Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI I

ASMA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

SELVI ULVIANTI 2021141004


MUHAMMAD CARNEGI RYU PUTRA 2021141014
LIA DAMAYANTI 2021141024
SRI MUSLIMAH MOHAMAD 2021142004
SANDI PUTRASULUNG 2021142013
VIRANTY DG. MAJID 2021142022

LABORATURIUM FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS SAINS, TEKNOLOGI, DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS SAHID SURAKARTA
2022
A. JUDUL PRAKTIKUM
Asma.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu menyelesaikan kasus terkait Asma secara mandiri dengan
menggunakan metode SOAP.

C. KASUS
a. Deskripsi

Mona seorang ibu 2 anak


b. KeluhanUtama
Nafas berbunyi
c. Riwayat penyakit dahulu menderita asma selama beberapa tahun
d. Riwayat penggunaan obat
salbutamol 1 atau 2 semprotan 3 – 4 x sehari bila diperlukan, salmeterol 2semprotan
2x sehari, Beclometason 2 semprotan 2 x sehari secara teratur
e. Riwayat penyakit keluarga
Tidakada
f. Riwayat sosial
Tidak ada
g. Riwayat alergi
Rokok

D. TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi
Asma merupakan penyakit kronis yang mengganggu jalan napas akibat adanya
inflamasi dan pembengkakan dinding dalam saluran napas sehingga menjadi sangat
sensitif terhadap masuknya benda asing yang menimbulkan reaksi berlebihan.
Akibatnya saluran nafas menyempit dan jumlah udara yang masuk dalam paru-paru
berkurang. Hal ini menyebabkan timbulnya napas berbunyi (wheezing), batuk-batuk,
dada sesak, dan gangguan bernapas terutama pada malam hari dan dini hari
(Soedarto. 2012).
b. Etiologi dan faktor risiko
Penyebab awal terjadinya inflamasi saluran pernapasan pada penderita asma belum
diketahui mekanismenya (Soedarto, 2012).
Terdapat berbagai keadaan yang memicu terjadinya serangan asma, diantara lain:
1) Kegiatan fisik (exercise)
2) Kontak dengan alergen dan irritan
Allergen dapat disebabkan oleh berbagai bahan yang ada di sekitar penderita asma
seperti misalnya kulit, rambut, dan sayap hewan. Selain itu debu rumah yang
mengandung tungau debu rumah (house dust mites) juga dapat menyebabkan alergi.
Hewan seperti lipas (cockroaches, kecoa) dapat menjadi pemicu timbulnya alergi
bagi penderita asma. Bagian dari tumbuhan seperti tepung sari dan ilalang serta
jamur (nold) juga dapat bertindak sebagai allergen.
Irritans atau iritasi pada penderita asma dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti
asap rokok, polusi udara. Faktor lingkungan seperti udara dingin atau perubahan
cuaca juga dapat menyebabkan iritasi. Bau-bauan yang menyengat dari cat atau
masakan dapat menjadi penyebab iritasi. Selain itu, ekspresi emosi yang berlebihan
(menangis, tertawa) dan stres juga dapat memicu iritasi pada penderita asma.
3) Akibat terjadinya infeksi virus
4) Penyebab lainnya.
c. Patofisiologi
Penyakit asma merupakan proses inflamasi dan hipereaktivitas saluran napas yang
akan mempermudah terjadinya obstruksi jalan napas. Kerusakan epitel saluran
napas, gangguan saraf otonom, dan adanya perubahan pada otot polos bronkus juga
diduga berperan pada proses hipereaktivitas saluran napas.
Patogenesis asma melibatkan banyak faktor, yang terdiri atas faktor respons imun
yang memilih jalur TH2 dan bukan TH1, faktor lingkungan berupa polusi udara dan
aeroallergen yang indoor atau outdoor, dengan efek potensiasi satu terhadap yang
lain, dan yang terakhir, faktor infeksi saluran nafas oleh virus
d. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala yang muncul yaitu hipoventilasi, dyspnea, wheezing, pusing-
pusing, sakit kepala, nausea, peningkatan nafas pendek, kecemasan, diaphoresis, dan
kelelahan. Hiperventilasi adalah salah satu gejala awal dari asma. Kemudian sesak
nafas parah dengan ekspirasi memanjang disertai wheezing (di apeks dan hilus).
Gejala utama yang sering muncul adalah dipsnea, batuk dan mengi. Mengi sering
dianggap sebagai salah satu gejala yang harus ada bila serangan asma muncul
(Anisa, 2019).
e. TatalaksanaTerapi
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan
mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa
hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Menurut Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia (2002) dalam buku Asuhan Keperawatan Praktis (2016), menyebutkan
program pentalaksanaan asma meliputi 7 komponen, yaitu:
a) Edukasi
Edukasi yang baik akan menurunkan morbidity dan mortality. Edukasi tidak
hanya ditujukan untuk penderita dan keluarga tetapi juga pihak lain yang
membutuhkan seperti pemegang keputusan, pembuat perencanaan bidang
kesehatan/asma, profesi kesehatan.
b) Menilai dan monitor berat asma secara berkala
Penilaian klinis berkala 1-6 bulan dan monitoring asma oleh penderita sendiri
mutlak dilakukan pada penatalaksanaan asma. Hal tersebut disebabkan berbagai
factor antara lain:
1) Gejala dan berat asma berubah, sehingga membutuhkan perubahan terapi
2) Pejanan pencetus menyebabkan penderita mengalami perubahan pada
asmanya
3) Daya ingat (memori) dan motivasi penderita yang perlu direview, sehingga
membantu penanganan asma terutama asma mandiri
c) Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
d) Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
Penaatalaksanaan bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut sebagai asma
terkontrol. Terdapat 3 faktor yang perlu dipertimbangkan :
1) Medikasi (obat-obatan)
Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala obstruksi jalan
napas, terdiri atas pengontrol dan pelega.
2) Tahapan pengobatan
Semua tahapan: ditambahkan agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega bila
dibutuhkan, tidak melebihi 3-4 kali sehari.
Tabel.1 Tahapan Pengobatan

