Anda di halaman 1dari 7

TATALAKSANA ASMA BRONKIAL

No.Dokumen :

No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :

Halaman : 1/5

PUSAT
KESEHATAN dr. Santayana, MPH
MASYARAKAT
KECAMATAN NIP.198007092010012027
CIRACAS

1. Pengertian Tatalaksana Asma adalah Manajemen kasus untuk meningkatkan dan


mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal tanpa
hambatan.

Asma adalah penyakit heterogen, selalu dikarakteristikkan dengan inflamasi


kronis di saluran nafas. Terdapat riwayat gejala respirasi seperti, mengi, sesak,
rasa berat di dada dan batuk yang intensitasnya berbeda-beda berdasarkan
variasi keterbatasan aliran udara ekspirasi

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah petugas dalam melakukan


pengobatan pada pasien asma bronkial di Pusat Kesehatan Masyarakat
Kecamatan Ciracas

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan Ciracas


Nomor 08 Tahun 2023 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis di Pusat Kesehatan
Masyarakat Kecamatan Ciracas

4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


HK.01.07/MENKES/1186 tahun 2022 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama sebagaimana telah diubah
dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/1936/2022 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/1186/2022 tentang Panduan Praktik
Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

5. Prosedur/ 1. Persiapan Alat & Bahan:


Langkah-langkah
1.1 Alat Pelindung Diri

1.2 Alat Pemeriksaan Tanda-tanda Vital

1.3 Tabung oksigen

1.4 Informed consent

1.5 Nebulizer
2. Petugas yang melaksanakan:

Dokter

3. Langkah-langkah:

3.1 Dokter mencuci tangan dengan menggunakan handrub

3.2 Dokter menggunakan Alat Pelindung Diri

3.3 Dokter melakukan identifikasi pasien minimal dua dari empat cara
(nama lengkap, tanggal lahir, NIK, nomor rekam medis)

3.4 Dokter melakukan anamnesa

3.4.1 Gejala khas asma

3.4.1.1 Terdapat lebih dari satu gejala (mengi, sesak, dada


terasa berat)
3.4.1.2 Gejala sering memburuk di malam hari atau pagi dini
hari
3.4.1.3 Gejala bervariasi waktu dan intensitasnya
3.4.1.4 Gejala dipicu oleh infeksi virus, latihan, pajanan
allergen, perubahan cuaca, tertawa atau iritan seperti
asap kendaraan, rokok atau bau yang sangat tajam
3.4.2 Faktor pejamu
3.4.2.1 Predisposisi genetik
3.4.2.2 Atopi
3.4.2.3 Hiperesponsif jalan nafas
3.4.2.4 Jenis kelamin
3.4.2.5 Ras/etnik

3.5 Dokter melakukan pemeriksaan fisik

Saat dilakukan pemeriksaan auskultasi terdengar bunyi mengi


ekspirasi, mengi juga dapat tidak terdengar pada kondisi eksaserbasi
asma yang berat karena penurunan aliran nafas yang disebut “silent
chest”

3.6 Dokter melakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan


darah (eosinofil dalam darah)

3.7 Dokter menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesa, pemeriksaan


fisik dan pemeriksaan penunjang

3.8 Dokter menilai derajat serangan asma


3.9 Dokter melakukan tatalaksana berdasarkan beratnya keluhan, semua
tahapan ditambahkan agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega bila

Berat Asma Medikasi Alternatif/pilihan Alternatif lain


pengontrol lain
harian
Asma intermiten Tidak perlu - -
Asma persisten Glukokortikostero - Teofilin lepas -
ringan id inhalasi (200- lambat
400µg BB/hari - Leukotriene
atau modifiers
ekuivalennya)
dibutuhkan, tidak melebihi 3-4 kali sehari

Berat Asma Medikasi Alternatif/pilihan Alternatif lain


pengontrol lain
harian

Derajat Asma Gejala Gejala Malam Faal Paru


APE ≥ 80%
Intermiten Bulanan
Gejala <1x/minggu. ≤ 2 kali sebulan
Tanpa gejala diluar
serangan singkat

