 bulan, maka pertimbangkan turunkan
terapi
 Kuninga
- Berarti hati-hati, asma tidak terkontrol, dapat terjadi serangan akut/ eksaserbasi
- Dengan gejala asma (asma malam, aktiviti terhambat, batuk, mengi, dada terasa
berat baik saat aktiviti maupun istirahat) dan/atau APE 60 – 80 % prediksi/nilai
terbaik
Membutuhkan peningkatan dosis medikasi atau perubahan medikasiI
 Merah
- Berbahaya
- Gejala asma terus menerus dan membatasi aktiviti sehari-hari
- APE <60% nilai dugaan/ terbaik
Penderita membutuhkan pengobatan seggera sebagai rencana pengobtan yang
disepakati dektor-penderita secara tertuli. Bila tetap tidak ada respond, segera
hubungi dokter atau rumah sakit.
5. Menetapkan pengobatan pada serangan akut
Tabel rencana pengobatan serangan asma berdasrkan berat serangan dan tempat pengobatan
Serangan Pengobatan Tempat pengobatan
RINGAN Terbaik : Dirumah
Aktiviti relatf normal Inhalasi agnosis beta-2
Berbicara satu klaimta Alternatif : kombinasi oral agnosi Dipraktek dokter / klinik /
dalam satu napas beta-2 dan teofilin puskesmas
Nadi <100
APE >80%
SEDANG Terbaik : Dirawat gawat / RS
Jarak jalan jauh timbulkan Nebulisasi agonis beta-2 tiap 4 jam Klinik
gejala Alternatif : Praktek dokter
Berbicara beberapa kata Agonis beta-2 subkutan Puskesmas
dalam 1 napas Aminofilin IV
Nadi 100-200 Adrenalin 1/1000 0,3 ml SK
APE 60-80%
BERAT Terbaik : Darurat Gawat/RS
Sesak saat istirahat Nebulasi agonis beta-2 tiap 4 jam klinik
Berbicara kata perkata Alternatif :
dalam satu napas Agonis beta-2 SK/IV
Nadi >120APE <60% Adrenalin 1/1000 0,3 ml/SK
100 l/dtk Aminofilin bolus dilanjutkan drip
Oksigen
Kartikosteroid IV
MENGANCAM JIWA Seperti serangan akut berat Darurat gawat / RS ICU
Kesadaran berubah/ pertimbangkan intubasi dan ventilasi
menurun mekanis
Gelisah
Sianosis
Gagal napas

6. Kontrol secara teratur


Pada penatalaksanaan jangka panjng terdapat 2 hal yang penting diperhatikan oleh dokter
yaiyu :
a. Tindaka lanjut (follow-up) teratur
b. Tuju ke ahli paru untuk konsultasi atau penanganann lanjut bila diperlukan
7. Pola hidup sehat
a. Meningkatkan kebugaran fisik
Olah raga menghasilkan kebugaran fisis secara umum. Walaupun terdapat salah satu
bentuk asma yang timbul serangan sesudah exercise (exercise-induced asthma/EIA), akan
tetapi tidak berarti penderita EIA dilarang melakukan olahraga. Senam Asma Indonesia
(SAI) adalah salah satu bentuk olahraga yang dianjurkan karena melatih dan menguatkan
otot-otot pernapasan khususnya, selain manfaat lain pada olah raga umumnya.
b. Berhenti atau tidak merokok
c. Lingkungan kerja
Kenali lingkungan kerja yang berpotensi dapat menimbulkan asthma