Berat Medikasi pengontrol Alternative/ pilihan Alternative lain


Asma harian lain
Asma Tidak perlu - -
Intermiten
Asma Glukokortikosteroid (200- Teofilin lepas lambat -
Persisten 400 ug BD/hari atau Kromolin Leukotriene
Ringan akivalennya) modifiers
Asma Kombinasi inhalasi Glukokortikosteroid Ditambah
Persisten glukokortikosteroid inhalasi (400-800 ug agonis beta-2
Sedang (400-800 ug BD/hari BD/hari atau kerja lama, oral
atau ekivalennya) dan ekivalennya) ditambah
agonis beta-2 kerja lama. Teofilin lepas lambat, Ditambah
atau teofilin lepas
Glukokortikosteroid lambat
inhalasi (400-800 ug
BD/hari atau
ekivalennya) ditambah
agonis beta-2 kerja
lama oral, atau
Glukokortisteroid
Inhalasi (>800 ug BD
atau ekivalennya) atau
Glukokortikosteroid
inhalasi (400-800 ug
BD/hari atau
ekivalennya) ditambah
leukotriene modifiers.
Asma Kombinasi inhalasi Prednisolone/
Persisten glukokortikosteroid metilprednisolon oral
Berat (>800 ug BD atau selang sehari 10 mg
ekivalennya) dan agonis ditambah agonis beta-
beta-2 kerja lama, 2 kerja lama, oral,
ditambah 1 dibawah ini: ditambah teofilin lepas
● Teofilin lepas lambat.
lambat
● Leukotriene
modifiers
● Glukokortisteroid
● Oral

Semua tahapan: bila tercapai, asma terkontrol, pertahankan terpi paling tidak 3 bulan,
kemudian turunkan bertahapsampai mencapai terapi seminimal mungkin dengan
kondisi asma tetap terkontrol (Nurarif & Kusuma, 2016).
3) Menetapkan pengobatan serangan akut
4) Kontrol secara teratur
Pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang penting diperhatikan
oleh dokter yaitu:
● Tindak lanjut (follow up)
● Rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penanganan lanjut bila diperlukan
5) Pola hidup sehat
● Meningkatkan kebugaran fisis
Olahraga menghasilkan kebugaran fisis secara umum. Walaupun terdapat
salah satu bentuk asma yang timbul serangan sesudah exercise (exercise-
induced asthma/EIA), akan tetapi tidak berarti penderita EIA dilarang
melakukan olahraga yang dianjurkan karena melatih dan menguatkan otot-otot
pernapasan khususnya, selain manfaat lain pda olahraga umumnya
● Berhenti atau tidak merokok
● Lingkungan kerja
Kenali lingkungan kerja yang berpotensi dapat menimbulkan asma.

