Anda di halaman 1dari 5

Rumah Sakit Katolik

Santo Antonius Ampenan


ASMA BRONCHIALE

No. Dokumen : Halaman:


No. Revisi : 00
001/PPK/KSM.C/XII/2022 1/5

Ditetapkan
Direktur,
PPK
Tanggal terbit :
(Panduan Praktik Klinik)
6 Desember 2022
KSM Anak

dr. Agus Purwono, MM., AAK

Pengertian Mengi berulang dan atau batuk persisten dengan karateristik sebagai
(Definisi) berikut: timbul secara episodik, cenderung pada malam hari atau dini
hari (nokturnal), musiman, setelah aktifitas fisik, serta terdapat riwayat
asma atau atopi lain pada pasien dan atau keluarganya.
Anamnesis Adanya riwayat penyakit gejala sulit bernafas, mengi, dada terasa
berat yang bersifat episodik dan berkaitan dengan musim, serta ada
riwayat asma tau penyakit atopi pada anggota keluarga.
Asma timbul bila ada faktor pencetus aktivitas yang berat, emosi,
debu, makanan atau minuman, pajanan terhadap bulu hewan,
perubahan suhu lingkungan atau cuaca, aroma parfum yang kuat,
asap rokok atau asap dari perapian
Pemeriksaan Fisik 1. Kesadaran
2. Suhu Tubuh
3. Sesak nafas, whezing expiratoir
4. Tanda gagal nafas
5. Tanda infeksi penyerta
6. Penilaian derajat asma
Diagnosis ASMA BRONKIALE
Diagnosis Banding 1. Corpus alienum di saluran nafas
2. Bronkiektasis
3. Bronkiolitis akut
4. Bronkitis
5. Asma kardiale

Pemeriksaan 1. Pemeriksaan Fungsi Paru: Peak Flow Meter, Spirometer


Penunjang 2. Analisis Gas Darah: pada asma bisa terjadi asidosis metabolik
Rumah Sakit Katolik
Santo Antonius Ampenan
ASMA BRONCHIALE

No. Dokumen : Halaman:


No. Revisi : 00
001/PPK/KSM.C/XII/2022 2/5

atau asidosis respiratorik


3. Darah Lengkap dan serum elektrolit
4. Foto thorak : pada asma umumnya tampak hiperaerasi, bisa juga
terdapat gambaran komplikasi atelektasis, pneumotorak dan
pneumomedistinum
Tatalaksana A. Serangan Asma Ringan
1. Jika dengan sekali nebulizer menunjukkkan respon yang baik
berarti serangannya ringan
2. Pasien dioservasi selama 1-2 jam, jika respon tersebut
bertahan pasien di pulangkan.Pasien dibekali obat beta
agonis ( hirupan atau oral ) yang harus diber tiap 4-6 jam.
3. Jika pencertus serangannya infeksi virus, dapat ditambahkan
steroid oral jangka pendek 3-5 hari.
4. Pasien kemudian dianjurkan kontrol ke klinik rawat jalan
dalam waktu 24-48 jam untuk evalusai ulang tata laksana.
5. Jika sebelum serangan pasien sesudah mendapatkan obat
pengendali, obat tersebut diteruskan hingga evaluasi ulang
yang dilalukan di klinik rawat jalan.Namun setelah observasi
2 jam gejala timbul kembali, pasien diperlakukan sebagai
penderita serangan asma sedang.
B. Serangan Asma Sedang
1. Jika dengan pemberian nebulizer dua atau tiga kali hanya
menunjukkkan respon parsial kemungkinan derajat
serangannya sedang.Untuk itu derajat serangan harus dililai
ulang sesuai pedoman rawat sehari.Pada serangan asama
sedang diberikan kortikosteroid sistemik (oral)
methylpednisolon dengan dosis
2. Jika memang serangan termasuk serangan sedang pasien
perlu di observasi dan ditangani di ruang rawat sehari
dipasang jalur parenteral sejak di IGD.
Rumah Sakit Katolik
Santo Antonius Ampenan
ASMA BRONCHIALE