F. Pengkajian keperawatan
1. Anamnesa (wawancara)
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk mengumpulkan berbagai
informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi pengobatan. Gejala asma sangat
bervariasi baik antar individu maupun pada diri individu itu sendiri (pada saat berbeda),
dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak yang hebat yang disertai gangguan
kesadaran. Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu serangan. Pada
serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi, keluhan dan gejala tak
ada yang khas. Keluhan yang paling umum ialah : Napas berbunyi, Sesak, Batuk, yang
timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan spontan atau dengan pengobatan,
meskipun ada yang berlangsung terus untuk waktu yang lama.
2. Pemeriksaan fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis asma dan
menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui penyakit yang
mungkin menyertai asma, meliputi pemeriksaan :
1) Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara bicara,
tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-otot
pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir dan posisi istirahat klien.
2) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit,
kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas
atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut, kelembaban dan
kusam.
3) Thorak
a) Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya peningkatan
diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat dan irama
pernafasan serta frekwensi peranfasan.
b) Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
c) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma
menjadi datar dan rendah.
d) Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4
detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan wheezing
4) Sistem pernafasan
1) Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan seterusnya
menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi kental. Warna dahak
jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama kalau
terjadi infeksi sekunder.
2) Frekuensi pernapasan meningkat
3) Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
4) Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang disertai
ronchi kering dan wheezing.
5) Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi bahkan
mungkin lebih.
6) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
a) Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter
anteroposterior rongga dada yang pada perkusi terdengar hipersonor.
b) Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot
bantu napas (antar iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi
suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta pernapasan cuping hidung.
7) Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan dangkal
dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent chest), sianosis.
3) Sistem kardiovaskuler
1) Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat
2) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
a) Takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
b) Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan tekanan darah sistolik
lebih dari 10 mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak lebih daripada 5
mmHg, pada asma yang berat bisa sampai 10 mmHg atau lebih.
3) Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan irama jantung.
G. Masalah keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea, peningkatan produksi
mukus, kekentalan sekresi dan bronchospasme.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler – alveolar
3. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkus..
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan batuk persisten dan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen dengan kebutuhan tubuh
5. Risiko Respon Alergi dengan faktor resiko substansi lingkungan (seperti spora jamur,
debu, serbuk sari bunga)
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penyakit
(asma) ditandai dengan kurang minat pada makanan, penurunan badan, membrane
mukosa pucat, berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal.
7. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan gelisah,
mengekspresikan kekhawatiran, peningkatan rasa ketidakberdayaan, bingung, menyesal,
peningkatan ketegangan, gemetar, kesulitan berkonsentrasi, melamun.
H. Patofisiologi

Faktor pencetus Mengeluarkan


Antigen yang terikat Permiabilitas Edema mukosa,
- Alergen mediator : Histamine,
IGE pd permukaan sel kapiler sekresi produktif,
- Stess platelet, Bradikanin
mast atau basofil miningkat konstraksi otot polos
- cuaca dll

Spasme otot polos sekresi Konsentrasi o2 dalam


kelenajar bronkus meningkat darah menurun
Hiperkapnea Gelisah Ansietas

Penyempitan/obstruksi proksimal dari Hipoksemia


bronkus pd tahap ekspirasi dan inspirasi Suplai o2 ke otak Koma

- Mucus berlebih Tekanan partial Gangguan Asidosis metabolik Suplai darah dan o2
- Batuk o2 dialveoli tertukaran gas kejantung berkurang
- Wheezing
- Sesak napas

Suplai o2 ke jaringan Perfusi jaringn perifer Cardiac output


Ketidak efektifan
bersihan jalan nafas Penyempitan jalan pernapasan
Curah jantung TD menurun