E. PENATALAKSANAAN KASUS
1. Subjektif
Ny.S, 40tahun
2. Objektif
Batuk berdahak, sesak nafas semakin berat jika ada bau menyengat (parfum, asap
rokok)
3. Assessment
Diagnosa: Asma akut karena allergen
Asma merupakan penyakit kronis yang mengganggu jalan napas akibat adanya
inflamasi dan pembengkakan dinding dalam saluran napas sehingga menjadi sangat
sensitif terhadap masuknya benda asing yang menimbulkan reaksi berlebihan.
Akibatnya saluran nafas menyempit dan jumlah udara yang masuk dalam paru-paru
berkurang.
Allergen yang masuk untuk pertama kalinya tidak akan akan menimbukan reaksi
alergi, tetapi tubuh membuat antibody tertentu yang akan belkerja jika tubuh terpapar
lagi dengan zat yang sama. Pada paparan kedua antibody yang terdapat di permukaan
sel mast akan bereaksi dengan antigen (bulu kucing ) dan sel mas akan pecah dan
menghasilkan agen inflmasi seperti histamine, sitokin, leukotrien, eosinofil, neutrofil,
faktor kemotaksis, leukotrien C4, D4 dan E4, prostaglandin, platelet activating factor
yang menyebabkan bronkokontriksi (asma).
4. Plan
Pengobatan Asma akut disarankan terapi O2 aliran tinggi dengan terapi oksigen
awal: masker dengan resevoir 15 L/menit ketika stabil, kurangi dosis O2 dengan
target saturasi 94-98% untuk memperbaiki hipoksia jaringan dan mempertahankan
oksigenasi jaringan agar tetap adekuat dengan cara meningkatkan masukan O2
kedalam sistem respirasi, diberikan salbutamol nebulizer dengan dosis 2,5-5 mg 3- 4
kali sehari untuk memberikan efek relaksasi otot polos saluran pernafasan untuk
mengurangi gejala asma, dan diberikan prednisone 40mg 2 kali sehari untuk menekan
respon sistem kekebalan tubuh sehingga mengurangi peradangan pada alergi. Untuk
pengobatan non-farmakologi yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan diet
sehat, menghindari alergen, mengurangi aktivitas berat, menurunkan berat badan,
menghindari polusi, vaksinasi, mengurangi stres, menghindari makanan dan bahan
kimia yang menyebabkan alergi, serta menjaga kebugaran seperti physical activity
dan breathing exercise
F. PEMBAHASAN
Asma didefinisikan gangguan inflamasi kronik jalan udara yang melibatkan peran
banyak sel dan komponennya ( The National Asthma Education and Prevention
Program, NAEPP ). Selain itu bisa didefinisikan sebagai suatu kondisi paru-paru yang
kronis yang ditandai dengan sulit bernafas. Asma terjadi saat saluran pernafasan
memberikan respon yang berlebihan dengan cara menyempit jika mengalami
rangsangan atau gangguan. Selain itu terjadinya serangan asma sebagai akibat
dampak penderita mengalami infeksi pernafasan atas (ISPA) baik flu ataupun sinisitis.
Serangan penyakit asma juga bisa dialami oleh beberapa wanita dimasa siklus
menstruasi, hal ini sangat jarang sekali.
Pasien harus memainkan peran aktif dalam terapi mereka. Kerjasama antara
penyedia perawatan kesehatan-pasien sangat penting untuk keberhasilan setiap
rencana pengobatan. Tujuan untuk pengobatan asma harus dibagi dengan pasien dan
keluarga, dan pasien dan penyedia layanan kesehatan bersama harus setuju pada
tujuan pribadi pasien pengobatan.
Pasien harus memahami peran kontrol jangka panjang dan obat-obatan bantuan cepat
dalam rencana pengobatan asma mereka. Pentingnya pemahaman asma sebagai
penyakit kronis dan perlu pengobatan sehari-hari dengan obat kontrol jangka panjang
harus ditekankan. Selain itu, pentingnya penggunaan yang tepat dari perangkat
pengiriman obat harus terus menerus diperkuat. Pendidikan dasar harus diberikan
selama beberapa kunjungan dengan penyedia layanan kesehatan