No. Dokumen : Halaman:


No. Revisi : 00
001/PPK/KSM.C/XII/2022 3/5

C. Serangan Asma Berat


1. Bila dalam 3 kali nebulizer berturut- turut pasien tidak
menunjukkan respon yaitu gejala dan tanda serangan masih
ada pasien harus dirawat di ruang rawat inap.
2. Oksigen 2-4 liter/menit diberikan sejak awal termasuk saat
nebulizer.
3. Dilakukan jalur parenteral dan foto thorak
4. Bila pasien menunjukkan gejala dan tanda ancaman henti
nafas, pasien langsung dirawat diruang rawat intensif.Pada
pasien dengan serangan berat dan ancaman henti nafas
pasien harus dilakukan foto thorak langsung untuk
mendeteksi komplikasi pneumotorak atau
pneumomedistinum.
5. Jika ada dehidrasi dab asidosis diatasi dengan pemberian
cairan intravena dan koreksi terhadap asidosis.
6. Steroid intravena diberikan secara bolus tiap 6-8 jam
7. Dosis steroid intravena 0.5-1 mg/kgBB/hari
8. Nebuilzer Beta-agonis + antikolinergik O2 dilanjutkan tiap 1-2
jam, jika dengn 4-6 kali pemberian mulai terjadi perbaikan
klinis, jarak pemberian dapat diperlebar manjadi tiap 4-6 jam.
9. Aminofilin diberikan secara IV dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Jika pasien belum mendapat aminofilin sebelumnya,
diberikan aminofillin dosis awal sebesar 6-8 mg/kgBB
dilarutkan dalam dekstrosa 5 % atau NS sebanyak 20
ml, diberikan dalam 20—30 menit.
b. Jika pasien telah mendapat aminifillin sebelumnya
(kurang 4 jam) dosis yang diberikan adalah setengah
dosis inisial
Rumah Sakit Katolik
Santo Antonius Ampenan
ASMA BRONCHIALE

No. Dokumen : Halaman:


No. Revisi : 00
001/PPK/KSM.C/XII/2022 4/5

c. Selanjutnya aminofillin dosis rumatan diberikan sebesar


0.5-1 mg/kgBB/jam
d. Jika terjadi perbaikan klinis nebulizer diteruskan tiap 6
jam sampai dengan 24 jam
10. Steroid dan aminifilin diganti dengan pemberian per oral
11. Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil pasien dapat
dipulangkan dengan dibekali obat beta –agonis (hirup atau
oral) yang diberikan tiap 4-6 jam selama 24-48 jam. Selain itu
steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke klinik rawat
jalan dalam 24-48 jam untuk evaluasi ulang tata laksana
12. Ancaman henti nafas, hipoksemia tetap terjadi walaupun
diberi Oksigen (PaO2<60mmHg atau PACO2>45mmHg).
Ancaman henti nafas diperlukan ventilasi mekanik
Komplikasi :
1. Emfisema
2. Atelektasis
3. Bronkopnemonia
4. Kegagalan pernafasan
Lama hari perawatan : 3-5 hari (tergantung kondisi pasien)
Pemulangan Pasien: Kondisi pasien stabil

Edukasi Hindari faktor pencetus


Segera di bawa ke rumah sakit bila terjadi serangan akut
Prognosis Dubia
Tingkat Rumah sakit ada dokter spesialis anak
Rekomendasi
Penelaah Kritis Dokter spesialis anak
Kepustakaan Pedoman Pelayanan Medis Iktan Dokter Anak Indonesia 2010
Jilid I
Tim Editor:
Rumah Sakit Katolik
Santo Antonius Ampenan
ASMA BRONCHIALE

No. Dokumen : Halaman:


No. Revisi : 00
001/PPK/KSM.C/XII/2022 5/5

Antonius H.Pujiadi
Badriul Hegar
Setyo Handryastuti
Nikmah Salamiah Idris
Ellen E.Gandaputra
Eva Devita Harmoniati

Anda mungkin juga menyukai