Ketidak seimabnagn nutrisi


Kerja otot pernapasan Hiperventilasi Kebutuhan o2 Intoleransi
kurang dari kebutuhan tubuh Kelemahan dan keletihan
Aktivitas
Ketidak efektifan pola nafas Retensi 02 Asidosis respiratorik
I. Diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Airway Management
bersihan jalan napas selama ...x 24 jam, diharapkan jalan napas 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan potensi ventilasi
berhubungan pasien paten, dengan kriteria hasil : (semifowler 300)
dengan penyakit 1. Tidak ada suara napas tambahan 2. Keluarkan secret dengan dorongan batuk atau suction
(asma) ditandai 2. Tidak ada penggunaan otot bantu 3. isntruksikan bagaimana cara batuk efektif kepada pasien
dengan batuk, pernapasan 4. Auskultasi suara nafas pasien
terdapat suara napas 3. Tidak terdapat akumulasi sputum 5. Ajarkan pasien bagaimana cara menggunakan ihaler sesuai
tambahan, terdapat 4. Tidak batuk dan mengi dengan resep dokter
sputum dalam 6. Atur penanganan dengan memberikan nebulizer pada pasien.
jumlah banyak,
mengi, penggunaan Oxygen Therapy
otot bantu 1. Bersihan mulut, hidung dan trachea pasien dari sekret
pernapasan. 2. Pertahankan jalan nafas pasien agar tetap paten
3. Pasang oksigen sesuai dengan kebutuhan oksigen pasien
4. Pantau humidifier pada alat oksigen yang terpasang
2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Airway Management
pertukaran gas selama ... x 24 jam, pasien mampu :
1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila
berhubungan
1. Respiratory Status : Gas exchange perlu
dengan perubahan
2. Respiratory Status : ventilation 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
membran kapiler –
3. Vital Sign Status 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
alveolar
4. Pasang mayo bila perlu
Dengan kriteria hasil :
5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
1. Mendemonstrasikan peningkatan 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
ventilasi dan oksigenasi yang adekuat 8. Lakukan suction pada mayo
2. Memelihara kebersihan paru paru 9. Berika bronkodilator bial perlu
dan bebas dari tanda tanda distress 10. Barikan pelembab udara
pernafasan 11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
3. Mendemonstrasikan batuk efektif 12. Monitor respirasi dan status O2
dan suara nafas yang bersih, tidak ada
Respiratory Monitoring
sianosis dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum, mampu bernafas 1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
dengan mudah, tidak ada pursed lips) 2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot
4. Tanda tanda vital dalam rentang tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal
normal 3. Monitor suara nafas, seperti dengkur
4. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne stokes, biot
5. Catat lokasi trakea
6. Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan paradoksis)
7. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya
ventilasi dan suara tambahan
8. Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan
ronkhi pada jalan napas utama
9. Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui
hasilnya
3 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Respiratory Monitoring
pola napas selama ...x 24 jam, diharapkan pola napas 1. Pantau laju, kedalaman, ritme dan upaya pernapasan pasien
berhubungan pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil: 2. Pantau pola pernapasan pasien
dengan penyakit Respiratory Status: Ventilation 3. Pantau nilai PFT, kapasitas vital, volume tidal dan volume
(asma) ditandai 1. Frekuensi pernapasan normal (12- cadangan inspirasi/ekspirasi pasien
dengan dispnea, 20 kali/menit) 4. Pantau sesak nafas dan keadaan yang dapat meningkatkan dan
pernapasan dengan 2. Pola napas teratur memperburuk sesak pasien
cuping hidung, 3. Tidak ada sesak napas
pernapasan bibir, 4. Tidak ada pursed lips breathing Ventilation Assistance
penggunaan otot 5. Tidak ada penggunan otot bantu 1. Posisikan pasien dengan benar dan nyaman
aksesorius untuk napas 2. Dorong pasien untuk tarik nafas dalam dengan perlahan
bernapas, Vital Sign 3. Bantu pasien dengan pemeriksaan spirometer
perubahan 1. TD dalam rentang normal (120/80 4. Ajarkan teknik bernafas dengan bibir dirapatkan
kedalaman mmHg) 5. Ajarkan teknik latihan bernafas
pernapasan. 2. Nadi dalam rentang normal (60- 6. Ajukan program kekuatan otot pernapasan dan atau endurance
100x per menit) training

Vital Sign Monitoring


1. Pantau tekanan darah dan nadi pasien.

4 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan keperawatan Activity Therapy


berhubungan selama ......x24 jam klien dapat melaporkan 1. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam
dengan peningkatan aktivitas dengan kriteria hasil : merencanakan program terapi yang tepat
ketidakseimbangan Activity Tolerance 2. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
antara suplai dan 1. Tanda – tanda vital dalam batas kemampuan fisik, psikologi dan sosial.
kebutuhan oksigen normal 3. Fasilitasi aktivitas pengganti ketika pasien memiliki keterbatasan
ditandai dengan 2. Klien dapat melakukan aktivitas dan energi dan peningkatan frekuensi pernapasan
menyatakan merasa istirahat dengan tenang 4. Kaji pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi defisit aktivitas
letih dan lemah. 3. Klien melakukan aktivitas sesuai Energy management
dengan kemampuan 1. Monitor respons repirasi ketika beraktivtas
4. Klien tidak menunjukkan tanda – 2. Pilih intervensi yang tepat untuk mengatasi penyebab kelemahan,
tanda keletihan berikan intervensi farmakologi dan non-farmakologi
Endurance 3. Batasi stimulasi lingkungan yang dapat mengganggu waktu
1. Sesak napas tidak memburuk saat istirahat pasien
beraktivitas normal

5 Risiko Respon Setelah dilakukan tindakan keperawatan Allergy Management


Alergi dengan selama ...x24 jam diharapkan pasien tidak 1. Identifikasi penyebab alergi (seperti spora jamur, debu, serbuk
faktor resiko mengalami risiko alergi berulang atau asma sari bunga).
substansi tidak muncul/kambuh dengan kriteria hasil: 2. Beritahu pasien dan keluarga dalam mencegah situasi yang dapat
lingkungan (seperti Health Promoting Behavior menimbulkan risiko alergi
spora jamur, debu, 1. Mampu mengontrol lingkungan 3. Diskusikan kepada pasien dan keluarga dalam mengontrol
serbuk sari bunga) yang menjadi pencetus alergi. lingkungan yang dapat mencetuskan risiko alergi (seperti
terpapar/menghirup debu, bulu binatang, spora jamur, serbuk sari
bunga).