Pencetus asma pada pasien yaitu allergen yaitu bulu kucing. Pencetus asma bisa
di kelompokkan kepada dua kelompok yaitu penyempitan saluran nafas dan inflamasi.
Pada pasien ini berarti tejadi inflamasi. Allergen yang masuk untuk pertama kalinya
tidak akan akan menimbukan reaksi alergi, tetapi tubuh membuat antibody tertentu
yang akan belkerja jika tubuh terpapar lagi dengan zat yang sama. Pada paparan
kedua antibody yang terdapat di permukaan sel mast akan bereaksi dengan antigen
(bulu kucing ) dan sel mas akan pecah dan menghasilkan agen inflmasi seperti
histamine, sitokin, leukotrien, eosinofil, neutrofil, faktor kemotaksis, leukotrien C4,
D4 dan E4, prostaglandin, platelet activating factor. yang menyebabkan
bronkokontriksi (asma). Resiko bagi pasien yang tidak cepat ditangani yaitu bisa
menyebabkan syok atau kematian karena kurangnya asupan O2 yang dibutuhkan
tubuh
Rencana terapi pada pasien yaitu menggunakan Terapi O2 aliran tinggi. Pasien
yang dalam keadaan akut memang harus menggunakan O2. Karena tujuan terapi yang
utama untuk akut adalah mengatasi hipoksemia, memperbaiki obstruksi udara dengan
segera. Jadi penggunaan O2 adalah di anjurkan.
Terapi yang kedua yaitu Salbutamol nebulizer. Salbutamol merupakan agonis B2
yang bekerja cepat. Penggunaan obat merupakan pilihan utama untuk pasien asma
akut. Digunakan inhalasi selama 60 menit. Jika tidak ada perubahan pada awal
penggunaan, maka perlu diberikan kortikosteroid.
Selanjutnya menggunakan terapi Oral prednison, penggunaan kortikosteroid oral
memang di anjurkan untuk pasien yang menderita asma akut setelah pemberian
inhalasi B2 agonis kerja cepat tidak memperbaiki gejala saat obat diberikan. Menurut
pendapat saya pemberian steroid oral pada pasien ini memang perlu karena
sebelumnya pasien telah diberikan agonis B saat serangan, berarti sekarang dengan
agonis B2 saja tidak mencukupi untuk melancarkan pernapasan pasien, maka perlu
ditambahkan kortikosteroid
Tindakan non farmakologis yang dapat dilaku- kan pada pasien asma yaitu
dengan, diet sehat, menghindari alergen, me- ngurangi aktifitas berat, menurunkan
berat badan, menghindari polusi, vaksinasi, mengurangi stres, menghindari makanan
dan bahan kimia yang menyebabkan alergi, serta menjaga kebugaran seperti physical
activity dan breathing exercise (GINA, 2016).
G. KESIMPULAN
Pada kasus diatas dapat disimpulkan bahwa Pencetus asma pada pasien yaitu
allergen yaitu bulu kucing. Pencetus asma bisa di kelompokkan kepada dua kelompok
yaitu penyempitan saluran nafas dan inflamasi. Pada pasien ini berarti tejadi
inflamasi. Allergen yang masuk untuk pertama kalinya tidak akan akan menimbukan
reaksi alergi, tetapi tubuh membuat antibody tertentu yang akan belkerja jika tubuh
terpapar lagi dengan zat yang sama. Pada paparan kedua antibody yang terdapat di
permukaan sel mast akan bereaksi dengan antigen (bulu kucing ) dan sel mas akan
pecah dan menghasilkan agen inflmasi seperti histamine, sitokin, leukotrien, eosinofil,
neutrofil, faktor kemotaksis, leukotrien C4, D4 dan E4, prostaglandin, platelet
activating factor. yang menyebabkan bronkokontriksi (asma).
H. DAFTAR PUSTAKA
Anisa, K. (2019). Peran Keluarga Dalam Perawatan Penderita Asma Di Desa Sukoreno
Wilayah Kerja Puskesmas Sentolo I Kulon Progo. 9–25.
Global Initiative for Asthma (GINA). (2016).Global strategy for asthma management
and prevention. Retrieved from https://ginasthma.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis (Edisi Revi).
MediAction
Soedarto. (2012). Alergi dan Penyakit Sistem Imun. Jakarta: Sagung Seto
E. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai