Anda di halaman 1dari 5

ASMA BRONKIALE

No. Dokumen: Revisi: Halaman:


001/PPK/YANMED 00 1

Ditetapkan:
PANDUAN Tanggal Terbit: Direktur
PRAKTEK KLINIK
2 Januari 2018
Dr.R. Pratiwi Sutedja, MM

 Penyakit inflamasi kronik saluran napas yang ditandai dengan obstruksi jalan
napas yang dapat hilang dengan atau tanpa pengobatan akibat hiper reaktivitas
PENGERTIAN
bronkus terhadap berbagai rangsangan yang melibatkan sel-sel dan elemen
selular terutama mastosit, eosinofil, limfosit T, makrofag, neutrofil dan epitel.
 Episode berulang sesak napas, dengan atau tanpa mengi dan rasa berat di
ANAMNESIS
dada akibat faktor pencetus.
PEMERIKSAAN Sesak napas, tanda gagal napas, penilaian derajat serangan asma:
FISIK ringan/sedang/berat/mengancam jiwa
1. Asma intermiten, gejala asma < 1 kali/minggu, asimptomatik. APE
diantara serangan normal, asma malam ≤ 2 kali/bulan. APE ≥ 80%,
variabilitas < 20%
2. Asma persisten ringan, gejala asma ≥ 1 kali/ minggu, < 1 kali/hari, asma
malam > 2 kali/ bulan, APE ≥ 80%, variabilitas 20-30%
KRITERIA
3. Asma persisten sedang, gejala asma tiap hari, tiap hari menggunakan beta-
DIAGNOSIS
2 agonis kerja singkat, aktivitas terganggu saat serangan, asma malam > 1
kali/minggu, APE >60% dan < 80% prediksi atau variabilitas > 60%
4. Asma persisten berat, gejala asma terus menerus, asma malam sering,
aktivitas terbatas, dan APE ≤ 60% prediksi atau variabilitas > 30%. Asma
eksaserbasi akut dapat terjadi pada semua tingkatan derajat asma.
DIAGNOSIS  Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), gagal jantung
ASMA BRONKIALE

No. Dokumen: Revisi: Halaman:


001/PPK/YANMED 00 2

Ditetapkan:
PANDUAN Tanggal Terbit: Direktur
PRAKTEK KLINIK
2 Januari 2018
Dr.R. Pratiwi Sutedja, MM

BANDING
 Laboratorium: jumlah eosinofil darah dan sputum, foto toraks, spirometri, uji
PEMERIKSAAN
tusuk kulit (skin prick test/SPT), uji bronkodilator atas indikasi, uji provokasi
PENUNJANG
bronkus atas indikasi, analisa gas darah atas indikasi
TERAPI 1. Asma intermiten tidak memerlukan obat pengendali
2. Asma persisten ringan memerlukan obat pengendali kortikosteroid
inhalasi (500 ug BDP atau ekuivalennya) atau pilihan lainnya: teofilin
lepas lambat, kromolin, antileukotrien
3. Asma persisten sedang memerlukan obat pengendali berupa
kortikosteroid inhalasi (200-1000 ug BDP atau ekuivalennya) ditambah
dengan beta-2agonis aksi lama (LABA) atau pilihan lain kortikosteroid
inhalasi (500-1000 ug BDP atau ekuivalennya) + teofilin lepas lambat
atau kortikosteroid inhalasi (500- 1000ug BDP atau ekuivalennya) +
LABA oral atau kortikosteroid inhalasi dosis ditinggikan (> 1000 ug BDP
atau ekuivalennya) atau kortikosteroid inhalasi 500-1000 ug BDP atau
ekuivalennya) + antileukotrien
4. Asma persisten berat memerlukan kortikosteroid. Inhalasi (> 1000 ug
BDP atau ekuivalennya) + LABA inhalasi + salah satu pilihan berikut:
a. Teofilin lepas lambat
ASMA BRONKIALE

No. Dokumen: Revisi: Halaman:


001/PPK/YANMED 00 3

Ditetapkan:
PANDUAN Tanggal Terbit: Direktur
PRAKTEK KLINIK
2 Januari 2018
Dr.R. Pratiwi Sutedja, MM

b. Antileukotrien
c. LABA oral
d. BDP = Budesonide propionate
Sedangkan untuk penghilang sesak pada pasien diberikan inhalasi beta-2
agonis kerja singkat tetapi tidak boleh lebih dari 3-4 kali sehari. Inhalasi
antikolinergik, agonis beta 2 kerja singkat oral dan teofilin lepas lambat dapat
diberikan sebagai pilihan lain selain agonis beta-2 kerja singkat inhalasi. Bila
terjadi eksaserbasi akut maka tahap penatalaksanaannya sebagai berikut:
1. Oksigen
2. Inhalasi agonis beta-2 tiap 20 menit sampai 3 kali selanjutnya
tergantung respons terapi awal
3. Inhalasi antikolinergik (ipatropium bromide) setiap 4-6 jam terutama
pada obstruksi berat ( atau dapat diberikan bersama-sama dengan agonis
beta-2)
4. Kortikosteroid oral atau parenteral dengan dosis 40-60 mg/hari setara
prednisone
5. Aminofilin tidak dianjurkan (bila diberikan dosis awal 5-6 mg/kgBB
dilanjutkan infuse aminofilin 0,5 -0,6 mg/kgBB)
6. Antibiotik bila ada infeksi sekunder
7. Pasien diobservasi 1-3 jam kemudian dengan pemberian agonis beta-2
ASMA BRONKIALE

No. Dokumen: Revisi: Halaman:


001/PPK/YANMED 00 4

Ditetapkan:
PANDUAN Tanggal Terbit: Direktur
PRAKTEK KLINIK
2 Januari 2018
Dr.R. Pratiwi Sutedja, MM

tiap 60menit. Bila setelah masa observasi terus membaik, pasien dapat
dipulangkan dengan pengobatan (3-5 hari): inhalasi agonis beta-2
diteruskan, steroid oral diteruskan, penyuluhan dan pengobatan
lanjutan, antibiotik diberikan bila ada indikasi, perjanjian kontrol
berobat.
8. Bila setelah observasi, 1-2 jam tidak ada perbaikan atau pasien
termasuk golongan risiko tinggi: pemeriksaan fisik tambah berat,
APE (Arus Puncak Respirasi) > 50% dan < 70% dan tidak ada
perbaikan hipoksemia (dari hasil analisa gas darah) pasien harus
dirawat.
9. Pasien dirawat di ICU bila tidak berespons terhadap upaya
pengobatan di unit gawat darurat atau bertambah beratnya
serangan/buruknya keadaan setelah perawatan 6-12 jam, adanya
penurunan kesadaran atau tanda-tanda henti napas, hasil pemeriksaan
analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dengan kadar pO2 <
60mmHg dan/atau pCO2 > 45 mmHg walaupun mendapat
pengobatan oksigen yang adekuat.
 Edukasi terhadap pasien dan keluarganya tentang penyakit asma dan
EDUKASI
penghindaran terhadap faktor pencetus, serta medikamentosa.
ASMA BRONKIALE

No. Dokumen: Revisi: Halaman:


001/PPK/YANMED 00 5

Ditetapkan:
PANDUAN Tanggal Terbit: Direktur
PRAKTEK KLINIK
2 Januari 2018
Dr.R. Pratiwi Sutedja, MM

PROGNOSIS  Tergantung beratnya gejala

 Panduan Pelayanan Medik, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam


KEPUSTAKAAN
Indonesia , 2016

Anda mungkin juga menyukai