OBSTRUKTIF KRONIK
DEFENISI
ASAP ROKOK
POLUSI UDARA
PAJANAN ZAT TEMPAT KERJA
GENETIK
USIA DAN JENIS KELAMIN
TUMBUH KEMBANG PARU
SOSIAL EKONOMI
INFEKSI PARU BERULANG
PATOGENESIS
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
1. Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau
tanpa gejala pernapasan
2. Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat
kerja
3. Riwayat keluarga menderita PPOK
4. Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak,
misalnya berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi
saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan
polusi udara
5. Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
6. Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN FISIS
Inspeksi
1. Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup
mencucu)
2. Barrel chest (diameter antero - posterior dan
transversal sebanding)
3. Penggunaan otot bantu napas
4. Hipertropi otot bantu napas
5. Pelebaran sela iga
6. Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut
vena jugularis di leher dan edema tungkai
7. Penampilan pink puffer atau blue bloater
DIAGNOSIS
Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah dan sela iga melebar
Palpasi
Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil,
letak diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah
Auskultasi
1. Suara napas vesikuler normal, atau melemah
2. Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas
biasa atau pada ekspirasi paksa
3. Ekspirasi memanjang
4. Bunyi jantung terdengar jauh
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN RUTIN
Faal paru
Spirometri (VEP1, VEP1prediksi, KVP, VEP1/KVP)
1. Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1/KVP ( % ).
Obstruksi bila: VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80%,
VEP1/KVP <70 % atau (VEP1/KVP) < 75 %
2. VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai
untuk menilai beratnya PPOK dan memantau perjalanan
penyakit.
3. Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin
dilakukan, APE meter walaupun kurang tepat, dapat
dipakai sebagai alternatif dengan memantau
variabilitas harian pagi dan sore, tidak lebih dari 20%.
DIAGNOSIS
Uji bronkodilator
1. Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil
Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila
tidak ada gunakan APE meter (Peak flow meter).
2. Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak
4-8 hisapan (dosis 400-800 mg salbutamol), 15 - 20
menit kemudian dilihat perubahan nilai VEP1 atau
APE, perubahan VEP1 atau APE dari nilai awal
meningkat < 12 % dan < 200 ml. bila menggunakan
APE meter peningkatannya < 20%
Darah rutin
Hb, Ht, leukosit, trombosit, analisis gas darah
DIAGNOSIS
Radiologi
Empifisema Bronkitis Kronik
1. Hiperinflasi 1. Normal
2. Hiperlusen 2. Corakan bronkovaskular
3. Ruang retrosternal bertambah pada 21%
melebar kasus
4. Sela iga melebar
5. Diafragma mendatar
6. Jantung menggantung
(eye drop appeareance)
DIAGNOSIS BANDING
1. Asma
2. Gagal jantung kronik
3. Penyakit paru dengan obstruksi saluran napas lain
misalnya : bronkiektasis, destroyed lung.
KLASIFIKASI PPOK
BERAT
PENATALAKSANAAN
1. Edukasi
2. Obat - obatan
3. Terapi oksigen
4. Ventilasi mekanik
5. Nutrisi
6. Rehabilitasi.
KELOMPOK
PPOK
SKALA MRC
DYSPNEU
Kelompok Obat pilihan Obat pilihan alternatif Obat yang lain
pasien pertama
PENATALAKSANAAN
A -Antikolinergik kerja -Antikolinergik kerja lama Teofilin
singkat bila perlu, bila perlu,
1. Obat-Obatan
-Beta 2 agonis kerja -Beta 2 agonis kerja singkat
Bronkodilator
singkat bila perlu bila perlu
-Beta 2 agonis kerja singkat
dan anti kolinergik kerja
singkat
C
PENATALAKSANAAN
-Kortikosteroid inhalasi
-Antikolinergik kerja lama dan - Beta 2 agonis kerja
+ Beta 2 agonis kerja Beta 2 agonis kerja lama singkat dan atau anti
lama - Antikolinergik kerja lama dan kolinergik kerja singkat
1. Obat-Obatan
-Anti kolinergik kerja PDE4 inhibitor - Teofilin
lama - Beta 2 agonis kerja lama dan
Bronkodilator PDE4 inhibitor
Gejala eksaserbasi :
- Sesak bertambah
- Produksi sputum meningkat
- Perubahan warna sputum
Eksaserbasi akut akan dibagi menjadi tiga :
a. Tipe (eksaserbasi berat), memiliki 3 gejala di atas
b. Tipe II (eksaserbasi sedang), memiliki 2 gejala di atas
c. Tipe III (eksaserbasi ringan), memiliki 1 gejala di atas
ditambah infeksi saluran napas atas lebih dari 5 hari,
demam tanpa sebab lain, peningkatan batuk, peningkatan
mengi atau peningkatan frekuensi pernapasan > 20%
baseline, atau frekuensi nadi > 20% baseline
TATA LAKSANA PPOK
EKSASERBASI
1. Penambahan dosis bronkodilator dan frekuensi
pemberiannya. Bila terjadi eksaserbasi berat obat
diberikan secara injeksi, subkutan, intravena atau per
drip, misal : Terbutalin 0,3 ml subkutan dapat diulang
sampai 3 kali setiap 1 jam dan dapat dilanjutkan dengan
pemberian perdrip 3 ampul per 24 jam
2. Kortikosteroid diberikan dalam dosis maksimal, 30
mg/hari dalam 2 minggu bila perlu dengan dosis turut
bertahap (tappering off)
3. Antibiotik diberikan dengan dosis dan lama pemberian
yang adekuat (minimal 10 hari dapat sampai 2 minggu),
dengan kombinasi dari obat yang tersedia. Pemilihan
jenis antibiotik disesuaikan dengan efek obat terhadap
kuman Gram negatif dan Gram positif serta kuman atipik.
KOMPLIKASI
1. Gagal napas
- Gagal napas kronik
- Gagal napas akut pada gagal napas kronik
2. Infeksi berulang
3. Kor pulmonal
PENCEGAHAN