5 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Nutrition Management


nutrisi kurang dari selama ...x 24 jam, diharapkan kebutuhan 1. Tanyakan apakah pasien memiliki alergi terhadap makanan
kebutuhan tubuh nutrisi pasien terpenuhi, dengan kriteria hasil tertentu.
berhubungan : 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
dengan penyakit Appetite nutrisi yang dibutuhkan pasien.
(asma) ditandai 1. Memiliki keinginan untuk makan 3. Anjurkan asupan kalori yang tepat sesuai umur, aktivitas dan gaya
dengan kurang dan memiliki keinginan terhadap hidup
minat pada makanan 4. Sediakan makanan pilihan yang disesuaikan dengan keinginan
makanan, Nutritional Status dan kondisi pasien.
penurunan badan, 1. Asupan nutrisi yang adekuat 5. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
membrane mukosa 2. Jumlah cairan dan makanan yang 6. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
pucat, berat badan diterima sesuai dengan kebutuhan tubuh
20% atau lebih pasien Nutrition Therapy
1. Lakukan pengkajian lengkap mengenai nutrisi klien.
dibawah berat 3. Rasio berat badan dan tinggi badan 2. Pilih suplemen nutrisi jika diperlukan.
badan ideal. dalam rentang normal (IMT 18,5-22,9) Fluid Management
Hidration 1. Pantau berat badan pasien setiap hari
1. Turgor kulit normal (cubitan 2. Pertahankan intake yang akurat dan catat output cairan
kembali < 2 detik) 3. Monitor status hidrasi (membran mukosa lembab, nadi normal
2. Membran mukosa lembab (60-80 kali per menit))
3. Intake dan output cairan seimbang 4. Berikan cairan apabila diperlukan
5. Tingkatkan intake cairan peroral
6. Berikan cairan infus (melalui IV) bila diperlukan

7 Ansietas Setelah dilakukan asuhan keperawatan Anxiety Reduction


berhubungan selama …x24 jam, diharapkan ansietas pada 1. Anjurkan pasien untuk bersikap tenang, sehingga mampu
dengan perubahan pasien dapat ditangani dengan kriteria hasil, mendekati ketenangan
status kesehatan yaitu: 2. Berikan informasi factual tentang diagnosis, pengobatan, dan
ditandai dengan Anxiety Self-Control prognosis dari penyakit klien
gelisah, 1. Dapat menghilangkan pencetus dari 3. Anjurkan keluarga untuk selalu bersama dengan pasien
mengekspresikan ansietas
kekhawatiran, 2. Dapat mencari informasi untuk Coping Enhancement
peningkatan rasa menurunkan ansietas 1. Kaji dan diskusikan respon alternative dalam sebuah situasi
ketidakberdayaan, 3. Dapat merencanakan strategi koping 2. Tingkatkan pemahaman kepada klien mengenai proses
bingung, menyesal, jika berhadapan dalam situasi tertekan penyakitmya
peningkatan 3. Anjurkankan untuk bersikap realistis sebagai cara untuk
ketegangan, Coping mengatasi perasaan tidak berdaya
gemetar, kesulitan 1. Klien mampu mengidentifikasi pola 4. Anjurkan klien untuk mengevaluasi perilakunya
berkonsentrasi, koping yang efektif
melamun. 2. Klien mampu mengidentifikasi pola
koping yang tidak efektif
3. Klien melaporkan peningkatan
kenyamanan psychological
Daftar Pustaka
Nurarf,A.H.,dan Kusuma Hardhi. 2015. Nanda Nic Noc revisi jilid 1. Jogjakarta : MediAction

Novrianti,Komang.2016.”Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Asma


Bronkial”,https://www.scribd.com/doc/299867120/Lp-Asma, diakses pada 29 Agustus 2019

IV, Bella Novanka.2016.”Laporan Pendahuluan Asma Pada Pasien di Ruangan IGD RS Ahdyatma
Semarang”, https://www.scribd.com/doc/295886036/Laporan-Pendahuluan-Asma, diaskes pada 29
Agustus 2019

Anda mungkin juga menyukai