Persisten
Mingguan APE > 80%
ringan
Gejala >1x/minggu, > 2 kali sebulan
tetapi < 1x/hari.
Serangan dapat
mengganggu
aktivitas dan tidur
Persisten
Harian APE 60-80%
sedang
Gejala setiap hari. > 1 kali seminggu
Serangan
mengganggu
aktivitas dan tidur,
membutuhkan
bronkodilator
setiap hari
Persisten
Kontinyu APE ≤ 60%
berat
Gejala terus Sering
menerus. Sering
kambuh, aktivitas
fisik terbatas
Asma persisten Kombinasi - Glukokortikos - Ditambah
sedang inhalasi teroid inhalasi agonis beta-2
Glukokortikostero (400-800µg kerja lama
id inhalasi (400- BB/hari atau oral, atau
800µg BB/hari ekuivalennya) - Ditambah
atau ditambah Teofilin lepas
ekuivalennya) Teofilin lepas lambat,
dan agonis beta- lambat, atau
2 kerja lama - Glukokortikos
teroid inhalasi
(400-800µg
BB/hari atau
ekuivalennya)
ditambah
agonis beta-2
kerja lama
oral, atau
- Glukokortikos
teroid inhalasi
dosis tinggi (>
800µg
BB/hari atau
ekuivalennya)
atau
- Glukokortikos
teroid inhalasi
(400-800µg
BB/hari atau
ekuivalennya)
ditambah
leukotriene
modifiers
Asma persisten Kombinasi Prednisolon/
berat inhalasi metilprednisolon
Glukokortikostero oral selang sehari
id inhalasi dosis 10 mg ditambah
tinggi (> 800µg agonis beta-2
BB/hari atau kerja lama oral,
ekuivalennya) ditambah teofilin
dan agonis beta- lepas lambat
2 kerja lama
ditambah ≥ 1
dibawah ini:
- Teofilin lepas
lambat
- Leukotriene
modifiers
- Glukokortikos
teroid oral

3.10 Dokter melakukan konseling dan edukasi

3.10.1 Memberikan informasi kepada individu dan keluarga mengenai


seluk beluk penyakit, sifat penyakit, perubahan penyakit
( apakah membaik atau memburuk), jenis dan mekanisme
kerja obat-obatan dan mengetahui kapan harus meminta
pertolongan dokter
3.10.2 Kontrol secara teratur antara lain untuk menilai dan monitor
berat asma secara berkala
3.10.3 Pola hidup sehat
3.10.4 Menjelaskan pentingnya melakukan pencegahan dengan:
3.10.4.1 Menghindari setiap pencetus
3.10.4.2 Menggunakan bronkodilator / steroid inhalasi
sebelum melakukan exercise untuk mencegah
exercise induced asthma

3.11 Dokter melakukan tindakan rujukan jika:

3.11.1 Bila sering terjadi eksaserbasi


3.11.2 Pada serangan asma aku sedang dan berat
3.11.3 Asma dengan komplikasi

3.12 Dokter melakukan persiapan dalam melakukan rujukan dengan cara:

3.12.1 Menyiapkan oksigen


3.12.2 Pemberian steroid sistemik injeksi atau inhalasi disamping
pemberian bronkodilator kerja cepat inhalasi
3.12.3 Pasien harus didampingi oleh dokter/ tenaga kesehatan terlatih
selama perjalanan menuju ke pelayanan sekunder

3.13 Dokter melepaskan Alat Pelindung Diri

3.14 Dokter mencuci tangan dengan menggunakan handrub

3.15 Dokter melakukan dokumentasi di rekam medis elektronik

6. Bagan Alir
Penilaian Berat Serangan
Anamnesis, pemeriksaan fisik (auskultasi, penggunaan otot bantu, nadi, laju
nafas, saturasi oksigen)

Terapi Awal
Oksigen untuk mencapai saturasi ≥ 95%
Inhalasi agonis beta-2 kerja singkat secara kontinyu dalam 1 jam
Glukokortikosteroid sistemik jika pasien tak ada respon segera atau sebelumnya
pasien telah mendapat glukokortikosteroid oral atau jika serangan hebat

Re-evaluasi setelah 1 jam -> pemeriksaan fisik, saturasi

Respon Buruk
Respon Baik
Gejala (batuk/berdahak/sesak/mengi)
Gejala (batuk/berdahak/sesak/mengi)
menetap atau bertambah berat
membaik
Agonis beta-2 diulang dan tambahkan
Perbaikan dengan agonis beta-2 dan
glukokortikosteroid sistemik
bertahan selama 4 jam

Petugas melakukan dokumentasi tindakan di rekam medis elektronik

Petugas melakukan konseling dan


edukasi Petugas melakukan rujukan
7. Hal-hal yang -
perlu
diperhatikan

8. Unit terkait 1. Layanan 24 jam

2. Ruang Tindakan

9. Dokumen terkait 1. Rekam Medis

2. Informed Consent

3. Form Rujukan

10. Rekaman
historis
perubahan No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai